Anda di halaman 1dari 13

PEMETAAN DAN PERENCANAAN PENINGKATAN MUTU

BERBASIS SWOT-BALANCED SCORECARD


DI PERGURUAN DARUL HIKAM BANDUNG

Oleh:
Asep Rosidin
Perguruan Darul Hikam Bandung
(e-mail: asep_rosidin@student.upi.edu)

ABSTRAK
Tujuan utama penjaminan mutu internal sekolah adalah membantu lembaga dalam melakukan perbaikan mutu
secara terus-menerus serta evaluasi berkala sebagai early warning system terhadap adanya masalah dan tantangan
perubahan dinamisasi mutu dalam lingkungan strategis lembaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pemetaan dan perencanaan peningkatan mutu lembaga dalam siklus penjaminan mutu internal sekolah, serta
mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan
pendekatan kualitatif, studi kasus di SMP DHIS Secondary Lembang, pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan
dan studi dokumen, pengolahan data menggunakan software NVivo 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama;
pemetaan dan perencanaan peningkatan mutu dilaksanakan melalui Evaluasi Program Sekolah berbasis SWOT Analysis
dan Balanced Scorecard (BSC). Pemetaan mutu dilakukan melalui evaluasi kinerja sebagai proses evaluasi strategi dalam
manajemen strategik dengan mengembangankan instrumen evaluasi program sekolah berbasis BSC; Kedua; Perencanaan
peningkatan mutu sebagai proses formulation strategic dilakukan melalui analisis lingkungan strategis menggunakan
SWOT Anysis dan Balanced Scorecard. Ketiga; Faktor penghambat utama yaitu dalam pengelolaan data dan penggunaan
SWOT dan BSC secara terpisah. Faktor pendukung utama adalah dukungan manajemen puncak dalam pengembangan
model evaluasi dan perencanaan strategis. Rekomendasi penelitian ini adalah penggunaan metode Integrated SWOT
Analysis Balanced Scorecard dalam pemetaan dan perencanaan peningkatan mutu internal sekolah.

Kata Kunci: Penjaminan Mutu, Evaluasi Kinerja, Perencanaan Strategis

ABSTRACT
The main purpose of quality assurance is to assist the institution in conducting continuous quality
improvement as well as periodic evaluation as an early warning system to the challenge of changing the
dynamics of quality within the institutional strategic environment. Thus, the purpose of this study is to find out
how mapping and planning to quality improve of the institution in the internal quality assurance system, as
well as identify the inhibiting factors and its supports. The method used was descriptive, qualitative approach,
case study at SMP DHIS Secondary Lembang, data collection through interview, observation and document
study, data processing using NVivo 11 software. The results showed that; First; Quality mapping is done
through performance evaluation as a strategic evaluation process in strategic management by developing
evaluation instruments of Balanced Scorecard based; second; Quality improvement planning as a strategic
formulation process is done through strategic environmental analysis using SWOT-BSC. Third; the main
obstacle factor is in the management of data and the use of SWOT-BSC separately. The main supporting factor
is top management support in the development of Quality Assurance models. The recommendation; of this
research is the use of Integrated SWOT-BSC method in Quality Assurance System.

Kata Kunci: Quality Assurance, Performance Evaluation, Strategic Formulation

PENDAHULUAN
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan meningkatkan mutu pendidikan, termasuk yang
(SPMP) seharusnya memperkenalkan sebuah paling penting yaitu pada tingkat satuan
pergeseran dari paradigma yang bertumpu kepada pendidikan sebagai ujung tombak dalam sistem
inspeksi eksternal menuju paradigma yang pendidikan itu sendiri.
bertumpu kepada tanggung jawab tiap pemangku SPMP adalah suatu mekanisme yang
kepentingan pendidikan untuk menjamin dan sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan untuk

1
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
memastikan bahwa seluruh proses menjaga keajegan, dan mengurangi probabilitas
penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan mutu sekolah, maka Sistem Penjaminan Mutu
standar mutu dan aturan yang ditetapkan. Internal Sekolah memiliki tujuan utama tersebut
Sebagaimana yang tercantum dalam pedoman yaitu untuk membantu lembaga dalam
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menegah mengarahkan pada pencapaian tujuan dan
bahwa SPMP Dasar dan Menengah adalah suatu perbaikan terus menerus serta proses evaluasi
kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, secara berkala untuk dijadikan umpan balik, hal
kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur tersebut sebagaimana yang didefinisikan oleh
segala kegiatan untuk meningkatkan mutu Institutional Management Higher Education
Pendidikan Dasar dan Menengah secara sistematis, (IMHE, 2010) bahwa tujuan utama dari
terencana dan berkelanjutan, (Direktorat Jenderal penjaminan mutu adalah untuk membantu lembaga
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016, hal. 47). dalam perbaikan terus-menerus dan evaluasi
Hasil penelitian mengenai Pelaksanaan berkala sebagai early warning system dan umpan
SPMP di Kabupaten/Kota, menemukan bahwasan- balik terhadap pencapaian tujuan lembaga.
nya implementasi penjaminan dan peningkatan Pernyataan permasalahan dalam sistem
mutu pendidikan hingga saat ini masih menghadapi penjaminan mutu internal sekolah dalam tata
berbagai macam permasalahan umum yang di kelola dan entitasnya adalah sebagaimana yang
antaranya: (1) Pemetaan mutu masih dalam bentuk diutarakan oleh Juran dalam bukunya Juran’s
pendataan pencapaian mutu pendidikan yang Quality Control Handbooks (dalam Husaini
belum terpadu dari berbagai penyelenggara Usman, 2006, hlm. 432) bahwa ’pendekatan yang
pendidikan; (2) Tindak lanjut hasil pendataan mutu digunakan oleh Juran adalah pengelolaan mutu
pendidikan yang belum dimanfaatkan untuk strategik (PMS), dengan pemikiran pokoknya
keperluan peningkatan mutu berkelanjutan; dan (3) masalah mutu ’85% terletak pada manajemennya,
Pelaksanaan penilaian Evaluasi Diri Sekolah sehingga efektifitas dan efisiensi manajemen harus
(EDS) dan instrumen penilaiannya belum dipahami dilakukan sejak dini’, pemikirannya ini disebut
secara utuh sebagai kebutuhan sekolah, kaidah 85/15. Kemudian Edward Deming sebagai
(Moerdiyanto, 2009, hal. 29). salah satu tokoh yang mengembangkan manajemen
Demikian juga implementasi Sistem mutu, Deming mengemukakan bahwa mutu harus
Penjaminan Mutu Internal Sekolah di Lingkungan lebih dari pada sekedar mencakup kesesuaian
Perguruan Darul Hikam (Studi Kasus di Darul atribut produk/layanan dengan tuntutan
Hikam International School) adalah mengacu pada stakeholder. Mengacu pada pendapat dua tokoh
hasil studi pendahuluan awal yang masih mutu tersebut di atas, tampaknya muncul tawaran
menunjukkan sejumlah permasalahan dalam beberapa pandangan yang penting dalam bidang
pelaksanaan penjaminan mutu pada tingkat satuan mutu, secara garis besar dapat dipahami bahwa
pendidikan sebagaimana berikut; (1) Kebijakan- segala yang terkait dengan manajemen mutu atau
kebijakan mutu yang belum sesuai dengan perbaikan mutu yang diperlukan adalah upaya
langkah-langkah penjaminan mutu eksternal secara peningkatan mutu produk atau jasa/layanan secara
komprehensif; (2) Masih ada perbedaan pesrsepsi berkesinambungan atau dapat pula dikatakan
dan harapan stakeholder terhadap mutu output pengetahuan yang bertingkat, bertahap dan
pendidikan di Darul Hikam; (3) Permasalahan berkelanjutan melalui penerapan pengetahuan.
tatakelola data sebagai dasar dalam penyusunan Kemudian menurut Willborn (1994, hal.
perencanaan strategis mutu (Quality Design), (4) 59-60) dalam bukunya Global Management of
Masih terdapat sejumlah target mutu yang Quality Assurance System menyampaikan bahwa
capaiannya belum sesuai dengan harapan, (SPMIS- “Quality Assurance and Quality Improvement are
PEM.W.D.SP, 2016). both essential element of comprehensif quality
Mengacu pada sejumlah masalah khusus management, and quality assurance embraces
tersebut kebutuhan akan sistem penjaminan mutu quality planning and quality control, dengan
dalam rangka mempertahankan, meningkatkan, demikian bagaimana implementasi sistem

2
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
penjaminan mutu pada tingkat satuan pendidikan 1. Sistem Penjaminan Mutu Internal
itu sendiri akan sangat tergantung pada mutu dari Penjaminan mutu (quality assurance) adalah
perencanaan dan mutu kontrol itu sendiri dimana semua tindakan terencana dan sistematik yang
keduanya merupakan bagian dari fungsi diimplementasikan dan didemonstrasikan guna
manajemen itu sendiri. memberikan kepercayaan yang cukup bahwa
Dalam hal upaya memperbaiki, memper- produk layanan akan memuaskan kebutuhan untuk
tahankan dan meningkatan mutu pendidikan, mutu tertentu, (Gaspersz, 2013). Dengan demikian,
Perguruan Darul Hikam melakukan berbagai penjaminan mutu dapat diartikan sebagai proses
upaya, termasuk dalam penggunakan pendekatan, kegiatan pemenuhan serta penetapan standar mutu
model dan metode pengukuran kinerja mutu untuk pengelolaan untuk mencapai sasaran serta tujuan
melakukan pemetaan mutu sebagai dasar yang yang telah disepakati secara konsisten dan
akan digunakan dalam menyusun perencanaan berkelanjutan, sehingga seluruh pihak yang
strategis. Pada tahun ini model evaluasi program berkepentingan baik stakeholder, penyelenggara
sekolah yang digunakan adalah model evaluasi pendidikan, dan pihak lain yang memiliki
program sekolah berbasis Balanced Scorecard kepentingan memperoleh kepuasan (kesesuaian
(BSC), namun dalam implementasinya masih harapan).
mengalami sejumlah kendala, dimana masih ada Penjaminan mutu merupakan bagian dari
kinerja mutu yang belum terukur, pengelolaan data manajemen mutu dimana komponen lainnya yaitu
sebagai dasar penetapan target dan proses analisis quality improvement, adapun penjelasan dari
lingkungan strategis masih kesulitan. Permasalah- komponen manajemen mutu tersebut di gambarkan
an tersebut menurut (Pramono, 2014) lebih sebagaimana bagan berikut.
disebabkan kepada penggunanaan pendekatan
Balanced Scorecard dengan tanpa
memperhitungkan entitas sebagai fungsi dari
Balanced Scorecard tersebut secara menyeluruh
dengan mengaitkan visi, misi, strategi lembaga,
dan pengukuran kinerja yang komprehensif dan Gambar 1 Stuktur Manajemen Mutu
progresif. (Sumber: Willborn, 1994 hlm. 62)
Sehubungan beberapa permasalahan
khusus pada sistem penjaminan mutu internal Perbaikan mutu (Quality Improvement)
sekolah di DHIS Secondary – Lembang tersebut lebih mengarah ke tinjauan ulang dan perubahan
dengan berbagai data hasil studi pendahuluan, dari desain dan hal yang sudah direncanakan,
penelitian sebelumnya dan kajian teori, untuk dengan demikian manajemen mutu merupakan
mengetahui akan permasalahan dan bagaimana suatu siklus yang bergerak dan menggerakan untuk
cara mengatasinya, maka penting adanya secara terus menerus melakukan perbaikan sampai
penelitian mengenai bagaimana “Implementasi pada tingkat kinerja tertinggi. Sedangkan jaminan
Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah (Studi mutu adalah sebagai suatu hal yang sangat penting
Kasus Analisis pada Pemetaan dan Perencanaan dalam manajemen mutu dimana mutu itu di buat
Peningkatan Mutu Internal Sekolah di DHIS dan direncanakan dan kemudian dijaga
Secondary - Lembang)”. konsistensinya sampai pada tangan stakeholder.
Dengan demikian focus dalam penelitian Kaitan dari setiap unsur dalam bagan tersebut
ini adalah (1) Bagaimana Pemetaan Mutu di DHIS adalah manajemen mutu sebagai pengemudi,
Secondary – Lembang?, (2) Bagaimana Perencana- sistem mutu sebagai alat angkut dan kemudian
an Peningkatan Mutu di DHIS Secondary setiap elemen dari sistem tersebut adalah sebagai
Lembang?, dan (3) Apa faktor-faktor Penghambat fasilitator penjaminan mutu.
dan Pendukung dalam Pemetaan dan Perencanaan Dalam penerapan sistem penjaminan mutu
Peningkatan Mutu di DHIS Secondary – terdapat beberapa pendekatan penjaminan mutu
Lembang?. internal; di antaranya; (1) pendekatan pada

