Artikel Penelitian Kualitatif
Artikel Penelitian Kualitatif
1 2
Diserahkan: Septia Dwi Lailatul Rohmah , Abdul Aziz Hunaifi
10-01-2024 Afiliasi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Kehuruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusantara PGRI
Diterima: Kediri
10-01-2024
Abstrak: Dipubikasikan:
Tujuan penelitian: untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi membaca
siswa kelas III SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk. Statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Siswa kelas
tiga, guru, dan orang tua siswa kelas tiga menjadi target populasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode seperti
observasi, survei, dan pengumpulan dokumen. Metode kualitatif deskriptif sering digunakan saat menganalisis data. Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas tiga di SD Negeri 1 Sudimoroharjo memiliki
motivasi yang rendah dalam membaca dan menulis karena beberapa faktor internal, seperti rendahnya kemampuan belajar dan prasangka. Selain itu,
faktor eksternal yang berkontribusi terhadap pemahaman membaca anak-anak termasuk kualitas lingkungan sekolah, lama waktu bermain yang sesuai,
kualitas bahan bacaan, kualitas lingkungan rumah, dan efek negatif dari televisi dan bermain game.
Proses belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Putra (2019:129) menjelaskan bahwa kebiasaan membaca atau disebut juga
dengan budaya baca sering kali menjadi indikator tingkat kemajuan atau peradaban suatu negara. Budaya baca yang tinggi dalam suatu masyarakat
mencerminkan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di banyak negara maju, membaca merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Membaca tidak hanya sebagai cara untuk menjelajahi dunia, tetapi juga sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan, bersenang-
senang, dan mendalami pesan-pesan yang terkandung dalam kata-kata tertulis melalui berbagai media bacaan (Somadoya, 2018:1). Membaca selalu
menjadi bagian integral dari pendidikan di sekolah. Membaca memiliki manfaat yang signifikan bagi anak-anak di tahun pertama sekolah dasar dalam
hal memperoleh berbagai macam pengetahuan, meningkatkan informasi yang didapat, dan membangun kosa kata.
Seperti yang dikatakan oleh Somadoya (2018: 1), membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang paling penting bersama dengan
tiga keterampilan berbahasa lainnya. Kegiatan membaca siswa tidak terbatas hanya di dalam kelas, tetapi juga dapat dilakukan di rumah, di
perpustakaan sekolah, atau di waktu senggang, sesuai dengan instruksi orang tua. Membiasakan siswa untuk mengembangkan kebiasaan
membaca tidaklah mudah. Seperti yang dikatakan Rahim (2020: 28), minat baca menyiratkan adanya keinginan yang kuat disertai dengan usaha yang
konkret untuk membaca. Siswa yang memiliki minat baca yang kuat akan menyediakan waktu untuk melakukan kegiatan membaca. Sebaliknya, siswa
yang tidak berminat membaca tidak mementingkan kegiatan yang berhubungan dengan membaca.
Bagi siswa sekolah dasar, membaca adalah dasar terpenting untuk pembelajaran mereka di masa depan, sehingga minat membaca mereka
harus didorong. Sekolah-sekolah yang menyadari pentingnya membaca sebagai kegiatan rekreasi bagi siswa telah mengambil berbagai langkah untuk
mempromosikan membaca, seperti mendirikan perpustakaan sekolah, menyelenggarakan program membaca, dan menyediakan buku-buku dan cerita
dengan harapan dapat merangsang minat baca siswa. Kegiatan membaca dianggap penting karena dapat meningkatkan kecerdasan dan memperoleh
pengetahuan yang berharga yang dapat mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan. Putra (2019:7) berpendapat bahwa membaca dapat
membuka cakrawala berpikir seseorang. Membaca berfungsi sebagai saluran untuk memperoleh berbagai macam informasi yang kini tersedia dalam
berbagai format bacaan seperti majalah, koran, dan buku-buku pengetahuan. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang, termasuk siswa sekolah dasar,
Di sekolah dasar, kebiasaan membaca anak-anak masih rendah (Putra, 2019: 131). Fenomena ini membutuhkan banyak perhatian dari
semua pemangku kepentingan untuk segera mengatasi masalah kesulitan membaca. Prasetyono (2021: 21) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya minat baca anak antara lain judul dan isi buku yang kurang menarik dan harga buku yang mahal sehingga menyulitkan anak
yang kurang mampu secara ekonomi untuk membeli buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan membaca mereka.
Wawancara dan observasi minat baca yang dilakukan pada bulan Desember di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Padas di Kecamatan
Kalanganom, Kabupaten Klaten mengungkapkan bahwa ada masalah serius dengan rendahnya minat baca di kalangan siswa di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Padas. Penelitian ini berfokus pada rendahnya minat baca siswa kelas 4 SD. Rendahnya minat baca siswa kelas 4 tercermin dari
rendahnya jumlah siswa yang pergi ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku. Siswa kelas 4 juga tidak menunjukkan ketertarikan yang
besar terhadap buku dan bahan bacaan yang ada di lingkungan mereka. Ketika diminta untuk membaca selama 15 menit sebelum pelajaran, 15 siswa
tidak menunjukkan antusiasme untuk membaca dan 4 siswa hanya melihat-lihat buku tanpa membaca. Sebanyak 14 siswa tidak dapat memberikan
informasi yang relevan ketika ditanya apa yang mereka baca, sebagian besar siswa tidak menggunakan waktu membaca mereka dengan bijak, dan 11
siswa lebih suka bergaul dengan teman-temannya. Ditemukan juga bahwa siswa kelas 4 tidak memprioritaskan membaca dalam kehidupan sehari-hari
mereka dan lebih memilih untuk bermain dengan teman-temannya daripada membaca buku di waktu luang mereka. Ditemukan juga bahwa sebagian
besar siswa tidak terbiasa membaca buku pelajaran secara mandiri dan membaca buku pelajaran atas rekomendasi guru mereka.
Guru utama siswa kelas 4 percaya bahwa minat baca siswa masih relatif rendah, yang sangat mengkhawatirkan karena membaca pada usia
ini merupakan keterampilan dasar dan harus ditingkatkan untuk meningkatkan prestasi akademik. Prasetyono (2021: 29) menyatakan bahwa kurangnya
minat baca siswa dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merujuk pada faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar,
sedangkan faktor eksternal merujuk pada variabel-variabel yang berasal dari luar diri pelajar, seperti lingkungan rumah atau sekolah. Dengan
memahami faktor-faktor yang menurunkan minat baca siswa, kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut dan membantu
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemahaman membaca siswa kelas tiga SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Nganjuk. Metode deskriptif mengacu pada penggambaran situasi secara rinci dan
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2024/2025, tepatnya pada bulan Januari, di kelas 3 SD Negeri 1 Sudimoroharjo,
Sudimoroharjo, Kecamatan Wirangan, Nganjuk, dengan tujuan untuk mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman
membaca siswa kelas 3 SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Sudimoroharjo, Kecamatan Wirangan, Nganjuk, dengan tujuan mengumpulkan data mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca siswa kelas 3 SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Sudimoroharjo, Kecamatan Wirangan, Nganjuk.
Subjek Penelitian
Partisipan penelitian ini adalah siswa SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Nganjuk, termasuk siswa kelas tiga, guru, orang tua, dan staf sekolah.
Ada 26 siswa di kelas tiga di SD Negeri 1 Sudimoroharjo: 20 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Proses pengumpulan data terdiri dari survei bertahap untuk memastikan data yang komprehensif, tergantung pada kebutuhan penelitian.
