Anda di halaman 1dari 8

Integrasi Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2019), 2 (5) 41

Identifikasi dan Pengendalian Risiko Penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK)


Pada Industri Tahu Pong Goreng Palembang

Identification and Mitigation of Risk in Occupational Diseases


in Tahu Pong Palembang Indutrys

Rurry Patradhiani1), Yasmin2), Agung Prastiono3)


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universtias Muhammadiyah Palembang1,2,3
E-mail: Patradh24@gmail.com1, yasmin@gmail.com2, prastiono.agung8@gmail.com3.

Abstrak

Penyakit akibat kerja menjadi perhatian penting saat ini, mengingat penyakit akibat kerja muncul
dalam jangka waktu panjang setelah aktivitas berlangsung, sehingga pekerja seringkali mengabaikan
risiko-risiko yang muncul yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mitigasi risiko penyebab kecelakaan kerja pada industri tahu pong goreng. Untuk
langkah-langkah yang dilakukan yaitu mengidentifikasi risiko proses produksi, menentukan tingkat
keparahan, menentukan tingkat keseringan, menghitung nilai risiko, menganalisis dan menetapkan
mitigasi risiko. Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko proses produksi tahu pong goreng didapatkan
28 macam risiko didapatkan 42,86 % merupakan risiko sangat tinggi, 50% merupakan risiko tinggi, dan
7,14% merupakan risiko sedang. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk proses produksi yaitu
rekayasa teknik dengan menambah pelindung pada peralatan dan mesin, pengendalian administrative
yaitu menambahkan petunjuk kerja serta menggunakan alat pelindung diri.

Kata kunci: Penyakit Akibat Kerja, Risiko Kerja, Industri Tahu

Abstract

Occupational illnesses are an important concern at this time, given that occupational illnesses arise
in the long term after the activity takes place, so workers often ignore the risks that arise that can cause
occupational diseases. This study aims to identify and mitigate the risk of occupational accident causes in
the fried pong tofu industry. The steps taken are identifying the risks of the production process,
determining the severity, determining the frequency, calculating the value of risk, analyzing and
determining risk mitigation. From the results of the identification and assessment of the risk of the fried
pong tofu production process, there were 28 kinds of risks, 42.86% were very high risks, 50% were high
risks, and 7.14% were moderate risks. Risk mitigation that can be done for the production process is
engineering by adding protection to equipment and machinery, administrative control by adding work
instructions and using personal protective equipment

