Anda di halaman 1dari 29

VERBATIM

Nama Narasumber : Intan Hayyinul Ilma (Mahasiswa S2 BK UNNES)


Nama Responden : Putria Emma (11 SMK Askhabul Kahfi
Semarang)

Narasumber : Saya dari mahasiswa BK, izin mewawancarai adik siapa


namanya?
Responden : Putria Emma.
Narasumber : Putria Emma. Nah, adik ini sesuai kriteria yang saya cari ya,
seperti judulnya itu Studi Fenomenologis Self-Disclosure
Remaja Broken Home.
Narasumber : Nah, disini kenapa saya mengangkat broken home? Karena ya
maraknya seperti itu. Nah, disini juga ada masalah yang sama
seperti itu. Nah, dari sisi broken home, adik Emma itu nama
pendeknya siapa?
Responden : Emma
Narasumber : Ini broken homenya dari sisi apa ya?
Responden : Dari sisi perselingkuhan.
Narasumber : Oke. Nah, dari sisi perselingkuhan, nah disini pertanyaannya
yang pertama yaitu, apakah kamu suka bercerita tentang hal-hal
pribadimu kepada orang lain?
Responden : Suka
Narasumber : Yang kedua, seberapa sering kamu merasa nyaman untuk
membagikan informasi pribadi kepada orang lain?
Responden : Mungkin 100% pribadi.
Narasumber : 100% sering?
Responden : Iya, 100% sering.
Narasumber : Nah, yang ketiga, pernahkah kamu merasa tidak ingin bercerita
tentang pengalaman keluarga kamu bercerai atau yang tadi
berselingkuh?
Responden : Iya
Narasumber : Kenapa?
Responden : Iya karena suka aja, yaaa soalnya nyingeti bapak og. Yaa cerita-
cerita ajaa.
Narasumber : Berarti kamu tuh tidak ingin ya? Tidak ingin apa ingin bercerita
kepada orang lain?
Responden : Tidak ingin sih, tapi gimana lagi, pengen cerita aja.
Narasumber : Yang ini pertanyaannya, apakah menurutmu berbeda ketika
kamu berbagi cerita dengan langsung dengan orang atau melalui
media sosial?
Responden : Langsung.
Narasumber : Bagaimana bedanya, jika langsung sama tidak?
Responden : Kalau langsung kan langsung sama orangnya, karena kalau
media kan sulit, sulit gitu.
Narasumber : Kemudian, apa yang mendorongmu untuk memilih untuk
berbicara secara terbuka tentang pengalamanmu di rumah yang
tadi Bapak Ibumu bercerai ya berarti?
Responden : Lebih suka aja kalau bercerai, karena lebih suka gitu Mbak,
kalau balik lagi Ibu sama Bapak itu enggak suka aku.
Narasumber : Kemudian, bagaimana peran pengalamanmu dalam keluarga