Observasi dan wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data. Alat yang digunakan termasuk kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti,
Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini diverifikasi melalui uji reliabilitas berdasarkan teknik triangulasi. Teknik triangulasi sumber dan
triangulasi deskriptif digunakan untuk memastikan keakuratan dan keabsahan data yang diperoleh.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, karena data yang dikumpulkan bersifat
kualitatif. Proses analisis data yang digunakan adalah metode analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dan terdiri dari tiga tahap yaitu
Reduksi data adalah pemilihan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumen serta penyederhanaan data untuk memfokuskan pada
pokok permasalahan yaitu faktor internal dan eksternal penyebab kurangnya literasi baca tulis di kelas III SD Negeri 1 Sudimoroharjo Kecamatan
Wirangan Kabupaten Nganjuk. Tujuannya adalah untuk. Data yang telah direduksi dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
Dalam penelitian ini, data disajikan dengan menggunakan teks yang bersifat naratif dan tabel. Data yang disajikan berkaitan dengan aspek-
aspek sebagai berikut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa kelas 3 di SD Negeri 1 Sudimoroharjo merupakan fokus dari data
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif Miles dan Huberman adalah memvalidasi hasil, yang berarti bahwa penelitian ini hanya
memberikan gambaran singkat dan diagram tentang topik penelitian yang belum jelas. Ringkasan atau diagram akhir dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkontribusi terhadap tingginya minat baca di kalangan siswa kelas 3 SD Negeri 1
Penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa kelas 3 SD Negeri 1 Sudimoroharjo, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk memiliki
pemahaman membaca yang rendah. Ada dua jenis faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca siswa yaitu faktor intrernal dan faktor eksternal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Prasetyono (2021: 29): "Rendahnya minat baca siswa disebabkan oleh faktor internal (intrinsik) dan faktor
lingkungan di luar diri siswa. Faktor internal adalah faktor yang terjadi di dalam diri siswa sendiri dan mendasari motivasi mereka untuk membaca,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terjadi di luar diri siswa dan mempengaruhi motivasi mereka untuk membaca". Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa motivasi membaca yang rendah di kalangan siswa disebabkan oleh keterampilan belajar yang lemah dan tidak lengkap. Faktor
Dalam hal pemahaman bacaan, 19,23% siswa tidak dapat membaca dengan lancar. Dari persentase tersebut, 3,85% mengalami kesulitan
dalam melafalkan kata-kata dengan jelas dan 15,38% membuat kesalahan saat melafalkan kata-kata dalam kalimat. Selain itu, 65,38% siswa mengalami
kesulitan dalam membaca pemahaman. Tidak dapat membaca dengan baik tentu dapat mempersulit proses membaca dan akibatnya menurunkan minat
baca siswa. Menurut Shofaussamawat (2020: 53), kurangnya minat baca anak-anak salah satunya disebabkan oleh kemampuan membaca mereka yang
masih rendah. Menurut studi yang dilakukan oleh tim Program for International Student Assessment (PISA) dari Organisasi untuk Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, kemampuan membaca anak-anak Indonesia sangat memprihatinkan. Sebanyak 37,6% anak dapat membaca sebuah teks
tanpa memahami maknanya, dan 24,8% hanya dapat menghubungkan apa yang mereka baca dengan satu informasi.
Kurangnya kebiasaan membaca merupakan faktor internal lain yang menyebabkan rendahnya minat baca di kalangan siswa kelas tiga SD.
Hal ini tercermin dari beberapa indikator, seperti kurangnya waktu yang didedikasikan untuk membaca, fakta bahwa mereka hanya membaca karena
disuruh oleh guru, fakta bahwa 92,30% siswa jarang pergi ke perpustakaan untuk membaca, dan kurangnya inisiatif mereka untuk mencari bahan
bacaan yang diperlukan. Kurangnya kebiasaan membaca ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya membaca buku. Rahim (2020:28)
menjelaskan bahwa minat baca disertai dengan keinginan yang kuat untuk membaca. Orang yang memiliki minat baca yang kuat menunjukkan bahwa
mereka secara pribadi sadar akan keinginannya untuk melakukan kegiatan membaca secara teratur. Akibatnya, menurut Rahim, orang yang minat
bacanya rendah sering kali tidak mau meluangkan waktu untuk membaca buku karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat membaca.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor eksternal penyebab rendahnya minat membaca siswa kelas 3 meliputi beberapa aspek. Hal tersebut
antara lain lingkungan sekolah yang kurang mendukung, kurang optimalnya peran perpustakaan sekolah, keterbatasan jumlah buku atau bahan bacaan,
kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, serta pengaruh negatif dari menonton televisi dan bermain game di telepon genggam. Lingkungan
sekitar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat membaca mereka, khususnya lingkungan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan
lingkungan di SD Negeri Sudimoroharjo 1 kurang memberikan dukungan yang memadai terhadap minat membaca siswa. Hal ini tercermin dari
rendahnya budaya membaca di lingkungan sekolah, kurangnya optimalisasi program literasi, kurangnya promosi membaca di lingkungan sekolah,
kurangnya update informasi mading sekolah, dan tidak adanya tempat khusus selain mading. perpustakaan untuk membaca.Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa minat membaca belum menjadi fokus utama yang serius ditanamkan oleh sekolah kepada siswa. Hal ini menyebabkan kurangnya
dedikasi pihak sekolah dalam membina minat membaca siswa secara menyeluruh.