Keywords: Occupational iIlnesses, Risk, Tofu Industrys

©Integrasi Universitas Muhammadiyah Palembang


p-ISSN 2528-741X
e-ISSN 2654-5551

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/integrasi/index


42 Patradhiani,/Identifikasi dan Mitigasi...

Pendahuluan penyakit akibat kerja hingga nantinya dapat


Perindustrian di Indonesia berkembang dilakukan pengendalian risiko agar tidak
semakin pesat, tidak hanya industri besar muncul penyakit akibat kerja yang dapat
namun industri kecil salah satunya adalah merugikan pekerja maupun industri tahu.
industri tahu yang banyak bermunculan di Manfaat yang dapat diberikan dari
sekitar kota Palembang. Dalam prosesnya penelitian ini yaitu mampu memberikan
industri tahu ini juga dituntut untuk informasi terkait risiko-risiko yang ada pada
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
agar didapatkan produk tahu yang penyakit akibat kerja sehingga nantinya
berkualitas tinggi sehingga dapat bertahan dapat dilakukan pengendalian guna
dalam persaingan dengan industri tahu mengurangi munculnya risiko serta
lainnya. Tantangan terbesar dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman,
menjalankan industri tahu saat ini yaitu aman dan selamat bagi pekerja serta industri.
mencapai produktivitas kerja dengan Lingkungan Kerja Fisik dapat di artikan
memperhatikan faktor keselamatan dan semua keadaan yang ada disekitar tempat
kesehatan kerja serta menciptakan kondisi kerja, yang dapat mempengaruhi kinerja
kerja yang nyaman, aman dan selamat bagi karyawan. Menurut (Sedarmayanti, 2009)
sumber daya manusia yaitu pekerja di yang dimaksud lingkungan kerja fisik yaitu
industri tahu. semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) disekitar tempat kerja dimana dapat
menjadi hal penting yang harus diperhatikan mempengaruhi kerja karyawan baik secara
dalam setiap industri tahu. Setiap proses langsung maupun tidak langsung.
kegiatan produksi tahu harus memperhatikan Sedangkan menurut (Sugito, 2004)
faktor-faktor keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja fisik adalah kondisi fisik
kerja agar didapatkan kondisi kerja yang dalam perusahaan disekitar tempat kerja,
nyaman, aman dan selamat. Dampak yang seperti sirkulasi udara, warna tembok,
terjadi apabila faktor-faktor keselamatan dan keamanan, ruang gerak dan lain-lain.
kesehatan kerja diabaikan adalah munculnya Menurut (Sihombing, 2004) lingkungan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja kerja fisik adalah salah satu unsur yang
yang merugikan pekerja serta industri tahu harus digunakan perusahaan sehingga dapat
itu sendiri. Penyakit akibat kerja menjadi menimbulkan rasa aman, tentram dan dapat
perhatian penting saat ini, mengingat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk
penyakit akibat kerja muncul dalam jangka peningkatan kinerja karyawan. . Dengan
waktu panjang setelah aktivitas berlangsug, memperhatikan lingkungan kerja yang baik
sehingga pekerja seringkali mengabaikan atau menciptakan kondisi kerja yang mampu
risiko-risiko yang muncul yang dapat memberikan motivasi manusia untuk
menimbulkan penyakit akibat kerja. bekerja, maka dapat membawa pengaruh
Sebagai langkah awal dalam terhadap semangat kerja individu
mengurangi risiko penyakit akibat kerja (Rahmawanti, 2014).
pada industri tahu yaitu dengan pengelolaan Manajemen risiko adalah suatu proses
risiko. Risiko yang ada di lingkungan kerja mengidentifikasi, mengukur risiko,
dapat dikelola dengan beberapa tahapan serta membentuk strategi untuk
yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko, mengelolanya melalui sumber daya yang
analisis risiko, dan pengendalian risiko. tersedia. Strategi yang dapat digunakan
Hazard Identification and Risk Assessment antara lain mentransfer risiko pada pihak
(HIRA) merupakan suatu metode lain, mengindari risiko, mengurangi efek
pengukuran atau penentuan risiko dari buruk dari risiko dan menerima
bahaya yang timbul sehingga dapat sebagian maupun seluruh konsekuensi dari
diprediksi dampak yang timbul serta risiko tertentu, (Farihah, 2016) Penyakit
pengendalian risiko yang dapat dilakukan akibat kerja adalah penyakit yang
agar risiko tidak muncul. disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
Penelitian ini bertujuan menidentifikasi proses maupun lingkungan kerja. Dengan
risiko-risiko pada lingkungan kerja industri demikian, penyakit akibat kerja merupakan
tahu pong goreng yang dapat menimbulkan penyakit yang artifisual atau man made

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/integrasi


Integrasi Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2019), 2 (5) 43

disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat Bobot Keparahan (Severity)