yang bercerai, yang mempengaruhi motivasimu untuk berbicara


tentang hal tersebut? Pengalamanmu dalam keluarga yang
mempengaruhi motivasi, mungkin motivasi belajarmu menurun
atau meningkat seperti itu?
Responden : Oh, uangnya menurun.
Narasumber : Kalau motivasi belajar?
Responden : Belajarnya ya meningkat soalnya ya, Alhamdulillah sih Ibu bisa
menyayangi keluarga.
Narasumber : Berarti terus kalau belajar itu kamu semangat atau murung?
Responden : Semangat, soalnya banyak teman-teman di sini.
Narasumber : Kemudian, apakah ada keinginan dalam dirimu untuk mengubah
pandangan masyarakat tentang keluargamu yang bercerai seperti
itu? Apakah kamu, kan pasti di lingkungan keluargamu banyak
yang menganggap anak orang yang bercerai seperti itu, kan
pastinya negatif-negatif seperti itu, apakah kamu ingin
merubahnya?
Responden : Merubahnya.
Narasumber : Kemudian, apakah kamu punya harapan tertentu tentang
bagaimana orang akan merespon ketika kamu bercerita tentang
keluargamu?
Responden : Tidak punya harapan.
Narasumber : Kemudian, apakah kamu merasa lebih nyaman berbicara tentang
pengalaman pribadi secara langsung atau melalui media sosial?
Responden : Secara pribadi.
Narasumber : Kapan kamu merasa ragu buat cerita hal pribadi sama orang
lain?
Responden : Kapan saja.
Narasumber : Apakah kamu merasa lebih mudah berbicara tentang
pengalaman pribadi pada waktu-waktu tertentu, seperti ketika
kamu berada di tempat yang tenang atau ketika kamu sedang
melakukan aktivitas fisik?
Responden : Iya
Narasumber : Kemudian, apa yang kamu pikirkan kalau cerita kamu tidak
direspon dengan baik oleh orang lain?
Responden : Sedih mungkin.
Narasumber : Bagaimana perasaan kamu terhadap kondisi keluarga yang
berpisah?
Responden : Senang. Malah senang.
Narasumber : Apakah kamu merasa nyaman untuk menceritakan tentang
pengalaman pribadi atau masalah dengan teman atau anggota
keluarga?
Responden : Nyaman.
Narasumber : Bagaimana kamu mengatasi ketidaknyamanan atau rasa takut
jika berbagi informasi kepada orang lain? Tadi nyaman ya?
Berarti tidak ada rasa takut ya?
Responden : Iya.
Narasumber : Bagaimana kamu merespon situasi atau perasaan yang menuntut
kejujuran diri secara emosional? Paham tidak?
Responden : Tidak.
Narasumber : Bagaimana kamu merespon situasi atau perasaan yang menuntut
kejujuran diri kamu merasa secara emosional? Secara emosional
berarti kamu merasa sedih atau senang? Kamu bisa jujur engga?
Waktu senang ya senang, sedih ya sedih.
Responden : Iya jujur.
Narasumber : Kemudian, apakah ada cerita atau pengalaman dari masa lalu
yang belum pernah kamu bagikan kepada siapapun sebelumnya?
Responden : Masa lalu yang bercerai itu?
Narasumber : Iya.
Responden : Pengene sih bapak memberi nafkah soalnya tidak pernah
memberi nafkah. Ya gitu Mbak.
Narasumber : Berarti kamu belum mengutarakan ya itu? Masih
menyimpannya?
Responden : Belom, Iya.
Narasumber : Apa pengalaman paling mendalam dalam hidup kamu yang telah
membentuk identitas dan nilai-nilai anda saat ini? Di sini
mungkin maksudnya pengalaman kamu yang membentuk kamu
seperti ini bisa sekolah itu dorongan orang tua.
Responden : Dorongan orang tua tapiiii ibuk tok.
Narasumber : Kemudian, apakah kamu merasa nyaman berbicara secara
terbuka dengan orang tua tentang masalah atau perasaan kamu?
Responden : Oh sama orang tua? Enggakk.
Narasumber : Berarti kamu tidak membicarakan apapun kepada ibu?
Responden : Iya.
Narasumber : Bagaimana kamu membangun kepercayaan dengan orang tua
sehingga merasa nyaman untuk berbicara?
Responden : Tidak nyaman.
Narasumber : Tidak nyaman ya? Jadi kamu tadi kan mengatakan bahwa tidak
mau menceritakan apa yang kamu alami. Berarti kamu tidak
nyaman sehingga tidak percaya pada orang tua.
Narasumber : Nah, berarti kan tadi kamu mengatakan tidak nyaman. Kamu
merasa sulitkah berkomunikasi atau bagaimana?
Responden : Sulit.
Narasumber : Apakah di sini tidak dibolehkan membawa hape?
Responden : Tidak boleh.
Narasumber : Karena tadi tidak nyaman, apakah kamu memiliki ketakutan jika
menceritakan hal-hal apa yang ingin kamu lakukan kepada orang
tua?
Responden : Tidak, tidak takut.
Narasumber : Siapa orang yang pertama kali kamu pikirkan untuk mencari
bantuan ketika kamu menghadapi masalah?
Responden : Teman.
Narasumber : Guru?
Responden : Guru.
Narasumber : Orang tua?
Responden : Orang tua.
Narasumber : Bagaimana kamu merasa bahwa orang tua itu memberikan
dukungan yang cukup ketika kamu berbagi pengalaman seperti
itu? Mungkin dari sekolah kamu di Pondok itu kamu berbagi
pengalaman kepada orang tua. Apakah orang tua itu
mendukung?
Responden : Mendukung.
Narasumber : Memberikan uang saku ya?
Responden : Iya, walaupun sedikit.
Narasumber : Kemudian apakah kamu mendengar atau mendapatkan teman
yang sepantaran itu masukkan atau ambisi terkait kamu? Pasti
temanmu tahu kan kalau kamu itu anak yang broken home. Di
sini temanmu itu responnya seperti apa? Buat mendukung kamu
agar kamu semangat seperti itu.
Responden : Terus bersabar, kon sabar terus og Mbak.
Narasumber : Kemudian bagaimana kamu biasanya itu berdiskusi dengan
orang tua? Tentang masa depanmu.
Responden : Ya pengennya sih masa depanku....
Narasumber : Tentang masa depanmu. Nanti kan habis SMK mau kuliah atau
gimana.
Responden : Gak boleh kuliah og.
Narasumber : Berarti kerja?
Responden : Iya.
Narasumber : Apakah kamu itu merasa kehilangan apa enggak?
Responden : Tidak.
Narasumber : Dengan perasaan tidak kehilangan itu kamu merasa bahagia
berarti ya?
Responden : Bahagia.
Narasumber : Nah tadi kan kurangnya kehadiran orang tua ya. Apakah kamu
merasa diabaikan?
Responden : Diabaikan.
Narasumber : Kurangnya kasih sayang?
Responden : Iya kasih sayang. Kurangnya uang juga.
Narasumber : Oke. Nah jika karena masalah itu tadi, apakah kamu di sekolah
itu merasa kesulitan konsentrasi?
Responden : Kesulitan kadang-kadang. Iya kesulitan.
Narasumber : Kenapa?
Responden : Itu mikirkan kadang tapi...
Narasumber : Karena mikir itu tadi?
Responden : Iya mikir, sak`ake ibuk juga sih...
Narasumber : Kamu berapa bersaudara?
Responden : Dua.
Narasumber : Berarti ibumu membiayai 2
anak? Responden : Iya.
Narasumber : Mungkin cukup ya dek Emma. Terima kasih..
Responden : Iya.
Narasumber 1 : Morys Murti Kenti
Responden 1 : Sabila Ilma

Narasumber 1 : Oke, coba perkenalan dulu namanya siapa, kelas berapa?


Responden 1 : Nama saya Bila, kelas 9.
Narasumber 1 : Oke, kalau saya Morys dari Mahasiswa S2 UNNES. Oke, saya mulai
pertanyaannya ya. Yang pertama, apakah kamu suka bercerita tentang hal-hal pribadimu
kepada orang lain?
Responden 1 : Enggak.

Narasumber 1 : Seberapa sering Anda itu merasa nyaman untuk membagikan informasi
pribadi kepada orang lain? Nyaman enggak untuk membagikan informasi kepada orang lain?
Responden 1 : Enggak.
Narasumber 1 : Berarti enggak suka bercerita kepada orang lain gitu ya?
Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Oke, terus pernah enggak kamu itu bercerita kepada orang lain? Pernah
enggak?
Responden 1 : Pernah.

Narasumber 1 : Itu ke siapa biasanya kalau bercerita ke orang lain?


Responden 1 : Ke teman dekat.
Narasumber 1 : Ke teman dekat. Oke, itu teman dekatnya satu kelas atau teman yang satu
kamar?
Responden 1 : Satu kamar.

Narasumber 1 : Kira-kira teman satu kamar itu ada berapa orang?


Responden 1 : Ada 18.
Narasumber 1 : Itu teman dekat yang kamu punya ada berapa?
Responden 1 : Tiga.

Narasumber 1 : Tiga, oke. Terus pernah enggak sih kamu itu merasa tidak ingin bercerita
tentang pengalaman keluarga yang bercerai gitu?
Responden 1 : Pernah.
Narasumber 1 : Kalau iya, kenapa? Kenapa enggak ingin cerita gitu tentang pengalaman
keluarga yang bercerai?
Responden 1 : Takut, kayak apa ya kak? Takut semua orang pada tahu gitu.
Responden 1 : Takut semua orang pada tahu ya.
Narasumber 1 : Terus apakah menurutmu itu berbeda ketika kamu berbagi cerita dengan
orang lain melalui media sosial? Pernah enggak kamu berbagi cerita di media sosial gitu?
Responden 1 : Pernah.
Narasumber 1 : Terus menurut kamu beda enggak jika kamu membagikan di media sosial
sama membagikan cerita itu secara langsung?
Responden 1 : Beda.
Narasumber 1 : Oke, bedanya apa?
Responden 1 : Beda.
Narasumber 1 : Gimana bisa cerita enggak?
Responden 1 : Kalau secara langsung itu kak nanti dapat responnya gitu, tapi kalau media
sosial itu kak lama.
Narasumber 1 : Tapi biasanya kalau kamu cerita di media sosial itu ada enggak yang pernah
merespon cerita kamu gitu?
Responden 1 : Ada.