Penjelasan di atas sejalan dengan pandangan Soeatminah (Idris & Ramdani, 2018: 29) yang menekankan pentingnya peran sekolah dalam
mengembangkan dan mempertahankan kecintaan membaca anak. Oleh karena itu, ketidakmampuan lingkungan sekolah dalam merangsang minat
membaca dapat menjadi salah satu penyebab siswa menjadi kurang tertarik membaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi kurangnya minat baca adalah kinerja perpustakaan sekolah yang tidak memadai. Hal ini mencakup kondisi fisik perpustakaan yang tidak
terawat dengan baik, layanan staf perpustakaan yang tidak dimanfaatkan secara optimal, tata letak perpustakaan yang tidak didesain dengan baik, dan
fakta bahwa siswa tidak mendapatkan kartu anggota perpustakaan. Lemahnya peran perpustakaan dalam menstimulasi minat baca siswa disebabkan
karena staf perpustakaan memiliki beban kerja administratif yang meningkat dan tidak dapat berkonsentrasi pada kegiatan perpustakaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyuni (2021: 82) yang menyatakan bahwa kurangnya minat baca di masyarakat, termasuk di kalangan
pelajar, disebabkan oleh kurang memadainya perpustakaan. Menurut data dari Badan Pengembangan Perpustakaan Nasional, hanya 5% dari 300.000
sekolah dasar dan menengah yang memiliki perpustakaan yang memadai. Banyak ruang perpustakaan yang tidak menarik karena kondisinya yang
sumpek, koleksi yang tidak lengkap, buku-buku yang sudah ketinggalan zaman, dan kurangnya peralatan pendukung, yang pada akhirnya membuat
orang enggan untuk mengunjunginya. Akibatnya, sekolah tidak dapat memanfaatkan perpustakaan secara efektif untuk meningkatkan minat baca siswa.
Akibatnya, faktor kedua yang berkontribusi terhadap kurangnya minat baca adalah terbatasnya ketersediaan buku dan bahan bacaan. Data
ini menunjukkan bahwa ketersediaan buku-buku yang mungkin menarik minat siswa masih belum lengkap. Prasetyono (2021: 32) menunjukkan bahwa
situasi perbukuan di Indonesia belum cukup untuk merangsang minat baca, karena jumlah buku yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan penduduk.
Terlebih lagi, anak-anak kelas tiga SD sulit mendapatkan buku atau bahan bacaan yang mereka inginkan di luar sekolah. Keadaan ini diperparah dengan
rendahnya kemampuan siswa untuk membeli buku dan bahan bacaan karena latar belakang ekonomi orang tua yang 91,67% di antaranya di bawah kelas
menengah.
Wahyuni (2021:181) menyatakan bahwa rendahnya daya beli buku di daerah sangat erat kaitannya dengan rendahnya tingkat ekonomi dan
kurangnya kesadaran akan pentingnya buku. Dengan gaya hidup yang serba mahal saat ini, pendapatan masyarakat pada umumnya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Situasi ini mempengaruhi keakraban dan keintiman masyarakat dengan buku, termasuk para siswa
dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu, yang berakibat pada menurunnya minat baca. Rendahnya daya beli masyarakat di wilayah ini tidak
hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga rendahnya kesadaran akan pentingnya buku dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi kesadaran, siswa
belum sepenuhnya memahami pentingnya membaca buku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa siswa tidak memiliki
buku secara pribadi dan terbatas pada bahan bacaan yang disediakan oleh sekolah.
