Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S.O.P) PT.

SAMUDERA SIAK SELAKU OPERATOR PELABUHAN TANJUNG


BUTON

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PROPOSAL

M.AZIR
2163201143

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2024
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Teknologi dan inovasi menjadi faktor utama sebagai stimulus pertumbuhan

dan pengembangan ekonomi. Pembangunan suatu wilayah yang berorientasi pada

peningkatan teknologi dan inovasi akan membawa suatu wilayah menjadi wilayah

yang maju dan berdaya saing tinggi. Tentu hal ini tidak terlepas dari peran

universitas sebagai pusat inovasi dan teknologi. Maka peran universitas menjadi

sangat krusial dalam menentukan kemajuan suatu wilayah. Namun yang menjadi

permasalahan adalah rendahnya tingkat inovasi yang diberikan universitas.

Umumnya hasil penelitian yang diadakan universitas terbatas hanya sampai

publikasi tanpa ada tindak lanjut untuk menjadi suatu produk yang dikomersilkan

oleh industry.

Salah satu strategi untuk menghubungkan antara universitas dengan dunia

industri adalah melalui konsep teknopolitan. Melalui teknopolitan, universitas

menjadi pusat inovasi yang terintegrasi dengan kegiatan produktif (industri) dalam

suatu kawasan yang saling terhubung. Kerjasama ini tentunya akan meningkatkan

nilai tambah dan daya saing produk unggulan di suatu wilayah.

Dilihat dari kebijakan nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, khususnya pengembangan

Koridor Ekonomi Pulau Sumatera, bahwa pengembangan teknopolitan di

Kabupaten Pelalawan yang berbasis pada industri hilir kelapa sawit merupakan

salah satu upaya yang strategis untuk mengembangkan wilayah berbasis potensi

1
2

sumber daya alam dengan mengandalkan teknologi untuk meningkatkan nilai

tambah dan kolaborasi yang terpadu antara pemerintah, lembaga penelitian dan

pengembangan, industri, dan masyarakat.

Mengingat konsep teknopolitan merupakan hasil konsensus bersama dan

keharmonian antara berbagai pihak yang dapat menciptakan keuntungan yang jelas

terutama pihak-pihak yang menjadi peran sentral dalam kawasan teknopolitan yaitu

pemerintah, perguruan tinggi/lembaga riset, dan industri. Untuk pemerintah,

berperan meningkatkan aktifitas bisnis, meningkatkan kualitas SDM,

meningkatkan pendapatan pajak, meningkatkan jumlah lapangan kerja,

meningkatkan ekonomi berbasis Research and Development (R&D), meningkatkan

ekspor dan meningkatkan investasi daerah. Untuk universitas/lembaga riset,

berperan menyediakan lapangan kerja untuk lulusan, meningkatkan kualitas

universitas, meningkatkan transfer teknologi, meningkatkan interaksi dengan

industri, mendapatkan dana, dan aplikasi teknologi untuk ekonomi regional. Untuk

industri, berperan memberikan akses yang mudah ke sumber daya manusia

berkualitas, akses yang mudah ke fasilitas dan sumber daya di Universitas, produk-

produk baru, pasar baru, meningkatkan daya saing.

Kawasan Teknopolitan Pelalawan ini berlokasi di Kecamatan Langgam

Kabupaten Pelalawan, tepatnya pada satu hamparan yang terbentang di tiga desa

yakni Kelurahan Langgam, Desa Padang Luas dan Desa Penarikan.Sebagai salah

satu bagian dari Provinsi Riau, Pelalawan merupakan wilayah yang sangat sentral

bukan hanya lokasi geografis tetapi juga melihat posisi dan potensi yang dimiliki.

Pelalawan menetapkan visi pembangunannya dimulai dengan inovasi. Sesuai


3

dengan semangat yang sudah digariskan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025 yang esensinya

pembangunan ekonomi Indonesia akan diarahkan kepada pembangunan berbasis

pengetahuan terutama penguatan sistem inovasi.

Gambar 1.1 Kawasan Teknopolitan Langgam

Sumber Data: Kantor Camat Langgam Pelalawan

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa adanya master

planpembangunan kawasan teknopolitan dengan berbasis pada industri hilir kelapa

sawit. Hal ini sejalan dengan Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) terutama pengembangan Koridor Ekonomi Pulau

Sumatera, yang menjadikan kelapa sawit, karet dan batu bara sebagai sektor

unggulan. Pengembangan teknopolitan Pelalawan yang fokus terhadap industri hilir

kelapa sawit, merupakan langkah strategis untuk mengembangkan potensi sumber

daya alam di Provinsi Riau. Dengan adanya teknopolitan Pelalawan, akan


4

meningkatkan nilai tambah bagi pengembangan sektor unggulan berbasis teknologi

dan inovasi di Riau pada umumnya, dan di Kabupaten Pelalawan pada khususnya.

Kawasan teknopolitan ini memiliki dasar hukum dan kebijakan pendukung

yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2006-2025, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pelalawan 2016-

2021, Keputusan Kepala BKPM atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan tentang pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan kawasan

teknopolitan atas nama Bupati Pelalawan seluas 3.754 Ha, dan Peraturan Bupati

Pelalawan Nomor 32 tahun 2015 tanggal 5 Mei 2015 tentang Pengelolaan dan

Pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan.