Narasumber 1 : Nah biasanya responnya seperti apa?


Responden 1 : Kayak nanyain kenapa terus ada masalah apa lagi gitu.
Narasumber 1 : Nah itu biasanya yang nanyain kayak gitu orang yang kamu kenal atau
enggak di media sosial?
Responden 1 : Kenal.
Narasumber 1 : Itu biasanya siapa teman dekat?
Responden 1 : Teman dekat itu sekamar.

Narasumber 1 : Terus apa yang mendorongmu itu untuk memilih berbicara secara terbuka
tentang pengalamanmu di rumah yang bercerai?
Responden 1 : Apa ya?
Narasumber 1 : Apa nih yang mendorong kamu bisa untuk ngomong terbuka tentang
pengalaman itu? Minimal terbuka dengan teman yang dekat. Kenapa akhirnya kamu mau
cerita gitu?
Responden 1 : Kayak udah enggak kuat aja dan seperti itu sih. Oke.

Narasumber 1 : Tapi pernah enggak selain ke teman atau kamu pernah cerita ke keluarga
yang lain gitu?
Responden 1 : Enggak. Enggak pernah.
Narasumber 1 : Jadi cuma hanya ke teman?
Responden 1 : Iya.

Narasumber 1 : Terus bagaimana peran pengalamamu dalam keluarga yang bercerai


mempengaruhi motivasimu untuk berbicara tentang hal tersebut?
Responden 1 : Apa ya?
Narasumber 1 : Apa sih yang membuat akhirnya oke aku cerita nih gitu ke orang lain gitu?
Responden 1 : Enggak tau ya. Pengen aja ceritanya gitu ya.

Narasumber 1: Kayak udah enggak kuat gitu ya. Oke. Terus punya enggak kamu tuh
keinginan untuk mengubah pandangan orang lain tentang keluarga yang bercerai gitu?
Responden 1 : Enggak.

Narasumber 1 : Oke. Kalau boleh tau kenapa alasannya kenapa orang tua itu berpisah gitu?
Responden 1 : Ya enggak lagi cocok.

Narasumber 1 : Berarti sudah punya keluarga lagi.


Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Tapi kalau ibu?
Responden 1 : Belum.

Narasumber 1 : Kakak berapa bersaudara?


Responden 1 : Tiga.
Narasumber 1 : Kamu anak ke?
Responden 1 : Dua.
Narasumber 1 : Yang pertama?
Responden 1 : Kakak laki-laki. Terus saya, terus adik.
Narasumber 1 : Kakak laki-laki itu sudah menikah?
Responden 1 : Sudah.
Narasumber 1 : Kamu sekolah SLE, adiknya kelas?
Responden 1 : Belum sekolah.
Narasumber 1 : Belum sekolah?
Responden 1 : Iya.

Narasumber 1 : Oke terus, ketika kamu cerita tadi masalah tentang bercerai. Kamu punya
harapan apa tentang respon ketika kamu cerita tentang keluarga mu?
Responden 1 : Nyemangatin.

Narasumber 1 : Terus apakah kamu itu merasa lebih nyaman berbicara tentang pengalaman
pribadi secara langsung atau melalui media sosial?
Responden 1 : Langsung. Secara langsung.
Narasumber 1 : Terus apakah kamu merasa lebih mudah berbicara tentang pengalaman
pribadi Anda pada waktu-waktu tertentu? Misalnya kalau di tempat yang tenang atau tempat
yang rame.
Narasumber 1 : Apa? Kamu lebih suka cerita di tempat yang sunyi, yang tenang atau di
tempat yang rame?
Responden 1 : Yang sunyi. Yang sunyi, yang tenang.
Narasumber 1 : Terus gimana kalau, apa yang kamu pikirkan nih? Kalau misalnya cerita
kamu itu gak direspon, gak direspon baik oleh orang lain.

Responden 1 : Iya, apa ya? Gimana? Bingung sama pertanyaannya ya?


Narasumber 1 : Iya. Apa yang kamu pikirkan nih tentang respon orang lain gitu? Kalau
misalnya gak direspon gitu sama orang lain, perasaan kamu gimana?
Responden 1 : Iya, kayak sedih. Nyesel gitu kalau cerita ini direspon.

Narasumber 1 : Terus gimana perasaan kamu sama dengan kondisi keluarga yang bercerai
atau terpisah?
Responden 1 : Biasa aja.
Narasumber 1 : Kenapa biasa aja?
Responden 1 : Kayak udah lama, terus pertamanya sih terpukul Kak Dos, kalau udah lama
yaudah biasa aja.
Narasumber 1 : Biasa aja, waktu terpukulnya itu kenapa? Terpukulnya itu apa yang kamu
rasakan?
Responden 1 : Kayak gak apa ya, kayak itu apa namanya, gak mau aja gitu orang-orangnya
pisah, kayak malah pisah.
Narasumber 1 : Itu kamu tahunya dari siapa?
Responden 1 : Dari kakak.
Narasumber 1 : Awalnya tahunya dari kakak, itu bisa diceritakan sedikit gak? Maksudnya
prosesnya itu cepet kah? Atau lamakah? Mungkin orang tua pernah berantem gitu?
Responden 1 : Iya.

Narasumber 1 : Apakah kamu merasa nyaman untuk menceritakan tentang pengalaman


pribadi atau masalah anda itu dengan teman atau membentang keluarga?
Responden 1 : Nyaman. Nyaman.
Narasumber 1 : Terus, pernah kan mengalami ini kan, kayak takut ketika cerita sama orang
lain, itu bagaimana kamu mengatasinya?
Responden 1 : Menyakinkan diri.

Narasumber 1 : Menyakinkan diri bahwa gimana?


Responden 1 : Bahwa dia nanti bisa menyampaikan cerita itu.
Narasumber 1 : Nah itu kan, meyakinkan diri kamu sendiri. Terus, gimana kamu meyakinkan
orang lain? Dengan cara apa? Kayak, kamu jangan cerita-cerita sama yang lain ya, apa
gimana?
Responden 1 : Iya gitu ya biasanya.

