Skripsi Cindy
Skripsi Cindy
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan Sarjana (S1)
2
PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Guru dalam Pertolongan Pertama
pada Keracunan Makanan di Smp N 1 Limboto
Nama : Hendra Jamil
Nim : C01418071
Program studi : S1 Ilmu Keperawatan
Disetujui Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
3
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Siswa dalam melakukan
Pertolongan Pertama pada Cedera Di SMA Negeri 1
Dungaliyo
Nama : Cindy Oktarina Kadir
Nim : C01418027
Program studi : S1 Ilmu Keperawatan
KOMISI PENGUJI
Mengetahui
4
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
Terima kasih juga kepada penguji saya bapak Dr. Salahudin Pakaya., S.Ag., MH
yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada para sahabat-sahabat saya yang telah berjuang bersama-
sama dari awal sampai hingga saat ini, yang saling membantu berbagi keceriaan
dan memberikan motivasi serta dukungan yang senantiasa menjadi
penyemangat di kala suka maupun duka. Kepada (Puput,Fera, Desyi, Tika,
Mutia, Frengki) “Terima kasih atas waktu yang telah kita lewati bersama, Tiada
hari tanpa kalian”.
6
KATA PENGANTAR
7
9. Ns. Haslinda Damansyah, S.Kep. M.Kep. selaku Pembimbing II yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Kepada kedua orang tua yang telah membimbing dengan kasih sayang
dan pengorbanan sehingga penulis bisa menyusun skripsi ini dan
mengikuti program pendidikan ini.
11. Kepada teman-teman mahasiswa keperawatan angkatan 2018 atas
kebersamaan selama ini .
Gorontalo,Oktober 2022
8
ABSTRAK
Kejadian cedera tidak hanya terjadi di jalan raya, tetapi dapat juga terjadi di
lingkungan sekolah, siswa di sekolah sangat rentan terjadi cedera, dikarenakan
saat melakukan aktivitas kurang perhatian dan berhati-hari, dalam memberikan
pertolongan pertama pada kejadian cedera siswa harus memiliki pengetahuan
agar dapat memberikan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat. Tujuan
umum penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dalam
melakukan pertolongan pertama pada cedera di SMA Negeri 1 Dungaliyo.
Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain deskriptif dengan jumlah sampel 88 responden dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan yang baik sebanyak 68 responden (77,3%) dan tingkat
pengetahuan yang kurang sebanyak 20 responden (22,7%). Disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan siswa dalam melakukan pertolongan pertama sudah dalam
kategori baik.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN PEMBIMBINGi
PENGESAHAN KOMISI PENGUJIi
PERNYATAAN KARYA ILMIAH
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Konsep Tentang Pertolongan Pertama.........................................................5
2.2 Konsep Tentang Cedera................................................................................8
2.3 Konsep Tentang Pengetahuan....................................................................16
2.4 Penelitian Relevan........................................................................................21
2.5 Kerangka Teori.............................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................24
3.2 Desain Penelitian..........................................................................................24
3.3 Variabel Penelitian........................................................................................24
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................25
3.5 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................26
3.6 Teknik Analisa Data.....................................................................................27
3.7 Etika penelitian.............................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................29
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan30
4.3 Keterbatasan Penelitian35
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran36
DAFTAR PUSTAKA37
Lampiran40
10
DAFTAR TABEL
Halaman
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
12
BAB I
PENDAHULUAN
1
ataupun layak dilakukan untuk menolongan orang yang mendapatkan cedera
(Amarita, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Nasri & Leni (2021) dengan judul
“Pengetahuan siswa ekstrakurikuler SMA sederajat kota Surakarta tentang
pencegahan, perawatan, dam pertolongan pertama pada cedera olahraga”
menjelaskan bahwa cedera ialah aktivitas yang dilakukan dan tidak dapat
dipungkiri akan adanya resiko yang muncul saat melakukan aktivitas fisik.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai
pencegahan cedera di kategori sedang, pengetahuan siswa ekstrakurikuler
mengenai perawatan cedera dengan kategori sedang, dan tingkat pengetahuan
pada pertolongan pertama pada cedera juga dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian Hatimah (2019) dengan judul penelitian
“Hubungan pengetahuan orang tua dengan self-efficacy dalam melakukan
pertolongan pertama pada cedera anak usia pra sekolahmenyebutkan bahwa
ada hubungannya antara pengetahuan tentang pertolongan pertama pada
cedera dengan kejadian cedera parah yang menimpa anak usia sekolah” dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan antara
pengetahuan orang tua dengan diri kemanjuran dalam melakukan pertolongan
pertama paca cedera anak usia sekolah.
Pengetahuan tentang cedera ataupun penyakit dijelaskan dalam ayat suci
al-Quran. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang cedera atau penyakit yaitu
sebagai berikut :
)83( َو َأُّيوَب ِإْذ َن اَد ٰى َر َّبُهٓۥ َأِّن ى َمَّسِنَى ٱلُّضُّر َو َأنَت َأْر َح ُم ٱلَّٰر ِحِميَن
َفاْس َت َج ْب َن ا َلٗه َفَكَش ْف َن ا َم ا ِبٖه ِمْن ُضٍّر َّو ٰا َت ْي ٰن ُه َاْه َلٗه َو ِم ْث َلُهْم َّمَع ُهْم َر ْح َم ًة
)84( ِّمْن ِع ْن ِد َن ا َو ِذ ْك ٰر ى ِلْلٰع ِبِدْي َن
Yang artinya : Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya,
“(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan
Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” Maka Kami kabulkan
(doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai
suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Kami
2
Hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Dungaliyo, mendapatkan
hasil informasi dari 5 orang siswayang bersekolah di situ bahwa mereka kurang
memahami cara melakukan pertolongan pertama dengan tepat dan cara
bersikap saat terjadinya cedera. Mereka juga mengatakan bahwa di sekolah
tersebut kurang mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan diri sendiri ataupun
tentang penangan cedera. Siswa lainnya juga mengatakan bahwa Sekolah
tersebut juga tidak mempunyai organisasi tentang palang merah remaja (PMR).
Informasi lain yang didapatkan saat wawancara bahwa penanganan atau
pertolongan pertama yang dilakukan saat terjadinya cedera di sekolah hanya
dibawa oleh guru UKS atau murid yang piket saat itu. Cara penanganan
pertolongan pertama pun juga masih tidak sesuai dengan teori yang ada. Dilihat
dari lokasi sekolah juga memiliki lingkungan yang beresiko, di mana sekolah
tersebut memiliki banyak pepohonan yang sangat tinggi-tinggi dan berdekatan
dengan jalan raya yang rawan terjadinya kecelakaan ataupun cedera.
Wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Dungaliyo, siswa mengatakan
bahwa mereka juga belum mengetahui tentang bagaimana bersikap dan cara
penanganan atau pertolongan pertama pada cedera di lingkungan sekolah,
dikarenakan juga belum ada penyuluhan dari pemerintah setempat dan tidak ada
pembelajaran terkait dengan penanganan pertolongan pertama pada cedera.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sangat berperan aktif dalam
penanganan cedera di sekolah.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah
dalam penelitian ini :
1. Hasil wawancara pada siswa di SMA negeri 1 dungaliyo bahwa mereka
kurang memahami cara melakukan pertolongan pertama dengan tepat dan
cara bersikap saat terjadinya cedera.
2. Siswa juga mengatakan bahwa di sekolah tersebut kurang mendapatkan
penyuluhan tentang kesehatan diri sendiri ataupun tentang penangan
cedera.
1.3. Rumusan Masalah
Apakah bagaimana tingkat pengetahuan siswa dalam melakukan
pertolongan pertama pada cedera di SMA Negeri 1 Dungaliyo?
3
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitin ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa
dalam melakukan pertolongan pertama pada cedera di SMA Negeri 1 Dungaliyo.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1.Manfaat Teoritis
Bertambahnya ilmu pengetahuan tentang melakukan pertolongan pertama
terutama pada siswa dalam melakukan pertologan pertama pada cedera di
lingkungan sekolah.
1.5.2.Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
untuk dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan kesehatan
bagi siswa.
2. Bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan hasil yang baik dan
positif bagi institusi pendidikan yang ada di sekolah terutama bagi para
guru dalam pembelajaran ataupun penanganan cedera yang ada di
sekolah.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran dan tentang pengetahuan
dalam melakukan pertolongan pertama pada cedera.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya
dalam melakukan penelitian tentang pertolongan pertama pada cedera di
lingkungan sekolah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Penilaian dini
Pemeriksaan yang dilakukan pada pertama kali menemukan korban adalah
penilaian dini. Pemeriksaan dini ini adalah pemeriksaan yang bersifat mendasar,
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup dari korban, sehingga harus
segera dilakukan. Penilaian dini ini meliputi :
a. Pemeriksaan kesadaran
GCS atau Tingkat kesadaran yang terjadi pada korban dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu kesadaran penuh, respon terhadap suara, respon
terhadap nyeri, dan tidak sadar sama sekali. Dalam pemeriksaan ini buatlah
tes terhadap penglihatan, yaitu dengan menggerakkan jari di depan korban.