3
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
komponen yaitu pendekatan yang berfokus pada
peningkatan kualitas dari beberapa komponen
struktur manajemen pendidikan dengan harapan
untuk dapat meningkatkan atau menjamin mutu
dalam hasil belajar siswa. (2) Pendekatan pola
hubungan antara komponen yang fokus utamanya
pada peningkatan mutu hubungan antara
komponen-komponen manajemen pendidikan dan
struktur lembaga, hal ini diasumsikan bahwa
penjaminan mutu internal sekolah pada pola
hubungan yang lebih baik antara komponen akan
berdampak lebih baik pada mutu hasil belajar
siswa, (Cheng, 2001). Namun, dalam
penerapannya pada sistem penjaminan mutu
Gambar 2 Siklus Penjaminan Mutu Tingkat
internal sekolah dapat dilakukan pada salah satu
Satuan Pendidikan
pendekatan tersebut, tentunya hal tersebut
(Sumber: Pedoman Umum Sistem Penjaminan
dibutuhkan penyesuaian dengan kebutuhan dan
Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016,
karakteristik sekolah, walaupun secara ideal adalah
hlm. 56)
pada entitas dan memperhatikan semua pola
hubungan antar komponen. 2. Pemetaan Mutu
Kemudian penjaminan mutu dapat Siklus penjaminan mutu internal sekolah
diterapkan berdasarkan pada model tertentu, dapat dilakukan dimulai dengan pemetaan mutu
adapun model penjaminan mutu internal tersebut satuan pendidikan, dengan demikian dalam
terdiri dari; (1) Model Tujuan dan Spesifikasi; konteks management strategic pemetaan mutu
model yang merekomendasikan adanya penentuan merupakan bentuk evaluasi kinerja organisasi
di awal terhadap tujuan dan spesifikasi indikator berupa serangkaian kegiatan untuk mengetahui
yang harus dicapai, upaya ini merupakan kondisi dan situasi yang menggambarkan peta
penjaminan mutu internal yang mendukung adanya capaian mutu terhadap Standar Nasional
pemahaman terhadap konteks Quality in Pendidikan (SNP) (maupun terhadap standar acuan
Perception and Qualiti in Fact. (2) Model proses; mutu yang ditentukan oleh satuan pendidikan
model yang mengasumsikan bahwa sifat dan mutu secara mandiri) yang dilakukan oleh satuan
dari proses satuan pendidikan sering menentukan pendidikan, penyelenggara, pemerintah daerah,
mutu output dan sejauh mana tujuan yang dan pemerintah dalam kurun waktu tertentu.
direncanakan dapat tercapai. (3) Model zero Oleh karena itu pada kajian teori yang
depect; model yang harus memastikan bahwa mendasari kegiatan pemetaan mutu sebagai siklus
masalah, ketidaksesuaian, kesalahan, kelemahan, penjaminan mutu tersebut dalam konteks
kesulitan, dan tidak berfungsinya komponen tidak manajemen strategik yaitu yang terkait dengan
terjadi sebagai indikator mutu tinggi, (Cheng, Evaluasi Strategi (Strategy Evaluation), adapun
2001). dalam proses pemetaan mutu ini, evaluasi
Adapun model penjaminan mutu internal dilaksanakan melalui mekanisme Evaluasi Diri
sekolah berdasarkan pada Permendikbud No. 28 Sekolah (EDS).
tahun 2016 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Fungsi evaluasi kinerja adalah untuk
Dasar dan Menengah adalah berupa siklus yang mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan
terdiri dari; (1) Pemetaan Mutu; (2) Perencanaan suatu organisasi dan memberikan masukan untuk
Pemenuhan Mutu; (3) Pelaksanaan Pemenuhan; mengatasi permasalahan yang ada. Keuntungan
(4) Evalausi; dan (5) Penetapan Standar Mutu dari evaluasi bermanfaat untuk perbaikan
Baru, sebagaimana digambarkan dalam bagan perencanaan, strategi, kebijakan; untuk
gambar 2. pengambilan keputusan; untuk tujuan

4
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
pengendalian program/kegiatan; untuk perbaikan Tahapan-tahapan dalam evaluasi program
input, proses, output, perbaikan tatanan/tata kelola yaitu; (1) analisis logika program; (2) desain
atau sistem prosedur, dalam upaya pelaksanaan evaluasi; (3) penyusunan desain evaluasi serta
penjaminan terhadap mutu, (Akdon, 2007, hlm. strategi pengumpulan dan analisis data. Kemudian
176) untuk menyusun desain evaluasi harus
diperhatikan mengenai; (1) jenis informasi yang
Kemudian perlu juga dilakukan evaluasi dibutuhkan; (2) jenis pembanding yang digunakan;
kebijakan dalam proses pemetaan mutu, mengingat (3) ukuran dan komposisi sampel yang digunakan,
kebijakan merupakan salah satu komponen dalam (Akdon, 2007, hlm. 179)
menentukan sistem prosedur mutu itu sendiri. Evalusi kinerja kegiatan dan sasaran dapat
Evaluasi kebijakan harus dipahami sebagai proses dilakukan dengan dua pendekatan yaitu; Pertama;
yang bersifat positif berkaitan dengan penaksiran, pendekatan analisis input-process-output, yaitu
pemberian angka, dan penilaian mengenai nilai evaluasi yang dilakukan dengan meneliti dan
atau manfaat hasil kebijakan, (Akdon, 2007 hlm. mempelajari input, proses dan output secara
180). Dengan demikian hasil evaluasi kebijakan mendalam. Pendekatan ini akan dapat meberikan
akan berujung pada proses analisis kebijakan yang feedback atau rekomendasi tentang berbagai hal
menurut Dunn terdiri dari langkah-langkah sebagai baik peningkatan hasil maupun prosesnya. Kedua;
berikut; (1) identifikasi masalah, (2) perumusan pendekatan analisis input-output saja yaitu; yaitu
masalah, (3) perumusan alternatif, (4) penyusunan evaluasi kinerja kegiatan dan sasaran dimana yang
kriteria dan metode pemilihan alternatif, (5) hasil diteliti hanya input dan output-nya saja, sedangkan
pemilihan alternatif kebijakan, (6) penyusunan prosesnya merupakan black-box yang dibiarkan
rekomendasi kebijakan, dan (7) rencana tidak diteliti dan diserahkan kepada pihak
implementasi kebijakan. pelaksana bagaimana cara mencapai output yang
Selanjutnya evaluasi terhadap program telah ditetapkan, (Akdon, 2007, hlm. 178).
dilakukan untuk mencari jawaban akan outcome Sedangkan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
yang dihasilkan, sedangkan evaluasi terhadap merupakan pendekatan yang digunakan pada
kebijakan mungkin saja sampai pada dampak yang proses pemetaan mutu sebagai tahapan dalam
terjadi. Ada perbedaan antara evaluasi dengan siklus penjaminan mutu internal sekolah
evaluasi program. Evaluasi adalah kegiatan untuk berdasarkan hasil penelitian (Kokeyo & Oluoch,
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya 2015), didefinisikan sebagai School Self-
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut Evaluation (SSE) yaitu suatu proses menilai dan
digunakan untuk menetukan alternatif yang tepat mengumpulkan informasi atau data secara
dalam mengambil suatu keputusan, Arikunto sistematis, demi terciptanya sebuah keputusan.
(2010, hlm. 2). Sedangkan menyangkut evaluasi Evaluasi diri sekolah adalah proses untuk
program adalah upaya untuk mengetahui tingkat memahami, mengumpulkan dan
keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat mengkomunikasikan informasi dan bukti untuk
dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing tiga tujuan yang berbeda; (1) Menginformasikan
komponennya, (Arikunto, 2010, hlm. 18) pengambilan keputusan di sekolah, yaitu
Dengan demikian Evalusi Program adalah memfasilitasi proses pengembangan sekolah; (2)
proses penetapan secara sistematis tentang nilai, sebagai dasar nilai kebijakan sekolah; (3)
tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai Membangun kepercayaan publik di sekolah,
dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan (Nevo, 2002, hal. 154).
sebelumnya, (Arikunto & Safrudin, 2008, hal. 18)
3. Perencanaan Strategis Mutu
Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas
Mutu tidak terjadi begitu saja, namun harus
perbandingan secara hati-hati terhadap data yang
direncanakan dan mutu harus menjadi bagian
diobservasi dengan menggunakan standar tertentu
penting dari strategi institusi dan harus didekati
yang telah di bakukan.
secara sistematis dengan menggunakan proses