Saat ini fokus utama pengembangan teknopolitan terjadi pada zona

pendidikan dan zona riset. Zona industri masih dalam tahap pembukaan lahan. Pada

zona sarana pelayanan umum fokus pada pembangunan jalan menuju dan dalam

kawasan. Zona lindung dan konservasi sedang dalam tahap persiapan bibit.

Sedangkan zona perumahan serta zona perdagangan dan jasa belum ada langkah

pengerjaan antara lain:

1. Zona Pendidikan. Pada saat ini telah ada Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan

(ST2P) yang difungsikan sebagai kampus ST2P, pusat inovasi, dan kantor pusat

pengelolaan kawasan. Operasional perguruan tinggi ini menggunakan dana

hibah yang sudah tercantum didalam APBD Kabupaten Pelalawan sebesar Rp.

4,3 Miliar rupiah. Pembangunan kawasan pendidikan ini baru rampung pada

tahun 2016 dan beroperasi pada tahun 2017. Akademisi memainkan peran
5

penting dalam teknopolitan dimana akademisi sebagai penggerak pendidikan,

pengetahuan baru dan menciptakan tenaga kerja terlatih secara terus menerus

yang nantinya dapat menciptakan inovasi baru.

2. Zona Riset. Pada kawasan teknopolitan terdapat lembaga riset terletak pada area

ST2P dan saat ini mulai beroperasi dengan dibantu oleh Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) Medan. Mahasiswa dan mahasiswi mengembangkan inovasi

dibantu oleh PPKS Medan dalam pembangunan kebun bibit kelapa sawit dam

klinik kelapa sawit yang saat ini baru terbangun pada lahan seluas 5 Ha dari luas

kawasan yang direncanakan sebesar 50 Ha. Nantinya bibit -bibit kelapa sawit

yang telah di teliti dapat di salurkan kepada petani sawit yang ada pada kawasan

teknopolitan menjadi bibit unggulan sehingga sawit memiliki buah yang lebih

bagus dan masa panen yang lebih singkat.

3. Zona Industri. Pengembangan zona industri saat ini masih dalam tahap

pembukaan lahan. Seiring dengan pembukaan lahan, juga sedang dipersiapkan

pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS), pabrik bioplastik, pabrik pellet untuk

bahan bakar power plan listrik. Pengembangan pabrik-pabrik ini akan dibantu

oleh perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten

Pelalawan. Perusahaan-perusahaan yang bekerjasama antara yakni PT.

Rekayasa Engineering, PT. Pindad (PERSERO), Dewan Minyak Sawit

Indonesia (DMSI) dan PPKS Medan.

4. Zona Sarana Pelayanan Umum. Fasitas umum yang diadakan adalah

peningkatan jalan menuju kawasan dan pembukaan serta pembangunan jalan di

dalam kawasan. Diluar kawasan teknopolitan, juga telah dibangun Pembangkit


6

Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan kapasitas 50 MW untuk tahap 1.

Nantinya akan terus ditingkatkan kapasitasnya. Selanjutnya akan dibangun

jaringan listrik dari PLTMG ke kawasan teknopolitan.

5. Zona Lindung dan Konservasi. Pemerintah kabupaten pelalawan bekerjasama

dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai membangun kebun

raya daerah pelalawan. Saat ini sedang dilakukan penyiapan bibit untuk

kebutuhan kebun raya.

Perencanaan Pengembangan kawasan teknopolitan di Kecamatan Langgam

terdiri dari 7 zona yakni zona pendidikan, zona riset, zona industri, zona

perumahan, zona sarana dan pelayanan umum, zona perdagangan dan jasa, dan

zona lindung dan konservasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
7

Tabel 1.1 Perencanaan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Kecamatan


Langgam Kab. Pelalawan
No Zona Arahan/Cakupan
1 Pendidikan 1. Universitas / Perguruan Tinggi,
Luas: 100 Ha 2. Sekolah Kepolisian
3. TK & SD
4. SMP & SMA
5. Akademi Komunitas
6. Area Perkemahan

2 R&D (Riset dan 1. Perkantoran dan pusat penelitian Kelapa Sawit,


Pengembangan) 2. Lembaga Litbang
Luas: 180 Ha 3. Perkantoran Pusat Inovasi
4. Laboratorium peternakan
5. Cadangan untuk lahan pengembangan Pusat Inovasi dan
Fasilitas Riset lainnya

3 Industri 1. Industri oleo pangan


Luas: 818 Ha 2. Industri oleo kimia dasar
3. Industri oleo kimia turunan
4. Industri kecil dan menengah (IKM)
5. Aneka Industri (aneka pengolahan pangan yang
menghasilkan kebutuhan pokok di bidang pangan seperti
garam, gula, margarine, minyak goreng, shampo, kosmetik,
dan lain lain

4 Perumahan 1. Besar
Luas: 502 Ha 2. Kecil
3. Sedang
5 Sarana dan 1. sarana pelayanan umum transportasi,
Pelayanan Umum 2. sarana pelayanan umum kesehatan,
Luas: 160 Ha 3. sarana pelayanan umum olahraga (Gedung Olahraga, Gym
dan lain lain),
4. sarana pelayanan umum sosial budaya, dan sarana
pelayanan umum peribadatan
6 Perdagangan dan 1. Perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal, (bila
Jasa diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL,
Luas: 282 Ha pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan
sebagainya),
2. kantor pemerintah dan swasta yang merupakan bagian dari
jasa,
3. bangunan penginapan (Hotel, guest house, dll),
4. bangunan tempat pertemuan (Aula, tempat konferensi),
5. bangunan pariwisata/rekreasi di ruang tertutup (bioskop,
area bermain), dan lain lain.
7 Lindung dan
Konservasi 1. fungsi konservasi,
Luas: 2228 Ha 2. fungsi kebun percontohan/riset,
3. fungsi lindung. Pemanfaatan

Sumber Data: Kantor Camat Langgam Tahun 2023


8

Perencanaan pembangunan kawasan teknopolitasn di Kecamatan Langgam

dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Pelalawan bahkan akan memperluas

rencana aktivitas kawasan dengan kegiatan yang relevan dan tetap berangkat dari

konsep awal pembangunan yang tertuang di dalam masterplan Perkembangan ini

tentunya diikuti dengan semakin kompleksnya permasalahan pembangunan.

