Anda di halaman 1dari 48

MODUL MATERI TELUSUR

N STANDAR PERTANYAAN JAWABAN


O
PROGRAM NASIONAL (PROGNAS)
1 PROGNAS 1 Apakah di RS PKU Ya ada,
Muhammadiyah Bukti adanya pelayanan ponek 24 jam dengan SK tim ponek dan
Surakarta ada adanya jadwal jaga PPA di lingkup PONEK
pelayanan PONEK 24
jam dan apa buktinya?

2 Sebutkan ruang lingkup IGD, VK, ANISA , ICU, PICU, LABORATORIUM, IBS, RR DAN
PONEK POLIKLINIK

3 Sebutkan program kerja IMD, PMK, ASI EKSLUSIF, ROMING IN, AUDIT KEMATIAN
PONEK MATERNAL DAN NEONATAL, PELATIHAN KEGAWATAN
MATERNAL NEONATAL DI LINGKUP PONEK

4 Sebutkan indikator mutu 2 indikator utama yaitu


PONEK 1. angka keterlambatan sc emergency
2. angka keterlambatan pelayanan tranfusi darah untuk emergency
obstetri

5 indikator mutu PONEK


1. angka keberhasilan pelaksanaan IMD
2. angka keberhasilan pelaksanaan rawat gabung
3. angka keberhasilan pelaksanaan pemberian asi eksklusif
4. angka keberhasilan pelaksanaan pmk
5. terlaksananya kegiatan drilling di lingkup PONEK

5 Tunjukkan SK Tim Buka di DONITA cari SK TIM PONEK


PONEK
6 Sebutkan laporan ponek E-kohort untuk laporan Register ibu dan bayi
yang masuk sistem  ASIK untuk laporan imunisasi
online dengan kemenkes  SIHALO untuk laporan SHK
 SIGA untuk laporan KB
 MPDN untuk laporan kematian maternal dan neonatal

PROGNAS 2
7 Apakah yang anda
ketahui tentang klinik
dots? Klinik yang pelayanan khusus pasien TBC. Gedung A belakang
Dimana letak klinik farmasi
DOTS
8 Bagaimana alur
penerimaan pasien
suspec TB di IGD?
Harus kita skrining batuk dahulu, apabila ada gejala TB maka di
pojokkan.diberi masker, dan di tempatkan di ruang isolasi negatif.

9 Bagaimana bila di
temukan di ruang inap
pasien suspec TB hasil bila ada pasien dengan TCM positif di ruang umum, pasien
TCM positif? dipindahkan ke ruang isolasi

PROGNAS 3
10 Adakah tim yang Ada Tim yang menangani tentang HIV-AIDS di rumah sakit dengan
menangani kasus HIV- nama TIM HIV- AIDS.
AIDS Tim HIV-AIDS langsung dibawah Direktur dan diketuai oleh dokter
Spesialis Penyakit Dalam
Ketua : (dr. Iin Novita, Sp.PD)
Sekretaris : Rochimatun, AMK
11 Bagaimana tindakan jika Jika ditemukan pasien HIV-AIDS di poli rawat jalan maupun rawat
ditemukan kasus HIV- inap, perawat melaporkan ke DPJP, kemudian DPJP akan
AIDS mengadviskan untuk lapor konsul ke klinik VCT. Kemudian pasien
datang ke Klinik VCT atau konselor datang ke ruang rawat inap

12 Jenis pelayanan apa saja 1. Voluntary Counseling and Testing (VCT)


yang diberikan kepada 2. Care Support and Treatmen (CST )
pasien HIV –AIDS di RS 3. Preventive Mother to Child transmission (PMTCT)
PKU Muhammadiyah 4. IMS ( Infeksi Menular Seksual )
Surakarta 5. TB HIV
6. Tindakan operasi

13 Apakah perlu ada Tidak setuju/tidak perlu


regulasi terkait
penandaan pasien HIV
pada ruangan pasien
dengan tanda khusus
sebagai pasien yang bisa
menularkan penyakit
infeksius?