Jika korban memberi tanggapan, berarti korban dalam keadaan sadar. Jika
tidak ada respon, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan tes suara, 10 misal
dengan dipanggil.
Jika ada tanggapan, maka korban respon terhadap suara. Jika tidak ada
respon, maka korban bisa distimulasi dengan rasa sakit dengan cara
mencubit lengan atas bagian dalam, dekat ketiak, atau dengan menekan
dada korban. Jika ada tanggapan, dilihat dari perubahan raut muka atau
tanda-tanda sakit yang lain, maka korban respon terhadap nyeri. Jika tidak
ada tanggapan dari korban, maka korban dalam keadaan tidak sadar
(Eristanto, 2020).
b. Pemeriksaan jalan nafas
Pemeriksaan jalan nafas ini bertujuan untuk melepaskan dan membuka jalan
pernafasan. Pada pemeriksaan ini yang pertama dilakukan adalah dengan
cara membuka mulut korban dan mengidentifikasi apakah ada benda yang
berpotensi menutup saluran pernafasan korban. Jika ada penyumbatan,
maka benda tersebut harus dikeluarkan dari dalam mulut korban. Jika tidak
terdapat, maka langkah berikutnya adalah menekan dahi dan mengangkat
dagu korban sehingga kepala korban berada pada posisi tengadah.
Pada posisi ini akan mempertahankan terbukanya jalan nafas korban.
Pembukaan saluran pernafasan dengan menekan dahi dan mengangkat
dagu tidak bisa dilakukan pada korban yang mengalami patah tulang leher.
Pada korban seperti ini, pembukaan saluran pernafasan dilakukan dengan
cara mendorong rahang korban ke depan.
6
c. Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan pernafasan ini bermaksud untuk mengetahui apakah korban
bernafas secara normal atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga dan pipi penolong ke hidung korban dan 11 mata
penolong tertuju pada dada atau perut korban. Lihat pergerakan dada atau
perut korban saat korban bernafas.
2.1.3 Tujuan pertolongan pertama
Tujuan dari pertolongan pertama yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menyelamatkan nyawa korban
2. Untuk mencegah terjadinya cedera atapun patah tulang yang akan membuat
bertambah parahnya cedera yang dialami korban
3. Untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri yang dialami korban
4. Untuk mengurangi rasa takut yang dirasakan oleh korban
5. Untuk membantu korban memperbaiki jalan nafasnya
6. Untuk mencegah dan mengurangi pendarahan, jika terjadi pendarahan pada
korban
2.1.4 Prinsip dalam melakukan pertolongan pertama
Ada 3 prinsip yang harus kita ketahui dalam melakukan tindakan
pertolongan pertama yaitu sebagai berikut :
1. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota tim
Menjaga keselamatan diri sendiri merupakan suatu kewajiban yang
harusdilakukan oleh penolong saat melakukan Pertolongan Pertama sebelum
menolong korban. Jika kita sendiri mengalami cedera, maka kita tidak akan bisa
menolong korban, oleh sebab itu keselamatan diri si penolong harus perlu
menjadi prioritas.
2. Dapat menjangkau korban
Dalam melakukan pertolongan pertama kita harus mampu untuk
menjangkau korban, baik dalam kerumunan masyarakat, dalam kenderaan,
ataupun terperangkap dalam bangunan dengan menggunakan alat alat yang ada
di sekitar kita. Memprioritaskan korban memang harus dilakukan oleh kita
sebagai penolong, tetapi tetap harus mengutamakan diri sendiri sebelum
menolong korban baik dalam kasus kecelakaan ataupun bencana.
7
3. Memberikan Pertolongan Dengan Cepat dan Tepat Berdasarkan Keadaan
Korban
Gangguan yang terjadi pada korban bisa kita dapatkan informasinya dari
tempat kejadian, ataupun saksi yang berada di tempat. Lakukan pemeriksaan
dan penilaian pada korban. Dengan informasi yang kita dapatkan kita bisa
memberikan tindakan pertolongan pertama pada korban sesuai dengan soap
yang kita ketahui(Eristanto, 2020).
2.2 Konsep Tentang Cedera
2.2.1 Pengertian Cedera
Secara umum cedera yang biasa terjadi merupakan salah satu kejadian
yang membutuhkan perhatian khusus.Secara teori cedera terbagi menjadi dua
macam yaitu cedera disengaja dan cedera tidak disengaja (Wahdan, et al, 2016).
Adapun cedera yang tidak disengaja adalah jenis cedera seperti kecelakaan dan
peristiwa yang tidak diinginkan. Menurut The Global Burden Of Disease (GBD)
menjelaskan tentang cedera yang tidak disengaja seperti kekerasan terhadap diri
sendiri ataupun kekerasan dilakukan secara perorangan ataupun berkelompok
seperti kekerasan fisik dan seksual demikian.(Mokdad, 2017)
Dalam bukunya Graha menyebutkan bahwa edera ialah aktivitas
berlebihan yang dilimpahkan pada bagian tubuh yang yang tidak dapat
menampung pikulan yang diterima maka beresiko terjadinya cedera. Cedera
yang terjadi pada bagian tubuh yang menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
bekerja dengan baik pada otot, ataupun persendian yang diakibatkan karena
melakukan kegiatan secara berlebihan maka terjadinya cedera.
Cedera merupakan suatu akibat dari tenaga yang beroperasi pada tubuh
ataupun setengah dari bagian tubuh di mana melewati kemampuan bagian tubuh
untuk mengendalikannya, gayaa-gaya ini bisa berlangsung dengan aktif, ataupun
dalam jangka waktu yang lama. Dapat dipertegas bahwa kesimpulan dari tenaga
atau kekuatan yang berlebihan pada tubuh tidak dapat menyesuaikan diri
dengan tenaga tersebut.
2.2.2 Mekanisme Cedera
Teori lain juga menyebutkan bahwa kerusakan yang terjadi pada kulit,
organ, tulang dan otot adalah mekanisme cedera. Tenaga kesehatan
menggunakan referensi mekanisme cedera untuk menentukan seberapa kritis
kemungkinan terjadinya cedera pada korban.
8
Adanya perpindahan energi dari luar tubuh ke dalam tubuh manusia maka
terjadilah cedera. Proses terjadinya perpindahan energi ini dapat mengakibatkan
seseorang mengalami cedera tajam ataupun cedera tumpul. Pada hakikatnya
kejadian trauma sendiri ialah penyakit yang dapat diatasi, bukan suatu kebetulan
ataupun takdir Tuhan.
2.2.3 Klasifikasi Cedera
1. Cedera tumpul
Cedera benda tumpul dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang,
memar, dan jenis luka luar lainnya yang di akibatkan oleh gaya gesek dan
tekanan saat terjadiya cedera dan menyebabkan timbulnya cedera. Masalah
benda tumpul dibedakan sesuai dengan jenisnya,meliputi kecelakaan karena
kenderaan, yang bersifat disengaja ataupun tidak disengaja dan kejadian jatuh
dan kebanyakan menimpa semua usia dari kalangan anak-anak, remaja sampai
orang tua.