pendapat lain yang menyatakan bahwa Merupakan tingkat keparahan yang
Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah dapat terjadi akibat yang ditimbulkan dari
gangguan kesehatan baik jasmani maupun cidera, kerusakan atau kerugian. Nilai
rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah keparahan yang dapat diberikan terdapat
karena aktivitas kerja atau kondisi yang pada Tabel 1.
berhubungan dengan pekerjaan (Adzim,
2013). Tabel 1. Tingkat Keparahan (severity)
Dalam pengendalian penyakit akibat Deskripsi Nilai Definisi
kerja, salah satu upaya yang wajib dilakukan Catastrophic 5 Kematian atau
adalah deteksi dini, sehingga pengobatan kehilangan sistem
bisa dilakukan secepat mungkin. Dengan Luka berat yang
demikian, penyakit bisa pulih tanpa menyebabkan cacat
menimbulkan kecacatan. Sekurang- Fatal 4 Penyakit akibat kerja
kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan yang parah
lebih lanjut. Pada banyak kasus, penyakit Serious 3 Penyakit akibat kerja
akibat kerja bersifat berat dan yang ringan
Minor 2 Luka ringan yang
mengakibatkan cacat.
hanya membutuhkan
pertolongan pertama
Metode Neglicable 1 Tidak ada cedara yang
Penelitian ini dilakukan di Industri Tahu signifikan
Palembang yang berlokasi di Jl. Tanjung
Sari Lorong Kopti I Kelurahan Bukit Bobot Keseringan (Frequency)
Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Merupakan banyaknya kejadian muncul
Palembang. Waktu penelitian dilaksanakan yang mengakibatkan cedera pada pekerja.
kurang lebih enam bulan. Nilai keseringan yang diberikan terdapat
Metode pengolahan data dalam pada Tabel 2.
penelitian ini menggunakan metode HIRA
(Hazard Identification and Risk Assessment) Tabel 2. Tngkat Keseringan (Frequency)
dengan tahapan sebagai berikut: Deskripsi Nilai Definisi
1. Identifikasi risiko penyakit akibat Frequent 5 Sering terjadi
kerja dengan melakukan Probable 4 Terjadi beberapa kali
pengamatan langsung pada proses Occasional 3 Terjadi kadang –
produksi tahu pong goreng kadang
2. Menentukan tingkat keparahan Remote 2 Tidak pernah terjadi
Improbable 1 Tidak mungkin terjadi
(Severity)
3. Menentukan tingkat keseringan Nilai Risiko (Risk Rating Number)
(Frequency) Tabel 3 Nilai Risiko
4. Menghitung besar nilai risiko (Risk Severity
Rating Number – RRN) Frequency
1 2 3 4 5
5. Menganalisis dan menetapkan 5 H H E E E
tindakan mitigasi 4 M H H E E
Dalam menghitung besar risiko 3 L M H E E
penyakit akibat kerja yang ditimbulkan, 2 L L M H E
menggunakan rumus: 1 L L M H H

Risk Rating Number = LO x DPH


Keterangan :
Keterangan: E = Ekstrim Risk
LO = Likelihood of ooccurance atau H = High Risk
contact with hazard (frequency) M = Moderate Risk
DPH = Degree of possible harm (severity) L = Low Risk