Dengan adanya permasalahan tersebut, pihaknya mencetuskan tujuh program

strategis untuk mengatasi lima indikator pembangunan. Untuk meningkatkan daya

saing daerah dan potensi unggul daerah, kita telah memprioritaskan empat kawasan

pembangunan unggulan yakni pembangunan kawasan sains dan teknologi

(kawasan teknopolitan atau techno park

Dari hasil pengamatan dilapangan ditemukan beberapa permasalahan yang

terjadi, permasalahan tersebut antara lain:

1. Kurangnya daya dukung anggaran pemerintah kabupaten maupun pusat dalam

pengembangan kawasan teknopolitan di Kecamatan Langgam untuk kegiatan

pembangunan bidang pendidikan dan industry dan perumahan dikawasan

teknopolitan.

2. Koordinasi belum berjalan dengan maksimal dalam pembangunan kawasan

teknopolitan di Kecamatan Langgam.

Dari permasalahan tersebut maka penulis mengambil penelitian dengan judul

:PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TEKNOPOLITAN DI

KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN

I.2 Perumusan masalah.


9

Dari beberapa permasalahan yang ditemui dilapangan maka dapat diambil

suatu rumusan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Kawasan Teknopolitan di Kecamatan

Langgam Kabupaten Pelalawan.?

2. Faktor apa saja yang menghambat Perencanaan Pembangunan Kawasan

Teknopolitan di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.?

I.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Perencanaan Pembangunan Kawasan

Teknopolitan di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

b. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Hambatan Perencanaan Pembangunan

Kawasan Teknopolitan di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

I.4 Kegunaan Penelitian

a. Sebagai bahan informasi dan saran bagi pemerintah kabupaten pelalawan

dan kecamatan langgam agar dapat melakukan pembangunan berdasarkan

perencanaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan hasil

yang telah disepakati terutama dalam wacana pembangunan kawasan

teknopolitan di Kecamatan Langgam tersebut.

b. Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya dalam meneliti

permasalahan yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teoritis

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan sebuah gambaran umum daripada strategi yang

akan dikembangkan sebuah organisasi dalam rangka menjelaskan tujuan organisasi

tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya.

Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua

asapek , yaitu formulasi perencanaan dan pelaksanaannya. Perencanaan dapat

digunakan untuk mengontrol dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat

rencana itu adalah sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. (Listyangsih,2014:90).

Perencanaan berasal dari kata rencana,yang artinya rancangan atau rangka

sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan

beberapa komponen penting , yakni tujuan (apa yang ingin dicapai), kegiatan

(tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan) dan waktu (kapan bilamana

kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apapun yang direncanakan tentu saja

merupakan tindakan-tindakan dimasa depan (untuk masa depan). Dengan demikian

suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan.

(Abe,2015:27)

Menurut Hasibuan (2011:91) Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar

(fundamental) manajemen, karena orrganizing, staffing, directing dan kontroling

pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis.

Perencanaan ini ditunjukkan untuk masa depan yang penuh dengan ketidakpastian,

9
10

karena adanya perubahan dan situasi. Perencanaan diproses oleh perencana

(planner), hasilnya menjadi rencana (plan).

Perencanaan adalah usaha yang sadar, terorganisasi, dan terus menerus

dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk

mencapai tujuan tertentu.”. Selain proses yang sistematis dengan mengambil suatu

pilihan dari berbagai alternatif perencanaan didalamnya terdapat cara pencapaian

tujuan tersebut dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan

mengambil suatu pilihan dari berbagai alternatif. Hal ini sepertiyang dikemukakan

oleh Nitisastro (dalam Tjokroamidjojo 2011;15)

Sebenarnya makna perencanaan sangat tergantung pada paradigma yangdianut

Menurut Davidoff & Rainer, Robinson, Faludi dijelaskan Bahwa dariperspektif

paradigma rasional memberikan batasan tentang perencanaan sebagaisuatu proses

untuk menentukan masa depan melalui suatu urutan pilihan.

Kemudian menurut Dror Perencanaan merupakan suatu proses

untukmempersiapkan seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan masa

depan.Fridman Perencanaan merupakan suau strategi untuk pengambilan

keputusansebelumnya sebagai suatu aktifitas tentang keputusan dan implementasi.

Daribeberapa definisi tersebut jelas bahwa perencanaan dapat dilihat sebagai

bentukstrategi yang diterapkan untuk organisasi publik maupun privat.

(dalamHadi,2015:19)

2. Perencanaan partisipatif

Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang bertujuan dalam

melibakan kepentingan masyarakat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat baik


11

secara langsung maupun tidak langsung mengingat hanya dengan partisipasi ini

terutama masyarakat yang akan menerima program, maka hasil pembangunan

akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakakat.

Perencanaan partisipatif merupakan salah satu proses pembelajaran yang

penting bagi masyarakat. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam

tujuannya melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan

masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Perencanaan partisipatif artinya

menekankan partisipasi luas dari semua stakeholders dalam proses perencanaan dan

pengambilan keputusan dalam pembangunan, (Suratman, 2012:44)

Konsep pembangunan partisipatif dikemukakan oleh Nasrun (2013:55)

yaitu pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai komponen kepublikan

(pemerintah, swasta dan organisasi masyarakat non pemerintah) secara tersistem.

Selanjutnya dinyatakan bahwa ketertarikan sistemik dari berbagai

komponen kepublikan dalam pembangunan daerah memerlukan langkah

penyusunan portofolio yang didahului proses evaluasi internal

Perencanaan partisipatif menurut Abe (2014:81) adalah perencanaan yang

dalam tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan

masyarakat (baik secara langsung maupun tidak langsung). Abe juga menawarkan

dua bentuk perencanaan partisipatif yaitu: pertama, perencanaan yang langsung

disusun bersama rakyat, berupa perencanaan lokasi setempat (menyangkut daerah

di mana masyarakat berada) dan berupa perencanaan wilayah yang disusun dengan

melibatkan masyarakat secara perwakilan; kedua, perencanaan yang disusun

melalui mekanisme perwakilan sesuai institusi yang sah (seperti parlemen).


12

Sebutan partisipasi saat ini menjadi kata kunci dalam setiap program

pemberdayaan masyarakat dimana-mana, seakan-akan menjadi merek baru yang

wajib terpatri pada setiap hasil kebijakan dan proposal proyek. Dalam

pemberdayaannya seringkali disebutkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang

diaplikasikan, sehingga cenderung tidak memiliki arti.

Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan: sebagai berikut:

(1) terwujudnya nuansa yang bebas atau demokratis, dan, (2) terpadunya

kebersamaan. Selanjutnya Slamet (2015:5) menyatakan bahwa, partisipasi

masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam

pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta

memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Esensi pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan

dengan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; pembangunan

yang mengaktualkan perilaku kepublikan (transparansi, konsistensi, akuntabilitas

dan kepastian hukum); pembangunan yang berorientasi pada peningkatan

kemandirian, kredibilitas, kemitraan dan keunggulan (K4).

3. Aspek dan unsur perencanaan partisipatif

Pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan menjadikan

masyarakat tidak hanya dianggap sebagai objek pembangunan semata, tetapi juga

sebagai subyek dalam pembangunan. Pembangunan yang berorientasi pada

masyarakat berarti hasil pembangunan yang akan dicapai akan bermanfaat dan

berguna bagi masyarakat, selain itu juga resiko akan ditanggung pula oleh

masyarakat. Dalam penelitian ini konsep yang menjadi dasar adalah konsep
13

perencanaan partisipatif dimana dalam konsep ini dijelaskan bahwa perencanaan

yang baik haruslah melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya

melibatkan rakyat (baik secara langsung maupun tidak langsung). Dimana

perencanaan partisipatif dalam Idil Akbar (2018) mencakup beberapa aspek dan

unsur yakni :

1. Terfokus pada kepentingan masyarakat.

- Perencanaan program berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang

dihadapi masyarakat.

- Perencanaan disiapkan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang

memenuhi sikap saling percaya dan terbuka.

2. Adanya keterlibatan masyarakat

Setiap masyarakat melalui forum pertemuan, memperoleh peluang yang

sama dalam sumbangan pemikiran tanpa dihambat oleh kemampuan

berbicara, waktu dan tempat.

3. Dinamis

Dinamis menunjukan bahwa perencanaan harus mencerminkan

kepentingan dan kebutuhan semua pihak dan dalam setiap prosesnya

dilakukan secara berkelanjutan dan proaktif.

4. Sinergitas

- Harus menjamin keterlibatan semua pihak.

- Selalu menekankan kerja sama antar wilayah administrasi dan geografi.


14

- Setiap rencana yang akan dibangun sedapat mungkin menjadi

kelengkapan yang sudah ada, sedang atau akan dibangun.

Memperhatikan interaksi diantara stakeholders

5. Legalitas

- Perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan mengacu pada semua

peraturan yang berlaku.

- Menjunjung etika dan tata nilai masyarakat. Tidak memberikan peluang

bagi penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan

6. Realistis.

- Perencanaan harus bersifat spesifik,

- Terukur dapat dijalankan, dan

- Mempertimbangkan waktu.

Menurut Diana Conyers (20144;154) ada 3 (tiga) alasan mengapa

partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting adalah sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa

kehadirannya program-program pembangunan akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika merasa

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan

lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap program tersebut.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat sendiri.


15

Kemudian menurut Samsura (2003;2) menjelaskan kriteria-kriteria dari

perencanaan partisipatif sebagai berikut :

1. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.

2. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate.

3. Adanya proses politik melalui upaya negoisasi atau urun rembuk yang pada

akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective

agreement)

4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran

kolektif yang merupakan bagi dari proses demokratisasi.

Hal senada juga disampaikan Abe (2015;90) dengan adanya pelibatan

masyarakat secara langsung dalam perencanaan, maka mempunyai dampak positif

dalam perencanaan partisipatif, yaitu :

1. Terhindar dari terjadinya manipulasi, keterlibatan masyrakat akan

memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki masyrakat.

2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, semakin

banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik

3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan poltik masyarakat.

Perencanaan partisipatif titik fokusnya adalah keterlibatan masyarakat, bahwa

perencanaan partisipatif merupakan perencanaaan lahir dari bawah (bottom up)

bukan lahir atas (top-down) atau Pemerintah Daerah Jadi perencanaan partisipatif

adalah perencanaan yang disusun dari bawah (bottomup). Menurut Alexander Abe

(2012;71), langkah-langkah perencanaan yang disusun dari bawah (bottom up) dan

bukan dari perencanaan atas inisiatif dari pemerintah daerah


16

Kemudian menurut Abe (2015;85) ada dua bentuk perencanaan partisipatitf,

pertama perencanaan yang langsung disusun bersama rakyat, perencanaan ini bisa

meupakan (1) perencanaan lokasi – setempat, yakni perencanaan yang menyangkut

daerah dimana masyarakat berada; dan (2) Perencanaan wilayah yang disusun

melalui mekanisme perwakilan,

Gaventa dan Valderama (2015:17) mencatat ada tiga tradisi konsep

partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang

demokratis yaitu sebagai berikut: (1) partisipasi politik (political participation), (2)

partisipasi sosial (social participation) dan (3) partisipasi warga (citizen

participation/citizenship), ke tiga hal tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi

politik (political participation) lebih berorientasi pada mempengaruhi dan

mendudukan wakil-wakil rakyat dalam dewan pemerintahan daripada ikut serta

secara aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

Menurut Soetomo (2015), pembangunan masyarakat dilihat dari mekanisme

perubahan dalam rangka mencapai tujuannya, kegiatan pembangunan masyarakat

ada yang mengutamakan dan memberikan penekanan pada bagaimana prosesnya

sampai suatu hasil pembangunan dapat terwujud, dan adapula yang lebih

menekankan pada hasil material, dalam pengertian proses dan mekanisme

perubahan untuk mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yang

penting dalam waktu relatif singkat dapat dilihat hasilnya secara fisik.

Menurut Cahyono dalam M. Iqbal (2018:69) proses perencanaan pembangunan

berdasarkan partisipasi masyarakat harus memperhatikan adanya kepentingan

rakyat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga itu dalam


17

proses perencanaan pembangunan partisipasi ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain yakni:

1. Perencanaan kegiatan wajib dilandasi fakta dan realita di masyarakat,

2. Kegiatan wajib mempertimbangkan kesanggupan masyarakat dari sudut

teknik, ekonomi dan sosialnya,

3. Kegiatan wajib menilik faktor kebutuhan kelompok dalam masyarakat,

4. Keikutsertaan masyarakat dalam pengenjawantahan kegiatan

5. Penyangkutan sedalam mungkin organisasi-organisasi yang ada,

6. Kegiatan sebaiknya bermuatan program jangka pendek dan jangka panjang,

7. Memberi keluasan untuk penilaian, dan

8. Kegiatan harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga

(KUWAT) yang tersedia.

Menurut Solihin dalam M. Iqbal (2018:12) mengungkapkan tiga tahapan

perencanaan pembangunan yaitu sebagai berikut:

1. Perumusan dan penentuan tujuan. Perencanaan partisipatif dalam

pembangunan masyarakat dipengaruhi oleh potensi masyarakat dalam

merencanakan pembangunan, potensi tersebut antara lain; karakteristik,

motivasi, kompetensi dan kemandirian masyarakat.

2. Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia. Merupakan proses

pembangunan nasional saat ini maka dengan hadirnya pemerintah dan

masyarakat dalam berkerjasama akan dapat mencapai hasil pembangunan

secara optimal, karena perencanaan dan pengendalian serta evaluasi akan

berjalan seiring sesuai dengafn tahapan pembangunan.


18

3. Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan dan telah disepakati bersama. Merupakan suatu usaha yang

bertahap danteratur dari bermacam pelaku (aktor) baik secara umum

(publik) atau melalui pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat

stakeholder lainnya pada level yang tidak sama untuk mengatasi saling

ketergantungan dan keterkaitan dari segi fisik, sosial, ekonomi dan segi

lingkungan lainnya.

4. Partisipasi

Partisipatif memberikan legitimasi kepada pemerintah untuk melaksanakan

kegiatan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui proses pembangunan, karena

upaya pemerintah tersebut telah mendapatkan kepercayaan masyarakat. Secara

etimologi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu participation yang artinya

mengambil bagian atau keikutsertaan. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia,

partisipatif artinya hal turut berperan serta dalam kegiatan, keikutsertaan, dan peran

serta.

Partisipatif menurut Laily (2015) mengartikannya sebagai kesediaan untuk

membantu setiap keberhasilan setiap program sesuai kemampuan setiap orang

tanpa mengorbankan kepentingan sendiri. Dalam kasus yang paling ideal,

partisipatif adalah ukuran dari tingkat partisipasi rakyat. Semakin tinggi

kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri, semakin besar pula

kemampuannya untuk berkembang.

Menurut Mustanir & Abadi (2017) partisipatif adalah kontribusi atau

keterlibatan masyarakat dalam proses interaksi sosial, untuk mengetahui masalah


19

dan potensi yang terdapat di masyarakat dalam kondisi tertentu,baik dalam

pengambilan keputusan menyelesaikan masalah, pelaksanaan usaha menangani

masalah, dan proses keikutsertaan masyarakat dalam menilai perubahan yang

terjadi. Partisipatif memberi masyarakat ruang untuk turut mempengaruhi dalam

pembuatan kebijakan sejak awal proses perencanaan, pelaksanaan, dan

pemantauan.

Rumusan FAO mendefinisikan bahwa partisipatif ialah keikutsertaan

masyarakat dalam perubahan yang ditentukan dalam rangka pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara memantapkan dialog antar

masyarakat setempat dengan aparat yang melaksanakan persiapan, pelaksanaan dan

pemantauan proyek untuk mereka mendapatkan informasi tentang konteks lokal

dan dampak sosial yang ditimbulkan dengan adanya proyek Secara umum definisi

partisipatif yaitu semua anggota atau perwakilan masyarakat berperan serta dalam

perumusan rencana dan pengambilan keputusan dalam proses pengelolaan,

termasuk memutuskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, manfaat yang

diperoleh, dan bagaimana menerapkan dan mengevaluasi hasil implementasinya.

5. Pembangunan

Pembangunan berasal dari kata “bangun” yang artinya siuman, sadar,

bangkit, berdiri dan bentuk. Dalam kata kerja “bangun” berarti membuat,

mendirikan atau membina. Sehingga dapat dikatakan pembangunan meliputi

bentuk, kehidupan dan perilaku.

Pembangunan merupakan upaya untuk terus menciptakan kondisi yang

dapat memberikan lebih banyak pilihan atau alternative yang sah bagi setiap warga
20

negara untuk mewujudkan keinginannya yang paling humanistik. Pembangunan

sudah mempunyai makna yang sangat meluas dan membawa banyak harapan

namun juga menimbulkan perdebatan yang tiada henti di kalangan masyarakat

terutama pakar pembangunan. Tetapi di balik itu pembangunan memiki nilai positif

yang diletakkan padanya.

Pembangunan ialah suatu perubahan sosial, memperkenalkan konsep baru

ke dalam sistem sosial untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan standar

hidup melalui metode yang lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik.

Pembangunan merupakan proses multi dimensional yang melibatkan perubahan

besar dalam stuktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga negara

serta percepatan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pengangguran dan

penghapusan kemiskinan absolut.

Menurut Digdowiseiso (2019) pembangunan adalah suatu usaha untuk

melangsungkan perubahan agar menjadi lebih baik. Perubahan yang dimaksud

yaitu bergerak ke arah peningkatan dari situasi semula, tidak sedikit pula yang

memperkirakan bahwa pembangunan ialah juga pertumbuhan. Meningkatnya

kegiatan pembangunan dan mendorong terjadinya pengelompokkan penduduk atau

kegiatan ekonomi yang mengakibatkan ketimpangan antar daerah dan kelompok

penduduk. Sehingga meningkatnya permintaan akan sumber daya alam dan

terjadinya pengelompokkan penduduk yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi,

maka diprediksi akan terjadi konflik pemanfaatan ruang.


21

Menurut Anggara & Sumantri (2016) pembangunan ialah proses perubahan

yang meliputi semua sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur,

pertahanan negara, pendidikan, teknologi, kelembagaan, dan budaya.

Menurut Sudarmanto & Revida (2020) pembangunan merupakan suatu

proses rangkaian kegiatan yang tidak pernah berhenti dan terus menerus untuk

menciptakan perubahan-perubahan dalam kehidupan bermasyarakat dalam rangka

tercapainya perbaikan kualitas hidup dalam lingkungan kehidupan yang juga

mengalami perubahan.

6. Pembangunan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya memanfaatkan

dan mengelola sumber daya alam secara sadar, terencana, dan bijaksana. Selain

mewujudkan target pembangunan, tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan

kualitas hidup. Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan juga dijelaskan

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997: "Pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan

lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk

menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan

generasi masa depan." Pembangunan dalam bidang industri, pertambangan,

transportasi, serta pertanian, akan memberikan dampak positif bagi banyak pihak.

Misalnya, meningkatkan produksi, lapangan kerja, serta pendapatan negara.


22

Menurut Sutamihardja (2014: 76) menyatakan sasaran pembangunan

berkelanjutan mencakup upaya untuk mewujudkan hal berikut:

1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi

(intergeneration equity), yaitu pemanfaatan sumber daya alam untuk

kepentingan pertumbuhan harus memerhatikan batas-batas yang wajar

dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada

sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan menekankan serendah

mungkin eksploitasi sumber daya alam unreplaceable.

2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem

untuk menjamin kualitas kehidupan tetap baik bagi generasi yang akan

datang.

3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk kepentingan

mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan

pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan antar generasi.

4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan,

baik masa kini maupun masa mendatang (inter temporal).

5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang

ataupun lestari antar generasi.

6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai

dengan habitatnya.
23

Suhono (2014), pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat diukur

keberlanjutannya berdasarkan 3 (tiga) kriteria yaitu:

1. Tidak ada pemborosan penggunaan sumberdaya alam atau;

2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; dan

3. Kegiatan harus dapat meningkatkan useable resources atau replaceable

resources.

Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup memerlukan

keterpaduan dan koordinasi yang mantap antara pemanfaatan sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam suatu kurun waktu, dimensi

ruang, dan terkoordinasi agar tepat guna, berhasil guna, dan berdaya guna .

Beberapa jurnal penelitian terdahulu yang memiliki korelasi dengan penulis

antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

Afni M. dkk, Analisis Kualitatif Pengembangan kawasan


2020 Implementasi teknopolitan yang terdiri dari
Kawasan 7 zona telah memasuki tahap
Teknopolitan awal perkembangan dimana
di Kabupaten pada tahapan ini telah
Pelalawan, dibangun kawasan
Provinsi Riau pendidikan berupa sekolah
tinggi teknologi pelalawan
(ST2P) dan lembaga riset
yang meneliti bibit kelapa
sawit dan klinik kelapa sawit
(PPKS). Sementara progres
lainnya adalah mulai
dibangunnya sarana
prasarana seperti jalan
menuju dan dalam kawasan
24

teknopolitan yang telah


dibuka dan diperkeras. Untuk
zona lindung dan konservasi
juga telah disiapkan bibit
untuk pembangunan kebun
raya. Sedangkan untuk zona
lainnya masih dalam tahap
perencanaan. Adapun strategi
dalam pengembangan
teknopolitan selanjutnya
adalah memaksimalkan
kinerja ST2P sebagai pusat
inovasi yang nantinya
menginkubasi perusahaan
pemula dalam industri hilir
kelapa sawit dan memberikan
layanan bisnis dan teknologi
kepada UMKM yang sudah
ada.

Yanda Dwitya, Strategi Kualitatif Kawasan Teknopolitan


2021 Pembangunan Pelalawan ini sudah
Kawasan menerapkan strategi dasar
Teknopolitan pembangunan yaitu
Melalui pembangunan yang implusif,,
Hilirisasi hal ini dapat dilihat pada zona
Kelapa Sawit pendidikan Pada zona
Di Kabupaten pendidikan seluas 100 Ha,
Pelalawan yakni lokasi yang telah
terbangun gedung Sekolah
Tinggi Teknopolitan
Pelalawan (ST2P) dan telah
beroperasi sejak tahun 2016.
Gedung ST2P merupakan
pilar utama dalam penyiapan
sumber daya manusia
penggerak aktivitas pada
kawasan unggulan ini
sekaligus menjadi pusat
pengembangan riset dan
25

pengkajian terutama di
bidang kelapa sawit. ST2P ini
menjadi zona pendidikan
yang mampu menghasilkan
SDM unggulan untuk
pengembangan kawasan
teknopolitan., berdimensi
kewilayahan ditandai dengan
terciptanya pemukiman yang
nyaman dan baik di kawasan
tersebut, kawasan
teknopolitan juga memiliki
Integrasi ekonomi nasional di
era sekarang ditandai dengan
meningkatnya perekonomian
masyarakat di daerah yang
dapat Pengembangan
ekonomi local dan
menciptakan lapangan
pekerjaan.
Asti Priyani, Kapasitas Kualitatif Hasil penelitian menjelaskan
2017 Pemerintah kapasitas pemerintah
Kabupaten berdasarkan tugas dan
Pelalawan fungsi masing-masing dinas
dalam yang ikut serta dalam proses
Pembangunan pembangunan kawasan
Kawasan pendidikan tersebut. Dalam
Teknopolitan pelaksanaannya Badan
(Studi Perencanaan dan
Pembangunan Pembangunan Daerah
Kawasan (BAPPEDA) serta Unit
Pendidikan). Pelaksana Teknis (UPT)
mempunyai andil besar dari
pembuatan Masterplan.
Upaya yang dilakukan
dalam pembangunan
kawasan pendidikan tersebut
meliputi upaya politis dan
upaya teknis, dimana upaya
politis dilakukan oleh
26

BAPPEDA dalam
menyiapkan anggaran untuk
melobi DPRD dalam
pencairan anggaran

2.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan gambaran atas indikator variabel penelitian

sehingga dapat difahami dengan baik.

- Perencanaan adalah membuat skema rencana dalam rangka melaksanakan

tugas dan kegiatan yang sudah ditentukan.

- Pembangunan adalah kegiatan membuat atau melaksanakan daripada

pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat baik secara langsung

maupun tidak langsung

- Kawasan Teknopolitan adalah konsepsi kawasan berdimensi pembangunan

ekonomi, sosial dan budaya, yang memiliki sentra kegiatan iptek, kegiatan

produktif dan gerakan masyarakat yang mendukung percepatan

perkembangan inovasi, difusi dan pembelajaran.

- Perumusan dan penentuan tujuan. Perencanaan partisipatif dalam

pembangunan masyarakat dipengaruhi oleh potensi masyarakat dalam

merencanakan pembangunan, potensi tersebut antara lain; karakteristik,

motivasi, kompetensi dan kemandirian masyarakat.

- Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia. Merupakan proses

pembangunan nasional saat ini maka dengan hadirnya pemerintah dan

masyarakat dalam berkerjasama akan dapat mencapai hasil pembangunan

secara optimal
27

- Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan dan telah disepakati bersama. Merupakan suatu usaha yang

bertahap danteratur dari bermacam pelaku (aktor) baik secara umum (publik)

atau melalui pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menyangkut tentang bagaimana

pelaksanaan penelitian dapat dijalankan dengan baik, yakni:

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran


Perencanaan Pembangunan Kawasan Teknopolitan di Kecamatan Langgam
Kabupaten Pelalawan

Permasalahan:
1. Kurangnya daya dukung anggaran pemerintah kabupaten maupun pusat
dalam pengembangan kawasan teknopolitan di Kecamatan Langgam
untuk kegiatan pembangunan bidang pendidikan dan industry dan
perumahan dikawasan teknopolitan.
2. Koordinasi belum berjalan dengan maksimal dalam pembangunan
kawasan teknopolitan di Kecamatan Langgam.

Menurut Solihin dalam M. Iqbal (2018:12) mengungkapkan tiga


tahapan perencanaan pembangunan yaitu sebagai berikut:
- Perumusan dan penentuan tujuan.
- Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia.
- Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama

Terlaksananya Perencanaan Pembangunan Kawasan Teknopolitan di


Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan

Sumber data: Modifikasi Penulis Tahun 2023


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Peneleitian
Penelitian ini di Laksanakan di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan

tepatnya di UPT Tekopolitan Kecamatan Langgam.

3.2 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan

triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Selain itu, Penelitian

deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-

variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya.

Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang

dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.3 Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini adalah seluruh

narasumber yang dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi.Dalam

penentuan informan mengunakan teknik purposive yaitu dipilih dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu yang benar-benar menguasai suatu objek yang

diteliti. Menurut Sugiyono (2016) penentuan informan yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif dalah purposive sampling dimana penentuan

informannya dipilih dengan teknik pengambilan sampel sumber data dengan

28
29

pertimbangan dan tujuan tertentu dalam penguasaan permasalahan yang ada.

Adapun informan tersebut meliputi:

a. Camat Langgam Pelalawan.

b. Kepala UPT Teknopolitas

c. Ketua STTP Pelalawan

d. Masyarakat Kecamatan Langgam.

3.4 Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan jawaban informan

atau narasumber di lokasi penelitian tentang:

1. Perencanaan Pembangunan Kawasan Teknopolitan di Kecamatan

Langgam Kabupaten Pelalawan meliputi:

- Perumusan dan penentuan tujuan.

- Pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang tersedia.

- Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama.

2. Hambatan Dalam Perencanaan Pembangunan Kawasan Teknopolitan

di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

b.Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui perpustakaan dan instansi/kantor yang

terkait dengan tujuan perolehan data seperti data demografis dan data monografi

lokasi penelitian, yakni:

- Profil Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.


30

- Visi dan Misi Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

- Keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia,

massa kerja, pangkat dan golongan.

- Sarana dan prasarana.

- Tugas pokok dan fungsi.

- Struktur organisasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui

penelitian lapangan yang meliputi:

a. Observasi yaitu melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

b. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan

atau narasumber dalam penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti

melakukannya dalam bentuk wawancara terbuka. Wawancara terbuka yaitu

wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mengandung jawaban terbuka.

c. Dokumentasi yaitu melakukan kajian atas informasi dan data yang diperoleh

dari hasil dokumen data sekunder. Dokumentasi merupakan cara dalam

mencari atau untuk mendapatkan informasi mengenai hal yang ingin diteliti

selanjutnya. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan dengan pihak camat,

staf dan masyarakat terkait pembahasan yang dilakukan.


31

3.6 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman (2014:14) untuk

menganalisis data hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun model interaktif yang dimaksud sebagai berikut:

Pengumpul Penyajian
an data

Kesimpulan-
Reduksi
data kesimpulan
Penarikan

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles dan Huberman (2014:14)

Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data merupakan hasil kerja dilapangan dengan memperoleh

data berdasarkan hasil wawancara observasi dan dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction). Data yang diperoleh peneliti di lapangan

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi direduksi dengan cara

merangkum, memilih dan memfokuskan data pada hal-hal yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

3. Penyajian Data (Data Display). Penyajian data dilakukan setelah data selesai

direduksi atau dirangkum. Data yang peneliti peroleh dari hasil observasi,
32

wawancara dan dokumentasi dianalisis kemudian peneliti sajikan dalam

bentuk CW (Catatan Wawancara) mengenai tena tang diteliti.

4. Kesimpulan, Penarikan atau Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification).

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah

penarikan kesimpulan dari verifikasi. Berdasarkan data yang telah direduksi

dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan analisa yang sudah

dilakukan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abe 2015. Manajemen Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan Masyarakat
(MP3M) di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, IIP: Jakarta
Bahua, Ikbal. 2018. Perencanaan partisipatif pembangunan masyarakat.Ideas
Publishing. Gorontalo

Davis, 2011 Manajemen Pengawasan Publik, Alfabeta. Bandung


Daryanto. Adbullah. 2013. Pengantar Ilmu Manajemen dan Komunikasi. PT.

Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Hasibuan, Malayu S. P. 2014. Organisasi dan Motivasi (Dasar Peningkatan

Produktivitas).PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Ibrahim, Amin. 2013. Pokok-Pokok Administrasi Publik dan Implikasinya. PT.

Refika Aditama. Bandung.

Indrawijaya, Adam I. 2013. Perilaku Organisasi. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Makmur. 2013. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Syamsir Torang. 2016. Organisasi dan Manajemen.Yogyakarta.

Siagian, Sondang P. 2012. Filsafat Administrasi Edisi Revisi.PT. Bumi Aksara.

Jakarta.

Soyan Syafri, 2011 Pengawasan Manajemen PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Sopiah . 2013. Pelayanan Organisasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Syafi’i, Inu Kencana. 2011. Sistem Admnistrasi Negara Republik Indonesia

(Sanri).PT. Bumi Akasara. Jakarta.

Terry, 2011. Pengantar Manajemen. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Winarno, 2012 Kebijakan Publik,PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai