2. SPETEK SPAM LANSILOWO DAK 2024
2. SPETEK SPAM LANSILOWO DAK 2024
PEKERJAAN KONSTRUKSI
PAKET Peningkatan SPAM Jaringan Perpipaan Desa Lansilowo
ID SIRUP 48814804
SATUAN KERJA Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe
Kepulauan
PPK Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang Kab. Konawe Kepulauan
TAHUN ANGGARAN 2024
Dengan masih belum optimalnya jaringan layanan Bidang Cipta Karya Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan, masyarakat masih
kesulitan dalam memperoleh akses Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan. Sebagian besar sumber air
masyarakat yang digunakan di Kecamatan Wawonii Barat khususnya Kawasan
Desa Lantula Kabupaten Konawe Kepulauan adalah air perpipaan yang
sayangnya tidak berfungsi dengan baik dengan pelayanan pelanggan yang
masih terbatas karena jaringan yang belum terjangkau. Dengan tingkat
ketersediaan airnya yang sangat terbatas sehingga pemanfaatan air untuk
Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) bagi masyarakat menjadi kesulitan dan bila
musim kemarau sumber air tersebut berkurang (kering). Sebagian besar
penduduk Kec. Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan bekerja sebagai
petani, berkebun, swasta dan PNS.
Salah satu kebutuhan yang mendesak adalah pelayanaan kebutuhan air bersih
melalui Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.
Konawe Kepulauan yang memadai dan berkesinambungan. Untuk mendukung
pelayanan Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab.
Konawe Kepulauan kepada masyarakat, pembangunan infrastruktur Bidang
Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan
yang sangat penting dan mendasar adalah Jaringan Pipa guna mengalirkan air
dari Sumber ke Reservoir dan dari Reservoir langsung kepada masyarakat.
Belum terjangkaunya pelayanan jaringan pipa yang ada saat ini sangat
mempengaruhi akan keberlanjutan pengembangan SPAM dan kinerja
keseluruhan penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Konawe Kepulauan.
Jaringan Pipa yang memadai akan secara langsung menjamin
keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan Bidang Cipta Karya Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan.
Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi
daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 121
Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air, Pemerintah telah
menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang
memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak
lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan Bidang Cipta Karya
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan maupun
kepada masyarakat sebagai pengguna layanan Bidang Cipta Karya Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan, yaitu Peraturan
Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Bidang Cipta
Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan
(SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam
penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Bidang Cipta Karya
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan (SPAM)
adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakandan strategi nasional, (ii)
menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM), (iii) memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan air baku.
B. Standar Rujukan
Daftar standar rujukan spesifikasi teknis pekerjaan sebagai berikut:
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 4433:1997 Spesifikasi beton siap pakai
SNI 2531:2015 Metoda uji densitas semen hidraulis
SNI 03-1968-1990 Analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 1969:2008 Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar
SNI 4829.2:2015 Pipa polietilena (PE) dan fiting untuk sistem
penyediaan air minum
SNI 0039-2013 / ASTM A53 Pipa Baja Bergalvanis
C. Persyaratan Bahan
Jenis Produk Sumber
Acuan
No Nama Bahan Spesifikasi Bahan (Olahan/ Produk (Lokal/
Spesifikasi
Alam) Impor)
Item Pekerjaan Beton
1 Agregat kasar • Maksimal ukuran butir 5 Alam Lokal dalam SII 0052-80
mm; negeri
• Agregat yang semua
butirnya tertinggal diatas
ayakan 4,80 mm;
• Kadar lempung/organik
5%;
• dst.
2 Agregat halus • Maksimal ukuran butir 40 Alam Lokal dalam SII 0052-80
mm (bangunan struktur) negeri SK SNI - T15 -
atau 20 mm (bangunan 1991 - 03
lainnya);
• Agregat yang semua
butirnya lolos ayakan
4,80 mm;
• Kadar lempung/organik
1%;
3 Semen • Portland type Olahan Lokal dalam SNI 2049:2015
• Tipe lain dengan negeri
persetujuan Direksi.