2. Trauma Tembus
Trauma tembus disebabkan oleh suatu benda yang bersifat tajam dapat
menembus hingga merusak jaringan sekitarnya. Trauma tembus dapat
dicontohkan sebagai luka tusuk yang biasanya terjadi secara sengaja ataupun
tidak disengaja. Luka tusuk dapat menimbulkan efek samping secara langsung
sepanjang tusukan dan memiliki kedalaman yang cukup bervariasi. (Zakiya,
2018)
2.2.4 Macam macam cedera dan penatalaksanaannya
Secara umum cedera di bagi menjadi beberapa macam bagian menurut
Zakaria, 2018 :
1. Cedera pada kepala
Cedera kepala diidentifikasikan dengan adanya kerusakan yang terjadi
pada kepala, dan harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
cedera pada kepala. Lakukan pembersihan pada kepala yang mengalami luka
dan lakukan pembalutan jika tidak terjadi tanda-tanda kerusakan pada tengkorak
kepala. Jika ternyata terjadi kerusakan pada bagian kepala yang mengalami
cedera maka jangan lakukan pemencetan atau penekanan pada area yang
mengalami kerusakan. Memar pada kepala juga bisa terjadi dikarenakan
pembuluh darah yang pecah dan tidak dapat dialirkan maka terjadinya aglutinasi
atau penggumpalan pada bagian bawah kulit yang terjadi memar. (Zakiya, 2018)
9
2. Terluka
a. Luka lecet, dikarenakan terjadi karena adanya tekanan yang oleh benda
yang padat, dengan membersihkan cedera yang mengalami luka dengan
memakai obat antiseptik.
b. Luka memar, diakibatkan karena terjadinya benturan yang mengakibatkan
pembuluh darah pecah di bawah kulit, cara mengobatinya dengan cara
kompres menggunakan air hangat atau air dingin selama 20-25 menit agar
tidak terjadi kerusakan jaringan.
c. Luka iris, hal yang akan dilakukan pertama kali yaitu dengan melihat kondisi
luka jika luka terlalu dalam atau tidak. Cara mengobatinya dengan
menggunakan obat antiseptik dan membalutnya ataupun menjahitnya jika
bagian tubuh yang mengalami cedera lukanya panjang.
d. Luka robek, terjadi karena jatuh ataupun bisa jadi karena kecelakaan, cara
mengatasinya dengan cara menggunakan obat desinfektan dan
membalutnya dengan perban. Jika kondisi luka robeknya parah maka
bawalah ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis yang lebih
tepat.
3. Pendarahan
Pendarahan terjadi karena adanya luka atau mengalirnya darah dari
pembuluh darah yang mengalami kerusakan baik di dalam tubuh ataupun di luar
bagian tubuh. Pembuluh darah yang pecah dapat diidentifikasikan dan
dibedakan sesuai dengan lokasinya. Jenis-jenis pembuluh darah dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Hardisman, 2014):
a. Pendarahan melalui vena, mengalirnya darah yang berwarna merah dari
bagian tubuh. Aliran darah ini masih bisa dicegah atupun di kontrol.
b. Perdarahan melalui kapiler, pendarahan melalui kapiler perlahan-lahan
dapat meluas ataupun merembes keluar.
c. Pendarahan melalui arteri, terjadinya pendarahan di bagian arteri
dikarenakan adanya kerusakan yang parah pada pembuluh darah arteri.
Darah yang ditandai dengan darah yang kaya akan oksigen yang
menyembur dan berwarna merah terang.
10
4. Mimisan
Mimisan adalah mengalirnya darah di bagian lubang hidung yang
diakibatkan oleh perubahan cuaca. Dengan tumpukan lendir yang di dalam
hidung yang meringkai dan pecah maka akan mengakibatkan pendarahan.
Pertolongan pertama yang akan dilakukan dalam keadaan ini yaitu dengan cara
memperhatikan keadaan korban, lalu tempatkan kepala korban dengan kondisi
menunduk. Anjurkan korban untuk menekan bagian hidung selama 12-15 menit.
Jaga jangan sampai kepala korban menyandarkan kepalanya kebelakang agar
darah tidak dapat terhirup atau tertelan yang akan menyebabkan pernafasan
terhambat ataupun terteguk.
5. Pingsan
Sinkop atau diartikan sebagai pingsan adalah hilangnya kesadaran
seseorang secara mendadak, dalam kurun waktu yang pendek. Pingsan
disebabkan oleh berkurangnya tingkat oksigen yang masuk ke dalam otak.
Kejadian pingsan ini biasa dan sering terjadi juga di lingkungan sekolah-sekolah.
Biasanyan ditautkan dengan aktivitas di sekolah ataupun dikaitkan dengan siswa
yang belum sarapan, biasanyan terjadi pada saat upacara atau berolahraga.
Ada juga yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti lama berdiri,
kekurangan cairan atau dehidrasi, kondisi tubuh yang demam, tekanan emosi,
kehilangan darah dalam tubuh, ataupun penyakit jantung dalam (Amestiasih,
2017)
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan dalam keadaan ini yaitu dengan
cara meletakkan korban dengan keadaan berbaring dan kaki korban di angkat
atau disanggah dengan menggunakan barang atau benda pada bagian kaki, lalu
longgarkan pakaian atau bendayang dikenakan oleh korban agar aliran darah di
bagian tubuh dapat berjalan dengan lancar. Jika korban sudah sadar,
istirahatkan korban selama 10-15 menit lalu anjurkan untuk bangun dari tempat
tidur secara perlahan dan lakukan mengurut di beberapa titik bagian tubuh
korban agar korban merasa nyaman. Jika dalam jangka waktu yang lama korban
belum juga sadar, maka bawalah pasien ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat untuk mendapatkan tindakan yang lebih tepat.(Zakiya, 2018)
11
6. Dislokasi
Dislokasi adalah di mana sendi mengalami cedera dengan terlepasnya
sendi dari bagian persendiannya. Tindakan yang dapat dilakukan pada saat
pertolongan pertama yaitu dengan pemindahan sendi. Memerlukan waktu kurang
lebih 3-4 minggu untuk melakukan aktivasi atau imobilisasi pada ligament yang
mungkin terjadinya robekan.
Dislokasi biasanya disebabkan oleh cedera berat pada bagian sendi
yangbiasa bersamaan dengan patah tulang. Tempatyang sering mengalami
dislokasi yaitu pada sendi ibu jari, sendi jari, siku, bahu, rahang, ataupun
panggul. Indikasiyang sering dirasakan oleh korban yang mengalami dislokasi
persendian adalah :
a. Nyeri yang disebabkan oleh cairan atau eksudat pada sendi karena adanya
penekanan pada saraf.
b. Kelainan bentuk atau deformitas, diakibatkan terjadi karena modifikasiposisi
anggota gerak dan perubahan bentuk sendi yang bertautan diakibatkan oleh
tarikan otot terhadap sendi.
c. Terbatasnya pergerakan sendi.
d. Adanya pembengkakan dan ternjadinya memar
e. Mengalami cedera pada bagian saraf dan pembuluh darah.
Penatalaksanaan pada dislokasi tergantung pada lokasi terjadinya
dislokasi. Terdapat beberapa lokasi yang biasanya sering mengalami dislokasi,
yaitu :
1) Sendi rahang, jika dilakukan pertolongan pertama dengan dilakukannya
pembidaian ataupun pembalutan pada ibu jari penolong dengan
menggunakan kain bersih. Jari yang sudah dibalut dengan kain atau kasa
tebal ditempatkan pada gigi geraham kanan paling belakang, lakukan
penekanan pada rahang ke arah bawah dengan ibu jari tersebut dengan
mantap dan jari-jari lain mengangkat dagu korban, dikatakan tindakan ini
berhasil jika rahang menutup dengan cepat dan keras. Pada beberapa saat,
korban tidak diperbolehkan membuka mulutnya dengan lebar.
12
2) Dislokasi pada sendi jari, penarikan pada bagian jari dengan kuat dan tidak
ditarik sangat diharuskan untuk mengembalikan lokasi pada bagian sendi
seperti semula. Sambil menarik, sendi yang mengalami dislokasi atau
cedera pada sendi ditekan dengan ibu jari dan jari telunjuk penolong. Agar
tidak melakukan pergerakan secara berlebihan, lakukan pembidaian atau
pembalutan sementara dalam kedudukan setengah melingkar.
3) Dislokasi pada sendi bahu, diakibatkan oleh lepasnya kaput sendi tulang
panjang dari mangkuk lubang glenoid. Sering dialami oleh pria pada usia
muda yang sering berolah raga. Pada dislokasi sendi, dapat diidentifikasi
gejala dengan nyeri yang sangat hebat yang dirasakan korban dan sendi
bahu tidak dapat digerakkan, korban akan merasakana sendinya keluar dan
tidak dapat menggerakkan lengannya, korban menopang bagian tubuh yang
mengalami cedera dengan tangan sebelahnya, dan posisi korban miring ke
arah yang tidak mengalami sakit. Bias juga dilakukan oleh orang yang
memang sudah terlatih atau di rujuk ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
7. Keseleo atau terkilir
Keseleo atau terkilir terjadi karena adanya hantaman yang sangat keras
pada tempat bertemunya tulang atau biasa disebut dengan sendi namun dengan
alur otot yang berlawanan arah. Keseleo atau terkilir terjadi karena adanya
robekan pada struktur jaringan lunak. Maka terjadilah perdarahan dibawah kulit,
sehingga terjadi pembengkaka dan nyeri, sehingga korban kesulitan bergerak.