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/integrasi/index


44 Patradhiani,/Identifikasi dan Mitigasi...

Hasil dan Pembahasan pekerja. Sumber bahaya yang terdapat pada


Dalam proses produksi Tahu Pong proses produksi yang dapat menimbulkan
Goreng ini sebagian besar dikerjakan oleh cedera berat seperti sumber panas di proses
tenaga manusia, mulai dari pemilihan perebusan, pisau penggilingan pada alat
kacang kedelai dengan kualitas bagus hingga penggiling, pisau pemotong tahu, minyak
pengemasan. Pada setiap proses produksinya panas dalam proses penggorengan. Sumber
juga dilakukan pengawasan untuk – sumber bahaya diatas apabila berkontak
mendapatkan hasil akhir yang baik agar bisa langsung dengan salah satu anggota tubuh
diterima oleh konsumen pada umumnya. pekerja akan berdampak pada cedera berat
Berikut ini adalah tahapan dalam proses dan bahkan dapat menimbulkan kececatan
produksi Tahu Pong Goreng mulai dari permanen. Kecatatan permanen yang dapat
pemilihan kacang kedelai hingga timbul akibat sumber bahaya ini misalnya
pengemasan, pada Gambar 1. Identifikasi patah tulang permanen, penglihatan menjadi
risiko pada proses produksi tahu pong rabun jauh atau dekat, luka bakar pada
goreng dilakukan untuk mengetahui macam- bagian anggota tubuh.
macam risiko yang terdapat pada industri ini Risiko tinggi muncul pada proses
sehingga dengan mengetahui risiko para pemilihan kacang kedelai, perendaman dan
pekerja serta memilik dapat berhati – hati pencucian, penyaringan, pencetakan dan
dalam beraktivitas maupun dalam proses pengepresan, dan pengemasan. Risiko tinggi
produksi tahu pong goreng. Data hasil muncul dikarenakan sumber bahaya yang
identifikasi risiko pada proses produksi tahu terdapat pada proses ini berisiko
pong goreng dapat dilihat pada Tabel 4. Dari menimbulkan dampak yang ringan, contoh
hasil identifikasi risiko, didapatkan 28 sumber bahaya berupa posisi peralatan yang
macam risiko penyakit akibat kerja dengan digunakan tidak ergonomis, lingkungan
persebaran pada masing-masing proses kerja berupa pencahayaan area kerja yang
produksi. Proses pemilihan kacang kedelai tidak terang. Sumber bahaya ini dapat
terdapat 3 macam risiko penyakit akibat menimbulkan dampak berupa kelelahan
kerja, proses perendaman dan pencucian 4 pada anggota tubuh, menurunnya
risiko, proses penggilingan 3 risiko, proses konsentrasi dalam bekerja. Dampak yang
perebusan 4 risiko, proses penyaringan 3 ditimbulkan dari sumber bahaya ini apabila
risiko, proses pencetakan dan pengepresan 3 tidak dikendalikan akan menimbulkan
risiko, proses pemotongan tahu 3 risiko, dampak yang lebih besar lagi.
proses penggorengan 3 risiko, proses Risiko sedang pada proses produksi
pengemasan 2 risiko. tahu pong goreng terjadi pada proses
Dari identifikasi risiko, kemudian pencucian dan perendaman serta proses
dilanjutkan dengan penilaian risiko. perebusan.
Penilaian risiko dilakukan untuk mengetahui Sumber bahaya yang terdapat pada
pengelompokan tingkat risiko yang terjadi proses ini tidak menimbulkan dampak yang
pada proses produksi tahu pong goreng. signifikan karena risiko yang muncul
Penilaian risiko berdasarkan tingkat memiliki frekuensi kejadian yang kecil.
frekuensi risiko dan tingkat keparahan risiko
sehingga dapat ditentukan nilai risikonya. Pengendalian Risiko Proses Produksi Tahu
Dari hasil penilaian risiko proses Pong Goreng
produksi tahu pong goreng berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penilaian risiko dapat
identifikasi 28 macam risiko didapatkan dilakukan pengendalian risiko sebagai upaya
42,86 % merupakan risiko sangat tinggi, untuk menghindari terjadinya risiko yang
50% merupakan risiko tinggi, dan 7,14% berdampak pada munculnya penyakit akibat
merupakan risiko sedang. kerja. Pengendalian risiko yang dapat
Untuk risiko sangat tinggi ditimbulkan dilakukan yaitu:
dari proses perebusan, penggilingan, a. Rekayasa Teknik
pemotongan tahu dan penggorengan tahu. Rekayasa teknik merupakan
Hal ini dikarenakan pada proses tersebut pengendalian yang dilakukan dengan
terdapat sumber bahaya yang berisiko tinggi memasang suatu alat pelindung pada mesin,
sehingga berdampak besar bagi fisik pengendalian ini bertujuan untuk