5
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
perencanaan strategis, (Sallis, 2010, hal. 211) oleh mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh
karena itu Sallis menyebutnya dengan perencanaan mengenai situasi sekolah itu dalam hubungannya
strategis mutu. dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan
Dengan demikian rencana strategis yang lain dan lapangan industri atau pendidikan
merupakan bagian terpenting dalam Total Quality lanjutan yang akan dimasuki oleh siswa serta
Management (TQM) dimana rencana strategis mengetahui kebutuhan pelanggan/stakeholder.
adalah rencana yang dilakukan oleh para manajer Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor
puncak dan menengah untuk mencapai tujuan eksternal yang digabungkan dengan suatu
organisasi yang lebih luas (James & Edward dalam pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan
Umar, 2008, hal. 17). Untuk itu dalam membantu dalam mengembangkan sebuah visi
penerapannya di sekolah, kepala sekolah perlu tentang masa depan serta pemilihan strategi yang
membuat suatu rencana strategis yang mana sesuai dengan kebutuhan internal maupun
dikoordinasikan dengan guru-guru untuk eksternal lembaga.
dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang Keberhasilan dalam proses analisis
diinginkan dari sekolah. lingkungan setrategis lembaga akan
Rencana Strategis yaitu suatu proses merekomendasikan suatu setrategi yang sesuai
membantu organisasi menjadi lebih produktif dan dengan kondisi lembaga pada saat ini terhadap
mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi lingkungan strategisnya. Strategi-strategi yang
sebuah organisasi pada masa depan dengan berbeda yang ditempatkan pada masing-masing
menggunakan berbagai macam alat perencanaan empat kuadran lingkungan strategis, kuadran
seperti konstituen/pihak, dokumen dan program tersebut berdasarkan pada kekuatan, kelemahan,
internal organisasi, dan alat bantu atau perangkat peluang dan ancaman yang telah dianalisis, dengan
keras. Rencana strategis yaitu rencana-rencana memberikan pembobotan dan rating kepentingan
yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan dari masing-masing aspek lingkungan strategis.
sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha Adapun strategi pada masing-masing kuadaran
menempatkan organisasi tersebut dalam tersebut adalah; Kuadran I; merupakan situasi
lingkungannya, (Robbins & Coulter, 2007, hal. yang sangat menguntungkan, karena sekolah
209). memiliki peluang dan kekuatan yang baik. Strategi
Aspek manajemen strategis terdiri dari; yang harus diterapkan dalam kondisi ini yaitu
perumusan strategi (Strategy Formulation), strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan
implementasi strategi (Strategy Implementation), yang agresif atau strategi agresif. Kuadran II;
dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation), meskipun sekolah menghadapi berbagai ancaman
adapaun kegiatan dalam masing-masing aspek dari luar, namun sekolah masih memiliki kekuatan
tersebut adalah; Pertama; Strategy formulation; dari segi internal. Strategi yang perlu diterapkan
(1) Perumusan Visi, Misi dan Tujuan, (2) yaitu strategi diversifikasi yang mana kekuatan
Penelahaan Lingkungan Strategik, Analisis yang ada digunakan untuk mengatasi ancaman
Lingkungan Internal dan Eksternal (Analsis yang datang dari luar. Kuadran III; sekolah
SWOT/TWOS (MATRIKSS KAFI VS KAFE). menghadapi peluang dari luar yang sangat besar,
Kedua; Strategy Impelementastion; (1) Analisis tetapi dilain pihak sekolah menghadapi beberapa
pilihan strategi (prioritas) dan Kunci Keberhasilan kendala atau kelemahan internal. Fokus sekolah
(FKK/CSS), (2) penetapan tujuan, sasaran dan adalah meminimalkan masalah-masalah internal
strategi (kebijakan, program dan kegiatan), (3) sehingga dapat merebut peluang dari luar yang
sistem pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan. lebih baik dengan menerapkan strategi turn-
Ketiga; Strategy Evaluastion; (1) pengukuran dan around. Kuadran IV; merupakan situasi yang
analisis kinerja, (2) pelaporan dan pertanggung sangat tidak menguntungkan karena sekolah
jawaban, (David dalam Akdon, 2006). menghadapi berbagai ancaman dari luar dan
Jika analisis SWOT digunakan maka mempunyai kelemahan-kelemahan internal,
memungkinkan sebuah sekolah untuk sehingga sekolah perlu bertahan menghadapi