(Zakiya, 2018)
Ada beberapa tempat yang sering terjadi keseleo, yaitu :
a. Pergelangan kaki, sebelumnya lihatlah terlebih dahulu adanya indikasi dari
tulang yang patah dan lakukan penekanan pada tulang yang mengalami
patah. lakukan dari telapak kaki dan pada betis bagian atas. Hal yang perlu
dilakukan dalam melakukan Pertolongan pertama pada keseleo dapat
dilakukan dengan pembalutan atau pembidaian. Berikan kompres air dingin
atau es selama 20-30 menit pada 24 jam pertama selama beberapa kali, lalu
kemudian lakukan perendaman pada kaki yang mengalami keseleo.
Anjurkan korban untuk tidak melakukan gerakan untuk dapat mempercepat
penyembuhan. (Zakiya, 2018)
13
b. Pergelangan Tangan, keseleo yang biasa terjadi pada pergelangan tangan
biasanya disebabkan oleh kita yang belum cukup terbiasa melakukan
aktivitas dalam pekerjaan ataupun melakukan pekerjaan yang berat. Pada
pergelangan tangan yang mengalami cedera bias juga terjadi pada orang
yang melakukan aktivitas berolahraga. Tanda-tanda seperti keretakan atau
patah tulang bisa diketahui atau diidentifikasi pada saat melakukan
pertolongan pertama. Rendamlah dengan air yang berisi es atau air dingin
selama kurang lebih 30 menit jika tidak terdapat patah tulang. Lakukan
aktivasi/Imobilisasi pada bagian tubuh yang mengalami keseleo dengan cara
melakukan pembalutan dan menggantungnya ke pundak korban.
c. Sendi lutut, cedera yang terjadi pada sendi lutut sangat rawan terjadi.
Beberapa masalah atau komplikasi yang dapat timbul pada cedera di bagian
sendi lutut yaitu terkilir, dan dislokasi. pada saat melakukan pertolongan
pertama tindakan yang dilakukan yaitu periksa adanya keretakan atau patah
tulang terlebih dahulu. Lakukan kompres dengan air dingin selama kurang
lebih 30 menit jika tidak terjadi keretakan pada sendi, kemudian lakukan
pembalutan.
8. Patah Tulang
Ada beberapa tempat yang bisa terjadi pada patah tulang, yaitu :
a. Patah Tulang Selangka
Patah tulang selangka biasanya diakibatkan karena terlukanya pembuluh
darah yang terletak dibawah tulang. Di bagian bawah tulang selangka
terdapat pembuluh-pembuluh darah yang begitu besar yang dapat
menyebabkan terjadinya luka. Tulang yang menghubungkan tulang bahu
dengan pangkal tulang dada ini disebut dengan tulang selangka.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pertolongan pertama pada
patah tulang ini yaitu alat seperti ransel yang berisi balutan. Barang ini
sangat penting, gunanya yaitu untuk tidak memperburuk kondisi patah
tulang. (Zakiya, 2018)
b. Patah Tulang Lengan Atas
Pada saat melakukan pemeriksaan, diidentifikasi tanda-tanda patah tulang
pada tulang lengan atas yaitu nyeri tekan di tempat tulang yang patah.
Tindakan yang bisa dilakukan pada saat melakukan pertolongan pertama
yaitu memasang balutan dengan melewati dua sendi yaitu untuk
14
memperingan kondisi patah tulang. Lebih tepatnya, bawalah ke rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan tindakan yang lebih baik.(Zakiya, 2018).
c. Patah Tulang Lengan Bawah
Patah tulang lengan bawah ada 2 struktur tulang, yaitu radius dan ulnaris.
Jika tulang tersebut patah, maka beberapa tulang yang lainnya akan menjadi
penyangga kemudian tulang yang patah tersebut tidak akan berpindah.
kedua tulang bisa patah jika di dekat pergelangan tangan, maka kedua
tulang biasanya akan mengalami patah.
Tindakan pengobatan yang dilakukan pada pertolongan pertama yaitu
dengan memasangkan balutan pada seluruh bagian lengan bawah.
Melakukan pembalutan ini harus melewati 2 sendi. Lalu kemudian ikat
balutan itu dengan pembalut, lalu gantungkan bagian lengan yang patah
padabahu korban. Bawalah korban ke rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan perawatan lebih lajut.
d. Patah Tulang Paha
Tulang paha yang berbentuk pipa tersusun dari satu tulang. Gejalanya
hampir sama dengan patah tulang lengan atas dengan adanya nyeri tekan
pada tempat yang terjadi patah tulang. Tindakan pengobatan atau
pertolongan pertama pada patah tulang paha yaitu dengan melakukan
pembalutan dengan cara memanjang dari panggul sampai bagian kaki.
Pastikan kaki dalam keadaan lurus dan terpasang balutan untuk mencegah
terjadinya penggeseran tulang yang mengalami patah.
e. Patah tulang tungkai
Tanda dan gejala yang terjadi pada patah tulang tungkai yaitu dengan
melakukan penekanan pada area yang patah makan akan terjadi nyeri
tekan. Dilakukannya nyeri tekan dengan cara menekan betis kearah depan
dan belakang secara bersamaan. Pengobatan atau pertolongan pertama
yang bisa dilakukan pada patah tulang ini yaitu dengan melakukan
pembalutan pada tungkai yang mengalami patah dengan melangkahi dua
persendian yaitu pergelangan kaki dan sendi lutut.
15
2.2.5 Pencegahan cedera
Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera, bisa
dari faktor lingkungan, tranfer energi, atau bisa dari faktor manusia itu sendiri.
Terbagi dalam beberapa kelompok dengan beberapa tipe pencegahan
cedera yaitu :
1. Tipe primer, tipe ini berfokuskan pada aktivitas atau kegiatan sebelum
terjadinya cedera yaitu dengan memberikan sosialisasi atau pemberian
pendidikan kesehatan terkait pencegahan cedera.
2. Tipe sekunder, tipe ini berfokuskan pada kategori yang beresiko tinggi
terhadap cedera dan memanipulasi lingkungan sekitar agar dapat mencegah
terjadinya cedera.
3. Tipe Tersier, tipe ini berfokusan pada pencegahan setelah terjadinya cedera
untuk mencegah terulangnya kejadian cedera.
16
Pemerintah dapat memberi pengetahuan pertolongan pertama lewat
pendidikan formal seperti melalui pelajaran di sekolah-sekolah. Palang Merah
Indonesia sebagai organisasi kepalangmerahan yang menyediakan informasi
pertolongan pertama juga dapat berperan dalam menyediakan informasi dan
mengadakan sosialisasi pada setiap sekolah.
2.3.2 Pengertian pengetahuan
Pengertian dari pengetahuan adalah uraian berupa penjelasan dari
seseorang tentang berbagai hal, yang melibatkan pelaksapanaan praktek atau
kinerja untuk menyelesaikan berbagai macap persoalan yang belum dibuktikan
secara sistematis. Pengetahuan adalah asset dalam kekayaan mental baik
secara langsung maupun tidak langsung yang ikut memperuntungkan kehidupan.
Ciri-ciri yang jelas mengenai apa, untuk apa dan bagaimana adalah ciri-ciri dari
pengetahuan.
Ada beberapa pengaruh yang dikuasai seseorang dengan mempengaruhi
perilakunya, jadi semakin bagus perilaku seseorang, maka semakin baik juga
perilakunya. Pengetahuan terkait pertolongan pertama sangat penting kita
ketahui sebagai upaya alamiah yang dikerjakan secara cermat sesuai dengan
jenis dan lokasi cedera yang terjadi dengan pemberian tindakan kecil secara
tepat waktu dan benar yang akan menyelamatkan hidup dari seseorang tersebut,
tetapi jika tindakan dilakukan atau dikerjakan dengan tidak semestinya dapat
merugikan nyawa korban.
Keadaan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukum adalah
pengertian dari pengetahuan.Pengetahuan prosedur yaitu dengan memahami
bagaimana tata cara atau prosedur dan rencana atau strategi. (Desi Amarita,
2020)
2.3.3 Klasifikasi Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sebagai
berikut
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang terkait dengan perilaku manusia yang dapat
dideskripsikan pada situasi ujian, yang menekankan pada ingatan, atau daya
ingat dari gagasan, atau fakta dan telah diketahui.
17
2. Pemahaman (Comprehension)
Keterampilan, keahlian dan kemampuan intelektual yang menjadi
permohonan di sekolah dan perguruan tinggi, yaitu pemahaman. Yang
berartinya, ketika para siswa diarahkan pada komunikasi, diharapkan
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide atau
gagasan yang terkandung di dalamnya.
Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu :
a. Menerjemahkan
Kemampuan ini adalah keahlian menerjemahkan atau menyederhanakan,
mengubah, mengilustrasikan, dan sebagainya.
b. Mengdefinisikan
Untuk menginterprestasikan adalah harus mampu mennyederhanakan dari
bagian isi komunikasi yang tidak hanya kata-kata atau frasa-frasa tetapi
berbagai perangkat yang dapat diuraikan dengan jelas.
c. Mengekstrapolasi
Sebagai persiapan dalam suatu komunikasi, menyusun atau menulis tidak
hanya menyatakan apa yang dapat dipercaya sebagai suatu masalah, tetapi
juga sebagai dari sebab akibatnya. Sekalipun sekali-kali menulis merincikan
semua determinasi termasuk menandai semua akibat, ide, gagasan dampak
atau materi-materi yang didapatnya.
3. Penerapan (Application)
Dalam kategori penerapan mengikuti beberapa aturan yang diperlukan
pemahaman dan pengetahuan dari penerapan teori, prinsip, pendapat, metode,
atau ringkasan berpikir.
4. Analisis (Analyses)
Menekankan pada uraian atau penjelasan materi utama kedalam
pendeteksian hubungan-hubungan setiap bagian yang tersusun secara
sistematis.sebagai alat juga atau teknik yang digunakan untuk mengarahkan,
membangun suatu kesimpulan dari komunikasi dalam menganalsis.
18
5. Sintesis (Systesis)
Sintesis merupakan suatu kumpulan dari bagian dan unsur kelas, kategori,
dan subkategori secara bersamaan menjadi landasan atau dasar yang
membentuk kelengkapan. Hal ini juga merupakan aktivitas atau kegiatan yang
mempersatukan tingkat berpikir sebelumnya sedemikian rupa menjadi suatu
struktur atau pola.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi atau pertimbangan gambaran sebagai perbuatan keputusan dan
pertimbangan sekitar nilai untuk beberapa tujuan, dari ide-ide, gagasan,
pengerjaan, pemecahan masalah, metode, dan bahan lainnya, hal yang itu
menyangkut kriteria atau parameter ukuran sebagai pedoman untuk menilai
tingkat pencapaian pada evaluasi.(Desi Amarita, 2020)
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempegaruhi pengetahuan sebagaimana, yaitu
(Karomah, 2015):
1. Tingkat Pendidikan
Pemahaman terkait hal-hal yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang
berkaitan dengan persoalan, bisa dimiliki seseorang dengan melalui pendidikan
yang tinggi dan dapat diselesaikan dengan baik. Tingkat pendidikan seseorang
bisa membantunya dalam mengelola persoalan dengan baik.
2. Informasi
Informasi bisa kita dapatkan dari sumber pengetahuan dengan cara,
seperti halnya mencari informasi terkait pengetahuan yang terbaru atau
terupdate. Seseorang yang memiliki waktu informasi, maka suatu pengetahuan
yang belum diketahui akan segera ia ketahui akan dan akan lebih jelas informasi
yang di dapatnya.
3. Budaya
Indonesia yang kaya akan budaya dan adat istiadat ataupun tradisi yang
dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang berada pada tiap-tiap
daerahnya. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh juga pada budaya,
karena yang kita dapatkan dapat di pelajari sesuai adat istiadat atau buyada
mereka masing-masing.
19
4. Pengalaman
Pengalaman seseorang dapat merujuk pada usia seseorang. Semakin
bertambah usia orang tersebut, maka pengalaman yangakan ia dapatkan pun
akan semakin bertambah luas.
5. Sosial Ekonomi
Seseorang dapat melengkapi kebutuhunnya sehari-hari juga bergantung
pada social ekonominya ataupun penghasilan yang ia dapatkan setiap hari.
Sehingga pengetahuan sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhannya.
20
2.4 Penelitian Relevan
21
kota variabel antara tingkat
Malang dependen pengetahuan guru
dan dengan perilaku
independen pertolongan
. pertama pada
cedera di
lingkungan sekolah
menengah pertama
di kota malang.
Hardyant Gambaran Penelitian Hasil penelitian Perbedaaan Menggunaka
o & tingkat ini adalah yang didapatkan terdapat n desain
Nirmalasa pengetahu kuantitatif adalah tingkat pada penelitian
ri (2020) an tentang non pengetahuan variabel yang sama
penangana eksperimen mahasiswa UKM yang yaitu
n pertama dengan olahraga dalam berbeda, deskriptif
cedera jenis kategori baik tempat
olahraga observasio (79,7%). penelitian,
pada unit nal. Desain Diharapkan untuk desain
kegiatan penelitian peningkatkan penelitian
mahasiswa yang pengetahuan
(Ukm) digunakan tentang bagaimana
olahraga di adalah cara penanganan
Universitas surve de cedera khusus
Jenderal skriptif, elevateon
Achmad dengan (meninggikan)
Yani melihat sehingga dapat
Yogyakarta gambaran mencegah cedera
fenomena lebih lanjut.
yang terjadi
dalam
suatu
populasi
tertentu.
a. Pengertian pengetahuan
b. Klasifikasi pengetahuan
c. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 dungaliyo Kecamatan
Dungaliyo pada bulan Juli-September2022.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian observasional dengan pendekatan studi deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, dimana peneliti
23
menggambarkan tingkat pengetahuan siswa di SMA Negeri 1 Dungaliyo dalam
melakukan pertolongan pertama pada cedera (Indra & Cahyaningrum, 2019).
3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu tingkat pengetahuan
siswa dalam melakukan pertolongan pertama pada cedera di SMA Negeri 1
Dungaliyo.
3.3.1.Definisi Operasional
24
terjadinya cedera
5 Sintesis Siswadapat menyebutkan 1 9
langkah-langkah saat
terjadinya cedera
6 Evaluasi Siswa mampu mengerti 3 10,11,12
situasi saat terjadinya
cedera
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2019). Sampel yang akan di ambil dalam penelitian
ini yaitu menggunakan rumus Slovin dengan batas minimal sampel yang
memenuhi syarat margin of eror 10% sebagai berikut :
Ket :
n : Banyak sampel minimum
N : Banyak sampel pada populasi
e : Batas toleransi kesalahan (error)
N
n= 2
1+ Ne
n = 785 / (1+(785 x 0,1²))
n = 785 / (1+(785 x 0,01))
n = 785 / (1+7,85)
25
n = 785 / 8,85
n = 88,70 dibulatkan menjadi 88 orang
Maka jumlah sampel yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah 88
orang siswa di SMA Negeri 1 Dungaliyo.
Tabel 3.4 Sampel
Kelas Jumlah Presentase (%)
X 32 36
XI 28 32
XII 28 32
Total 88 100%
Terdiri dari dua tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk penelitian dari jurusan
keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo di KESBANGPOL
Provinsi Gorontalo dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa dalam
melakukan Pertolongan Pertama pada Cedera di SMA Negeri 1
Dungaliyo”.
26
b. Peneliti mengajukan surat permohonan tembusan dari KESBANGPOL
Provinsi Gorontalo di antarkan ke Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi
Gorontalo.
c. Peneliti mengajukan surat permohonan dari jurusan keperawatan dan surat
tembusan dari KESBANGPOL ke Sekolah SMA Negeri 1 Dungaliyo untuk
pengambilan data awal.
d. Peneliti menghubungi bagian Kesiswaan yang ada Di sekolah SMA Negeri
1 Dungaliyo untuk mengetahui jumlah responden
e. Peneliti melakukan penentuan responden berdasarkan kriteria sampel
dalam penelitian.
3.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis univariat bertujuan
untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2018). Dalam hal ini yaitu untuk mengetahui perputaran frekuensi
pengetahuan siswa di SMA negeri 1 Dungaliyo dengan cara menetapkan
penyaluran rekurensi dari masing-masing variabel penelitian dengan
menggunakan statistik deskriptif analzye.
3.7 Etika penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Dalam suatu penelitian ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh peneliti, yaitu dari menyangkut metode dan
desain dalam penelitian. Suatu hal yang harus lebih diperhatikan oleh kita
sebagai peneliti yaitu prinsip dalam etika penelitian (Swarjana, 2012).
27
memaksa responden untuk mengikuti penelitian dan tetap menghormati hak-hak
yang dimiliki oleh responden.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Ini diperlukan untuk menjaga responden, dan menjaga privasi responden
peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam penelitian ini. Hanya perlu
memberikan inisial pada lembar yang diberikan pada responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dibuatkan Kerahasiaan dalam penelitian untuk menjaga informasi yang
berhubungan dengan penelitian.
Etika ini juga memberikan hak kepada responden untuk menolak
keikutsertaan dalam penelitian ini. Sedangkan responden yang akan mengisi
angket kuesioner diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai hak-hak yang
menyangkut penelitian sebelum menandatangani format persetujuan responden.