Item pekerjaan timbunan
1 Tanah • Indeks plastisitas 15% - Alam Lokal dalam
(didatangkan) 40%; negeri
• Batas cair melalui
saringan no.40 tidak
boleh lebih dari 50%;
Item pekerjaan Pipa
2 Pipa HDPE Ø 110 • PE 100 Pabrikasi Lokal dalam SNI
mm, PE 100 S.8 • S.8 negeri 4829.2:2015
SDR 13,6 PN.12,5, • SDR 13,6
SNI • PN 12,5
• Ø 110
• Panjang 6 Meter
• Tebal 8,1 mm
3 Pipa HDPE Ø 20 • PE 100 Pabrikasi Lokal dalam SNI
mm, PE 100 S.8 • S.8 negeri 4829.2:2015
SDR 11 PN.16, SNI • SDR 11
• PN 6
• Ø 20
• Panjang 50 Meter
• Tebal 1,9 mm
4 Pipa GIP Ø200 mm • Ø 200 (8 inch) Pabrikasi Lokal dalam SNI 0039-
• Panjang 6 Meter negeri 2013 / ASTM
• Tebal 5 – 6 mm A53
5 Pipa GIP Ø150 mm • Ø 150 (6 inch) Pabrikasi Lokal dalam SNI 0039-
• Panjang 6 Meter negeri 2013 / ASTM
• Tebal 5 – 6 mm A53
6 Pipa GIP Ø100 mm • Ø 100 (4 inch) Pabrikasi Lokal dalam SNI 0039-
• Panjang 6 Meter negeri 2013 / ASTM
• Tebal 5 – 6 mm A53
7 Pipa GIP Ø1/2 inch • Ø ½ inch Pabrikasi Lokal dalam SNI 0039-
• Panjang 6 Meter negeri 2013 / ASTM
• Tebal 3 – 5 mm A53
d. Sarana Pekerjaan
1) Penyedia harus membuat kantor proyek tempat bagi pelaksana
dan Direksi Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai
(minimal 10 m2) dan dilengkapi dengan peralatan kantor yang
dibutuhkan.
2) Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup
untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan
agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.
3) Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
4) Penyedia harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk
istirahat (bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
5) Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk
tempat bekerja bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai
kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.
6) Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
e. Pengaturan Jam Kerja Dan Pengerahan Tenaga Kerja
1) Pemborong harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal
pengerahan tenaga kerja pengaturan jam kerja maupun penempatan
bahan hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan
pengawas lapangan. Khususnya dalam pengerahan tenaga kerja dan
pengaturan jam kerja dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan
peraturan perburuhan yang berlaku.
2) Kecuali ditentukan lain, Pemborong harus menyediakan akomodasi
dan fasilitas-fasilitas lain yang dianggap perlu misalnya (Bidang Cipta
Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe
Kepulauan, toilet yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
fasilitas kesehatan lainya seperti penyediaan perlengkapan PPPK
yang cukup serta pencegahan penyakit menular)
3) Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat
pekerjaan tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang
berdekatan, dan pemborong harus melarang siapapun yang tidak
berkepentingan memasuki tempat pekerjaan
f. Perlindungan Terhadap Bangunan / Sarana Yang Ada
1) Segala kerusakan yang timbul pada bangunan / konstruksi
sekitarnya menjadi tanggung jawab Pemborong untuk
memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat pelaksanaan
pekejaan.
2) Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus selalu menjaga
kondisi jalan sekitarnya dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
3) Kontraktor wajib mengamankan sekaligus melaporkan /
menyerahkan kepada pihak yang berwenang bila nantinya
menemukan benda-benda bersejarah.
g. Pekerjaan Penyediaan Air Bersih Dan Daya Listrik Untuk Bekerja
1) Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek
berlangsung, Penyedia harus memperhitungkan biaya penyediaan air
bersih guna keperluan air kerja, Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang Kab. Konawe Kepulauan untuk pekerja dan
air kamar mandi
2) Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau
sumber air, serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air
tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan
Kantor Proyek, kantor Penyedia, kamar mandi/WC atau tempat-
tempat lain yang dianggap perlu.
3) Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan
penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan selama
proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
4) Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau
dengan pengadaan Generator Set, dan semua perijinan untuk
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia. Pengadaan
fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta saklar/panel.
h. Pemasangan Bouwplank
Guna menunjang kelancaran dalam pelaksanaan proyek dan
pengamanan lokasi pekerjaan di lapangan/perlu dibuat bouwplank dari
bahan kayu atau bahan lain sebagai penanda tempat kegiatan
pekerjaan yang akan dilaksanakan
i. Pembuatan shopdrawing (gambar kerja) disesuaikan dengan situasi
lapangan.
j. Sistem Menajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3)
Hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja konstruksisehingga harus menerapkan berbagai aturan,
standar untuk meningkatkan K3, jugaharus mendorong personil
untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui
komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan
pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan aman, serta
menetapkan target yangrealistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada
pekerjaan seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja
sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan memberikan
dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan
mengadakan hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja
sebagai upaya untuk menghindari terjadi kecelakaan dan
permasalahan dalam proyek konstruksi.
2. Pekerjaan Pasangan
a. Bahan-Bahan
1) Semen Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang
dipakai pada beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat
yang tertera pada Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.
2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat
dihancurkan dengan tangan
b) Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
c) Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida,
akibat adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan
normal atau lariutan teh yang sedang kepekatannya.
d) Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih
natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10 %
e) Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang
mengandung lebih dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium
oksida pada pengujian tidak boleh menunjukan sifat reaktif
terhadap alkali.
f) Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengn adukan
pembanding yaitu yang menggunakan semen sama dengan
pasir normal tidak boleh kurang dari 65 % pada pengujian 7 hari.
g) Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan
h) Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
3) Batu Alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari
gunung), batu belah atau batu karang asalkan harus memenuhi
syarat-syarat sebagi berikut:
a) Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya
b) Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-
tanda lapuk
c) Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning
muda dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-
garis kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang
patahnya harus mempunyai kepadatan dan warna putih yang
merata.
4) Bata Merah
a) Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses
pembakaran, dapat digunakan produksi lokal dengan ukuran
normal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh
menyimpang.
b) Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna
merah tua yang merata tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Bata merah minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30
kg/cm²
c) Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya
harus terdiri dari 1 bagian Portland Cemen dan 5 bagian pasir dan
batuan yang dihaluskan.
d) Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas
matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari dengan
jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah.
5) Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan
boleh dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton.
6) Kapur
Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang
telah disetujui Direksi Teknis/Lapangan
7) Lain-Lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel
teraso, keramik dan lain- lain harus sesuai dengan yang disyaratkan
oleh Direksi Teknis/Lapangan atau seperti yang disyaratkan pada saat
rapat penjelasan
b. Adukan
1) Mencampur
a) Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran,
mempunyai alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang
sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
b) Apabila tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk
boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul dan
sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang merata.
2) Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam
gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini.
Jenis Spesi
M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr
3. Plesteran
a. Bahan
1) Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat, lumpur atau campuran- campuran lain.
2) Semen Portland
Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian
yang membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan
dalam NI-8.
3) Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
4. Pasangan Batu
a. Bahan
1) Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang
tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap
udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang
dimaksud.
2) Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
Pekerjaan sebelum digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan
saluran air sedapat mungkin harus berbentuk persegi.
3) Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua
batu yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus
tertahan ayakan 10 cm.
b. Adukan
Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC: 4 Pasir
c. Syarat Pelaksanaan
1) Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran
dan bentuk-bentuk yang ditunjuk dalam gambar.
2) Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
hubungan semua batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke
tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga.
e) Pengelasan
Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus
dibersihkan dari debu, tanah dan karat dengan menyikat dan
mengasah (grinding). Bila pipa akan dipotong di laangan, lapisan
pelindung dalam maupun lapisan pelindung luar pada kedua
ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm, kemudian ujung pipa
dibuat alur sebagaimana yang ditentukan. “Fitting” tidak boleh
dipotong di lapangan.
