Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : HALIN HALIDIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048994131

Kode/Nama Mata Kuliah : PUST4210/ Preservasi dan Konservasi Media Informasi

Kode/Nama UT Daerah : 85/GORONTALO

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam system perpustakaan. Oleh sebab itu
bahan pustaka harus dirawat lebih cermat mengingat iklim tropis di Indonesia yang tidak
menguntungkan untuk kelestarian koleksi. Perawatan bahan pustaka bisa dilakukan melalui proses
laminasi atau enkapsulasi. Saudara diminta menjelaskan tentang proses laminasi dan enkapsulasi.
Dan apakah ada perbedaan antara proses laminasi dengan enkapsulasi
Jawaban :

Laminasi adalah proses penutupan atau pelapisan permukaan dengan menggunakan lapisan
pelindung yang transparan. Proses ini melibatkan penggunaan bahan laminasi, seperti film plastik
atau kertas laminasi, yang ditempatkan di atas permukaan yang ingin dilapisi dan kemudian diikat
dengan menggunakan panas, tekanan, atau adhesif.

Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih
awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis
bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromtom, atau kertas pelapis lainnya.

Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di bahan pustaka sehingga
tidak beroksidasi dengan polutan. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang
sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung
dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan
berwarna kuning cokelat.
Laminasi sering digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti dokumen penting seperti kartu identitas,
kartu nama, sertifikat, dan dokumen bisnis. Selain itu, laminasi juga digunakan pada poster, foto,
peta, kartu permainan, stiker, dan produk kertas lainnya yang memerlukan perlindungan tambahan.

Setelah kita tetapkan bahwa sebuah bahan pustaka perlu diawetkan karena memiliki nilai sejarah
atau nilai budaya yang lain, maka bahan pustaka tersebut kita laminasi. Dokumen yang telah
dihilangkan atau dikurangi tingkat keasamannya di atas, kita awetkan dengan cara laminasi. Ada dua
cara laminasi, yaitu dengan mesin dan secara manual.

Laminasi Mesin

Laminasi dengan mesin juga dibagi menjadi dua, yaitu : cara dingin, dan cara panas.

• Laminasi Mesin dengan cara dingin


Laminasi mesin dengan cara dingin ialah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan
yang disebut film oplas. Film ini diimpor dari Jerman. Film oplas ini mengandung lem,
dan dapat dibuka kembali dengan cara membasahinya dengan air.

Dua buah rol film oplas kita pasang pada sebuah mesin penggerak, di atas dan di
bawah bahan pustaka. Petugas laminasi memasukkan kertas yang akan dilaminasi di
antara kedua film oplas tersebut seperti kalau kita memasukkan kertas yang akan
dikirim melalui facsimile, atau mesin pembuat transparansi film untuk OHP. Dua rol
folm oplas itu bertemu dengan permukaan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua
film tersebut menelan bahan pustaka penting tadi dan memuntahkannya di bagian
belakang mesin yang bergandengan antara satu bahan pustaka dengan lainnya.
Kemudian dipotong satu per satu dan dijilid atau disusun menurut nomor berurutan
sesuai dengan susunan aslinya. Sebagai petugas harus rajin membersihkan dan
memelihara mesin, serta memahami betul cara bekerjanya. Teknik memasukkan
bahan pustaka di antara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya
gelembung udara antara bahan pustaka dan pelapis. Mengingat harganya yang
mahal, harus dipertimbangkan masak-masak apakah bahan pustaka laik untuk
dilaminasi. Kalau tak mungkin memiliki sendiri alat laminasi itu, perpustakaan dapat
mengadakan kerja sama. Atau diserahkan kepada perusahaan komersial.

Di Indonesia yang memiliki peralatan ini adalah Arsip Nasional Republik Indonesia, Jl.
Ampera Raya No. 12 Jakarta Selatan.

• Laminasi mesin dengan cara panas


Laminasi dengan cara panas menggunakan kertas cromton untuk melapisi kedua sisi
bahan pustaka. Kertas dipanaskan antara 70-90°C, agar kertas cromton tersebut
dapat menempel pada bahan pustaka. Cara kerjanya juga sama seperti cara dingin,
hanya kalau pelapisnya mau dilepaskan dari bahan pustaka, kita bisa menggunakan
acean, dan bahan pustaka aslinya bisa kita dapatkan kembali.

Dalam melaminiasi bahan pustaka kita tidak boleh sembarangan, harus dipikirkan
bagaimana caranya agar bahan pustaka tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis. Pada
laminasi “paten” kertas pelapis tidak bisa dibuang tanpa meninggalkan bekas-bekas
kerusakan pada bahan pustaka.

Laminasi dengan Manual


Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita impor khusus dari luar
negeri. Bahan ini belum diproduksi di Indonesia.
Cara penggunaannya kita letakkan kertas laminasi di meja yang diberikan alas. Kemudian
bahan pustaka ditempatkan di atasnya, sesudah itu diletakkan kertas laminasi lagi. Jadi seperti
membuat sandwich. Kemudian oleskan aceton yang bersedia di cawan, dengan kuas. Hati-hati
jangan sampai ada gelembung udara di antara kertas pelapis dan bahan pustaka. Jangan terlalu
menekan kertas, sebab bisa merobek kertas laminasi dan bahan-bahan pustakanya. Kemudian
dikeringkan. Setelah kering maka pinggirnya digunting dengan rapi. Dokumen akan menjadi lebih
awet dan udara luar tidak akan mengganggu zat kimia yang terdapat pada kertas, sehingga proses
keasaman terhenti.