Responden juga diberikan penjelasan cara-cara pengisian angket atau kuesioner
dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 1 Dungaliyo Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Dungaliyo
28
Merupakan satu-satunya sekolah negeri yang ada di Kecamatan Dungaliyo,
Provinsi Gorontalo. SMA Negeri 1 Dungaliyo memiliki 785 siswa. Jumlah siswa
laki-laki berjumlah 349 orang dan jumlah siswa perempuan 436 orang. Kelas X
berjumlah 283 orang, kelas XI berjumlah 251 orang dan kelas XII berjumlah 251
orang.SMA Negeri 1 Dungaliyo memiliki 57 orang Guru, dengan jenjang
pendidikan S2 11 orang Guru, jenjang S1 39 orang Guru, jenjang D3 1 orang
Guru dan jenjang SMA/Sederajat 6 orang Guru.
SMA Negeri 1 Dungaliyo memiliki 21 ruang kelas, ruang guru/ruang
kegiatan, ruang kepala sekolah, ruang komputer, ruang dewan guru, ruangan
Lab. Biologi, ruangan Lab. Fisika, ruangan Lab. Kimia, ruangan UKS, musollah,
ruangan olahraga, ruangan tata usaha, aula, kantin dan gudang.SMA Negeri 1
Dungaliyo dengan posisi geografi 0,6007 lintang dan 122,9108 bujur. Memliki
sanitasi sumber air bersih sumur terlindungi, kecukupan air bersih yang cukup,
memiliki tempat cuci tangan 22, sekolah juga memiliki pembuangan air limbah ke
selokan/kali/sungai.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
1. Karakterisitik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan
Kelas diSMA Negeri 1 Dungaliyo
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 54 61,4
Laki-laki 34 38,6
Remaja awal 12-16 tahun 75 85,2
Remaja akhir 17-25 tahun 13 14,8
Kelas X 32 36,4
Kelas XI 28 31,8
Kelas XII 28 31,8
Sumber: Data primer 2022
29
Gambar 4.1 Diagram Analisis Univariat Tingkat Pengetahuan Siswa dalam
Melakukan Pertolongan Pertama Di SMA Negeri 1 Dungaliyo
80
70 68
60
50
40
30
20
20
10
0
Baik Kurang
Sumber : Data Primer 2022
30
pengetahuan dan sikap yang dikategorikan baik dalam melakukan pertolongan
pertama.
Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana
perempuan lebih mudah menerima informasi sehingga meningkatkan
pengetahuan. Tetapi, di zaman sekarang ini sudah terbantahkan bahwa jenis
kelamin mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena apabila dia
masih produktif, berpendidikan dan mempunyai pengalaman, maka cenderung
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi(Saadah & Yulianto, 2021).
Sementara, jenis kelamin merupakan faktor internal dalam mempengaruhi sikap
individu, dimana karena adanya ekspetasi lingkungan untuk laki-laki dan
perempuan. Perempuan cenderung akan memperhatikan dan berbelas kasih
dalam menolong orang lain (Nurmala, 2018).
Hasil ini didukung penelitian Sudono et al (2022) bahwa karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu
sebesar 92,1%. Responden-responden pada penelitian ini banyak yang memiliki
tingkat pengetahuan dan kesiapan yang baik dalam melakukan pertolongan
pertama korban kecelakaan. Hal ini dikarenakan perempuan mempunyai mother
insting yang berkaitan dengan adanya jiwa menolong yang lebih banyak,
daripada laki-laki.
Peneliti berasumsibahwa tingkat pengetahuan dan sikap dalam
memberikan pertolongan pertama pada cedera tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin, karena baik siswa laki-laki atau perempuan keduanya sama-sama
memberikan pertolongan pertama pada cedera. Tingkat pengetahuan dan sikap
bisa saja dipengaruhi oleh pengalaman oleh siswa tersebut.
31
Umur adalah waktu yang terlewat individu terhitung saat lahir. Peningkatan
umur dapat meningkatkan kematangan individu dalam berpikir sehingga individu
tersebut akan melakukan pencegahan agar tubuhnya tidak mudah sakit
Pakpahan et al., (2021). Pada remaja dengan umur 15-18 tahun ini dimulai
adanya tanggung jawab hidup yang harus ditingkatkan yaitu mampu
memecahkan masalah, peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari
orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Oleh
karena itu, remaja sudah mampu memutuskan terhadap kondisi yang
dihadapinya(Sari & Ambaryani, 2021).
Hasil ini ditunjang dengan penelitian Kusuma et al (2021) bahwa
responden yang tingkat pengetahuannya baik mengenai pertolongan pertama
pada kecelekaan paling banyak berusia 16-17 tahun yaitu sebanyak 30
responden (58,8%).
Peneliti berasumsi bahwa daya ingat dipengaruhi oleh umur, bertambahnya
umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan sehingga
dengan pengetahuan ini remaja sudah mampu memutuskan pertolongan
pertama pada cedera yang tepat untuk dilakukan.
3. Karakteristik Responden Menurut kelas
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden menurut kelas dari 88
responden didapati kelompok kelas X berjumlah 32 orang (36,4%), kelas XI
berjumlah 28 orang (32,8%), dan kelas XII 28 orang (32,8%). Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan siswa dibedakan atas kelas dilakukan sebagai
pengelompokan ruangan belajar untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
bagi siswa di SMA Negeri I Dungaliyo.
32
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula menerima informasi,
pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
Berdasarkan penelitian oleh Suwaryo 2017 bahwa semakin tinggi
Pendidikan seseorang akan semakin mudah menerima informasi sehingga
semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki.Jadi dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan melalui pengajaran,
pelatihan yang berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang
dalam dan luar.
Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan siswa turut
pula menentukan mudah atau tidaknya siswa menyerap dan memahami
pengetauan yang diperoleh sehingga dapat menentukan sikap siswa dalam
melakukan pertolongan pertama pada cedera. Oleh karena itu, semakin tinggi
pendidikan siswa, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan, maka
semakin baik sikap dari siswa tersebut.
4.2.1 Analisa Univariat
1. Pengetahuan tentang Pertolongan Pertama Pada Cedera
Hasil penelitian didapatkan pengetahuan responden tentang pertolongan
pertama pada cedera terdiri atas tingkat pengetahuan baik sebanyak 68
responden (77,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 20 responden
(22,7%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa banyak responden yang
pengetahuan tentang pertolongan pertama pada cedera tergolong cukup.
33
ambulans pada korban yang membutuhkan bantuan lanjutan saat terjadinya
cedera.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Tetapi, paling banyak pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan kognitif yang merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku seseorang (Risky, 2022).
Hasil penelitian ini didukung penelitian Widiastuti & Adiputra (2022)
mengenai pengetahuan siswa tentang pertolongan pertama pada kecelekaan di
SMA Katolik Santo Yoseph Denpasar bahwa pengetahuan siswa ada juga yang
tergolong cukup sebanyak 42 responden (21,8%), siswa-siswa di SMA ini telah
mengetahui dengan benar tentang pengerian, prinsip, teknik dan langkah dalam
menangani korban kecelakaan.
Peneliti berasumsi bahwa siswa yang telah memiliki pengetahuan yang
baik dan cukup mengenai pertolongan pertama pada cedera diperoleh melalui
fungsi panca indera yaitu mata dan telinga. Siswa yang pengetahuannya cukup
mungkin saja menerima informasi dari pengalaman langsung atau media
elektornik sehingga panca indera penglihatan berfungsi yang menghasilkan
pengetahuan. Siswa yang pengetahuannya cukup mungkin saja menerima
informasi yang didengar dari orang lain baik orang terdekat atau teman di
lingkungan sekolahanya sehingga panca indera pendengaran berfungsi yang
menyebabkan siswa memperoleh pengetahuan.