Narasumber 1 : Oke. Bagaimana kamu biasanya merespon situasi atau perasaan yang
menuntut kejujuran diri secara emosional? Biasanya, gimana sih kamu merespon biasanya
kalau ada situasi yang mengharuskan kamu tuh cerita tentang pribadi kamu gitu? Biasanya
responnya kamu apa nih? Misalnya tiba-tiba di kelas atau di teman lingkungan gitu ya, lagi di
kamar atau apa. Tiba-tiba teman kamu itu tanya, yang mengharuskan kamu tuh ceritanya
tentang pengalaman pribadi yang membuat sedih atau membuat marah gitu.
Responden 1 : Tentang pengalaman pribadi.
Narasumber 1 : Terus, responnya apa biasanya? Respon kamu itu seperti apa?
Responden 1 : Diam. Diam aja gak bercerita? Iya.
Narasumber 1 : Selain itu, responnya apa lagi? Kamu biasanya merespon apa?
Responden 1 : Biasanya kalau disuruh cerita kayak gitu. Kayak dibuat candaan aja sih, Kak.
Narasumber 1 : Apakah ada cerita atau pengalaman dari masa lalu yang belum pernah kamu
ceritain gitu ke orang lain?
Responden 1 : Ada.
Narasumber 1 : Ada? Alasannya kenapa kamu pilih untuk menyimpannya?
Responden 1 : Enggak. Belum terlalu yakin banget.

Narasumber 1 : Belum yakin akan itu yang mau cerita dengan orang lain. Tapi ada keinginan
gak untuk mau cerita itu ke orang lain?
Responden 1 : Ada.
Narasumber 1 : Terus, apa pengalaman yang paling mendalam dalam hidup kamu yang telah
membentuk kamu sekarang? Apa? Pengalaman yang paling berharga, paling mendalam, yang
paling membuat kamu bermakna gitu ya.
Narasumber 1 : Yang membentuk identitas diri kamu sekarang. Ada gak pengalaman? Apa
pengalamannya?
Responden 1 : Enggak ada.
Narasumber 1 : Belum ada? Sejauh ini, ada gak hal yang membuat kamu terkesan?
Responden 1 : Enggak.

Narasumber 1 : Keputusan ini udah dari sejak kapan?


Responden 1 : Kelas tujuh.
Narasumber 1 : Kelas tujuh ini sudah kelas sembilan?
Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Kenapa kamu pilih untuk mondok dari kelas tujuh?
Responden 1 : Disuruh, kak.

Narasumber 1 : Disuruh orang tua? Gitu. Kamu tahu waktu itu orang tua itu waktu kamu
kelas berapa?
Responden 1 : Kelas tiga. Kelas tiga.
Narasumber 1 : SD? Sudah lama sekali.
Ibu, bekerja?
Responden 1 : Bekerja.
Narasumber 1 : Bekerja di?
Responden 1 : TKW.

Narasumber 1 : Oh. Berarti adik sama siapa?


Responden 1 : Nenek.
Narasumber 1 : Kakak sudah menikah?
Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Kamu mondok. Lalu ketemu ibu itu berapa lama?
Responden 1 : Biasanya empat tahun sekali. Kalau enggak, berapa tahun sekali saja.
Narasumber 1 : Terakhir ketemu berapa kali?
Responden 1 : Kemarin. Kemarin kan nenek sudah pulang.
Narasumber 1 : Lebaran kemarin? Iya. Oke.
Narasumber 1 : Lalu komunikasi dengan orang tua seperti apa?
Kalau misalnya orang tua TKW di mana?
Responden 1 : Di Taiwan.
Narasumber 1 : Di Taiwan. Lalu komunikasi dengan ibu di mana? Belajar. Biasanya via apa?
WA atau gimana? Berapa minggu sekali?
Responden 1 : Jadi sebulan sekali. Sebulan sekali gitu WA.
Narasumber 1 : Dan tiap hari apa? Ada jadwal khususnya enggak kalau menghubungi mama
gitu? Ada jadwal khususnya. Di hari apa biasanya?
Responden 1 : Selasa. Selasa itu kan ada perbedaan waktu nih.
Narasumber 1 : Biasanya kamu menghubungi di hari selasa itu selasa
apa? Responden 1 : Biasanya abis mahrib.
Narasumber 1 : Abis mahrib. Kalau disana berarti kalau disini abis mahrib, disana jam?
Responden 1 : Sembilan. Malam.

Narasumber 1 : Pertanyaan selanjutnya itu. Pernah enggak kamu ini, berbeda pendapat
dengan orang tua? Pernah. Nah itu bagaimana cara menanganinya? Kan itu apa? Ya nanti
akhirnya juga kecewa orang tua.

Responden 1 : Biarin. Biarin. Keputusannya kecewa orang tua ya? Iya.

Narasumber 1 : Terus ini enggak, kamu merasa sulit enggak berkomunikasi sama orang tua?
Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Merasa sulit ya? Terus biasanya kalau minta pendapat gitu, minta
pendapatnya ke siapa?
Responden 1 : Ke keluarga.
Narasumber 1 : Ke keluarga? Salah satunya? Biasanya?
Nenek. Terus pakde budhe Terus sama kakak gitu.

Narasumber 1 : Jadi jarang ya komunikasi sama ibu ya? Terus apakah kamu ini punya
ketakutan tertentu atau kekhawatiran tentang berbagi pengalaman ini, identitas kamu kepada
orang lain? Pernah merasa takut?
Responden 1 : Iya.
Narasumber 1 : Kalau iya tentang apa?
Responden 1 : Tentang keluarga.
Narasumber 1 : Tapi kalau misalnya tentang diri sendiri, takut enggak?
Responden 1 : Takut. Takut.
Narasumber 1 : Terus biasanya siapa orang yang pertama kali kamu pikirkan buat cari
bantuan ketika kamu ada masalah?
Responden 1 : Teman.

Narasumber 1 : Orang tua itu, kamu merasa enggak kalau orang tua itu memberikan
dukungan cukup berkaitan sama pengalaman untuk kamu berkembang? Contohnya gimana?
Responden 1 : Contohnya mau sekolah dimana saja boleh, tapi mau mendukung. Terus? Iya.
Dibayangin dimana saja, tapi mau mendukung itu enggak boleh sama orang tua.

Narasumber 1 : Itu bentuk dukungan orang tua seperti itu ya? Oke. Pernah enggak kamu
mengalami ketakutan tergantung cerita tentang ketakutan gitu? Ketakutan kepada orang lain.
Responden 1 : Enggak.

Narasumber 1 : Terus... Respon kamu ketika seseorang itu memberikan masukan ke kamu itu
yang realistis. Apa?
Responden 1 : Realistis apa? Realistis.
Narasumber 1 : Jadi kayak sesuai dengan kenyataan gitu.
Misalnya orang yang ngasih tahu kamu gitu tentang sesuatu, tapi itu benar-benar yang kamu
rasain gitu. Respon kamu gimana biasanya? Marah kah? Atau enggak terima kah? Kayak gitu.
Responden 1 : Biasa saja.