6
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
tantangan, ancaman dan kelemahan-kelemhan keseimbangan dalam Balanced Scorecard terkait
internal dengan menerapkan strategi defensif, pada tiga area, yakni: (a) Keseimbangan antara
(Robbins & Coulter, 2009, hlm. 211). indikator keberhasilan finansial dan non finansial.
(b) Keseimbangan antara konstituen internal dan
4. SWOT-Balanced Scorecard (BSC) sebagai
eksternal dari organisasi; Stakeholder dan
Kerangka Strategis
pelanggan merepresentasikan konstituen eksternal
Salah satu metode pengukuran dalam
dalam Balanced Scorecard, sementara karyawan
evalausi kinerja yang cukup baik untuk
dan proses internal merepresentasikan konstituen
menganalisa faktor internal dan eksternal dari
internal. (c) Keseimbangan antara indikator
suatu organisasi adalah Balanced Scorecard
performa lagg dan lead; indikator lagg secara
(BSC). BSC merupakan salah satu metode yang
umum merepresentasikan performa masa lalu.
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen,
Sementara itu indikator lead adalah pemicu
metode ini mulai diperkenalkan pada awal tahun
performa yang membawa pada pencapaian
1990 di Amerika Serikat oleh Robert S. Kaplan dan
indikator lag, (Dally, 2010, hal. 56).
David P. Norton melalui suatu riset tentang
Penyusunan perencanaan strategis dengan
“Pengukuran kinerja dalam organisasi masa
metode integrasi SWOT dan Balanced Scorecard
depan”.
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
Jika ditinjau dari segi etimologis, maka
(a) Pembentukan Team; (b) Melakukan analisis
term Balanced Scorecard itu terdiri dari dua suku
SWOT; (c) Menyusun formulasi strategis, tema
kata, kata balanced dan scorecard. Kata balanced,
strategis dan strategi map; (d) Menyusun insiatif
berarti seimbang. Dalam konteks ini, Konsep
strategis dan KPI; (e) Pemberian bobot dan
nilai; (f) Melakukan Cascading SWOT dan
Balanced Scorecard; (g) Menyusun program
rencana kerja dan budgeting; (f) Monitoring dan
Evaluasi, (Rangkuti, 2015, hal. 8-10).

METODOLOGI PENELITIAN
Penilitian ini menggunakan metode deskriptif, Siswa. Metode pengumpulan data melalui
pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. wawancara, studi dokumentasi dan observasi aktif.
Lokasi penelitian dilaksanakan di DHIS Secondary Menggunakan teknik purposive sampling.
– Lembang. Narasumber yang terlibat meliputi Prosedur analisis data meliputi reduksi data,
Ketua Yayasan Bidang Pendidikan, Direktur displasy data dan pengambilan kesimpulan, selama
Perguruan Darul Hikam, Kepala Biro II Bidang proses pengumpulan dan analisis sebelum, selama
Kurikulum dan Kesiswaan, Kepala Sekolah, PKS dan sesudah melaksanakan penelitian dengan
Kurikulum, PKS Kesiswaan, Staff Kurikulum, menggunakan alat bantu Software NVivo 11.
Wali Kelas Lower, Wali Kelas Upper, Guru dan

HASIL PENELITIAN

Pemetaan Mutu Acuan Mutu yang digunakan adalah Standar Darul


Pemetaan mutu di DHIS Secondary – Hikam dan SNP, namun dalam penentuan target
Lembang dilaksanakan melalui Evaluasi Program minimal dan maksimalnya belum ditentukan, (2)
Sekolah (EPS) dengan langkah-langkah; (1) Pengumpulan data dan informasi dilakukan
Penyusunan Instrumen; Instrumen evaluasi melalui evaluasi diri sekolah, dimana pembagian
dikembangkan secara mandiri dengan melibatkan tugasnya disesuaikan antara Tupoksi dengan
unsur Yayasan, Perguruan dan Sekolah dengan masing-masing perspektif pada BSC, dalam
menggunakan Balanced Scorecard (BSC). Standar pelaksanaannya belum memiliki sistem data yang

7
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
mendukung, (3) Pengolahan dan Analisis Data; capaian mutu sekolah yang dicantum dalam profil
dilakukan oleh sekolah dengan mengacu pada mutu sekolah.
rubrik instrumen evaluasi program sekolah dan di
Perencanaan Peningkatan Mutu
tingkat perguruan pengolahan dan analisis data
Perencanaan peningkatan mutu internal
dilakukan setelah melalui verifikasi dan validasi
sekolah di DHIS Secondary – Lembang dengan
data dengan mekanisme visitasi sekolah, (4)
langkah-langkah sebagai berikut; Penentuan
Penyusunan Dokumen Hasil; format profil mutu
kondisi satuan pendidikan; mengacu pada hasil
sudah disusun oleh Perguruan dalam bentuk
pemetaan mutu melalui mekanisme rapat kerja
Matriks BSC yang menunjukkan capaian mutu
Perguruan ke-1 membahas hasil refleksi dan
Sekolah. Evaluasi Diri Sekolah, adalah bagian dari
menyusun rekomendasi sebagai dasar penyusunan
evaluasi program yang diselenggaran oleh
kebijakan Perguruan dan Sekolah.
Perguruan Darul Hikam, dimana sekolah
mengukur kinerja, menilai dan menetapkan
Penentuan kondisi yang diharapkan; belum terukur kinerjanya namun dianggap
melalui mekanisme rapat kerja Perguruan ke-2 memiliki kaitan dalam pemetaan dan perencanaan
merumuskan visi, misi dan menetapkan kinerja mutu, aspek insfrastruktur dan sistem; mengalami
mutu pada BSC dengan standar baru berdasarkan kendala Sistem Informasi Manajemen khususnya
pada kebijakan yang telah disusun. dalam bidang akademik sehingga banyak indikator
Penyusunan program dan kegiatan; mutu akademik yang tidak ter-cascading dalam
melalui mekanisme Rapat Pimpinan ke-1 dan rapat SWOT ataupun BSC, aspek Sumber Daya
kerja sekolah dengan melakukan analisis Manusia; masih terdapat pendidik dan tenaga
lingkungan internal dan eksternal berdasarkan pada kependidikan yang belum proaktif; dan aspek
Standar Acuan Mutu dalam BSC dan Kebijakan administrasi; masih mengalami kendala karena
Perguruan, kemudian draf Rencana Strategis dan pendekatan yang digunakan bersifat baru dan perlu
Rencana Operasional Sekolah dipresentasikan dan adanya sistem informasi manajemen.
dilakukan penelaahan oleh tim penelaah yang Faktor pendukung utama dalam
dibentuk oleh Perguruan, dalam pelaksanaannya pelaksanaan pemetaan dan perencanaan mutu
analisis yang dilakukan belum terintergrasi dengan berbasis Intergrated SWOT Anlysis and Balanced
BSC. Kemudian perumusan anggaran; bersamaan Scorecard ini adalah dukungan manajemen puncak
dengan proses penyusunan program dan kegiatan, dalam pengembangan model evaluasi dan
namun anggaran akan dilakukan penyesuaian perencanaan strategis, sehingga sebenarnya
setelah program diajukan kembali dan direvisi hambatan-hambatan lainnya dapat diselesaikan
untuk mendapatkan validasi Perguruan. secara bertahap dengan adanya perbaikan sistem
kerja dan evaluasi secara terus menerus. Selain itu
Faktor-faktor Pehambat dan Pendukung
secara fungsional penjaminan mutu internal
Faktor-faktor yang menjadi penghambat
sekolah dilaksanakan oleh Perguruan Darul Hikam
dalam proses pemetaan dan perencanaan
sebagai lembaga internal sekolah, menjadikan
peningkatan mutu yaitu: aspek konsep; profil mutu
pelaksanaan pemetaan dan perencanaan
yang diinginkan masih belum sesuai dengan
peningkatan mutu internal sekolah lebih sesuai
harapan, aspek instrumen; masih ada aspek yang
dengan kebutuhan internal.