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan siswa
dalam melakukan pertolongan pertama pada cedera di SMA Negeri 1 Dungaliyo
yaitu tingkat pengetahuan baik sebanyak 68 responden (77,3%) dan tingkat
pengetahuan yang kurang sebanyak 20 responden (22,7%) dapat disimpulkan
35
bahwa tingkat pengetahuan siswa dalam melakukan pertolongan pertama di
SMA Negeri Dungaliyo memiliki tingkat pengetahuan yang baik
5.2. Saran
1. Bagi sekolah
Diharapkan sekolah memfasilitas siswa dalam memberikan pelatihan atau
edukasi kesehatan melalui kerja sama dengan fasilitas kesehatan atau
sektor terkait untuk memberikan pelatihan kepada siswa dalam melakukan
pertolongan pertama pada cedera agar tingkat pengetahuan dan sikap siswa
semakin meningkat terhadap pelaksanaan pertolongan pertama pada
cedera.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan referensi dalam proses perkuliahan
sehingga banyak mahasiswa keperawatan yang mengetahui mengenai
pengetahuan dan sikap remaja dalam memberikan pertolongan pertama
pada cedera.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan
dalam melakukan pertolongan pertama pada cedera dan sikap peduli
terhadap sesama tanpa membeda-bedakan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mengembangkan variabel penelitian yang
berbeda seperti umur dan jenis kelamin yang berkaitan dengan pelaksanaan
pertolongan pertama pada cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Abarca, R. M. (2021). Hubungan Tingkat pengetahuan Guru dengan Perilaku
Pertolongan Pertama pada Cedera di Lingkungan Sekolah Menengah
Pertama Kota Malang. Nuevos Sistemas de Comunicación e Información,
2013–2015.
36
Fauzi, I. B. (2017). Klasifikasi Cedera, Pemahaman Penanganan, Dan Lokasi
Cedera Pada Saat Latihan Penari Sanggar Omah Wayang Kabupaten
Klaten. Journal of Chemical Information and Modeling, 16–147.
Kartika, K., Maidaliza, M., & Fradisa, L. et al. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Masyarakat dengan Kemampuan Memberi Pertolongan
Pertama pada Korban Pasca Bencana. Prosiding Seminar Kesehatan
Perintis, 3(2), 51–56.
https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/681%0A
Kusuma, R., Murharyati, A., & Kanita, M. W. (2021). hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan
self efficacy anggota PMR.
37
Mahardika, Y. F. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama
dengan Teknik Balut Bidai: Literatur Review. Proposal Penelitian Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Farmasi Universitas
Muhammdiyah Kalimantan Timur, 21(1), 1–9.
Martini, M., Suwaryo, P. W., Pitang, Y., Sukraandini, N. K., Laksmi, I. A. A.,
Yundari, I. D. H., Ose, M. I., Artawan, I. K., Irman, O., & Pratama, A. A.
(2021). Manajemen Bencana Dalam Keperawatan. Media Sains Indonesia.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Mustar, T., Ramdany, R., Manurung,
E. I., Sianturi, E., Tompunu, M. R. G., Sitanggang, Y. F., & Maisyarah.
(2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Risky, S. (2022). Upaya Penataan Sistem Rujukan Kesehatan yang Efektif dan
Terstruktur. Media Sains Indonesia.
Saadah, N., & Yulianto, B. (2021). Peran Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan
Gigi. Media Sains Indonesia.
Sabry, H. A., Zeid, A. A., & Salem, M. (2021). Percentage of injuries, and related
factors among a group of medical students in Cairo university: A cross-
sectional study. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences,
9(E), 675–680. https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.5933
Sari, B., & Ambaryani, S. E. (2021). Pembinaan Akhlak Pada Remaja. Guepedia.
Siagian, A., Kusmala, Y. Y., Rakhmat, I. I., & Yuslianti, E. R. (2020). Pedoman
Bantuan Hidup Dasar untuk Dokter Gigi. Deepublish.
Sudono, B., Saputro, D., & Sari, I. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Kesiapan Melakukan Pertolongan Pertama Korban Kecelakaan
pada Mahasiswa Keperawatan STIKES Estu Utomo. Jurnal Indonesia
Sehat, 1(1), 6–14.
38
Widiastuti, N. K. P., & Adiputra, I. M. S. (2022).
Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa tentang
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di
Sekolah Menengah Atas. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 11(1), 23.
https://doi.org/10.36565/jab.v11i1.409
Lampiran 1.
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Cindy Oktarina Kadir, dilahirkan di Desa
Teratai Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo pada tanggal 03 Oktober
2000, beragama Islam, Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari
pasangan suami istri Adam S. Kadir (Ayah) dan Isna S.Noho (Ibu). Penulis
memulai pendidikan formal di SDN negeri 1 Limehe Timur di Tabongo dan
39
menamatkan pendidikan dasarnya dengan baik pada tahun 2012. Pada tahun
yang sama Peneliti melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri 1 Batudaa dan tamat
pada tahun 2015. Kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA di SMA
Negeri 1 Dungaliyo dan telah menyelesaikan dengan baik pada tahun 2018.
Penulis melanjutkan studinya pada tahun 2018 ke Universitas Muhammadiyah
Gorontalo Melalui Jalur Pendaftaran Gelombang ke 2.
Selama mengikuti pendidikan di Universitas Muhammadiyah Gorontalo
penulis telah banyak mengikuti kegiatan kemahasiswaan baik kegiatan formal
dan nonformal, diantaranya ; Peserta Program ”Pendidikan, Pelatihan, Karakter
dan Kepemimpinan (P2KK) dan Program Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) pada tahun 2018. Tahun 2018 sampai tahun 2022 mengikuti praktek klinik
I, II, III, IV, di RSAS Aloe Saboe, RS Bumi Panua, Puskesmas Dungaliyo, dan RS
Toto Kabila dan Mengikuti Kuliah Kerja Dakwah (KKD).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kurikuler maupun ekstrakurikuler. Penulis aktif dalam kegiatan Seminar Nasional
maupun Internasional. Dan telah menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Tingkat
Pengetahuan Siswa Dalam Melakukan Pertolongan Pertama Pada Cedera Di
SMA Negeri 1 Dungaliyo”.
Lampiran 2.
Kepada Yth
40
Responden
Di-
Tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : Cindy oktarina Kadir
NIM : C01418027
Jurusan : Keperawatan
Saya bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Siswa dalam melakukan Pertolongan Pertama pada Cedera di
SMA Negeri 1 Dungaliyo”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden. Jika saudara/I bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini
maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang
telah saya lampirkan.
Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti
Lampiran 3.
41
Saya yang bertanda tangan di bawah ini merasa tidak keberatan untuk
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Siswa dalam melakukan Pertolongan Pertama pada Cedera di
SMA Negeri 1 Dungaliyo”.
Di mana sebelumnya saya telah mendapatkan penjelasan proses
penelitian, manfaat dan tujuan dan penelitian serta jaminan tidak ada pengaruh
negatif bagi diri saya selama proses penelitian. Peneliti juga menjamin
kerahasiaan identitas saya dan data-data yang didapatkan hanya digunakan
sebagai perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan, dan saya telah
mengizinkan peneliti menjadikan saya sebagai responden dalam penelitiannya.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya dan tampa paksaan
dari pihak manapun.
Tertanda responden
Lampiran 4.
KUISIONER PENELITIAN
42
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN
PERTAMA PADA CEDERA DI SMA NEGERI 1 DUNGALIYO
A. Data Umum
1. Nama :
2. Kelas :
3. Jenis kelamin :
4. Umur :
No Pertanyaan Pengetahuan
43
3. Saya mengerti situasi saat terjadinya
cedera
4. Saya paham dengan kondisi saat
terjadinya cedera
5. Jika terjadi cedera saya paham dengan
menilai keadaan korban saat terjadinya
cedera
6. Saya mengetahui tempat-tempat yang
rentan terjadinya cedera
44
Lampiran 5.