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/integrasi


Integrasi Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2019), 2 (5) 45

memisahkan bahaya dengan pekerja serta atau gambar mengenai K3 di dinding-


untuk mencegah terjadinya kesalahan dinding lingkungan kerja ditempat yang
manusia (Rawis, 2016). Namun meskipun mudah dilihat oleh semua orang.
telah dipasang alat pengaman, masih ada
beberapa mesin atau peralatan yang c. Pemakaian Alat Pelindung Diri
memerlukan pengaman tambahan. Misalnya Perusahaan telah menerapkan
pada tungku perebusan diberikan pembatas pengendalian menggunakan APD, yaitu
agar pekerja terhindar untuk tersentuh dengan memberikan APD secara cuma-
tungku panas, begitupun untuk tungku cuma kepada semua tenaga kerja, yaitu
penggorengan. berupa seragam, masker dan earplug. Akan
b. Pengendalian administratif tetapi, berdasarkan hasil observasi
Menurut Sijabat dan Noya (2014), dilapangan, masih terdapat beberapa tenaga
pengendalian administratif merupakan upaya kerja yang kurang kesadarannya untuk
untuk mengendalikan potensi bahaya dengan memakai APD secara baik dan benar.
merubah prosedur dan instruksi. Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan
Pengendalian secara administratif yang telah oleh Ardiansyah (2015), menunjukka bahwa
diterapkan oleh pemilik industri yaitu kurangnya pengawasan terhadap karyawan
dengan memberikan kebijakan membatasi serta tidak adany sanksi terhadap karyawan
waktu kerja pekerja yang terpapar langsung yang melakukan pelanggaran saat bekerj
dengan mesin yang berpotensi bahaya merupakan penyebab timbulnya kebiasaan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. para karyawan yang menjad tidak disiplin
Meskipun demikian, pemilik industri dalam menggunakan APD.
hendaknya menambah pemasangan poster

Gambar 1. Proses Produksi Tahu Pong Goreng

Tabel 4. Data Identifikasi dan Penilaian Risiko Proses Produksi Tahu Pong Goreng
Proses Frekuensi Tingkat Nilai
Jenis Bahaya Risiko
Produksi Risiko Keparahan Risiko
Pemilihan Debu Dari Debu terhirup 4 3 Tinggi
Kacang Kedelai Kacang Kedelai dapat
mengganggu
sistem
pernapasan
Pencahayaan Kelelahan pada 3 4 Sangat
ruang kerja mata Tinggi
kurang
Posisi bekerja Kelelahan pada 4 3 Tinggi
yang tidak tulang leher
ergonomis

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/integrasi/index


46 Patradhiani,/Identifikasi dan Mitigasi...

Proses Frekuensi Tingkat Nilai


Jenis Bahaya Risiko
Produksi Risiko Keparahan Risiko

Perendaman dan Memindahkan Kelelahan dan 3 3 Tinggi


Pencucian beban berat cedera pada
tulang punggung
Terlalu lama Menimbulkan 3 3 Tinggi
tangan masalah pada
terkontak kulit tangan
dengan air
Area kerja yang Terpeleset 3 4 Sangat
basah Tinggi
Suhu area kerja Menurunnya 2 3 Sedang
yang rendah suhu tubuh
Penggilingan Pisau giling Tangan dan jari 2 4 Tinggi
yang tidak dapat terjepit
tertutup atau tergiling
Posisi mesin Kelelahan dan 3 3 Tinggi
giling yang cedera pada
tidak ergonomis tulang punggung
Lantai kerja Pekerja 2 4 Tinggi
licin terpeleset atau
terjatuh hingga
patah tulang
Perebusan Suhu tinggi Anggota tubuh 3 4 Sangat
pada tungku pekerja melepuh Tinggi
perebusan terkena tungku
panas
Suhu area kerja Meningkatkan 2 3 Sedang
tinggi suhu tubuh
pekerja
Uap panas dari Luka bakar pada 3 4 Sangat
tungku anggota tubuh Tinggi
pekerja
Genangan air Pekerja 4 4 Sangat
dibawah tungku terpeleset dan Tinggi
menjadi sarang
nyamuk
Penyaringan Bahan rebusan Anggota tubuh 3 4 Sangat
dengan suhu pekerja terbakar Tinggi
tinggi atau melepuh
Posisi tungku Kelelahan pada 4 3 Tinggi
dan alat tulang punggung
penyaring yang dan pinggang
tidak ergonomis
Lantai licin Pekerja 3 4 Sangat
terpeleset dan Tinggi
terjatuh
Pencetakan dan Tertimpa alat Tangan terjepit 3 4 Sangat
Pengepresan press alat press, patah Tinggi
tulang
Posisi alat press Kelelahan pada 3 3 Tinggi
yang terlalu tulang leher
rendah
Beban Loyang Cedera pada 3 3 Tinggi
yang berat tangan pekerja