8
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
PEMBAHASAN
Pemetaan Mutu dan metode yang konsisten dan didukung dengan
Pemetaan mutu pada tingkat satuan sistem data yang komprehensif sesuai dengan
pendidikan melalui pengembangan model evaluasi kebutuhan, prinsip-prinsip, dan tujuan dari evaluasi
program sekolah secara mandiri dapat dan penting program sekolah itu sendiri sebagai proses
untuk dilakukan sebagai bentuk penjaminan mutu pemetaan mutu dalam siklus penjaminan mutu
internal sekolah. Dengan demikian sekolah internal sekolah. Tujuan dari pemetaan mutu itu
menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap sendiri adalah sebagai suatu kesatuan unsur yang
layanan mutu pendidikan yang diselenggarakannya terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses yang
terutama dalam layanan mutu akademik (learning terkait untuk melakukan pengumpulan,
and teaching) sebagai core business dalam pengolahan, analisis data dan informasi tentang
oraganisasi tingkat satuan pendidikan. capaian pemenuhan standar nasional pendidikan
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian pada satuan pendidikan, kemudian tujuan dari
mengenai pengembangan model evaluasi diri evaluasi program sekolah itu sendiri adalah untuk
sekolah, bahwa model evaluasi diri sekolah yang mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dikembangan secara mandiri justru memiliki dilaksanakan, yaitu untuk: (1) Memberikan
beberapa kelebihan dibandingkan instrumen masukan bagi perencanaan program; (2)
evaluasi diri yang sudah ada, karena model Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan
evaluasi yang dikembangkan secara mandiri yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
memiliki karakteristik yakni; (a) komprehensif, penghentian program; (3) Memberikan masukan
karena komponen dan indikator mewakili hampir bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau
seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan, perbaikan program; (4) Memberikan masukan
dengan demikian seharusnya satuan pendidikan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
termasuk DHIS – Lembang yang dilaksanakan penghambat program; (5) Memberi masukan untuk
oleh Perguruan menentukan sendiri secara kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan,
menyeleruh komponen dan indikator supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara,
penyelenggaraan pendidikannya tersebut termasuk pengelola, dan pelaksana program; (6) Menyajikan
evaluasi kinerja guru yang kemudian data tentang landasan keilmuan bagi pengembang-
ditindaklanjuti dengan program capacity building an model evaluasi program pendidikan, (Sudjana,
bagi guru, (Triatna, 2007), dampak strategi 2006, hal. 48).
pemberdayaan guru terletak pada kualitas kinerja Pengembangan model instrumen pemetaan
guru baik mutu akademik, dan mutu manajerial, mutu berbasis BSC yang disusun masih memiliki
(Nasyith , 2017); (b) holistik, karena dapat beberapa kelemahan yang di antaranya; 1).
mengungkap fakta sesungguhnya apa yang terjadi Penyusunan sasaran strategis dan Key Performance
di sekolah; (c) mudah dilakukan; (d) temuan Model Indicator (KPI) saat ini masih belum memotret
EDS dapat digunakan sebagai evaluasi diri sekolah mutu berdasarkan SPM dan SNP secara
secara mandiri, sehingga diketahui kekuatan dan keseluruhan, 2) Masih ada profil capaian mutu
kelemahannya; (e) efektif digunakan sekolah tanpa yang tidak terukur semua indikator kinerjanya;
mengganggu proses pembelajaran yang ada karena seperti Standar Sarana Prasarana, Standar
dapat disesuaikan waktunya; (f) independen karena Pengelolaan, Program ekstrakurikuler dan Tenaga
melibatkan stakeholder sekolah dalam hal ini Kependidikan, 3). Target akhir tidak ada batas
Perguruan Darul Hikam, (Nuchron, Soenarto, & masksimumnya dan standar yang menjadi acuan
FX. Sudarsono, 2013). belum jelas, 4) Dokumen panataan arsip, sistem
Namun demikian pengembangan evaluasi kodefikasi arsip belum ada penyesuaian dengan
program sekolah sebagai bentuk pemetaan mutu kepentingan akreditasi, dan 5) Karena model
dalam menghasilkan data-data profil capaian mutu pengukuran berbasis BSC ini bersifat baru,
satuan pendidikan, seharusnya dilakukan secara sehingga belum ada penyesuaian metode
cermat dengan mengacu pada model, pendekatan pengukuran pada tingkat unit. Permasalahan

