Outline Pendekakatan Eks - Humanistik
Outline Pendekakatan Eks - Humanistik
NIM : 2301120009
batasan dan sisi tragis eksistensi manusia dengan peluang dalam kehidupan. Ini 200,
dimotivasi oleh dorongan untuk membantu individu menghadapi dilema kehidupan Lanham,Maryland2
kontemporer seperti isolasi dan alienasi. Saat ini, perhatian utama terapi eksistensial 0706
adalah pada pengalaman individu dalam menghadapi perasaan terisolasi
b. Konsep dan kepribadian
Munculnya teori belajar humanistik tidak dapat dilepaskan dari gerakan
pendidikan humanistik yang memfokuskan diri pada hasil afektif, belajar tentang
bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.
Pendekatan humanistik ini sendiri muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua
pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik dalam
menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidak setujuan ini berdasarkan anggapan bahwa
pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan pesimisme suram serta keputusasaan
sedangkan pandangan behavioristik dianggap terlalu kaku (mekanistik), pasif, statis
dan penurut dalam menggambarkan manusia Humanisme lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Menurut pendekatan eksistensial, aspek-aspek
fundamental dari kondisi manusia mencakup :
Kemampuan untuk menyadari diri sendiri, Kemampuan untuk menyadari diri
sendiri dan memahami identitas serta pengalaman pribadi secara lebih dalam.
Kebebasan dan tanggung jawab, Mengakui bahwa individu memiliki kebebasan
untuk membuat pilihan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Nama: ANNISA AMALIA UTARI
NIM : 2301120009
5 Teknik Spesifik
Terapi eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara Corey, Gerald. (E.
Pendekatan
ketat dan posedur-prosedur terapi diambil dari beberapa teori terapi lainnya seperti teori Koeswara.
Gestalt dan Analisis Transaksional (Corey, 2007). Para konselor eksistensial dapat Penerjemah) 1988.
menggunakan teknik-teknik dengan mengadopsi dari teori lain seperti menggunakan Teori Praktek dan
teknik-teknik desentisisasi, asosiasi bebas atau restrukturing kognitif. Pada dasarnya teknik- konseling dan
teknik dianggap sebagai alat untuk menolong konseli menjadi sadar atas pilihan-pilihan Psikotrapi.
mereka dan untuk menantang pilihan-pilihan itu dan menerima tanggung jawab yang Bandung : PT.
menyertai penggunaan kebebasan pribadi. Selain itu, teknik-teknik dianggap dapat Refika Aditama
menciptakan suatu hubungan yang akan memungkinkan konselor menantang dan memahami
konseli secara aktif.
6 Kajian Empirik
Berdasarkan jurnal yang kelompok kami kutip berkaitan dengan penelitian yang Fitri, Q., Mahmud,
Efikasi/efektivitas
berjudul “Penerapan Pendekatan Konseling Eksistensial Humanistik Untuk Mengurangi A., & Saman, A.
Pendekatan di seting
Perilaku Hedonis Siswa di SMAN 10 Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji (2019). Penerapan
Pendidikan
efektivitas dari penerapan pendekatan konseling eksistensial humanistik dalam Pendekatan
mengurangi perilaku hedonis siswa. Metode penelitian menggunakan Pre-Experimental Konseling
Designs dengan rancangan One-Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data Eksistensial
Nama: ANNISA AMALIA UTARI
NIM : 2301120009
menggunakan instrumen kuesioner dan observasi. Data dianalisis menggunakan analisis Humanistik untuk
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial non parametrik. Hasil penelitian Mengurangi
menunjukkan bahwa perilaku hedonis siswa sebelum diberikan perlakuan berada pada Perilaku Hedonis
kategori tinggi dan setelah diberi perlakuan pendekatan konseling eksistensial humanistik Siswa di SMAN 10
berada pada kategori rendah. Pemberian perlakuan melalui tiga tahap yakni tahap Makassar.
pendahuluan, tahap pertengahan dan tahap pengakhiran dengan tujuh kali pertemuan tatap Psympathic : Jurnal
muka. Ilmiah Psikologi,
6(1), 41–52.
Remaja yang cenderung melakukan perilaku hedonis ditandai dengan ciri-ciri yaitu
https://doi.org/10.1
selalu update terhadap perkembangan trend terkini, cemas bila tidak mengikuti trend
5575/psy.v6i1.3453
karena berfikir akan dijauhi oleh teman sebaya dan memiliki gengsi yang tinggi. Setelah
diberikan perlakuan berupa pendekatan konseling eksistensial humanistik terlihat adanya
perubahan yang terjadi atau tingkat perilaku hedonis siswa di SMA Negeri 10 Makassar
setelah diberikan perlakuan pendekatan konseling eksistensial humanistik mengalami
penurunan. Dalam pelaksanaan pendekatan konseling eksistensial humanistik terdiri dari
tiga tahap yaitu tahap pendahuluan dimana pada tahap ini merupakan tahap awal untuk
mengidentifikasi asumsi, pengalaman dan cara mereka memandang dan menjadikan
eksistensi mereka dapat diterima. Tahap pertengahan yang merupakan tahap eksplorasi diri
siswa untuk meneliti lebih dalam serta melihat dan mengetahui sistem nilai otoritas mereka
terhadap perilaku hedonisnya sehingga memunculkan berkurangnya kebutuhan akan
prestise tersebut.
Nama: ANNISA AMALIA UTARI
NIM : 2301120009
Proses ini membuat siswa dapat menyadari baik dan buruknya suatu perilaku serta
menemukan pemahaman baru dari nilai internal dan sikap mereka. Tahap akhir merupakan
tahap aktualisasi dalam mengaplikasikan nilai dari hasil internalisasi sehingga siswa dapat
mempunyai pandangan yang positif terhadap eksistensi, percaya diri, serta membentuk
konsep diri yang positif sehingga dapat menerima diri apa adanya. Proses tersebut dapat
membantu siswa dalam mengurangi perilaku hedonis dengan mengubah pandangan
eksistensi yang dipahami oleh mereka. Dengan demikian penerapan pendekatan konseling
eksistensial humanistik terbukti efektif dalam mengurangi perilaku hedonis siswa di SMA
Negeri 10 Makassar.
Salah satu implikasi pentingnya adalah bahwa pendekatan ini dapat membantu mengurangi stigma terkait dengan kesehatan mental
di Indonesia. Dengan mendorong dialog terbuka tentang emosi dan dukungan mental, siswa dapat merasa lebih nyaman dalam mencari
bantuan dari konselor sekolah atau sumber daya lainnya. Selain itu, penerapan pendekatan ini juga dapat membantu mempersiapkan
siswa untuk menghadapi tantangan global, seperti tekanan akademik, perubahan sosial, dan ketidakpastian masa depan. Dengan
mengembangkan kecerdasan emosional, siswa dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi stres dan mengelola
hubungan interpersonal dengan lebih baik.
C. Analisis Kasus
Sonia adalah seorang perempuan berusia 39-tahun, ia telah menikah dan mempunyai empat anak remaja. Sonia datang untuk terapi
pertamanya ketika ia mengalami kecemasan dan keluhan somatik. Dia tinggal bersama suaminya (Hamish, berusia 45 tahun) dan anak-
anak mereka (Dilan, 19; Milea, 18; Isyana, 17; dan Jaz, 16). Berikut adalah data ringkasan yang secara singkat didapat selamat proses
wawancara konseling dengan Sonia.
a. Sejarah Psikososial
Sonia adalah anak tertua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang tokoh agama yang fundamentalis, dan ibunya adalah seorang
ibu rumah tangga. Ia tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya yang mempunyai sifat otoriter dan kaku, sehingga ia merasa
takut jika tidak dapat memenuhi semua tuntutan dan harapannya. Sonia memandang ibunya sebagai seseorang yang kritis, dan ia berfikir
apapun yang ia lakukan tidak pernah cukup untuk membuat ibunya bahagia, walaupun terkadang ibunya menunjukkan sikap mendukung
terhadap apa yang ia lakukan. Ayah dan ibunya menunjukkan sedikit kasih sayang dalam keluarga. Seringkali Sonia mengasuh adik-
adiknya hanya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Ketika ia melakukan sesuatu yang ia senangi, ia mendapatkan
penolakan dan kemarahan dari ayahnya. Hal itu turut membentuk pola hidupnya yang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya.
b. Identifikasi Masalah
Secara umum Sonia merasa tidak puas dengan kehidupannya. Ketika menginjak usia 39 tahun, ia panik dan merasa telah menyia-nyiakan
hidupanya selama ini. Selama 2 tahun ia mengalami berbagai keluhan psychosomatic, seperti gangguan tidur, kecemasan, pusing, jantung
Nama: ANNISA AMALIA UTARI
NIM : 2301120009
berdenyut kencang, dan sakit kepala. Ia mudah menangis karena hal sepele, sering merasa tertekan, dan tidak menyukai tubuhnya. Saat itu
ia memilih untuk meninggalkan rumah.
Sonia menyadari bahwa ia hidup untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri dimana ia memaikan peran sebagai “superwoman” dalam
semua aspek kehidupannya, namun tidak jarang melupakan keperluan dan keinginannya sendiri. Dalam sebuah hubungan Sonia merasa
bahwa ia menjadi pihak yang selalu berkorban dan pada akhirnya membuat ia merasa hampa. Dia mempunyai kesulitan untuk meminta
bantuan kepada orang lain. Ia berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik yang sesuai dengan harapan keluarga dan dirinya. Pada
beberapa kondisi, Sonia merasa tidak menjadi diri sendiri. Ia tidak menyukai penampilan dan tubuhnya, serta kekhawatiran tentang harapan
keluarganya.
c. Latar belakang masalah
Pekerjaan utama Sonia adalah sebagai ibu rumah tangga sampai anak-anaknya beranjak remaja. Ia kemudian melanjutkan perguruan tinggi
dan memperoleh gelar sarjana pada program studi perkembangan anak. Saat ini ia menjadi guru sekolah dasar, namun ia merasa terbebani
oleh keraguannya keinginan untuk mencapai karir yang lebih tinggi. Melalui komunikasi dengan rekan sejawatnya di Universitas, ia
menyadari bahwa ia telah membatasi dirinya sendiri, bagaimana keluarganya memperkuat ketergantungan terhadap dirinya, ia juga
menyadari bagaimana perasaan takutnya keluar dari zona nyaman sebagai seorang ibu dan istri. Ia juga mengikuti pelatihan konseling yang
membantunya dapat melihat lebih baik ke arah dirinya sendiri. Pelatihan dan pengalamannya dengan sesama pelajar yang bertindak sebagai
katalis membuat Sonia dapat lebih jujur melihat hidupnya. Pada titik ini Sonia menyadari bahwa ada hal yang perlu ia sadari lebih baik
selain menjadi seorang ibu, seorang istri, dan mahasiswa. Ia menyadari bahwa ia tidak mempunyai pengertian yang baik tentang apa yang
dia inginkan untuk dirinya sendiri, dan juga bahwa ia biasa hidup dari apa yang diinginkan oleh orang lain.
Nama: ANNISA AMALIA UTARI
NIM : 2301120009
LAMPIRAN