Narasumber 1 : Biasa saja? Oke. Terus... Pernah enggak kamu diskusi sama orang tua
tentang rencana masa depan?
Responden 1 : Enggak.
Narasumber 1 : Enggak pernah? Terus setelah ini kan kamu sudah ke-9.
Iya. Lanjut ke mana? Atau masih di sini? Tapi sudah diobrolin dengan orang tua?
Responden 1 : Udah. Oke.

Narasumber 1 : Pernah enggak kamu ada perbedaan ini? Apa namanya pendapat tentang
masa depan sama orang tua?
Responden 1 : Enggak. Ini ada belum? Ada. Oke.

Narasumber 1 : Terus... Apa ya? Ada enggak perubahan yang mempengaruhi suasana hati
anda sehari-hari? Udah. Tentang percarian orang tua itu dulu gimana? Kalau waktu tahu.
Waktu itu kan berarti belum mendokan.

Narasumber 1 : Iya. Gimana keadaan kamu saat itu ketika tahu orang tua itu percarian itu?
Responden 1 : Sedih.
Narasumber 1 : Terus sehari-hari kamu gimana waktu itu? Orang diri dikangen.
Responden 1 : Enggak mau sekolah. Sama sekali.
Narasumber 1 : Akhirnya yang membuat kamu, oke, aku harus survive ini.
Adik. Adik. Kenapa? Kenapa pilihannya jatuh ke adik?
Responden 1 : Enggak tahu.
Narasumber 1 : Kasihannya jatuh ke adik. Waktu itu adik masih umur berapa berarti?
Responden 1 : Masih kecil. Baru lahir.
Narasumber 1 : Baru lahir? Iya. Terus... Hubungan kamu sama orang tua sekarang gimana?
Baik itu ibu ataupun bapak?
Responden 1 : Kalau ibu, baik. Kalau bapak, tidak pernah.

Narasumber 1 : Tidak pernah. Tapi tahu tidak keberadaan bapak sekarang? Tidak. Ibu juga
tidak pernah kasih tahu?
Responden 1 : Tidak.

Narasumber 1 : Ibu juga tidak tahu? Tidak. Tidak. Terus pernah tidak kamu merasa cemas
atau gelisah karena masa depan keluarga anda terhadap masa depan keluarga kamu? Apa
yang kamu cemaskan?
Responden 1 : Tidak.
Sekarang yang aku alami itu bisa dialami sama anak.
Narasumber 1 : Terus selama... Itu sulit tidak konsentrasi di sekolah atau melakukan aktivitas
untuk sekarang?
Responden 1 : Iya, sulit. Untuk sekarang berarti masih sulit? Iya.

Narasumber 1 : Apa yang masih terbayang-bayang atau yang kamu pikirkan tentang keadaan
sekarang? Mas... Bagaimana? Bagaimana jika orang tua bertingkat? Bagaimana jika orang
tua bertingkat? Yang aku pikirkan itu tentang keadaan sekarang. Oke itu saja. Terima kasih
ya.

Iya.
Narasumber : ”Sebelumnya saya memperkenalkan diri dulu ya. Nama saya Annisa Amalia
Utari, biasanya dipanggil dengan Amel. Di sini saya berbicara dengan siapa?
Responden : ”Saya dengan Mbak Nabila Salma”.

Narasumber : Di sini saya ingin mewawancarai Mbak Nabila, Apabila Mbak Nabila berkenan
diwawancarai ? saya ingin memeberikan beberapa pertanyaan, apakah mba berkenan tidak
untuk diuancarai?
Responden :”Iya, berkenan”.

Narasumber :”Jadi pertanyaan pertama, apakah kamu suka bercerita tentang hal-hal pribadi
kamu kepada orang lain?
Responden : ”Enggak pernah”.
Narasumber :”Enggak pernah? Nah, Seberapa sering sih Anda merasa nyaman untuk
membagikan informasi kepada orang lain? Maksdunya anda itu nyaman enggak kalau
bercerita dengan orang lain itu?
Responden : . Enggak.

Narasumber : ”Enggak nyaman? Jadi dipendam sendiri gitu?”


Responden : ”iyaaa”.
Narasumber :”Terus pernah enggak kamu merasa kamu enggak ingin bercerita tentang
pengalaman kamu ke orang lain? Pengalaman apa? Pengalaman tentang keluarga kamu atau
tentang apa yang terjadi sama kamu, jadi ingin kamu pendam sendiri aja gitu?
Responden : ”iyaa dipendam aja sediri”.
Narasumber : Apakah menurut kamu ketika kamu berbagi cerita itu, kamu langsung dengan
orang atau melalui media sosial? Maksdunya lebih suka cerita sama orang langsung atau
cerita di media sosial gitu?
Reponden : ”Orang”.

Narasumber : Apa sih yang mendorong kamu untuk memilih berbicara terbuka tentang
pengalaman dengan keadaan rumah yang bercerai kan?
Responden : tertekan jadi butuh cerita.
Narasumber : apakah anda pernah bercerita tentang keadaan rumah kepada orang? Sedikit sih.
Orang-orang tertentu atau?
Responden : Tertentu.

Narasumber :Bagaimana sih peran pengalaman dalam keluarga yang bercerai?


Mempengaruhi enggak sama motivasi kamu untuk menceritakannya sama orang-orang lain?
Terus juga berpengaruh enggak sama pelajaran di sekolah, mengganggu enggak?
Reponden : Enggak sih.

Narasumber : harapannya orang lain itu mendengarkan atau ikut merasa dalam cerita kamu
atau bagaimana?
Responden : Cukup didengarkan.
Narasumber : Kenapa memilih untuk memendamnya sendiri?
Responden : Ya aib aja juga. Jadi orang lain tidak perlu tahu cukup dipendam aja. Cuma
saya jadi menghindari lelaki-lelaki takut kasar seperti ayah saya.
Narasumber : Menurut anda, apakah anda merasa hubungan anda dengan orang tua menjadi
lebih baik dengan menutup diri itu?
Responden : Enggak.
Narasumber : Apakah ada rasa ingin suatu saat nanti bercerita atau terbuka gitu dengan orang
tua?
Responden : Enggak.
Narasumber : Apakah apa yang anda harapkan dari orang tua untuk merespon cerita-cerita
anda?
Responden : Tidak.

Narasumber : Kalau boleh tahu orang tua anda itu kemana? Dan mengapa kok tidak menemui
anda? Tidak menanyakan mengapa anda dan anda maunya bagaimana menanyakan perasaan
anda sekarang?
Responden : Orang tua jauh. Yang ibu ke luar negeri, yang bapaknya di rumah. Tapi saya kan
tinggalnya sama kakak. Jadi pisah. Bapak sendiri, saya sama kakaknya sendiri.