Biaya untuk laminasi cukup mahal. Satu halaman folio bisa mencapai Rp. 1.000,00 karena itu
kalau memang tidak sangat penting, tidak perlu diadakan laminasi, tetapi cukup dengan cara
encapsulasi yang bisa menggunakan plastik biasa dan double sided tape. Bahan yang baik ialah
plastik estralon.

Laminasi Lontar
Untuk menjaga kelangsungan hidup lontar, lontar perlu dilaminasi. Pelaksanaannya lama
seperti yang dilakukan pada bahan pustaka jenis kertas.

Agar dapat bertahan lama, lontar harus diberikan bahan-bahan penahan temperatur tinggi.
Untuk menghindari pengaruh iklim, lontar dapat dilapisi dengan minyak sereh. Cara itu dilakukan
agar lontar tidak kaku dan terhindar dari gangguan serangga. Untuk mencegah pengaruh
kelembaban, setiap daun lontar perlu dilapisi dengan acetone dan ethanol. Campuran kimiawi itu
dapat digunakan untuk membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada daun lontar. Fungsi
lainnya dari campuran kimiawi itu ialah pemberi daya pelumas terhadap daun lontar.

Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya
rapuh karena umur , pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan, dan
sebagainya.

Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta,
poster, dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit
dengan cara menempatkannya di antara dua lembar plastic yang transparan. Jadi tulisannya tetap
dapat dibaca dari luar. Pinggiran plastic tersebut, ditempeli lem dari double sided tape tadi,
sehingga bahan pustaka tidak terlepas.

Enkapsulasi mirip menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbuat dari plastik, tetapi dalam
enkapsulasi tidak ada udara di dalamnya seperti pada amplop.

Perbedaan antara laminasi dan enkapsulasi ialah bahwa pada laminasi, bahan pustaka menempel
dengan pembungkusnya, sedangkan pada enkapsulasi bahan pustaka tidak menempel, sehingga
kalau diperlukan, bahan pustaka bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi
plastic pelindungnya. Ijazah atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik di enkapsulasi daripada
dilaminasi. Dokumen tetap terlindung, awet, dan tidak rusak. Yang penting harus diperhatikan
dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah bahwa kertas harus bersih, kering, dan bebas asam (sudah
dideasidifikasi).

Dalam konteks bahan pustaka atau perpustakaan, enkapsulasi merujuk pada praktik
menyimpan dan mengatur bahan pustaka dalam unit atau wadah tertentu. Ini memungkinkan
pengelompokan dan pengorganisasian yang efisien dari bahan pustaka untuk memudahkan
pencarian, identifikasi, dan pemeliharaan koleksi.

Berikut adalah beberapa contoh enkapsulasi dalam bahan pustaka:

• Koleksi: Bahan pustaka dapat dienkapsulasi dalam koleksi yang berfokus pada topik,
subjek, atau jenis tertentu. Misalnya, koleksi dapat berisi buku-buku dalam bidang
ilmu pengetahuan, sastra, sejarah, atau media khusus seperti film atau musik.
Dengan mengelompokkan bahan dalam koleksi, perpustakaan dapat menyediakan
akses yang mudah dan terorganisir untuk pengguna.
• Rak atau kategori: Bahan pustaka sering ditempatkan dalam rak atau kategori
tertentu sesuai dengan klasifikasi atau tata letak yang ditetapkan. Ini dapat mencakup
pengelompokan berdasarkan jenis bahan (buku, majalah, DVD), subjek (ilmu sosial,
sains, seni), atau format (cetak, elektronik). Mengenkapsulasi bahan dalam rak atau
kategori memudahkan pengguna untuk menemukan dan memilih bahan yang mereka
butuhkan.
• Metadata: Metadata adalah informasi deskriptif tentang bahan pustaka seperti judul,
pengarang, tahun terbit, dan subjek. Dalam enkapsulasi, metadata digunakan untuk
mengatur dan mengindeks bahan pustaka. Hal ini memungkinkan pengguna
perpustakaan untuk melakukan pencarian dan penelusuran yang efisien melalui basis
data atau katalog perpustakaan untuk menemukan bahan yang relevan dengan topik
atau kebutuhan mereka.
• Sistem manajemen perpustakaan: Sistem manajemen perpustakaan (Library
Management System) merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam
perpustakaan untuk mengelola dan mengatur bahan pustaka. Sistem ini dapat
mencakup fitur-fitur seperti pencatatan peminjaman, pengembalian, reservasi, dan
penelusuran bahan pustaka. Dengan menggunakan sistem manajemen perpustakaan,
bahan pustaka dapat dienkapsulasi dalam entitas digital yang memudahkan
administrasi dan manajemen koleksi perpustakaan.

Melalui praktik enkapsulasi dalam bahan pustaka, perpustakaan dapat meningkatkan aksesibilitas,
pencarian, dan pengorganisasian bahan pustaka. Hal ini memberikan pengguna perpustakaan
kemudahan dalam menemukan dan menggunakan sumber informasi yang mereka butuhkan

Sumber: https://search.app.goo.gl/Vd5ptwt

Anda mungkin juga menyukai