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/integrasi


Integrasi Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2019), 2 (5) 47

Proses Jenis Bahaya Risiko Frekuensi Tingkat Nilai


Produksi Risiko Keparahan Risiko

Pemotongan Pisau tajam Tangan pekerja 4 4 Sangat


Tahu terluka Tinggi
Pencahayaan Kelelahan pada 3 4 Sangat
yang kurang mata Tinggi
Posisi pekerja Cedera pada 4 3 Tinggi
dalam tulang punggung
memindahkan
loyang yang
tidak ergonomis
Penggorengan Tungku Anggota tubuh 3 4 Sangat
penggorengan terbakar atau Tinggi
bersuhu tinggi melepuh
Minyak Panas Anggota tubuh 4 4 Sangat
terbakar atau Tinggi
melepuh
Suhu Tinggi Meningkatkan 3 3 Tinggi
pada area kerja suhu tubuh
pekerja
Pengemasan Tahu yang Tangan yang 3 3 Tinggi
bersuhu tinggi melepuh karena
paparan panas
dari tahu pong
goreng
Posisi kerja Kelelahan pada 3 3 Tinggi
yang tidak anggota tubuh
ergonomis seperti, tulang
punggung dan
tulang leher

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/integrasi/index


48 Patradhiani,/Identifikasi dan Mitigasi...

Sedarmayanti, 2009, Sumber Daya Manusia


Simpulan dan Produktivitas Kerja,
Berdasarkan hasil dan pembahasan Bandung: CV Mandar Maju.
yang telah dilakukan dapat diambil Sihombing, S. 2004. Manajemen Sumber
kesimpulan sebagai berikut: Daya Manusia. Jakarta: Balai
1. Risiko dalam proses produksi tahu pong Pustaka.
goreng yaitu terdapat 28 macam risiko Sugito, Sumartono. 2004. Manajemen
dengan 42,86 % merupakan risiko Operasional. Malang.
sangat tinggi, 50% merupakan risiko
tinggi, dan 7,14% merupakan risiko
sedang.
2. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan
untuk proses produksi yaitu rekayasa
teknik dengan menambah pelindung
pada peralatan dan mesin, pengendalian
administrative yaitu menambahkan
petunjuk kerja serta menggunakan alat
pelindung diri

Ucapan Terima Kasih


Peneliti berterimakasih kepada
Lembaga Penelitan dan pengabdian
Masyarakat (LPPM) Univeristas
Muhammadiyah Palembang yang telah
mendanai Penelitian ini dalam program
Penelitian Hibah Internal Tahun 2019.

Daftar Pustaka
Adzim, Hebbie Ilma. 2013. Pengertian dan
Elemen Sistem Manajemen
K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Ahli K3
Umum.
Farihah, Tutik. 2016. Manajemen Resiko
dan Analisis Hazard Sebagai
Dasar Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di UKM Logam.
Integrated Lab Journal ISSN
2339-0905 Vol 04 No. 01
April 2016. UIN Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Rahmawanti, Nela Pima. 2014. Pengaruh
Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan. Jurnal
Administrasi Bisnis Vol. 8
Nomor 02 Maret 2014.
Universitas Brawijaya
Malang.
Rawis, T. D. 2016. Perencanaan Biaya
Keselamatan dan Kesehatan
pada Proyek Konstruksi
Bangunan . 4 (4): 241–252.

Tersedia online di http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/integrasi

Anda mungkin juga menyukai