Kualitas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama
pekerjaan pengelasan, harus terus menerus (berlanjut) dari
bagian dasar ke bagian atas pinggiran pipa. Bila pengelasan
dilakukan di lapangan, Kontraktor harus memperhatikan keadaan
cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban dan angin.
Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam kondisi cuaca seperti yang
telah disebutkan tanpa perlindungan atau persetujuan dari
Direksi.
Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan
yang berlebihan, tumpang tindih dan ketidak rataan.
5) Operator
Katup – katup harus disediakan lengkap dengan tangki pemegang,
roda pemegang rantai, magnetic operator dan sebagainya seperti
yang ditunjukkan pada gambar – pabrikasi (Shop drawing) kepada
Direksi/Pemberi Tugas untuk disetujui.
Gambar –gambar tersebut harus mencakup :
a) Daftar dan urutan material
b) Detail seal dan bagian-bagain yang dapat berubah
c) Nama pabriknya
d) Ukuran, detail, bahan dan tebal setiap item
Rekanan harus mengajukan gambar-ganbar dari pabriknya untuk
setiap katup sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan.
h. Pekerjaan Beton
Bahan Beton Betulang
a. Portland Cement ( PC)
1) Portland cement (pc) merupakan bubuk halus, yang diperoleh
dengan menggiling klingker ( yang didapat dari pembakaran suatu
campuran yang baik dan merata antara kapur dan bahan – bahan
yang mengandung silika, alumina dan oksigen besi, dengan batu
gips sebagai bahan tambahan dalam jumlah cukup)
2) Bubuk halus atau pc tadi apabila dicampur dengan air, selang
beberapa waktu dapat menjadi keras dan dapat digunakan sebagai
bahan ikat hidrolik.
3) Kehalusan butir cement Semakin halus butirnya, maka semakin luas
jumlah permukaan butir tiap satuan berat sehingga makin cepat dan
sempurna mengikat dan pengerasannya.
4) Ikatan semen awal tidak boleh dimulai dalam 1 jam setelah dicampur
dengan air. Hal ini diperlukan untuk pekerjaan mengulang,
mengangkut dan mengencer adukan beton.
5) Sifat kekal bentuk semen harus memiliki sifat kekal bentuk yaitu jika
24 jam dicampur air dan disimpan dalam ruangan lembab, kemudian
direndam dalam air selama 27 hari. Jika semen tidak mengalami
perubahan bentuk ( retak, melengkung, keropos ) maka semen
tersebut telah memiliki sifat kekal bentuk.
6) Memliki sifat desak adukan
7) Mempunyai susunan kimia yang baik
8) Semen atau pc yang dipergunakan untuk beton bertulang harus
disetujui oleh pengawas dan harus bermutu tinggi, dan standar pc
yang dipakai adalah semen andalas dan harus bermerek sama.
b. Agregat Halus ( Pasir )
1) Agregat halus ( pasir ) merupakan bahan batuan berukuran kecil,
yaitu 0,075 sampai 5 mm perbutirnya, agregat halus untuk beton
berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecahan batu, sesuai
dengan syarat pengawasan mutu agregat unuk berbagai mutu
beton.
2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
(ditentukan dari terhadap berat kering )
4) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan yang diakui.
c. Agregat Kasar ( kerikil dan batu pecah )
1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu.
2) Agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih besar dari 5
mm, maka agregat kasar harus menurut syarat-syarat pengawasan
mutu agregat untuk berbagai beton.
d. Air
1) Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak mengandung
minyak, asam, alkohol, garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan .
2) Dalam pemakaian air sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum, apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air itu kelaboratorium untuk diselidiki sampai
seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton atau baja tulangan.
3) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-
tepatnya untuk menghasilkan beton yang berkualitas baik.
e. Besi Tulangan dan Kawat Pengikat
1) Setiap jenis besi tulangan yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besi
terkenal dapat dipakai pada umumnya setiap pabrik besi mempunyai
setandar mutu dan jenis besi.
2) Selanjutnya harus memenuhi syarat dalam P.B.I.1971 N.1.-2
3) Besi tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa
dilembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
4) Besi beton yang dipergunakan adalah yang berbentuk penampang
bulat dan berupa batang polos atau ulir.
5) Besi tulangan yang dipergunakan tidak boleh cacat seperti
gelombang atau pecah.
6) Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak boleh bersepuh seng.
f. Pek. Penulangan
1) Persiapan yang harus dilakukan adalah membersihkan besi
tulangan dari karat atau kotoran yang melekat dengan
menggunakan sikat atau penggosok atau menggunakan larutan
kimia, hal ini dilakukan agar kekakuan besi tidak berkurang.
2) Pengukuran panjang besi yang akan dibuat tulangan berdasarkan
ukuran gambar yang telah ditetapkan.
3) Besi tulangan yang akan dipotong dikelompokan setelah diberi tanda
pada bagian yang akan dipasang, pengelompokan berdasarkan
dengan ukuran dan penggunaannya masing-masing.
4) Pekerjaan penulangan ini meliputi menggunting /memotong,
membengkokan dan merangkai besi tulangan sesuai dengan bentuk
gambar yang telah direncanakan.
g. Penyetelan / Pemasangan Tulangan
1) sebelum tulangan dipasang harus dibersihkan dari kotoran serta
bahan- bahan lain yang mengurangi gaya lekat beton.
2) Tulangan harus dipasang dengan baik hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat dan bentuknya.
3) Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan
yang ditentukan dalam rencana / bestek.
4) Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus
beton atau ditanam didalam beton, maka tulangan tidak boleh
dipotong/ digeser.
5) Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar
tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat
langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat berjalan
lebih cepat.
h. Pek. Bekisting/ Cetakan
1) Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara
yang digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, di
dalamnya atau diatasnya.Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya
untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya
diratakan dengan cetok (sendok spesi). Supaya balok beton yang
dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak
sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang
akan di cor. Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang
dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat
waterpass. Papan cetakan tidak boleh bocor Papanpapan
disambung dengan klem / penguat / penjepitPaku diantara papan
secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
2) Bekisting harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah
meresap air dan direncanakan sedemikian rupa hingga dapat mudah
dilepaskan pada beton tanpa menyebabkan kerusakan dari beton itu
sendiri.
3) Bekisting harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah
kebocoran adukan-adukan yang dituangkan kedalamnya.
4) Kayu yang dipakai untuk bekisting/cetakan beton harus terdiri dari
kayu yang bermutu tinggi dan memberi jaminan kekuatan.
i. Pek. Pengujian Beton
1) sebelum pelaksanaan pengecoran beton dimulai, terlebih dahulu
dilakukan pengujian beton ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan/ mutu beton yang akan dibuat.
2) Mutu beton yang akan dipergunakan harus berkualitas baik dengan
tegangan karakteristik.
j. Pek. Pembuatan Adukan Semen
1) sebelum pembuatan beton dilakukan semua alat-alat pengaduk dan
pengangkut beton harus sudah bersih.
2) Jenis Mesin pengaduk dan jenis Timbangan atau takaran semen
dan agregat harus di setujui terlebih dahulu oleh Pengawas ahli
yang ada. Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak di capai,
perbandingan campuran bahan susunan yang harus di tentukan
agar beton yang di hasilkan dapat memberikan.
3) Kecelakaan dan konsistensi yang memungkinkan pekerjaan beton
(Penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam acuan
dan sekitar tulangan tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya
pemisahan antara agregat dan air.
4) Ketahanan terhadap kondisi lingkungan kusus ( Kedap air, korosif,
dan lain sebagainya. ).
5) Memenuhi Uji kuat yang hendak di capai .
k. Pek. Distribusi Campuran Beton
1) Pengankutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus di lakukan dengan baik hal ini untuk mencegah
terpisahnya bahan campuran beton yang sudah di campur.
2) Adukan Beton Sudah harus di cor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air di mulai jangka waktu ini harus di
perhatikan, apabila keperluan pengankutan di perlukan waktu yang
panjang, jangka waktu tersebut dapat di perpanjang sampai 2 jam.
l. Pek. pengecoran dan pemadatan beton.