9
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
tersebut lebih disebabkan kepada penggunanaan internal sekolah pada komponen-komponen
pendekatan BSC dengan tanpa memperhitungkan manajemen pendidikan; dan (2) Pendekatan
entitas sebagai fungsi dari BSC tersebut secara penjaminan mutu internal sekolah pada pola
menyeluruh dengan mengaitkan visi, misi, strategi hubungan manajemen pendidikan. Penjaminan
lembaga, dan pengukuran kinerja yang mutu dengan pendekatan komponen berfokus pada
komprehensif dan progresif, (Pramono, 2014). peningkatan kualitas dari beberapa komponen
Dengan demikian untuk mengatasi adanya struktur manajemen pendidikan dengan harapan
indikator-indikator yang tidak ter-cover dalam untuk dapat meningkatkan atau menjamin kualitas
BSC tersebut adalah dengan mengintegrasikan dalam hasil belajar siswa. Contohnya adalah
BSC sebagai kerangka perencanaan strategis. program inovasi perbaikan terhadap kompetensi
guru, perbaikan manajemen sekolah, perbaikan
Perencanaan Peningkatan Mutu
lingkungan kelas, perbaikan mengajar,
Perencanaan peningkatan mutu sebagai
peningkatan hasil belajar, perbaikan kurikulum,
siklus dalam penjaminan mutu di DHIS Secondary
perbaikan evaluasi, dan pendidikan guru serta
– Lembang adalah merupakan rangkaian kegiatan
peningkatan mutu secara umum adalah merupakan
dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
upaya yang fokus pada peningkatan mutu
Sekolah selama empat tahun dan Rencana
komponen tertentu dengan tujuan untuk mencapai
Operasional Sekolah (ROS) untuk rencana
tujuan pendidikan yang direncanakan. Pendekatan
operasional sekolah tahunan. Dengan demikian
pada komponen ini, memiliki keterbatasan dimana
dasar-dasar yang harus dipahami oleh pelaksana
konsepsi peningkatan bersifat sederhana dan
penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan
terpisah karena mengabaikan hubungan antara satu
adalah pada masing-masing landasan yang
komponen dengan komponen lain dari efektivitas
membedakannya dalam hal tujuan, proses, hasil
pendidikan. Peningkatan salah satu komponen
dan implikasi dari Renstra serta ROS/Rencana
tidak menjanjikan kualitas komponen lain dan hasil
Kerja Sekolah tersebut.
yang lebih baik dari belajar siswa. Sedangkan
Nawawi, (2005, hal. 148-149) menjelas-
Pendekatan penjaminan mutu internal sekolah pada
kan perbedaan tersebut dengan mendefinisikan
pola hubungan; fokus utama pada peningkatan
manajemen strategik dengan perencanaan berskala
mutu hubungan antara komponen-komponen
besar (disebut Perencanaan Strategik) yang
manajemen pendidikan dan struktur lembaga. Hal
berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
ini diasumsikan bahwa penjaminan mutu internal
(disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan
sekolah pada pola hubungan yang lebih baik antara
manajemen puncak (keputusan yang bersifat
komponen akan berdampak lebih baik pada mutu
mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan
hasil belajar siswa.
organisasi berinteraksi secara efektif (disebut
Pemetaan dan perencanaan peningkatan
MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu
mutu sebagai pelaksanaan dari siklus penjaminan
(Perencanaan Operasional untuk menghasilkan
mutu satuan pendidikan adalah proses perencanaan
barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
strategis mutu satuan pendidikan, yang sebaiknya
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi
menerapkan prinsip-prinsip dalam perencanaan
pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan
strategis sebagai berikut: memperbaiki hasil
berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.
pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik
Dengan demikian perencanaan penjamin-
(peningkatan/pengembangan), demand driven
an mutu pada tingkat pendidikan dasar dan
(prioritas kebutuhan), partisipasi, keterwakilan,
menengah hendaknya dilakukan secara cermat
data driven, realistis sesuai dengan hasil analisis
dengan mengacu pada pendekatan dan model yang
SWOT terhadap lingkungan strategis, mendasar-
konsisten. Pendekatan penjaminan mutu internal
kan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan
sekolah sebagaimana dikemukakan oleh Cheng
holistic/tersistem, transparans, dan keterkaitan
(Cheng, 2001) terdapat dua pendekatan yang
serta kesepadanan secara vertikal dan horisontal
berbeda yaitu (1) Pendekatan penjaminan mutu
dengan rencana-rencana lain, (Tilaar, 2001, hal.

10
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
69). Dengan demikian penggunaan Tools Quality adalah untuk menemukan kondisi kekuatan dan
Assurance dalam penerapan prinsip-prinsip kelemahan internal serta mengetahui kondisi
tersebut dan sebagai metodologi yang konsisten peluang dan tantangan ekternal, hal ini harus
dengan menggunakan metode Integrated SWOT benar-benar merupakan pernyataan yang
Analysis and BSC dalam siklus penjaminan mutu disepakati secara umum atau bersama stakeholder.
khususnya pada proses pemetaan dan perencanaan Sehingga dalam pelaksanaannya harus mengacu
peningkatan mutu pada tingkat satuan pendidikan, pada salah satu metodologi yang konsisten agar
sebaiknya dilakukan secara komprehensif. Oleh organisasi dapat memanfaatkan metode analisis
karena itu sebaiknya dalam pelaksanaannya SWOT tersebut sesuai dengan esensinya. Dengan
mengacu pada beberapa tahapan sebagai berikut: demikian seharusnya sekolah melakukan
(a) Pembentukan Team pelaksana penjaminan pendekatan integrasi terhadap metode SWOT dan
mutu; (b) Melakukan analisis lingkungan strategis BSC yang digunakan sehingga yang dipahami oleh
SWOT; (c) Menyusun formulasi strategis, tema stakeholder adalah SWOT BSC sebagai teknik
strategis dan strategi map; (d) Menyusun inisiatif menyusun strategi dan mengukur kinerja, bukan
strategis dan Key Performance Indicator; (e) dua model yang terpisah dan tidak berkaitan.
Pemberian bobot dan nilai; (f) Melakukan
Faktor Penghambat dan Pendukung
Cascading SWOT dan BSC; (g) Menyusun
Faktor-faktor yang menjadi penghambat
program rencana kerja dan budget; dan (f) Monev.
dan pendukung dalam proses pemetaan dan
Hal ini diperkuat bahwasannya dalam menyusun
perencanaan peningkatan mutu adalah faktor-
Strategy Map BSC; sebagaimana hasil penelitian
faktor yang penting untuk diperhatikan mengingat
yang dilakukan oleh Hendricks menjelaskan
sebagaimana yang disampaikan dalam hasil
bahwa: (a) Memahami bahwa BSC adalah bagian
penelitian memiliki dampak terhadap hasil,
dari proses yang dimulai dengan strategi. Oleh
sehingga penggunaan metodologi yang tepat akan
karena itu disarankan untuk menyertakan BSC
mengarahkan pada sistematika yang tepat serta
sejak strategi dimulai, dengan penegasan strategi
mampu mengidentifikasi adanya kekurangan dan
sejak dari awal, (b) Keterlibatan manajemen senior
kelebihan dalam suatu metode dan pendekatan
sangat kritis, karena dukungan internal sangat
yang digunakan dengan demikian adanya
dibutuhkan guna menentukan keberhasilan
Intergrated SWOT Anlysis and BSC dalam
organisasi menerapkan BSC, (Hendricks & et.all.,
pemetaan dan perencanaan akan mengurangi
2004).
faktor-faktor hambatan dari sisi konsep, instrumen,
Daya dukung sekolah akan sangat
insfastruktur/sistem, SDM dan administrasi,
tergantung pada hasil lingkungan strategis sekolah,
karena pendekatan tersebut mensyaratkan hal
kemudian keberhasilan dalam pelaksanaan
demikian, termasuk terkait dengan daya dukung
pemetaan mutu akan menentukan mutu
SDM dalam hal ini kinerja staff dalam penjaminan
perencanaan (Quality Desain), dan mutu
mutu jasa khususnya layanan akademik memiliki
perencanaan yang baik mencerminkan determinasi
damapak yang kuat, (Sutarsih, Danny, & Azan,
terhadap proyeksi keberhasilan rencana tersebut.
2015).
Seharusnya sekolah mampu menentukan kondisi
Selain itu selama ini sistem penjaminan
sekolah saat ini dan kondisi yang diharapkan
bertumpu pada aspek evaluasi strategi padahal
berdasarkan hasil penelahaan lingkungan strategis
untuk menghasilkan mutu lebih ditekankan pada
tersebut, sehingga mampu melakukan determinasi
pencegahan kesalahan sejak awal (zero defect),
dalam menentukan Objectives, Measuring, Target,
bukan pada evaluasi semata dan prosesnya
dan Program sebagai bentuk penjaminan mutu
dilakukan secara terus menerus dan
internal sekolah.
berkesinambungan, (Roselie McDevitt &
Penelaahan lingkungan strategis adalah
Solomon, 2008).
bagian dari manajemen strategik (Strategy
Formulation), dengan demikian tujuan utamanya

11
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan dukungan manajemen puncak dalam pengembang-
Pemetaan mutu dilakukan melalui an model evaluasi dan perencanaan strategis.
pengembangan instrumen evaluasi program Rekomendasi
sekolah berbasis BSC; pengumpulan data dan Pelaksanaan pemetaan mutu melalui
informasi sebagai proses evaluasi diri sekolah, pengembangan evaluasi program sekolah dengan
pengolahan dan analisis data dilaksanakan oleh penggunaan tools Quality Assurance with
lembaga penjaminan mutu internal (Yayasan/ Integrated SWOT Analysis and Balanced
Perguruan) Darul Hikam; penyusunan dokumen Scorecard System, sebaiknya dilakukan
hasil capaian mutu berbasis BSC. penyesuaian pada tupoksi struktural pelaksana
Perencanaan peningkatan mutu dilakukan penjaminan mutu sesuai dengan perspektif dalam
mengacu pada hasil pemetaan mutu sebagai dasar BSC, kemudian mengembangkan visi, misi, tujuan
rumusan kebijakan mutu; penentuan kondisi yang dan sasaran strategis berdasarkan pada hasil
diharapkan dengan merumuskan visi, misi, tujuan analisis lingkungan strategis (SWOT Analyisis)
dan strategi lembaga; penyusunan program dan dengan menggunakan metode yang konsisten
kegiatan sebagai rencana operasional sekolah; serta kemudian strategi yang dihasilkan menjadi acuan
perumusan anggaran. dalam penentuan sasaran strategis pada BSC, hal
Faktor penghambat utama yaitu; adanya ini diharapkan dapat mengukur dalam waktu yang
aspek yang belum terukur kinerjanya, pengelolaan relatif pendek sebagai early warning system dalam
data dan penggunaan SWOT dan BSC secara pencapaian mutu sekolah, dengan dukungan
terpisah. Faktor pendukung utama adalah Sistem Informasi Manajemen untuk
menyederhakan kinerja sistem tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2006). Strategic Management for Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Educational Management (Manajemen Menengah. (2016). Petunjuk Pelaksanaan
Strategik untuk Manajemen Pendidikan. Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan
Bandung: ALFABETA. Pendidikan. Jakarta: Kementrian
Arikunto, S., & Safrudin, C. (2008). Evaluasi Pendidikan dan Kebudayaan.
program pendidikan. Jakarta: Bumi Hendricks, K., & et.all. (2004). The Balanced
Aksara. Scorecard: To adopt or not to Adopt Invey
Cheng, Y. C. (2001). Paradigm Shifts in Quality Business. Journal,
Improvement in Education: Three Waves WWW.iveybusinessjournal.com.
for the Future. China: National Institute of IMHE. (2010). Learning Our Leason: Review of
Education Research. Quality Teaching in Higher Education.
Dally, D. (2010). Balanced ScoreCard: Suatu EDUIMHE, 1-82.
Pendekatan dalam Implementasi J.David, H., & Wheelen, T. L. (2003). Manajemen
Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Strategis. Yogyakarta,: Andi.
PT Remaja Rosdakarya.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2000). Balanced
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Scorcard “Menerapkan Strategi Menjadi
Menengah. (2016). Pedoman Umum Aksi. (P. R. Pasla, Penerj.) Jakarta:
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Erlangga,.
Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kokeyo, C. A., & Oluoch, J. (2015). Self
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Evaluation: A Case Study of a School in

12
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017
Dar Es Salaam, Tnzania. Journal of balanced scorecard approach. IJEM
Education and Practic, 6(21), 50-51. (International Journal of Educational
Moerdiyanto. (2009). Strategi Pelaksanaan Sistem Management, 46.
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPPMP) Sallis, E. (2010). Total Quality in Management:
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Jurnal Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan.
Informasi, XXXV(2), 43-61. (A. A. Riyadi, & Fahrurrozi, Penerj.)
Nasyith , F. (2017). Strategi Pemberdayaan Guru Jogjakarta: IRCiSoD.
oleh Kepala Sekolah. Jurnal Administrasi Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan
Pendidikan, 24(1), 47-59. Luar Sekolah: Untuk Pendidikan
Nevo, D. (2002). School-Based Evaluation: an Nonformal dan Pengembangan Sumber
Interbnational Perspective. Oxford: Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Elsevier Science. Rosdakarya.
Nuchron, Soenarto, & FX. Sudarsono. (2013). Sutarsih, C., Danny, M., & Azan, K. (2015). Mutu
Model Evaluasi Diri Sekolah Menengah Layanan Akademik. Jurnal Administrasi
Kejuruan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendidikan, 22(1), 190-203.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), 80-89. Tilaar, H. (2001). Manajemen Pendidikan
Pramono, J. (2014). Analisis Pengukuran Kinerja Nasional. Baandung: Remaja Rosda
SMK Negeri 6 Surakarta dengan Karya.
Pendekatan Balanced Scorecard. GEMA, Triatna, C. (2007). Evaluasi Kinerja Guru dan
26(48), 1335-1355. Upaya Penjaminan Mutu Sekolah. Jurnal
Rangkuti, F. (2015). SWOT Balanced Scorecard: Administrasi Pendidikan, 5(1), 1-15.
Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Umar, H. (2008). Strategi Management In Action
Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan (Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis
Risiko. Jakarta: PT Gramedia. Manajajemen Strategis). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Robbins, & Coulter. (2007). Manajemen. Jakarta:
Indeks. Willborn, Walter. (1994). Global Management
of Quality Assurance Systems.
Roselie McDevitt, C. G., & Solomon, N. (2008).
Strategy revitalization in academe: a Singapore: Mc. Grawhill.

13
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.2 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai