Anda di halaman 1dari 9

Leasing adalah Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk

digunakan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI no.1169/KMK/01/1991, Leasing adalah Kegiatan


pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal (dengan hak opsi ataupun tidak) untuk
digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Leasing seringkali disebut dengan sewa guna usaha. Ada tiga pihak utama dalam leasing , yaitu :

 Perusahaan Pembiayaan yang memiliki ijin usaha dari OJK dan melakukan kegiatan
Sewa Guna Usaha.
 Lessee : Perorangan / badan usaha yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan
dari lessor.
 Vendor / supplier : Badan usaha yang menyediakan dan menjual barang modal

Beberapa Mengenai Apa Itu Leasing ?


February 26, 2017

| No Comments

Beberapa Mengenai Apa Itu Leasing ?

A. PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA


Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan utama
perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang –
barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini maksud jika seorang nasabah
membutuhkan barang – barang modal seperti peralatan kantor atau MOBIL dengan cara disewa
atau dibeli secara kerdit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yg telah disepakati kedua belah pihak.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yg berdiri sendiri. Keterbatasan
usaha leasing adalah tidak boleh melakuakan kegiatan yag dilakukan oleh bank seperti
memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Oleh karena itu, perusahaan leasing harus
pandai – pandai dalam memberikan atau memilih sasarannya jangan sampai bertentangan dengan
jasa yg diberikan oleh lembaga keuangan bank. Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah
perjanjian antara LESSOR (perusahaan leasing) dengan LESSEE (nasabah) di mana pihak lessor
menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk jangka waktu tertentu. sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan
Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 adalah “kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. selanjutnya yg dimaksud dengan finance
lease dalah kegiatan sewa guna usaha di mana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yg disepakati sebaliknya operating
lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha”.
Pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan
menyediakan berbagai barang modal, sedangkan lessee adalah nasabah yg menginginkan barang
modal tersebut.
B. KETENTUAN MENGENAI LEASING
Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di indonesia setelah keluar surat
keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan
Nomor 30/kpb/1/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan Usaha Leasing di Indonesia.
Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
Surat Keputusan Nomor 649/MK/5/1974 Tanggal 6 Mei 1974 yg mengatur mengenai ketentuan
tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia.
Perkembangan selanjutnya adalah dengan keluarnya kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember
1988 (Pakdes 20 1988) yang isinya mengatur tentang usaha leasing di Indonesia dan dengan
keluarnya kebijaksanaan ini, maka ketentuan mengenai usaha leasing sebelumnya dinyatakan
tidak berlaku lagi. kemudian dalam Kepres Nomor 61 Tahun 1988 Tanggal 20 Desember 1988
diperkenalkan adanya istilah pembiayaan dalam bentuk dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat luas.
Lembaga pembiayaan menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk melakukan salah satu dari
kegiatan pembiayaan seperti :
Sewa guna usaha (leasing).
Modal Ventura (ventura capital).
Anjak Piutang (factoring).
Pembiayaan konsumen (consumer finance).
Kartu kredit.
Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti diatas, terlebih dulu harus
memperoleh izin dari Menteri keuangan.
C. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing, dan masing-masing pihak
mempunyai hak dan kewajibannya, Masing-masing pihak dalam melakukan kegiatannya selalu
bekerja sama dan saling berkaitan satu sama lainnya melalui kesepakatan yg dibuat bersama.
Lessor Merupakan perusahaan leasing yg membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal. Lessee Adalah nasabah yg mengajukan permohonan leasing
kepada lessor untuk memperoleh barang modal yg diinginkan. Supplier Yaitu pedagang yg
menyediakan barang yg akan di leasingkan sesuai perjanjian antara lessors dengan lessee dan
dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor. Asuransi Merupakan perusahaan yg
akan menanggung risiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee
dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung risiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yg dileasingkan. (tetapi saat ini yg sering
terjadi asuransi hanya menanggung kerusakan atau kehilangan selama masih dalam jangka waktu
kredit).
D. KEGIATAN LEASING
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara satu perusahaan leasing dengan perusahaan leasing
lainnya dapat berbeda. Di dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK
01/1991 Tanggal 21 November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lease). Melakukan sewa guna
usaha dengan tanpa hak opsi bagi lesee (operating lease). Ciri – ciri kedua kegiatan leasing
seperti yg dimaksud di atas adalah sebagai berikut: Kriteria untuk finance lease apabila suatu
perusahaan leasing memenuhi peryaratan : Jumlah pembayaran sewa guna usaha dan selama
masa sewa guna usaha pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yg dilease harus dapat
menutupi harga perolehan barang modal yg dileasekan dan keuntungan bagi pihak leassor.
Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi lessee.
Sedangkan kriteria untuk operating lease adalah memenuhi peryasaratan sebagai berikut :
jumlah pembayaran selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang
modal yg dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor. Di dalam perjanjian leasing tidak
memuat mengenai hak opsi bagi lessee. kemudian dalam praktiknya transaksi finance leasing
dibagi lagi ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut : Direct finance lease Transaksi ini dikenal
juga dengan nama true lease. Dimana dalam transaksi ini pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan lessee dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut kepada lessee. lessee
dapat menentukan spesifikasi barang yang diinginkan termasuk penentuan harga dan
suppliernya. oleh karena itu, proses pembelian yg dilakukan lessor hanyalah untuk memenuhi
kebutuhan pihak lessee. Sales dan lease back Proses ini dilkukan dimana pihak lessee menjual
barang modalnya kepada lessor untuk dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut,
antara lessee dengan lessor metode ini biasanya digunakan untuk menambah modal kerja pihak
lessee. Sedangkan dalam operating lease di mana pihak lessor sengaja memberi barang modal
untuk kemudian dileasekan kepada pihak lessee. Biaya yg dikenakan terhadap lessee adalah
biaya yg dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan oleh lessee berikut bunganya.
E. JENIS – JENIS PERUSAHAAN LEASING
Setelah kita menegetahui kegiatan – kegiatan yg dilakukan oleh Perusahaan leasing, maka
selanjutnya dapat kita bagi perusahaan leasing menurut jenis-jenis usahanya.
Jenis -jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi ke dalam tiga
kelompok,yaitu :
Independent leasing
Merupakan perusahaan leasing yg berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai supplier atau membeli
barang – barang modal dari suplier lain untk dileasekan.
Capital lessor
Dalam perusahaan leasing jenis ini, produsen atau supplier mendirikan perusahaan leasing dan
yg mereka leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri, tujuan utamanya adalah untuk
dapat meningkatkan penjualan sehingga mengurangi penumpukan barang digudang/toko.
Lease broker
Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee untuk memperoleh
barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan. Jadi dalam hal ini lease broker hanya
sebagai perantara antara pihak lessor dengan pihak lessee.
F. PERJANJIAN LEASING
Perjanjian yg dibuat antara lessor dengan lessee disebut ” lease agrement” dimana didalam
perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak, leessor dan lessee.
Isi kontrak yg dibuat secara umum memuat antara lain :
Nama dan alamat lessee.
Jenis baran g modal yg diinginkan.
Jumlah atau nilai barang yg dileasingkan.
Syarat-syarat pembayaran.
Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lain.
Biaya-biaya yg dikenakan.
Sangsi-sangsi apabila lessee ingkar janji.
Dan lain-lainnya.
Jika seluruh persyaratan sudah disetujui, maka pihak lessor akan menghubungi supplier untuk
negosiasi barang dan menghubungi pihak asuransi untuk menanggung resiko pembayaran oleh
lessee.namun dalam praktiknya dapat pula sebelum nasabah mangajukan permohonan ke
perusahaan leasing, pihak lessee terlebih dulu melakukan negosiasi dengan suppliernya,
kemudian barulah mencari leasing yang akan menjadi lessornya.
G. BIAYA – BIAYA YG DIKELUARKAN
Setiap fasilitas yg diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (lessee) akan dikenakan
berbagai macam biaya. Biaya – biaya ini besarnya akan ditentukan oleh masing – masing
perusahaan leasing. Artinya antara perusahaan leasing biaya yg dibebankan kepada lessee tidak
sama. Besar kecilnya biaya yg dikenakan terhadap nasabahnya akan mempengaruhi keuntungan
yg diterima oleh perusahaan leasing.
Adapun biaya – biaya yg dibebankan kepada lessee biasanya terdiri dari :
Biaya Administrasi.
Biaya materai untuk perjanjian/apraisal.
Biaya Bunga terhadap barang yg dileasekan.
Premi Asuransi yg disetor kepada pihak asuransi.
Di antara biaya – biaya diatas,perolehan biaya diatas,perolehan biaya bunga merupakan
perolehan terbesar sehingga keuntungan yg diperoleh pun terbesar dari bunga yg dibebankan
kepada para lessee tersebut.
H. PROSEDUR PERMOHONAN LEASING
Setiap permohonan yg diajukan oleh lessee haruslah langsung kepada lessor, baik secara lisan
maupun secara tertulis, kemudian oleh pihak lessor akan dipelajari secara seksama sehingga pada
akhirnya nanti tidak akan merugikan pihak lessor akibat kesalahan analisis.
Prosedur permohonan fasilitas leasing oleh lesse kepada lessor secara umum sebagai berikut :
Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang modal baik
secara lisan maupun tertulis.
Pihal lessor akan meneliti maksud dan tujuan permohonan lessee.
Penelitian tentang kelengkapan dokumen yg dipersyaratkan. Jika masih ada dokumen atau
informasi yg kurang, pemohon diminta untuk melengkapinya selengkap mungkin.
Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yg berisi antara lain maksud dan
tujuan mengajukan leasing serta cara pembayarannya.
Akte pendirian perusahaan jika lessee berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Yayasan.
Ktp dan Kartu Keluarga jika lessee berbentuk perseorangan.
Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir jika lessee berbentuk PT.
Slip gaji dan bukti penghasilan lainya jika lessee berbentuk perorangan.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perorangan maupun perusahaan (diatas
pembiayaan Rp 100,000,000-).
Jika dokumen yg dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor memberikan informasi tentang
persyaratan dalam perjanjian kontrak antara lessee dengan lessor, termasuk hak dan kewajiban
masing – masing.
Pihak lessor akan mengadakan penelitian analisis terhadap informasi yg diberikan lessee dengan
cara :
Penelitian data untuk mengukur kemempuan dan kemauan lessee membayar kembali. Penelitian
ini dapat dapat dilakukan dengan 5 C,yaitu character,capacity,capital,condition dan colleteral.
Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot).
Menelti ke lokasi di mana lessee punya hubungan.
Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar dan kemauan nasabah
membayar dengan disertai kebenaran informasi dan data yg ada dilapangan. Dari hasil penelitian
dapatlah ditarik tiga kesimpulan yaitu :
Menolak permohonan lessee dengan alsan tertentu.
Masih dipertimbangkan dengan catatan ditunda atau permohonan belum dapat diproses sampai
jangka waktu tertentu dengan berbagai alasan.
Menerima permohonan lessee karena telah sesuai dengan keinginan lessor.
Jika permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor mengadakan pertemuan
denganpihak lessee, tentang persyaratan yg harus dipenuhi antara lain, penandatanganan surat
perjanjian serta biaya – biay yg harus dibayar oleh lessee.
Pihak lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat perjanjian antara
lessee dan lessor.
Pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan barang yg diinginkan lessee
dan membayar sesuai dengan perjanjian dengan pihak supplier.
Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yg sudah disetor lessee
sebelumnya kepada pihak lessor.
Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran yg
telah dilakukan oleh lessor.
Pihak lessor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah diterbitkan oleh pihak lessor atas
nama lessee.
Dalam praktiknya setiap permohonan fasilitas leasing oleh lessee, maka prosedur dan
persyaratan yg ditetapkan oleh perusahaan leasing berbeda antara satu dan lainnya. Hal ini sesuai
dengan kepentingan perusahaan leasing itu sendiri dan secara umum memang prosedur dan
persyaratan tidak jauh berbeda seperti yg telah diuraikan diatas.
I. SANGSI – SANGSI
Seperti jenis pinjaman lainnya,bahwa tidak semua pinjaman berjalan mulus atau berjalan sesuai
prosedur yg ada, sekalipun sudah melalui prosedur yg benar. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor. Begitu pula dengan perusahaan leasing jelas tidak semua barang modal yg dibiayai akan
terlunasi sesuai dengan rencana, oleh karena itu, perlu ada tindakan lebih lanjut bagi lessee yg
lalai berupa sangsi – sangsi yg telah disepakati.
Sangsi – sangsi yg diberikan pihak lessor kepada pihak lessee apabila lessee ingkar janji atau
tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lessor sesuai perjanjian yg telah disepakati adalah
sebagai berikut :
Berupa teguran lisan supaya segera melunasi.
Jika teguran lisan tidak digubris, maka akan diberikan teguran tertulis.
Dikenakan denda sesuai perjanjian.
Penyitaan barang yg dipegang oleh lessee.
Semoga Artikel tersebut diatas Akan berguna buat kita semua, terutama bagi yg ingin menambah
wawasan tentang apa itu leasing, apabila ada kekurangan harap maklum,dengan niat baik ini
kami ingin berbagi informasi “Karena ilmu itu bijaksananya adalah apabila di AMALKAN”
Salam.
PREV ARTICLENEXT ARTICLE
PENGERTIAN LEASING
Posted on March 30, 2012 | 27 Comments