Narasumber : Untuk nafkah bagaimana itu? Berarti dari ibu?


Responden : iya karena Bapak tidak bekerja, tidak memberi nafkah.
Narasumber : Apakah Sering nengok ke sini juga?
Respnden :Kalau nengok, enggak.
Narasumber : Apakah anda memiliki ketakutan atau kekhawatiran tentang nanti untuk masa
depan anda? Ketakutan apa? Misal saya ingin kuliah tapi dengan keadaan orang tua yang
begini, saya takut. Terus juga biasanya untuk mengekspresikan diri dengan orang-orang juga
biasanya susah. Kayak nggak percaya diri gitu. Ada nggak?
Reponden : Kalau kuliah, bisa orang tua siap-siap. Alhamdulillah.

Narasumber : Cita-citanya mau jadi apa?


Responden : Pengen jadi dokter.
Narasumber : oooo.. Pengen jadi dokter. Orang tua mendukung ?
Responden : alhamdulillah Mendukung, saya bilang pengen jadi dokter bu, dan insyallahakan
diusahakan

Narasumber : Pernahkah anda merasa kesulitan untuk berkonsentrasi saat sekolah ketika ada
masalah broken home ini?
Responde : Pernah. Waktu pertama itu sedih kepikiran terus tapi lama-lama biasa aja.
Narasumber : Jadi di sekolah itu gimana biasanya waktu pertama-pertama terjadi broken home
ini?
Responden : Ya diem, diem lagi. Diem aja berarti? Gak ada cerita apa-apa juga? Gak.

Narasumber :Jadi di kelas itu berarti dalam menerima pelajar itu cuma ngamun atau gimana?
Responden : Iya diem menyendiri aja
Narasumber : Yaudah, terima kasih atas waktunya. Saya Akhiri, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
VERBATIM
Narasumber 1 : Annisa Amalia Utari
Narasumber 2 : Morys Murti Kenti
Narasumber 3 : Intan Hayyinul Ilma
Responden 1 : Azzarin Riroz
Responden 2 : Vanesa Pearl
Narasumber 3 : Oke, nah disini kami dari mahasiswa BK akan melakukan wawancara pada
kalian ya. Nah, bisa perkenalan dari kami dulu deh. Saya Intan. Saya Amel. Saya Morris. Nah,
adiknya?
Responden 1 : Saya Azarin.

Responden 2 : Vanessa.
Narasumber 3 : Nah, disini bisa Mbak Amel dulu yang mau bertanya kepada adik Azarin
sama adik Nessa.

Responden 1 :Ya, jadi saya ingin bertanya beberapa pertanyaan yang disini ingin bertanya.
Yang pertama itu, apakah kamu tuh suka bercerita tentang hal-hal pribadi kamu dengan orang
lain?

Narasumber 1 : Cuman ke teman deket doang


Narasumber 2 : Iya, ke teman deket.
Responden 1: Iya, berarti ke teman deket ya. Iya. Terus yang kedua saya ingin bertanya,
seberapa sering sih Anda merasa nyaman membagikan informasi tersebut itu kepada orang
lain? Kepada teman-teman.

Narasumber 1 : Iya, kan gantian Mbak. Jadi ini aku cerita, dia juga cerita. Jadi ini nyaman aja.
Narasumber 2 : Iya, sering bareng. Sering bareng. Oh, sering bareng.
Responden 1: Jadi pernah gak kamu tuh merasa ada suatu masalah yang gak pengen kamu
ceritain gitu loh sama orang lain?

Narasumber 1 :Pernah.
Narasumber 2 : Pernah.
Responden 1: Masalah itu masalah yang seperti apa?
Narasumber 1: Keluarga, kadang juga teman.
Narasumber 1 : Masalah pribadi keluarga.

Responden 1 : Kamu lebih nyaman untuk bercerita sama orang atau cerita di sosial media?
Biasanya kan ada tuh di jaringan sosial tuh, kayak mengutarakan isi hatinya di sosial media
atau ke orang lain?
Responden 1: Orang lain.
Responden 2: Ke orang lain.
Narasumber 2: Oke, ini giliranku ya. Terus, apa yang mendorongmu itu untuk memilih
berbicara terbuka tentang pengalamanmu di rumah yang bercerai?

Responden 1 : Soalnya temanku yang itu udah dari pas SMP. Yang apa? Saya ngerti aku dulu
Mbak, yang dari dulu itu.
Narasumber 2 : Bisa diulang Mbak Moris, pokoknya. Apa yang mendorongmu untuk
memilih berbicara tentang pengalamanmu orangtua yang bercerai gitu? Atau yang berpisah?
Tentang apa yang bikin kamu tuh kayak kamu udah terlalu sedih kah, atau gimana gitu?

Responden 1 : Iya, biar lega.

Narasumber 2 :Oh, biar lega. Terus, peran pengalamanmu dalam keluarga yang bercerai ini
mempengaruhi motivasimu untuk berbicara tentang hal tersebut? ada pengalaman apa yang
pada akhirnya, oh akhirnya aku mau cerita nih tentang pengalaman kamu tentang keluarga
yang berpisah gitu.

Responden 1: Mungkin karena melihat teman, oh ada teman yang bisa terbuka juga tentang
hal ini gitu. Karena kadang-kadang, kan biasanya kan teman orangtua kan ngeluh-ngeluh gitu
loh Mbak. Terus, yaudah aku akhirnya cerita. Cerita tentang keadaanku, ini loh aku yang
terpisah seperti ini. Buat motivasi.

Narasumber 2 : Motivasi, oke. Ada gak keinginan kamu nih masing-masing untuk mengubah
pandangan orang lain terhadap keluarga yang berpisah gitu?

Responden 1: Sedikit.
Responden 2 : Sedikit.
Narasumber 2 : Ada gak keinginan untuk mengubah pandangan gitu orang lain tentang
pandangan keluarga yang berpisah gitu?

Responden 1 : Ada.
Responden 2 :Ada.
Narasumber 2 : Kenapa, kenapa kamu pengen mengubah pandangan orang gitu? Kalau boleh
tahu.

Responden 1: Gak tau Mbak, soalnya kan pas bercerai saya di pondok. Ceritanya, kan saya
dulu kan pas kelas 9. Pas kelas 9 awalan tuh orangtua udah surat kepengadilan negeri Tapi
saya kan belum tau pas itu, masih biasa-biasa aja. Terus pas saya mah lulus, Bapak Ibu baru
jujur, baru cerita.

Narasumber 2 : Terus sekarang berarti kamu ikutnya?