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir,
kerikil/split serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas
bahanbahan pembuat beton dan erbandingannya. Bahan-bahan harus
diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud
menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan
pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-
butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen
merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras.
Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir
dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.Tahap-tahap
pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu: Membuat kotak takaran
untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
1) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang
dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x
panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari
pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
2) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran
seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan
digunakan untuk pengecoran.
3) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan
perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2
volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.
4) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan:
pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan
biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan
air secukupnya
5) Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih
selama 4- 10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan
kedalam kotak spesi.
6) Sebelum beton di cor, semua ruang- ruang yang akan di isi dengan
beton harus di bersihkan dari kotoran, kemudian bekisting /
perancah dan pasangan dinding yang akan berhubungan dengan
beton harus di basahi dengan air sampai jenuh sedangkan
tulangan harus terpasang dengan baik.
7) Air harus di buang dari semua ruang yag akan di isi dengan beton,
kecuali apabila menurut persetujuan pengawas itu tidak perlu di
lakukan.
8) Beton harus di cor sedekat-dekatnya ketujuan yang terakhir, hal ini
di lakukan untuk mempermudah pekerjaan pengecoran beton dan
menghindari terpisahnya campuran beton.
9) Pekerjaan pengecoran beton di lakukan dari bagian yang terjauh
dari tempat distribusinya sampai mencapai bagian akhir
pelaksanaan yang telah di tetapkan.
10) Untuk Mencegah timbulmya rongga-rongga kosong dan sarang-
sarang krikil, adukan beton harus di padatkan selama pengecoran,
pemasatan ini dapat di lakukan dengan cara menumbuk –numbuk
adukan dan memukulmukul cetakan.
11) Di anjurkan untuk senantiasa menggunakan alat- alat pemadat
mekamis ( Vibrator ), Taujuannya adalah untuk memadatkan beton
sehingga beton menjadi rapat, padat, kuat dan kokoh dan
senyawa.
12) Beton selama seminggu sesudah di tuangkan harus senantiasa di
basahi, selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat yang di uraikan
dalam P.B.I ( NI – 2 ) 1971.
13) Sloof juga termasuk kedalam beton bertulang yang diletakkan
secara horizontal diatas pondasi. Sloof berfungsi untuk meratakan
beban yang bekerja pada pondasi dan pengikat struktur bawah
ujung dasar kolom.
14) Kolom beton merupakan bagian strukur yang arahnya vertikal.
G. Jangka waktu pelaksanaan
Berdasarkan urutan/tahapan dalam metode pelaksanaan yang diuraikan
sebelumnya, jangka waktu pelaksanaan selama 210 (dua ratus sepuluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal mulai kerja.
H. Pekerjaan Utama
Daftar item pekerjaan utama sebagai berikut :
No. Item Nama Item Pekerjaan Utama
1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa :
a. GI Ø 200 mm Med-B (SII.0161-81)
b. GI Ø 150 mm Med-B (SII.0161-81)
c. PVC Ø 216 mm, S-12,5 Stand. SII 0344-82/SNI00844-89.A
d. PVC Ø 160 mm, S-12,5 Stand. SII 0344-82/SNI00844-89.A
e. HDPE Ø 110 mm, PE 100 S.8 SDR 13,6 PN. 12,5 SNI
f. HDPE Ø 63 mm, PE 100 S.8 SDR 13,6 PN. 12,5 SNI
2 Pek. Bangunan Penangkap Mata Air
3 Pek. Bangunan Reservoir
3 Pek. Pemasangan Sambungan Rumah (SR)
N. Gambar Teknik
Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan tertuang dalam Gambar
Pelaksanaan sebagaimana terlampir dan menjadi bagian dari dokumen
spesifikasi teknik ini.
Uraian spesifikasi teknis ini telah direviu untuk selanjutnya ditetapkan menjadi
bagian dalam Dokumen Persiapan Pengadaan.