299 Votes

Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan
sewa beli untuk dapat lansung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan
atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan barang modal
untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat
ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan.
Melalui leasing mereka bisa memperoleh dan untuk membiayai pembelian barang – barang
modal dengan jangka waktu pengembalian antara 3 -5 tahun atau lebih.
Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak yang terlibat dala
perjanjian lease, yaitu sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah perusahan atau pihak yang memberikan
jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.
2. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan
dalam bentuk barang modal dari lessor.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

Ciri – ciri Leasing

Ciri – ciri adalah sebagai berikut :


1. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease tersebut.
2. Hak milik benda lease ada pada leasor
3. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda – benda yang digunakan dalam suatu
perusahaan.

JENIS – JENIS LEASING


1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai
penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang
dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan
kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa penggunaan
barang tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang beruba
uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor
ditambah fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau finance lease masih
bias dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang yang dijadikan objek
lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lesse
dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang
sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse dengan lessor. Dengan
memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan
direct finance lease. Di sini lesse memerlukan cash yng bisa dipergunakan untuk tambahan
modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem saale and lease
back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja kepada kliennya dan tentu
saja dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.
2. Operating lease (sewa menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya
disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh
pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini
disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang
modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.
Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya –
biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal
yang bersangkutan.
3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)
Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai
perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba sudah
diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank atau
kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)


1. Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak terkait
dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal yang dilakukan
oleh independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang
modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).
2. Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha untuk
meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.
3. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
4. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang
modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk
menangani transaksi leasing untuk atas namanya.

PROSEDUR MEKANISME LEASING


Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan
yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut :
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran
harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.
2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sew lease), setelah ini
maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease
dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease.
Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian
peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan
dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
dditentukan dalam kontrak lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement, dimana didalam
perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak. Isi kontrak yang
dibuat secara umum memuat antara lain:
1. Nama dan alamat lease
2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan
4. Syarat – syarat pembayaran
5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya – biaya yang dikenakan
7. Sangsi – sangsi apabila lesse ingkar janji
Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (Lessee) akan
dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.

KEUNTUNGAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)


Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam prosedur dan
pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran alternatif
tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi perusahaan –
perusahaan, maka leasing didukung oleh keuntungan – keuntungan sebagai berikut :
1. Fleksibel.
2. Tidak diperlukan jaminan.
3. Capital saving.
4. Cepat dalam pelayanan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi.
7. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir mas lease.
8. Adanya kepastian hukum.
9. Terkadang leasing merupakan satu – satunya cara untuk mendapatkan aktiva bagi suatu
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai