BAB I
PENDAHULUAN
b. Tujuan Khusus
- Sebagai bekal pengalaman bagi siswa mengenai dunia kerja yang
sebenarnya.
- Meningkatkan potensi dan kepribadian para siswa sehingga mampu
berintegrasi, berkomunikasi dan juga memiliki rasa tanggung jawab
dan disiplin tinggi.
2. Bagi Perusahaan
Hasil Peneilitian dapat menjadi masukan bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan di masa yang
akan datang.
3. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan yang
ada dalam dunia industri sehingga nantinya dapat diharapkan untuk
mampu menerapkan ilmu yang telah di dapat dalam bidang industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Tanaman tebu tidak asing lagi bagi kita, karena telah lama di Negeri
ini.Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang di dalam batangnya
banyak mengandung gula berdiameter 2 - 4 cm dan panjang 2-4 m secara
utuh, tebu terdiri atas daun, pucuk, batang, bongkotan dan akar. Di industry
gula, daun, pucuk, dan akar disebut kotoran tebu (trash), sedangkan
bongkotan yang masih tertanam ditanah dimanfaatkan lagi untuk diambil
sebagai bahan baku (bibit). Batang tebu yang bebas daun atau kelaras,
pucukan, bongkotan dan akar. Didalam batang tebu inilah terkandung paling
banyak gula tebu, khususnya sukrosa.
Fase pemasakan optimal masa panen bulan agustus umur 10–12 bulan.
Kemasakan tebu berjalan dari ruas ke ruas dan derajat kemasakan dari
masing-masing ruas tergantung umur tebu. Proses kemasakan tebu tersebut
dapat dicirikan sebagai berikut.
Tebu masih muda, setiap ruas akan bertambah kadar gulanya sejalan dengan
umur tanaman tebu.
Saat tebu mencapai kemasakan maksimal, maka kadar gula batang bagian
bawah tidak bertambah lagi. Sedangkan kadar gula batang bagian atas hampir
sama dengan batang bagian bawah.
Pada tebu yang telah kelewat masak, maka batang bagian bawah mulai
menurun kadar gulanya kemudian diikuti oleh batang bagian yang lebih atas,
tetapi dengan kecepatan penurunan yang lebih rendah.
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan atau pun
dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan
pekerjaan kasar yang sangat berat, tetapi dapat memperkerjakan banyak
orang. Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedaunan hijau di
bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut di ikat menjadi satu.
Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut dibawa ke areal
perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan
kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar atau
pun lori tebu menuju kepenggilingan. Pemotongan dengan mesin umumnya
mampu memotong tebu menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin
hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi
yang relative datar.
TRM (tebu rakyat mandiri ) maksudnya tebu milik petani yang digiling di
pabrik dengan sistem bagi hasil.
masakan awal yaitu tebu yang masak pada bulan kering satu dan dua, contoh
PS 862, PS BM 903, PS 881.
Masak tengah yaitu tebu yang masuk pada bulan kering tiga dan empat,
contoh PS 882, Kidang Kencana, Kentung, PSJT 941.
Masak akhir yaitu tebu yang masak pada >5 bulan kering,contoh PS 864
Bululawang. ( Rofita, 2014 )
Bahan baku yang paling banyak digunakan dalam proses produksi gula
adalah tebu. Tanaman tebu sangat cocok hidup di Indonesia yang merupakan
daerah tropis dan sub tropis, karena tebu merupakan tanaman tropis maka
disinyalir bahwa tanaman tebu yang sekarang tersebar diseluruh dunia
berasal dari Indonesia.Tebu mudah didapat di indonesia, karena barang
mudah didapat dan harganya stabil tebu digunakan untuk pembuatan gula.
Dari proses fotosintesis dengan media daun berklorofil dan bantuan sinar
matahari gula dalam tanaman tebu dapat dibentuk. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
Kalori sebesar 675 kkal adalah panas yang di dapat dari sinar matahari
sebagai katalisator.
1. Jenis tebu
Jenis tebu yang baik adalah tebu masih dalam keadaan segar, bebas
dari kotoran, seperti daun, pucukan, sogolan
2. Umur tebu
Terbentuknya rendemen tebu diawali ketika tebu yang ditanam
dikebun. Sejak saat tebu berumur sekitar 3 – 4 bulan kandungan gula (
sakarosa ) dalam batang tebu terus mengalami kenaikan sampai mencapai
2) Penyulaman
3) Penyiangan
4) Pemupukan
Pembuatan gas SO2 dari belerang padat yang akan digunakan untuk
proses sulfitasi pada nira mentah dan nira kental.
H2SO3 H+ + HSO3-
HSO3- H+ + SO32
5. Fondan
2.3 Produk
2.3.2. Tetes
2.3.3. Gula
Sifat-sifat sacharosa :
Sifat Fisik
Sifat Kimia
a. Type : KGW 10
b. Kapasitas : 10.000 kg
c. Eigengewicht : 82 Kg
d. Werk Nr : 10045
e. Baujahr : 1997
f. F. 433.300 MHZ
a. Type : KGW 10
b. Kapasitas : 10.000 Kg
c. Eigengewicht : 102 Kg
d. Werk Nr : 7470
e. Baujahr : 1992
f. F. 433.175 MHZ
b. Timbangan Lori
Timbangan lori digunakan untuk menimbang tebu yang
berada di lori. Jadi untuk mengetahui berat bersih (netto) tidak
dapat diketahui secara langsung, tetapi berat kotor (bruto) yakni
berat tebu beserta lainnya. Sedangkan untuk mengetahui berat
besih (netto) sendiri dapat diketahui dengan cara bruto dikurangi
tarra. Tarra diperoleh dari berat lori kosong dengan cara tersebut
maka dapat diketahui berat bersihnya.
Pada PG Toelangan, timbangan lori ini memang ada tetapi
sudah tidak dipergunakan lagi, karena sudah ada timbangan DCS
dan berkel (digital)
d. Jembatan timbang.
Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang tebu yang
diangkut oleh truk. Timbangan ini mempunyai kapasitas 30.000
Kg. Jembatan timbangan tetes / NK berfungsi menimbang Tetes /
NK yang diangkut oleh truck dengan kapasitas 2500 Kg.
2.4.3 Stasiun Persiapan
Proses yang ada di stasiun persiapan meliputi tahap tebu mulai
masuk ke dalam pabrik sampai ke stasiun gilingan. Tebu yang berasal
dari kebun diangkut ke dalam pabrik menggunakan 2 sarana angkutan,
yakni truck dan lori.
a. Emplacement
Emplacement adalah tempat yang digunakan untuk
penimbunan atau pengaturan tebu yang akan digiling. Terdapat
dua macam emplacement, yaitu :
1. Emplacement luar
Yakni tempat pengumpulan tebu dari beberapa daerah
yang berada di luar halaman pabrik untuk dibawa ke
emplacement dalam.
2. Emplacement dalam
Yakni tempat parkir sementara lori-lori dari
emplacement luar sebelum langsung menuju ke stasiun
giling yang sebelumnya telah melalui proses penimbangan
terlebih dahulu menggunakan timbangan DCS (Digital
crane scale) di stasiun penimbangan.
Tapi di sisi lain jumlah penyimpanan tebu yang disediakan juga
tidak boleh terlalu sedikit, karena dapat menyebabkan proses menjadi
tidak efisien, dan proses produksi dapat terhenti di tengah jam kerja.
Pengaturan dan pengawasan pemasukan tebu di halaman pabrik
bertujuan untuk menjamin kelancaran persediaan bahan baku dan
c. Proses pemerahan
1. Pembukaan sel-sel tebu
Pertama, batang tebu dicacah dengan cane cutter, kemudian
dihancurkan dengan unigrator.
a) Fungsi dari cane cutter (CC1) adalah untuk meratakan/
memotong batang tebu agar tebu mudah untuk digiling.
b) Fungsi unigrator adalah untuk menghaluskan cacahan
batang tebu sehingga pemerahan nira dari sabutnya lebih
muda.
2. Pemerahan Nira
Di PG Toelangan, pemerahan nira dilakukan secara mekanis
dengan menggunakan 5 gilingan yang diberi tekanan yang
berbeda-beda.
Gilingan 1 bertekanan 2600 Psi
Gilingan 2 bertekanan 1000 Psi
Gilingan 3 bertekanan - -
Gilingan 4 bertekanan 2600 Psi
Gilingan 5 bertekanan 2600 Psi
b. Proses pemurnian
Proses pemurnian ada tiga macam. Pertama, defekasi yang
menggunakan bahan kapur (CaCO3) dan hasil yang diperoleh
kurang baik , terlihat dari hasil gulanya yang masih berwarna merah
atau coklat. Kedua, sufitasi yang menggunakan SO2 serta susu kapur
dan hasil yang diperoleh lebih baik dari cara defekasi, terlihat dari
hasil gula yang lebih putih. Ketiga, karbonatasi yang menggunakan
bahan kapur, CO2, dan SO2 hasil yang diperoleh lebih baik dari
proses defekasi dan sulfitasi, terlihat dari gula yang di produksi
paling baik namun harga bahannya yang mahal.
Pemurnian PG Toelangan dilakukan dengan dua tahap yaitu
defekasi kemudian dilanjutkan dengan sulfitasi,dapat dilihat dari
hasil yang diperoleh sudah cukup baik. Penggunaan proses defekasi
terlebih dulu agar gula yang dihasilkan dari proses defekasi bisa
ditingkatkan dengan proses sulfitasi. Proses pemurnian dimulai
dengan mengalirkan nira mentah hasil penggilingan ke dalam flow
meter untuk ditimbang. Yaitu dengan cara total dari bahan (nira)
yang tercatat melalui flow meter pada saat pencatatan dikurangi
dengan total dari pencatatan jam sebelumnya. Kemudian dialirkan ke
tangki penampungan nira mentah. Dalam tangki penampung nira
mentah ditambahkan H3PO4 (asam phospat) yang bertujuan untuk
H2SO3 2H + SO3
dapat mudah ditapis dan tidak ikut ke alat penyaring pada rotary
vacuum filter. Dalam hal ini blotong diusahakan memiliki kandungan
gula sekecil mungkin, dengan menyiramkan air panas ( dalam bentuk
kabut ) pada rotary vacuum filter dihasilkan nira tapis dan blotong.
# Reaksi-reaksi
H2SO3 H+ + HSO3-
HSO3- H+ + SO32-
Ub
Mu Gil Boiler a TA/mn
- MU pompa vacum A, B, C U
PR/Os r Ub
- MU pompa air injeksi e
- MU pompa NR
- MU kompresor udara
Penguapan
Masakan
Un
i Heater
Lain-lain
Keterangan
Uba = Uap baru (7-8 kg/cm2)
Ur = Uap reduksi (0,5 kg/m2)
TA = Turbin alternator
Ube = Uap bekas (0,5-0,7 kg/cm2)
MP = Mesin penggerak
PR = Presure reducer (penurunan tekanan)
b. Proses Penguapan
Sebelum melakukan proses operasi dalam stasiun penguapan,
semua afsuliter yang terhubung dengan masing-masing badan
penguap harus dalam keadaan tertutup. Mula-mula proses penguapan
ini berawal dari stasiun pemurnian yang kemudian mengalir ke BP 1
(Badan Penguapan 1), yang berfungsi untuk menguapkan air nira agar
lebih kental. Untuk BP 1 menggunakan uap bekas untuk memanaskan
nira, sedangkan BP lainnya menggunakan uap nira, di BP ini juga
terdapat vacuum yang bertujuan untuk menurunkan titik didih.Tetapi
alat tersebut tidak terdapat pada BP nira, sehingga kerusakan sucrose
karena suhu tinggi dapat diminimalkan.
Terkadang dalam proses penguapan terdapat kendala berupa
kehaibsan uap. Salah satu solusinya yaitu member uap baru dari
stasiun ketel. Suhu setiap BP berbeda-beda, BP 1 suhunya lebih tinggi
dari pada BP lainnya dan pada BP ke-5 suhunya hanya berkisar
sampai ± 55oC serta minimal kekentalan yang didapat sekitar
28oBe. NK sebelum dialirkan ke stasiun kristalisasi masuk ke sulfitir
NK untuk dihembuskan gas SO2 dengan tujuan bleaching effect
(pemucatan warna nira).Namun, apabila nira yang dihasilkan kurang
kental, maka harus dilakukan pengaturan pada penguapan atau
suhunya harus ditambah.
Setiap harinya, dilakukan pembersihan untuk badan penguap (BP)
secara bergilir untuk menghilangkan kerak-kerak yang menempel
pada dinding-dinding BP, agar tidak menghambat proses penguapan
yang sedang berlangsung. Factor tersebut dipicu karena adanya
kotoran-kotoran yang terkandung dalam nira kemudian menggumpal
akibat dari suhu yang tinggi di dalam BP.
Untuk cara pembersihannya dilakukan dengan memberikan soda
yang telah dimasak selama 3 jam sampai mendidih. Tujuannya untuk
melunakkan kerak-kerak yang terdapat di dalamnya. Selain
b. Teknik
Teknik memasak gula di stasiun kristalisasi dibedakan
menjadi 2, yaitu :
1) Berdasarkan pola masakan
Tingkat masakan atau pola masakan ditentukan oleh HK, NK
“Semakin tinggi HK masakan A, semakin rendah HK larutan
atau purity drop. Semakin rendah HK masakan A, semakin
banyak larutan purity drop semakin rendah”.
Pola masakan di stasiun kristalisasi ini dibagi menjadi 4
tingkat :
a) Pola masa A.D (2 tingkat).
b) Pola masak A.C.D
c) Pola masak A.B.D
d) Pola masak A.B.C.D
Stroop Stroop
N.K A A
Stroop
A C C D Klare
Klare D
SHS
Gula A Gula C Gula D
Produksi Babonan D
Tete
s
Stroop
N.K A
A D M
Klare SHS
A
S
S
Gula A Gula D K
A
E
K
M
Puteran A Puteran D1 Tete
A 2 (AD
s
)
P T
Mixer Mixer O I
L N
A G
Puteran SHS Puteran D2 Klare D
K
A
Produksi Babonan/ T
Bibitan
2) Cara masak
Cara masak gula di stasiun kristalisasi dibagi menjadi 2 cara, yaitu :
a) Cara Bombay :
(1) Persiapan Pan
(2) Menarik larutan
(3) Memasukkan bibit
(4) Membesarkan kristal
(5) Menuakan masakan
(6) Menurunkan masakan
b) Cara Babonan :
(1) Persiapan Pan
(2) Memasukkan bibit
(3) Menarik larutan
(4) Membesarkan kristal
(5) Menuakan masakan
(6) Menurunkan masakan
c. Proses
Proses kristalisasi di PG Toelangan, langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1) Persiapan PAN
- Semua valve yang berhubungan dengan masakan harus
tertutup rapat agar tidak terjadi kebocoran.
2) Penarik vacum
- Tarik pancingan ± 45 – 50 cm/Hg
- Tarik vacuum dumpleiding sampai ± 50 – 65 cm/Hg
3) Penarikan bahan dasar
- Tarik nira kental ± 50% dari volume masakan.
4) Pembukaan uap
- ± 50% uap pemanas (Ube)
5) Pengentalan bahan dasar
- Bahan dasar nira kental diuapkan sampai ke daerah jenuh.
6) Pemasukan bibitan
- Dimasukkan bibitan/ditarik babonan ± 20 Hl atau 10% dari
volume masakan.
7) Pengamatan kristal
- Kita amati bahan dasar nira kental dengan baobnan yagn
masuk pada masakan supaya ada keseimbangan jarak antara
larutan nira kental dengan Kristal babonan. Apabila terlalu
jarang mengakibatkan terjadi timbulnya kristal palsu.
8) Pembesaran kristal
- Tarik nira kental secukupnya, tidak terlalu rapat dan tidak
terlalu renggang sampai Kristal ukuran 0,9 – 1,1 mm
9) Menurunkan masakan
- Apabila Kristal cukup ukuran dasar induk tipis terhindar dari
kristal palsu, masakan siap diturunkan.
Proses Kristalisasi
a. Pembentukan Kristal
Membesarkan kristal
Setelah bibit siap dibuat, langkah selanjutnya adalah
membesarkan bibit sampai dicapai ukuran kristal yang diharapkan
dan bila pembuatan bibit baik maka bersamaan itu pula akan dicapai
penuhnya PAN kristalisasi.
Dalam usaha membesarkan kristal, operator harus dapat
melaksanakan usaha menempelkan molekul sucrose yang terdapat
pada larutan kepada bibit kristal yang telah dibuat sebanyak mungkin
dalam waktu yang sependek-pendeknya.
Usaha ini dapat dilakukan dengan menjaga kejenuhan larutan
tetap berada dalam daerah pembesaran kristal. Untuk dapat menjaga
agar kecepatan kristalisasi tetap tinggi dengan menjaga agar molekul
sucrose yang ada disekitar kristal tetap, ini dapat dilakukan dengan
setiap kali menggantikan sucrose yang telah mengkristal dengan
yang baru (memasukkan larutan baru).
Pada suatu volume tertentu (kira-kira ¾ isi pan) pada suatu jenis
tingkat pengkristalan tertentu perlu diambil contohnya untuk melihat
berapakah bahwa kemurnian masakan yang diperoleh harus sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, (pengambilan contoh ini
disebut pula “sogokan”)
Lebih-lebih pada masakan terakhir dimana nantinya akan
diperoleh larutan yang sudah tidak diambil lagi sucrosenya (larutan
sisa) maka kemurnian masakan benar-benar menentukan baik
mengenai jumlah sucrose yang hilang dalam larutan sisa maupun
mudah dan sukarnya pemisahan kristalnya.
Misalkan masakan tingkat terakhir telah ditetapkan memiliki
kemurnian sekitar HK 60. suatu masakan dengan HK yang jauh
diatas 60 akan menyebabkan kehilangan gula dalam larutan sisa
(melasse) tinggi, kebalikannya masakan dengan HK jauh dibawah 60
akan menyebabkan kristal akan sukar dipisahkan sehingga mutu dari
kristal yang diperoleh akan menurun (HK rendah) demikian pula
selanjutnya mutu kristal SHS dalam hasilpun akan menurun pula.
Memasak tua
Yang dimaksud memasak tua adalah langkah terakhir dalam
proses pengkristalan apabila pannya telah penuh atau telah dicapai
ukuran kristal ataupun kemurnian masakan yang sesuai dengan
ketentuannya.
Memasak tua adalah melanjutkan penguapan massa dalam pan
tanpa menambah larutan yang baru.
Di dalam langkah ini dapat diusahakan mencapai kepekatan (%
brix) setinggi-tingginya agar larutan atau air yang tertinggal sedikit
sehingga sucrose yang terdapat dalam larutan juga rendah. Tetapi
harus dicegah kemungkinan terjadinya kristal baru dikarenakan
sudah sukar untuk menghilangkannya, terutama dikarenakan sudah
tidak mungkin menambah larutan encer maupun air pencuci.
Menurunkan masakan
Masakan yang telah tua akan diturunkan ke dalam palung
pendingin yang terdapat dibawah pan kristalisasi.penurunan akan
dimulai dengan menghilangkan hampa dengan mula-mula menutup
hubungan pan kristalisasi dengan bejana pengembunan (sementara
itu setum juga dikurangi) kemudian kran yang menghubungkan pan
dengan udara luar dibuka, maka tekanan dalam pan akan menaik
atau hampa akan menurun. Setelah kehampaan hilang maka pintu
pengeluaran dibuka. Makasan akan jatuh turun ke bawah dan
melewati talang (saluran) dibawah pan masuk ke dalam palung
pendingin (ingat bahwa pengaduk dalam palung) pendingin harus
bergerak) sementara itu aliran setum pemanas telah dimatikan.
Setelah seluruh massa dalam pan ke luar maka pan kristalisasi dicuci
dengan menggunakan semburan serum basah ataupun setum dengan
air panas.
Pencucian pan adalah amat perlu dikarenakan pada permukaan
bidang pemanas didalam pan kristalisasi masih menempel sisa-sisa
larutan dan kristal. Apabila larutan ini tidak dibersihkan maka pada
proses berikutnya ada kemungkinan sisa ini akan mengalami
penggosongan (karena pengaruh suhu tinggi dalam suasana kering)
sehingga akan menghasilkan suatu bahan yang berwarna cokelat
gelap, zat pewarna ini sangat tidak disukai karena dapat menempel
sehingga menyebabkan rendahnya mutu kristal yang akan diperoleh.
Oleh karena itu hal-hal tersebut maka pencucian pan setelah
selesai proses adalah amat perlu.
Larutan cucian masih banyak mengandung sucrose maka tidak
boleh dibuang. Pada sementara pabrik menyediakan tempat khusus
penampungan larutan cucian yang sewaktu-waktu akan dipompa dan
dialirkan pada nira di dalam proses pemurnian. Pada pabrik yang
g. Pan Masak
1. Bagian-Bagian dan Fungsinya
a. Kalandria
Adalah ruangan yang berisi pipa pemanas. Pipa pemanas berisi
masakan, ruang diantara pipa berisi uap pemanas.
b. Pipa uap
Untuk memasukkan uap
c. Pipa bahan
Untuk pemasukan bahan masak
d. Pipa kondensat
Untuk pengeluaran kondensat
e. Pipa gas tak terembunkan
Untuk mengeluarkan gas tak terembunkan
f. Kran contoh
Untuk pengambilan contoh masakan
g. Kran pondant
Untuk pemasukan pondant
h. Penangkap nira
Untuk mencegah puncratan nira ke kondensor
i. Kran buangan hampa
Untuk membuang hampa/ memasukkan udara pada saat akan
menurunkan masakan.
j. Kaca pelihat
Untuk melihat tinggi masakan dalam pan
k. Termometer
Untuk mengetahui suhu
l. Manometer
Untuk mengukur tekanan
m. Vakum meter
Untuk mengukur vakum (hampa)
n. Sirkulator
Untuk membantu sirkulasi masakan
o. Manhole
Untuk masuk/ keluaran ke dalam pan masak
p. Pipa krengsengan
Untuk memasukkan uap saat membersihkan sisa masakan
dalam pan masak
q. Pipa/ kran cuci masakan
Untuk memasukkan air ke dalam masakan untuk mencuci
kristal palsu.
4. Palung Pendingin
Palung pendingin (crystallizer) berfungsi untuk menampung
masakan sebelum diputar dan tempat berlangsungnya proses
kristalisasi lanjut. Dalam palung pendingin masakan diturunkan
suhunya dari +65 0C sampai + 40 0C.
Ada beberapa tipa palung pendingin, yaitu tipe pendingin
udara, pendingin air, kontinu, dan palung pendingin tegak.
Deskripsi dari tiap tipe seperti pada gambar dibawah ini :
b. Proses Pengemasan
Gula dari putaran SHS dirturunkan ke talang goyang kemudian
naik ke elevator 1 melewati talang goyang. Selanjutnya ke evaluator II
kemudian ke sillo melalui saringan 8 mesh dan 23 mesh. Pada talang
goyag dipasang saringan gula untuk memisahkan gula kasar, gula halus
dan gula produk. Gula yang telah dikeringkan dibawa ketalang goyang
berikutnya yang dilengkapi saringan 8 mesh. Gula kasar akan
tertinggal dan akan berkumpul disebuah karung yang sudah disediakan
lalu dihaluskan kembali di st putaran.
Gula yang lolos dari saringan tadi (gula halus dan gula produk)
dibawa ke talang goyang berikutnya yang juga dilengkapi dengan
saringan 23 mesh dan dikemas. Sedangkan gula kasar yang tertahan
disaring ini akan dilebur kembali ke st. putaran. Gula halus dan gula
krikilan ditampung dikarung untuk sementara, kemudian dilebur lagi
pada Low Grade.
Gula SHS atau gula yang diproduksi dikemas dalam karung yang
berat 50 kg. kemudan ditimbang agar mendapatkan berat yang telah
ditentukan. Gula yang telah dikemas akan disimpan di gudang dan
selanjutnya didistribusikan ke daerah-daerah yang ditentukan.
Air konden adalah air pengisi ketel, yakni air konensasi dari proses
pemanasan di JH, BP, VP yang dikumpulkan menjadi satu umtuk air
pengisi ketel atau boiler dan air proses. .
Untuk mengetahui air condent mengandung gula atau tidak yaitu
dilakukan analisa skarbloom dengan cara menambahkan larutan kimia :
1. NAPTOL
2. ALKOHOL
Sebelum masuk keketel , air terlebih dahulu ditanpung di daerator (
pemanas ) sehingga suhunya mencapai 90o C – 95o C , sehingga bila
dimasukkan kedalam ketel akan cepat menguap dengan bantuan pompa –
pompa.
Jurusan Kimia Industri Page55
SMK Negeri 1 Mojoanyar Laporan Praktek Kerja Industri
Mojokerto di PTPN X PG TOELANGAN
13. Pompa air pengisi : berfungsi memompa air dari tangki penampung
ketel yang sudah dipanaskan kurang lebih 90o C dialirkan menuju
ketangki ketel (water drum).
14. IDF (Induction Draf Fan) Blower berfungsi untuk menarik gas asap
dari ruang bakar keluar kecerobong sehingga ruang bakar sirkulasi
udara dapat berjalan dengan lancar,sehingga menghasilkan
pembakaran dalam dapur dapat sempurna.
15. Cerobong : berfungsi untuk sebagai tarikan alam dan dibantu oleh
blower (IDF) untuk saluran pembuangan gas asap.
16. Man valve steam/afsliter induk uap : kalau ketel tekanan dan
suhunyaa sudah cukup yang dikehendaki untuk membuka dan
menutup aliran uap.
17. Manhole (lubang laluan orang) : berfungsi sebagai pintu
keluar/masuknya orang pada saat pembersihan dan perbaikan pipa
ketel .
18. Roster Plate ; berfungsi untuk penahan ampas yang ada dalam dapur
ketel supaya bisa terbakar secara sempurna .
19. Roster Beer : sebagai tenpat untuk kedudukan roster plate .
20. Damper : berfungsi untuk mengatur isapan udara dari IDF, menuju
kecerobong agar pembakaran dalam ketel dapat sempurna dan
tekanan uap bisa stabil.
21. Pintu dapur halus : berfungsi untuk mengeluarkan abu halus.
22. Pintu dapur bawah : berfungsi untuk mengeluarkan abu sisa
pembakaran serta untuk perbaikan system pembakaran (abu kasar)
23. Bagase carier cakar ampas : untuk transportasi ampas dari stasiun
gilingan menuju stasiun ketel dan untuk membagi ampas ke masing-
masing mulut ketel /dapur ketel.
24. Ruang bakar / dapur : untuk tempat pembakaran bahan bakar yang
akan dibakar untuk pemanas ketel.
16. Demin Plan : Air jernih yang bebas dari zat-zat kimia (murni).
17. Pipe : Pipa yang ada di luar ketel.
18. Tube : Pipa yang ada di dalam ketel.
Spesifikasi Ketel Boiler:
1. Tekanan Kerja : 6-12 kg/cm2(yang dipakai 8 kg/cm2)
2. Kapasitas : 3-5 ton capacity 1 jam.
3. Luas Panas : 250-300m2
4. Luas Pangka Bakar : ± 2,5 x 6,5 L (meter).
5. Bahan Bakar : Bagasse ( ampas tebu).
Hal-hal Penting Tentang Ketel :
A. Nilai standart air pengisi ketel :
1. PH (25°C) : 7-11.
2. Total hardness : dibawa 2 ppm,.
3. Oksigen Terlarut (O2) : dibawa 0,5 ppm.
4. Lemak gula : 0.
5. Temperatur Air Pengisi Ketel ( APK ) : diantara 80-95°C.
B. Nilai Standart Air Ketel:
1. PH (25°C) : 10-11.
2. TDS : Dibawah 3000 ppm.
3. Lemak/Gula : 0.
Trouble Sutting
1. Tekanan Uap Turun
~ Penyebab :
1. Ampas Basah
2. Air pengisi Ketel tercenar zat terlarut (nira)
3. Panas/suhu APK (air pengisi ketel) rendah.
~ Cara Menangani :
1. Kurangi air imbibisi supaya proses perah distasiun gilingan
lebih sempurna.
2. Pemberian Soda Ash/coustic untuk menaikkan pH dan lakukan
blowdown
Pengoperasian Ketel
1.Persiapan
a. Ketel setelah diisi air sampai batas normal secara pelan-pelan,
sambil menjalankan idf.
b. Bukaan damper diatur sedemikian rupa agar nyala api dalam
dapur tidak terlalu besar.
c. Kran coba dibuka untuk pengeluaran udara.
d. Setelah uap keluar dari kran coba api dibesarkan.
e. Setelah manometer mulai menunjuk tekanan, kran coba ditutup,
api terus dibesarkan, bukaan damper ditambah.
f. Setelah tekanan kerja tercapai, kran uap induk dibuka pelan-pelan
untuk pembuangan air embun dan penyaluran uap ke dalam pipa
uap.
2. Operasi dan Pemeliharaan Ketel Dalam Masa Giling
Hal-hal yang perlu diamati dan dikendalikan selama ketel beroperasi
adalah :
a. Tekanan uap harus dijaga pada tingkat tekanan kerja uap. Apabila
terjadi kelebihan tekanan, api dikecilkan.
b. Permukaanair ketel, harus dijaga pada batas normal.
c. Kondisi pembakaran harus dijaga pada kondisi pembakaran yang
sempurna. Apabila asap berwarna hitam berarti kekurangan udara
bakar. Bila ampas kurang kering, oporan dinyalakan. Temperatur
gas asap dijaga sekitar 1800 – 2200c.
d. Kualitas air pengisi dan air ketel dijaga agar selalu berada dalam
kondisi memenuhi persyaratan tentang : PH, TDS kadar gula.
Temperatur air pengisi diusahakan lebih dari 950c.
PH air pengisi : >9
PH air ketel : 9 – 10,5
TDS : max 3000 ppm
2.5 LABORATORIUM
Perhitungan Rendemen :
Pol dalam ampas normal=2% dengan kadar zat kering 50%.kadar zat
kering yang kurang dari 50% berarti ampas tersebut basah.
Prosedur:
a. Menimbang 1 kg ampas
b. Mengeringkanya selama 1 jam pada suhu 100-105˚C
c. Setelah 1 jam dilakukan penimbangan terhadap berat keringnya
𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑠𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑠
d. % zat kering = x
1000 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑠
100%
Prosedur:
1) Masakan A, C, dan D.
2) Klare SHS, dan D
3) Babonan C dan D
4) Stroop A dan C
1. Analisa masakan A
Mengambil sampel sebanyak 300 gram, kemudian menambahkan air
sampai berat total 1500 gram. Kemudian dianalisis %Brix, %Pol,
dan HK.
Prosedur :
4) Analisa Dekstran
- Nira Perahan Pertama (NPP)
- Nira Mentah (NM)
- Nira Encer (NE)
a. Disaring 60 ml dimasukan gelas ukur 100 ml
b. Di tambah 2 tetes Enzim Termanil
c. Di panaskan dalam waterbath suhu 60˚C selama 1 jam, setiap
15 menit dikocok-kocok
d. Di dinginkan dibawah pancuran air
e. Di tambahkan resin 1 sendok the 2 gram, kemudian dikocok
10 menit
f. Kotoran larutan disaring dengan penyaring teh
g. Di ambil 50 ml nira telah disaring
h. Dimasukan beaker glass 120 ml
i. Ditambah 10 ml TCA 10%
j. Ditambah 1 sendok krasegurh
k. Disaring dengan kertas saring
- Fitrat dengan whatman
- Diambil 6 ml
- Dimasukan labu ukur 25 ml
l. Buat 2 sampel, masing-masing sampel :
- Ditambah (+) aquades sampai garis batas
- Ditambah (+) ethanol sampai garis batas
m. Di diamkan 10 menit
n. Di spectrometer :
- Yang berisi aquades sebagai standart
- Yang berisi etanol sebagai angka utama
- Dengan menggunakan Skala 720 nm
5) Analisa TSAS
Nira Mentah (NM)
a. Ditimbang 8 gram
b. Dimasukan dalam labu ukur 100 ml
c. Diberi aquades sampai garis batas
d. Larutan diambil 20 ml, dimasukan dalam labu ukur
e. AGA 40 ml
f. Ditambah HCL 1:1= 4ml
g. Dipanaskan dalam waterbath suhu 60˚Cselama 15
menit, digoyang tiap 3 menit
h. Larutan didinginkan suhu ruang
i. Ditambahkan 1,6 ml larutan EDTA 4%
j. Ditambahkan larutan sebagai penetral
PP = ± 1,6 ml
NaOH = 15 ml + beberapa tetes
k. Penetralan dilakukan sampai terlihat warna merah
pertama
l. Ditambah aquades sampai garis batas
m. Kocok, masukan buret penuh digunakan sebagai titran
n. Titrasi dengan fehling I +II (5 ml) dipanaskan,
kemudian ditambah mathelin blue (MB).
6) Analisis Turbidity
Dilakukan untuk menentukan kekeruhan nira encer
dengan spectrophotometer yang mempunyai panjang
gelombang 900 Nm (infra merah). Prosedurnya yaitu :
(𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖)𝑥 100.000
𝑏𝑟𝑖𝑥 𝑥 1,2 𝑥 𝑏𝑗
8) Analisa Sacharosa
a. Ambil sampel NPP, NM, NE sebanyak 100 mL
b. Masukkan dalam labu ukur 100 mL
c. Tambahkan form A + form B sebanyak masing-masing 5
mL
d. Kocok kemudian saring dengan whatman
e. Filtrate asukkan kedalam alat sacharimeter untuk
mengetahui kadar suchrosanya.
3. Limbah gas
Limbah gas berupa sisa reaksi pembakaran SO2/CO2, yang
dibuang ke udara melalui cerobong. Limbah gas ini berasal dari
pembakaran yang dihasilkan dari ketel yang kemudian dilewatkan
melalui wet scrubber yaitu dengan menyemprotkan air pada gas
hasil pembakaran agar abu atau partikulat lainnya tidak terikut
sehingga tidak mencemari udara. Abu yang berasal dari dust
collector akan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan,
dan air nya akan dialirkan ke kolam limbah.
2.6.2 Limbah Dari Proses Pembakaran di Ketel
Limbah yang dihasilkan jika dilihat dengan kasat mata sekilas
hanya mengandung air dengan campuran debu.Namun jika diuji di
laboratorium ternyata mengandung zat berpolutan (B3),diantaranya :
a.Soda
b. Kapur
c.Belerang
d.Minyak
Suhu limbah tersebut sekitar 30-40°C dan nantinya akan
didinginkan maksimal 30°C.
Proses Netralisasi
Air limbah dari ketel mengalir melalui selokan, kemudian disaring
beberapa kali hingga lebih jernih.Selanjutnya,dialirkan ke kolam 1
melalui pipa,mengalir ke kolam 2.Di kolam 2 terdapat 4 buah Airator
yang fungsinya memberikan oksigen agar zat yang terkandung dalam
limbah dapat mengendap.Selanjutnya ke kolam 3 dan 4, pada kolam
ini ditambahkan atau diberi ikan-ikan kecil, sebagai bahan percobaan
apakah air yang sudah dinetralkan, benar-benar bersih dari zat B3 atau
belum.
Jika ikan mati,maka air tersebut akan dinetralkan kembali.Tetapi jika
ikan tidak mati, maka air tersebut dapat dialirkan ke sungai-sungai
warga sekitar untuk digunakan sebagai irigasi.
5.) Unigrator
Alat ini berfungsi memukul dan menghancurkan batang tebu
menjadi bagian-bagian yang kecil-kecil dan halus.
Cara kerja alat ini adalah pisau pada unigrator terbagi menjadi
empat deret selang-seling dan saling tegak lurus, dimana pada tiap
ujung lini kanan pisau terdapat hammer sehingga pada saat bekerja
unigrator memecah tebu dalam waktu bersamaan.Rumah unigrator
dibuat sedemikian rupa sehingga tebu yang pertama harus dipotong-
potong dengan pisau dan pada saat yang sama tebu yang telah
dipotong-potong tersebut dipukul oleh hammer dengan anvil yang
terdapat pada bagian bawah rumah unigrator.(lihat lampiran ke-9)
yang jatuh melalui pipa air jatuhan sampai vaccum sekitar 62-65 cmHg,
menjalankan pompa kondensat dan pompa nira kental. Valve uap bekas
ke BP I dibuka perlahan-lahan untuk memanasi pipa pemanas,
selanjutnya valve nira encer dibuka, nira encer yang masuk BP I
mencapai level 1/3 panjang pipa, valve pengeluaran nira dibuka perlahan-
lahan, sehingga nira mengalir ke badan berikutnya.
Setelah aliran nira mencapai badan akhir, diamati tekanan
vaccumnya bila angkanya stabil berati pemanasan uap dan nira encer
sudah seimbang.(lihat lampiran ke-20).
2.) Elevator
Alat ini berfungsi memindahkan gula dari talang goyang
sebelumnya menuju ke talang goyang sesudahnya.
Cara kerja elevator gula yang berasal dari talang goyang akan
dipindahkan masuk menuju bucket elevator melalui lubang
pemasukan gula, untuk selanjutnya akan diterima oleh timba-timba
yang bergerak dari bawah ke atas.Timba-timba yang telah terisi gula
naik ke atas, sesaat setelah melewati bagian puncak, posisi timba
secara perlahan-lahan akan berbalik arah sehingga secara otomatis
gula akan terlempar keluar menuju talang goyang berikutnya.
Demikian seterusnya, timba-timba akan bergerak lagi ke bawah
sehingga pada saat di bagian paling bawah posisi timba akan kembali
seperti semula dan siap untuk mengangkat gula.(lihat lampiran ke-27)
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Waktu
Adapun waktu untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X P.G TOELANGAN adalah mulai
dari tanggal 22 September s/d 22 November 2014. Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN) di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X P.G TOELANGAN
dimulai dari pukul 06.30 WIB – 15.00 WIB yang diselingi jam istirahat pukul
11.30 WIB – 12.30 WIB, yang dilaksanakan pada hari senin s/d kamis. Pada
hari jum’at dimulai pada pukul 06.30 WIB – 11.00 WIB, dan pada hari sabtu
dimulai dari pukul 06.30 WIB – 11.30 WIB
3.2 Tempat
Tempat yang dipergunakan untuk pelaksanaan Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN) adalah di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X P.G
TOELANGAN. Lokasi tepatnya berada di Ds. Tulangan Kec. Tulangan Kab.
Sidoarjo.
H2SO3 2H + SO3
4) Pembukaan uap
- ± 50% uap pemanas (Ube)
5) Pengentalan bahan dasar
- Bahan dasar nira kental diuapkan sampai ke daerah jenuh.
6) Pemasukan bibitan
- Dimasukkan bibitan/ditarik babonan ± 20 Hl atau 10% dari
volume masakan.
7) Pengamatan kristal
- Kita amati bahan dasar nira kental dengan baobnan yagn masuk
pada masakan supaya ada keseimbangan jarak antara larutan nira
kental dengan Kristal babonan. Apabila terlalu jarang
mengakibatkan terjadi timbulnya kristal palsu.
8) Pembesaran kristal
- Tarik nira kental secukupnya, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
renggang sampai Kristal ukuran 0,9 – 1,1 mm
9) Menurunkan masakan
- Apabila Kristal cukup ukuran dasar induk tipis terhindar dari
kristal palsu, masakan siap diturunkan.
Boiler terdiri dari tiga tipe, yaitu pipa air, pipa api, dan
kombinasi pipa air dan pipa api. Di Pabrik Gula Kremboong
menggunakan ketel tipe pipa air, yang dimaksud dengan ketel pipa
air adalah ketel tersebut mempunyai pipa-pipa yang di dalamnya
dilalui air dari kondensat, sedangkan di luarnya terdapat api yang
berfungsi memanaskan pipa tersebut, kemudian menghasilkan uap.
Ketel menggunakan bahan bakar berupa ampas, dengan tingkat
kekeringan ± 45%.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dengan selesainya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Praktik
Industri yang di mulai pada tanggal 22 September – 22 November 2014,
kiranya banyak sekali hal-hal penting bagi penyusun.
Dalam kaitannya pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau
Praktik Industri di PG.TOELANGAN – Sidoarjo. Tim penyusun dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
PG.TOELANGAN adalah sebuah pabrik yang memproduksi gula kristal
PG TOELANGAN mempunyai lokasi yang sangat strategis dengan
banyaknya lahan tebu disekitar pabrik yang dipakai untuk memproduksi
gula dengan kualitas yang bagus serta memadainya sarana untuk
transportasi pengangkutan tebu dan hasil produksi gula dan bahan
lainnya
Dilakukan proses pengujian laboratorium terhadap produk produk yang
dihasilkan untuk memudahkan pengendalian mutu produk secara
keseluruhan
Hasil produksi gula dari PG TOELANGAN telah memenuhi syarat
sebagai gula produksi
PG TOELANGAN mempunyai sistem pengolahan limbah yang cukup
bagus sehingga ramah lingkungan dan mampu menerapkan proses
produksi bersih.