Pendekatan guru dalam pembelajaran juga merupakan faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kurangnya minat baca siswa. Kelas
umumnya berbasis presentasi dan pemecahan masalah. Rutinitas pembelajaran ini membuat siswa bosan dan tidak memiliki waktu luang untuk
membaca. Selain itu, rendahnya frekuensi membaca praktis di rumah juga menjadi salah satu alasan kurangnya minat baca siswa. Dalam konteks ini,
komentar Prasetyono (2021: 32) mencerminkan kurangnya kemampuan guru untuk merangsang pemikiran dan kreativitas siswa. Penting untuk
mendorong siswa agar mandiri dalam menemukan dan menganalisis informasi. Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa untuk mengeksplorasi topik
atau buku teks secara mandiri, sehingga mereka dapat menggunakannya dalam pelajaran berikutnya. Materi yang akan dieksplorasi tidak perlu terbatas
pada satu buku teks saja, tetapi dapat berasal dari berbagai bacaan.
Penggunaan perpustakaan dalam proses pembelajaran juga bermasalah. Guru cenderung membatasi pembelajaran di dalam kelas tanpa
menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar yang potensial. Dalam hal ini, siswa tidak terbiasa mencari buku-buku di perpustakaan sebagai
sumber pengetahuan, karena guru tidak mendorong mereka untuk melakukannya. Untuk membuat siswa tertarik membaca, penting untuk menawarkan
kesempatan belajar di luar kelas, termasuk di perpustakaan. Faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kurangnya minat baca siswa dapat dikaitkan
dengan lingkungan rumah yang tidak mendukung. Budaya membaca cenderung kurang di lingkungan keluarga, dan orang tua jarang membelikan buku
atau membawanya ke toko buku. Situasi ini terkait dengan latar belakang ekonomi keluarga siswa yang 91,67% di antaranya termasuk dalam kelas
menengah ke bawah. Orang tua juga sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk membacakan buku atau membawa anak ke toko buku.
Rendahnya tingkat pendidikan orang tua juga menjadi salah satu faktor yang membuat mereka tidak menyadari pentingnya membaca.
Temuan ini sejalan dengan Wahyuni (2021: 181) yang menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang tidak kondusif untuk kegiatan
membaca juga menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya minat baca. Kesibukan orang tua yang sering kali hanya memiliki sedikit waktu luang
untuk membaca juga berkontribusi pada kurangnya aktivitas membaca anak-anak mereka. Kurangnya kesempatan untuk kegiatan membaca bersama
keluarga secara rutin juga berkontribusi pada kurangnya minat baca anak-anak.
Faktor eksternal lain yang mengurangi minat baca siswa adalah pengaruh televisi dan permainan ponsel. Murid-murid cenderung lebih
tertarik pada hiburan yang ditawarkan oleh televisi dan ponsel. Intensitas menonton televisi yang bisa berkisar antara dua hingga tujuh jam sehari,
terutama di malam hari, membatasi waktu yang tersedia untuk belajar atau membaca. Tentu saja, hal ini juga mengurangi waktu yang tersedia untuk
membaca buku. Hal ini serupa dengan pemikiran Prasetyono (2021: 29), yang menyatakan bahwa mayoritas anak-anak cenderung lebih tertarik
menonton televisi daripada membaca. Dengan adanya berbagai program TV yang banyak ditonton dan diminati, anak-anak duduk di depan layar kaca
dalam waktu yang lama. Meskipun program-program TV ini bukan penyebab langsung, konsumsi yang berlebihan akan membuang waktu yang
berharga yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat seperti membaca buku.