Responden 1 : Ikut Ayah.
Narasumber 2: Ayah di sini berarti. Kalau Ibu?
Responden 1 : Beda desa doang.
Narasumber 2: Tapi mereka udah punya keluarga masing-masing gitu?
Responden 1: Udah.
Narasumber 2 : Kalau kamu gimana? Maksudnya orangtua berpisah itu kenapa?
Responden 2: Gak tau, lagi sekolah. Tiba-tiba dijemput Mama jajak ke rumah embah.
Narassumber 2: Terus tentang itu kejadiannya?
Responden 2: Gak tau Mbak.

Narasumber 2: Diberi penjelasan gak sama orangtuanya?


Responden 2: Gak.
Narasumber 2: Sampai sekarang belum tau alasannya kenapa?
Responden 2: Gak tau. Sekarang ikut sama Mama.
Narasumber 2: Berarti Mama gak pernah cerita. Maksudnya, Bapak kemana? Atau gimana
gitu.

Responden 2: Ya, pernah tapi gak jelas. Gak jelas. Gak paham.

Narasumber 2: Yang sepahamnya. Kamu apa? Yang kamu tau tentang Bapakmu.
Responden 1 : Gak tau. Mungkin bertengkar, Mbak.
Narasumber 2: Kamu juga bertengkar.

Responden 2: Gak tau, Mbak. Aku dari kelas 9. Paling udah beda itu tau. Udah beda.
Narasumber 2: Tapi, kamu ada keinginan untuk tau gak?
Responden 2: Ada.

Narasumber 2: Pernah tanya sesekali gitu, kalau misalnya kamu pulang. Terus respon
orangtuanya seperti apa?

Respnden 1: Setiap aku tanya, pasti, ya mungkin Ayah dan Ibu beda pemikiran. Nek beda.
Satu kali gak bakal iso. Bilangnya kayak gitu.

Narasumber 2: Kamu punya harapan tertentu gak bagaimana orang akan merespon ketika
kamu tuh cerita tentang keluargamu? Harapan apa yang kamu punya tentang respon orang
lain? Pengennya kamu tuh dapet respon apa dari orang lain ketika kamu itu cerita tentang
keluargamu yang berpisah itu?

Responden 1: Mungkin pengennya dimotivasi lagi. Kasih motivasi, biar gak kayak keganggu
sama Nek. Misalnya kan cerita, habis itu, gak apa-apa loh. Kamu kemana pun kamu, tetap
bawa semangat gitu.
Narasumber 2: Kamu pengen respon apa dari orang lain ketika misalnya kamu cerita sama
temenmu tentang keluargamu yang berpisah? Respon apa yang kamu harapkan atau inginkan?

Responden 2: Didenger aja. Cuma pengen denger aja.

Narasumber 2: Apakah kamu merasa lebih nyaman cerita itu secara langsung atau melalui
media sosial?

Responden 2: Secara langsung.


Narasumber 2: Kenapa secara langsung?
Responden 1: Enakan secara langsung.
Narasumber 2: Tapi pernah gak lewat media sosial kayak cerita gitu?
Responden 1: Enggak pernah. Mungkin karena jarang pegang HP juga kali ya.
Narasumber 2: Tapi kalian punya media sosial kan?
Responden 1: Punya.

Narasumber 2: Pernah gak kamu ragu buat cerita tentang hal-hal pribadi gitu sama orang lain?
Kenapa? Apa yang membuat kamu ragu?

Responden 1 :Insecure.

Narasumber 2: Insecure sama dirimu sendiri?

Responden 1: Kayak misalnya orang-orang ceritakan, aku tau bapakku, ibuku, kenapa
misalnya aku, aku pikir mau cerita kok misalnya beda gitu. Terasa beda gitu.

Narasumber 2: Bagaimana dengan kamu? Iya, terasa beda. Terasa beda gitu.

Oke, terus kalau misalnya mau cerita sama orang lain nih, kamu lebih nyaman di kondisi
yang seperti apa? Maksudnya suasana yang seperti apa? Nyaman gak yang sunyi kah? Atau
cuma berdua? Atau misalnya kamu lagi sama temen-temenmu nih, bareng temen-temen
deketmu gitu, kamu nyaman tuh kayak gitu? Berdua sih biasanya. Biasanya sama siapa?
Temen sekamar? Temen sekamar. Cuma berdua.

Cuma berdua. Biasanya sama siapa? Sama temen kamar. Kalau temen kamar itu sudah pasti
temen satu kelas gak? Ada yang satu kelas, ada yang enggak? Enggak.

Terus apa yang kalian pikirkan nih, kalau misalnya ceritamu tuh gak direspon sama orang
lain? Kayak, yaudah, yang penting aku cerita gitu aja. Ketepan cerita atau berhenti? Berhenti.
Iya.

Sama. Kalau bercerita tuh lega ya? Oke, terus gimana sih perasaannya kalian itu kalau
melihat kondisi keluarga yang terpisah? Kondisi keluarga yang bercerai gitu, terutama kalian
ya gitu, gimana sih perasaannya kalian itu sama kondisi yang kalian alami? Mau sedih, tapi
yaudah lah gak apa-apa. Awalnya sedih, terus perasaan kamu waktu awal-awal tau itu gimana?
Sedih.

Ada rasa marah gak sama orang lain? Ada. Apa yang membuat kamu marah? Enggak, gak
apa-apa tidak pisah. Memang enggak, gak bisa nyari jalan keluarnya.

Tapi yaudah. Ya sedih, tapi biasa aja. Karena gak bisa nyalain siapa-siapa.

Terus ini gak mempengaruhi terhadap aktivitas kalian sehari-hari? Konsentrasi gak di sekolah?
Konsentrasi, alhamdulillah. Konsentrasi. Maksudnya kan, pernah gak sih nangis terus malam
saat itu? Pas awal tau, pas kelas 9, mau ujian pas itu.

Habis itu, malem-malem kayak sholat ajud gitu, biarnya nangis. Kalau kamu? Kalau keinget
aja nangis. Kapanpun keinget, nangis.

Terus, ini, kalian nyaman gak kalau misalnya cerita di antara keluarga? Cerita ini di sesama
keluarga? Atau di teman? Nggak, keluarga gak pernah cerita tentang orang tua. Jadi
seringnya lebih ke teman? Iya. Terus pernah gak kalian itu merasa gak nyaman atau merasa
takut ketika kalian itu mau cerita masalah informasi pribadi kalian? Pernah.

Terus gimana cara kalian itu mengatasi ketakutan tersebut? Kan aku cerita, kamu cerita, kita
sama-sama sharing. Kalau dia gak sharing? Biasanya, dia kan kenalnya dari dulu, sering-
sering gitu. Biasanya, sharing-sharing.

Nanti kalau sama-sama sharing ya kalian pasti mau sharing gitu ya. Oke. Terus, pernah gak
kalian itu tiba-tiba, misalnya di kelas nih, atau kalian lagi dimana gitu, tiba-tiba kalian itu
disuruh untuk jujur tentang pengalaman kalian yang membuat kalian itu emosi.

Emosi itu kan bisa sedih atau marah tentang pengalaman pribadi kalian. Pernah gak kalian
tiba-tiba di satu tempat ada orang yang tanya tentang kondisi kalian? Gak pernah ya? Tapi
kok misalnya teman-teman yang sekamar atau teman-teman sekelas itu tahu gak kondisi
keluarga kalian itu? Tahu. Bapak-ibunya bisa tahu.

Udah cukup gitu. Gak sampe nanya-nanya lagi. Gak sampe nanya, kenapa? Oke.

Terus, ada gak pengalaman masa lalu yang belum pernah kalian ceritain ke siapapun? Ada.
Ada juga? Ada. Kenapa kalian gak pengen cerita? Alasannya kenapa? Gak usah.

Gak usah lah, gak usah ada yang tahu. Aibah apa gimana? Menurut kalian kalo cerita sama
orang lain itu tabu atau gimana? Aibah. Malu untuk diceritain.

Tapi ada gak suatu saat keinginan mau cerita? Mungkin ada. Kira-kira ke siapa kalian mau
cerita itu? Keteman tadi. Keteman yang tadi itu? Teman yang udah nemenin dari kapan? Ya
kayak dari ya dulu mbak pokoknya.

Oke. Terus, ada gak sih selama ini pengalamannya kalian yang akhirnya itu membentuk diri
kalian tuh sekarang ya sampe saat ini kayak gini gitu loh kalian. Identitas kalian tuh seperti
Ada gak pengalaman yang pada akhirnya membuat kalian itu kuat gitu loh. Oh iya aku sampe
sekarang jadi seperti ini gitu loh. Ada.

Apa itu pengalaman apa? Pas itu aku di kan pas bapak sama bapak ibu udah bisa terus dia
ketemu tentang itu gimana ke depannya. Boleh diceritain gak yang kalian cerita tentang itu?
Tentang apa? Tentang sekolah, habis itu kan pekerjaan rampah juga, terus sama adekku.
Kamu berapa tahun? Dua.

Kamu sama adekmu? Terus cerita itu? Aku anak pertama gitu, barusan bisa nganu adek juga.
Mungkin suruh nganu adek barusan gak usah mikir keluarga kayak gitu. Terus yang penting
kamu mondok.

Bapak ibu kepekerjaannya apa sekarang? Ibu swasta. Kalau bapak? Bapak di kantor CNT.
Tapi masing-masing jadi sudah punya keluarga kan, saya ibu deh, suruh suami lagi.

Bapak udah punya istri. Kalau bapak belum punya, tapi ibu udah. Kamu yang ikut bapaknya?
Pertanyaannya apa lagi nih? Ada gak pengalaman yang membuat kamu tuh sampai sekarang
kuat? Ada pengalaman yang paling berkesan gak selama kamu hidup? Sampai sekarang ini
yang mementuk kamu nih sekarang jadi kayak gini? Ada gak? Belum ada.

Mungkin pengalaman itu kan ibu tuh Bercerita saat kamu kecil? SD Nah sejauh itu kamu
punya pengalaman apa? Mungkin kamu ada ada hal yang bisa menguatkan kamu?
Motivasinya kamu apa? Supaya kamu mau melanjutkan hidup? Ada gak? Lihat perjuangan
nenek mamah yang kerja, yang ngurusin anak-anaknya. Sekarang 4 Nah tadi kan kamu
nyamannya sama temen ya? Nah disini kenapa kamu gak terlalu nyaman bercerita ke orang
tuamu misalnya? Takutnya meninggung Biasa Nah disini apakah kamu merasa kesulitan
untuk berbicara atau berkomunikasi pada orang tuamu? Enggak. Tapi sering ya
berkomunikasi? Meskipun penjenguhan katanya tadi 1 bulan Apakah kamu memilih
ketakutan untuk berbicara lebih lanjut tentang apa ya Kamu itu anaknya bercerai seperti itu
loh Kalau berbicara ke orang tuamu terus kamu tuh memilih ketakutan apakah kamu tuh tidak
bisa leluasa Enggak Berarti biasa aja Nah dari keluargamu, dari ayah dan ibumu tadi, berarti
masih semua ya, masih hidup semua.

Nah disini kamu tuh sering meminta bantuan ke ayah atau ibumu? Ke ayah ke ibu Nah tadi
berarti kan kamu ayah, berarti merasa nyamannya ke ayah seperti itu. Walaupun biasanya
komunikasi sama ibu juga enggak Tapi nyamannya ke ayah Kalau kamu bagaimana? Ke ibu Nah
responnya biasanya gimana ayah? Kalau kamu cerita mungkin mengeluh atau gimana? Dikasih
motivasi diandang-andang ibu yang baik-baik Dikasih semangat Berarti habis ini kamu mau, kan
ini SMA ya? Mau kuliah atau kerja? Kuliah sama kerja Kuliah sama kerja Oke Berarti orang tua
itu menyetujui kamu untuk kuliah sama kerja? Atau kamu masih pengen dulu
mengkomunikasikan ke orang tua? Udah ngomong, tapi bapak sama ibu bilangnya, yaudah lihat
besok Kalau kamu? Disuruh Disuruh aja? Ayah malah yang suruh, bukan mama Iya, salah yang
miyayai ayah suruh Tapi kan kamu menceritakan dulu kamu memiliki ini sebuah masalah bukan
sih? Menurut kamu orang tua? Iya, itu masalah apa enggak? Masalah orang tua kamu bercerita
itu masalah apa tidak? Masalah Nah, jika masalah mempengaruhi suasana hatimu, mungkin
kamu jadi mungkin dulunya periang atau sekarang murung gitu Biasa aja Jadi kamu tuh
meskipun orang tuanya berpisah, apakah kasih sayang kedua orang tua tetap ada atau
bagaimana? Ada Terus tetap ada, saling berkomunikasi Apakah pernah diabaikan sama orang
tua kalau misal kamu minta uang misalkan disini teru uangnya habis itu biasanya pernah
enggak direspon Berarti pesidikasi Iya Mungkin cukup ya Mbak Amel atau Mbak Moris? Cukup
Terima kasih ya

Anda mungkin juga menyukai