Jenis Pengetahuan
N Inisi Ko um Ko Ko Ko
Kelas Kelam 1 1 1 tota
o al de ur de de 1 2 3 4 5 6 7 8 9 % Kategori de
in 0 1 2 l
44
1 FN X1 1 14 1 P 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 16 Kurang 2
%
44
2 AA X1 1 14 1 P 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 16 Kurang 2
%
44
3 H X1 1 14 1 P 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 16 Kurang 2
%
83
4 RK X1 1 14 1 L 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 30 Baik 1
%
MA 86
5 X1 1 14 1 L 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 1 31 Baik 1
H %
81
6 WSI X1 1 15 1 L 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 29 Baik 1
%
86
7 FM X1 1 14 1 L 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 2 31 Baik 1
%
APD 44
8 X1 1 14 1 P 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 16 Kurang 2
L %
92
9 ZNN X1 1 15 1 P 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 33 Baik 1
%
1 83
AN X1 1 14 1 L 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 1 30 Baik 1
0 %
1 67
VU X1 1 14 1 P 1 2 3 2 1 1 2 3 1 2 3 3 1 24 Baik 1
1 %
1 92
SN X1 1 15 1 P 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 33 Baik 1
2 %
1 58
YP X1 1 15 1 P 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 21 Baik 1
3 %
1 78
SMK X1 1 14 1 L 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 28 Baik 1
4 %
1 78
MT X1 1 14 1 L 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 28 Baik 1
5 %
1 FM X1 1 15 1 P 1 2 3 3 3 1 3 2 2 1 2 1 1 24 67 Baik 1
45
6 O %
1 72
ADA X1 1 15 1 L 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 1 26 Baik 1
7 %
1 86
II X1 1 14 1 L 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 31 Baik 1
8 %
1 67
YSL X1 1 14 1 P 1 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 1 1 24 Baik 1
9 %
2 78
AY X1 1 14 1 P 1 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1 1 28 Baik 1
0 %
2 56
DAC X1 1 14 1 P 1 2 1 3 2 3 1 1 2 1 1 1 2 20 Baik 1
1 %
2 92
FBD X1 1 14 1 P 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 33 Baik 1
2 %
2 50
TKR X1 1 14 1 P 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 18 Kurang 2
3 %
2 MR 78
X1 1 14 1 L 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1 2 28 Baik 1
4 A %
2 61
CU X1 1 14 1 L 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 22 Baik 1
5 %
2 58
MA X1 1 14 1 P 1 2 3 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 21 Baik 1
6 %
2 72
AA X1 1 14 1 P 1 2 3 3 3 1 3 2 2 2 2 1 2 26 Baik 1
7 %
2 64
RD X1 1 15 1 L 2 3 3 3 3 1 3 2 1 1 1 1 1 23 Baik 1
8 %
2 53
KT X1 1 15 1 P 1 2 3 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 19 Baik 1
9 %
3 MR 83
X1 1 15 1 L 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 30 Baik 1
0 N %
3 MF 83
X1 1 14 1 L 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 30 Baik 1
1 M %
3 67
ZS X1 1 14 1 L 2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 3 2 3 24 Baik 1
2 %
3 XI 64
SM 2 15 1 P 1 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 23 Baik 1
3 IPA3 %
3 XI 67
FD 2 15 1 L 2 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 2 24 Baik 1
4 IPA3 %
3 XI 86
DP 2 15 1 L 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 31 Baik 1
5 IPA3 %
46
3 XI 81
AR 2 16 1 L 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 29 Baik 1
6 IPA3 %
3 XI 69
UI 2 16 1 L 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 1 1 1 25 Baik 2
7 IPA3 %
3 XI 78
RS 2 15 1 L 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 1 1 28 Baik 1
8 IPA3 %
3 XI 50
BD 2 15 1 L 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 18 Kurang 2
9 IPA3 %
4 XI 94
AK 2 16 1 L 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 34 Baik 1
0 IPA3 %
4 XI 69
MSE 2 16 1 P 1 2 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 1 25 Baik 1
1 IPA3 %
4 XI 89
PUE 2 16 1 P 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 32 Baik 1
2 IPA3 %
4 XI 69
ME 2 15 1 P 1 3 2 3 3 2 2 3 2 1 2 1 1 25 Baik 1
3 IPA3 %
4 XI 75
ND 2 15 1 P 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 27 Baik 1
4 IPA3 %
4 XI 72
AH 2 15 1 L 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 26 Baik 1
5 IPA3 %
4 XI 72
NSR 2 16 1 P 1 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 26 Baik 1
6 IPA3 %
4 XI 75
FW 2 16 1 P 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 27 Baik 1
7 IPA3 %
4 XI 69
HL 2 15 1 P 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 25 Baik 1
8 IPA3 %
4 XI 72
AD 2 15 1 P 1 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 26 Baik 1
9 IPA3 %
5 XI 75
WP 2 15 1 P 1 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 27 Baik 1
0 IPA3 %
5 XI 81
NU 2 16 1 L 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 29 Baik 1
1 IPA3 %
5 XI 64
FSZ 2 16 1 P 1 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 23 Baik 1
2 IPA3 %
5 XI 50
KY 2 15 1 P 1 3 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 18 Kurang 2
3 IPA3 %
5 XI 50
AY 2 15 1 P 1 3 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 18 Kurang 2
4 IPA3 %
5 NH XI 2 15 1 P 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 16 44 Kurang 2
47
5 IPA3 %
5 MT XI 61
2 16 1 P 1 2 2 2 3 1 3 3 1 1 2 1 1 22 Baik 1
6 KA IPA3 %
5 NH XI 64
2 16 1 P 1 3 2 2 2 1 3 3 1 2 2 1 1 23 Baik 1
7 M IPA3 %
5 XI 81
AD 2 17 2 P 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 1 29 Baik 1
8 IPA3 %
5 XI 89
STI 2 17 2 P 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 32 Baik 1
9 IPA3 %
6 XI 86
NH 2 16 1 P 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 31 Baik 1
0 IPA3 %
6 XII 50
RI 3 17 2 L 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 18 Kurang 2
1 IPA5 %
6 XII 42
TKR 3 17 2 P 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 15 Kurang 2
2 IPA5 %
6 XII 42
DM 3 17 2 P 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 15 Kurang 2
3 IPA5 %
6 XII 67
DYH 3 16 1 L 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Baik 1
4 IPA5 %
6 XII 69
ASS 3 16 1 L 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 25 Baik 1
5 IPA5 %
6 XII 72
AAA 3 17 2 P 1 2 3 2 1 3 2 3 2 3 2 1 2 26 Baik 1
6 IPA5 %
6 XII 44
MFL 3 17 2 L 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 16 Kurang 2
7 IPA5 %
6 XII 75
GJI 3 16 1 P 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 27 Baik 1
8 IPA2 %
6 XII 44
SFRI 3 16 1 P 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 16 Kurang 2
9 IPA5 %
7 XII 89
AZ 3 16 1 P 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 32 Baik 1
0 IPA5 %
7 XII 83
AM 3 16 1 P 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 30 Baik 1
1 IPA5 %
7 XII 72
AKD 3 16 1 P 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 26 Baik 1
2 IPA5 %
7 DN XII 81
3 17 2 P 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 29 Baik 1
3 H IPA5 %
7 XII 78
RRH 3 17 2 P 1 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 28 Baik 1
4 IPA5 %
48
7 XII 83
SH 3 16 1 P 1 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 1 30 Baik 1
5 IPA5 %
7 XII 86
FO 3 17 2 P 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 1 31 Baik 1
6 IPA5 %
7 XII 78
YR 3 17 2 P 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 28 Baik 1
7 IPA5 %
7 XII 78
AD 3 16 1 P 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 28 Baik 1
8 IPA5 %
7 XII 67
SM 3 16 1 P 1 3 3 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 24 Baik 1
9 IPA5 %
8 XII 75
FRP 3 16 1 P 1 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 1 27 Baik 1
0 IPA5 %
8 XII 69
AM 3 16 1 L 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 1 2 25 Baik 1
1 IPA5 %
8 XII 47
RM 3 16 1 L 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 17 Kurang 2
2 IPA5 %
8 XII 50
RFP 3 16 1 L 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 18 Kurang 2
3 IPA5 %
8 MR XII 50
3 16 1 L 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 18 Kurang 2
4 ST IPA5 %
8 XII 47
SAP 3 17 2 L 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 17 Kurang 2
5 IPA5 %
8 XII 50
MM 3 17 2 P 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 18 Kurang 2
6 IPA5 %
8 XII IPA 69
MP 3 16 1 P 1 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 1 2 25 Baik 1
7 2 %
8 XII IPA 78
BM 3 16 1 L 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 28 Baik 1
8 2 %
Keterangan:
c. Kelas c. Jenis Kelamin
1= Kelas X 1= laki-laki
2= Kelas XI 2= Perempuan
3= Kelas XII d. Tingkat Pengetahuan
d. Umur 1= baik skor >51-100%
1= Remaja awal usia 12-16 tahun 2= kurang skor 0-50%
49
2= Remaja akhir usia 17-25 tahun
50
Lampiran 6.
Frequencies
Statistics
Pengetahuan
siswa tentang
pertolongan Sikap siswa tentang
Kelas Jenis Kelamin Umur pertama pertolongan pertama Pertolongan Pertama
N Valid 88 88 88 88 88 88
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelas X
32 36,4 36,4 36,4
Kelas XI
28 31,8 31,8 68,2
Kelas XII
28 31,8 31,8 100,0
Total
88 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan
54 61,4 61,4 61,4
Laki-laki
34 38,6 38,6 100,0
Total
88 100,0 100,0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Remaja awal usia 12-16 tahun 75 85,2 85,2 85,2
Remaja akhir usia 17-25 tahun 13 14,8 14,8 100,0
Total 88 100,0 100,0
51
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Vali baik 68 77,3 77,3 77,3
d kuran
20 22,7 22,7 100,0
g
Total 88 100,0 100,0
Lampiran 7.
52
Lampiran 8.
53
Lampiran 9.
54
DOKUMENTASI PENELITIAN
KELAS XI
KELAS XII
55
KELAS X
56
57