Perkembangan teknologi, khususnya ponsel, juga mempengaruhi minat siswa. Sebagian besar siswa memiliki ponsel dan menghabiskan
banyak waktu untuk bermain game, hingga tiga atau empat jam sehari. Sebagian besar dari mereka bermain di ponsel mereka. Siswa yang senang
bermain ponsel cenderung kehilangan minat untuk belajar dan membaca. Hal ini sejalan dengan Prasetyono (2021: 29), yang berpendapat bahwa
meskipun kemajuan teknologi seperti komputer dan video game dapat bermanfaat, namun juga dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan anak. Perlu
diingat bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain game dapat mengurangi minat baca anak.
Simpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor internal yang melatarbelakangi rendahnya minat baca siswa kelas 3 SD Negeri Sudimoroharjo
1, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, adalah kurangnya pemahaman bacaan dan kebiasaan membaca. Pemahaman membaca meliputi
kelancaran dan kesulitan dalam memahami makna bacaan. Kurangnya kebiasaan membaca, di sisi lain, disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya
waktu untuk membaca, disuruh membaca oleh orang lain, jarang mengunjungi perpustakaan dan kurangnya spontanitas dalam mencari buku yang
mereka butuhkan.
Faktor eksternal juga berkontribusi terhadap kurangnya minat baca di kalangan siswa kelas 3 SD Negeri Sudimoroharjo 1, Kecamatan
Wilangan, Kabupaten Klaten. Faktor-faktor ini termasuk lingkungan sekolah yang tidak suka membaca, program literasi yang tidak memadai,
kurangnya insentif untuk membaca, kurangnya papan informasi terbaru di sekolah dan kurangnya tempat khusus untuk membaca selain perpustakaan.
Perpustakaan juga memainkan peran penting, dengan kondisi yang buruk, layanan yang tidak memadai, koleksi yang tidak mencukupi, dan ruangan
yang tidak terorganisir. Akses siswa terhadap buku dan bahan bacaan yang mereka butuhkan, keterbatasan sarana untuk mendapatkannya, serta status
ekonomi yang rendah juga memainkan peran penting. Kurangnya metode pengajaran yang berorientasi pada kegiatan membaca dari pihak guru dan
kurangnya akses ke perpustakaan juga merupakan faktor. Keluarga yang gagal menanamkan budaya membaca dan tidak mendorong kunjungan ke toko
buku juga berkontribusi pada kurangnya minat baca siswa. Pengaruh media, khususnya intensitas menonton televisi dan bermain game di ponsel, juga
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait, berdasarkan simpulan hasil penelitian, adalah sebagai berikut:
Bagi Guru
1. Melipatgandakan upaya untuk merangsang minat baca siswa, misalnya dengan menerapkan program literasi secara terencana dan optimal.
1. Merawat dan menjaga kondisi perpustakaan, termasuk fasilitas, kebersihan ruangan, penataan buku, dan ketertiban ruang, untuk menjamin
2. Menata perabot sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak mengganggu fungsi utama perpustakaan.
1. Mengevaluasi pelaksanaan program literasi sekolah dan memastikan program tersebut berjalan dengan optimal.
2. Memastikan bahwa informasi tentang program literasi disebarluaskan secara memadai kepada komunitas sekolah.
3. Menyempurnakan dan meningkatkan program untuk memastikan bahwa program tersebut efektif dalam meningkatkan minat baca siswa di
masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, M.H. & Ramdani, I. (2018). Menumbuhkan Minat Membaca pada Anak Usia Dini. Jakarta: Luxima.
Prasetyono, D.S. (2021). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Think Yogyakarta.
Putra, R.M.S. (2019). Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini Panduan Praktis bagi Pendidik, Orang Tua, dan Penerbit. Jakarta: PT Indeks.
Shofaussamawati. (2020). Menumbuhkan Minat Baca dengan Pengenalan Pada Perpustakaan Sejak Dini. Jurnal Perpustakaan Libraria. 2(1), 53.
Somadayo, S. (2018). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahyuni, S. (2021). Menumbuhkan Minat Baca Menuju Masyarakat Liberat. Jurnal Diksi, 17, 181-183.
Widianto, S. (17 Maret 2017). Soal Minat Baca, Indonesia Peringkat 60 dari 61 Negara. Pikiran Rakyat, hal.1.