14 Jika pasien HIV/AIDS Ruang Isolasi Tekanan Positif bila ada Infeksi oportunitis
memerlukan rawat inap,
dimanakah ruang
penempatannya

PROGNAS 4
15 Siapa saja yang terlibat dokter anak, ahli gizi, bidan, perawat ruang anak, perawat perinatologi,
dalam Tim Stunting perawat poli anak, humas, dan apoteker.
Wasting?
16 Apa kriteria pasien anak Anak usia 0 - 5 tahun yang panjang badan atau tinggi badan menurut
dinyatakan Stunting? usia kurang dari -2 SD kurva WHO, disertai adanya malnutrisi dan
komplikasi medis

17 Bagaimana tatalaksana Balita yang terdeteksi stunting dilaporkan ke DPJP untuk tatalaksana
stunting di RS PKU medis, dan dilakukan aktivasi ahli gizi untuk tatalaksana diet dan
Muhammadiyah pelaporan ke Dinas Kesehatan
Surakarta?
18 Apakah ada program
untuk pencegahan Ada, meliputi kegiatan ANC ibu hamil, promosi IMD dan ASI
stunting dari RS PKU Eksklusif, pemantauan tumbuh kembang, serta klinik konsultasi gizi
Muhammadiyah
Surakarta?
PROGNAS 5
19 Adakah pelayanan KB di Ada
RS PKU muh ska Buktinya.adanya pelayanan KB pasca salin dan pasca keguguran baik
dipolkilinik,kamar bersalin dan kamar operasi dengan adanya SK tim
pkbrs dan adanya dokter obsgyn ,bidan yg sudah bersertipikat yg
memberi pelayanan

20 Adakah bukti pelayanan Ada


KB dan evaluasi Bukti ada pelaporan SIGA

21 Apakah tersedia lengkap Ada. tersedia lengkap


alat kontrasepsi untuk Adanya inventaris yang ada di poliklinik obsgyn
pelayanan KB MKJP
(Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang)
( IUD,implant)

22 Apakah ada layanan Ada


konseling KB dan alat Buktinya tertuang di ERM hasil edukasi .
penunjang pelayanan? Tersedianya abpk dan roda klop di setiap poliklinik obsgyn
23 Adakah SOP pelayanan Ada
KB Bukti lihat di DONITA

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)

24 Apakah yang dimaksud Pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada
dengan pelayanan berbagai unit kerja sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit.
seragam Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit
menyediakan tingkat mutu asuhan yang sama setiap dalam seminggu
dan pada setiap shift.
Asuhan pasien yang seragam tercermin dalan hal – hal berikut :
a. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung
pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembayaran;
b. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan
oleh PPA yang kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu
7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam;
c. Kondisi pasien memnentukan sumber daya yang akan dialokasikan
untuk memenuhi kebutuhannya;
d. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua
unit pelayanan di rumah sakit;
e. Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang asama akan
menerima tingkat asuhan keperawatan yang sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;

25 Apakah yang dimaksud Pelayanan dan asuhan yang terintegrasi merupakan proses pelayanan
dengan proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA dan
dan asuhan yang berbagai unit pelayanan.
terintegrasi Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan
mencakup beberapa elemen:
 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan
klinis/ketua Tim PPA (Clinical Leader);
 Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin
dengan kolaborasi interprofesional, menggunakan Panduan Praktik
Klinis (PPK), alur klinis/Clinical Pathway (CP) terintegrasi,
algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT);
 Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga
kesinambungan pelayanan;
 Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan
bersama PPA harus memastikan :
a. Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien
yang unik berdasar atas hasil pengkajian;
b. Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
c. Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
d. d. Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan
respos pasien.
e.
26 Bagaimana tata cara  Rumah sakit menetapkan tata cara pemberian instruksi yaitu hanya
pemberian instruksi ? diberikan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten
dan berwenang dalam mekanisme komunikasi efektif;
 Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai
instruksi serta hasilnya didokumentasikan dalam elektro rekam
medis;
 Permintaan pemeriksaan laboratorium (termasuk pemeriksaan
patologi anatomi) dan diagnostik imajing tertentu harus disertai
indikasi klinik;
 Permintaan untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
imaging harus disertai ringkasan klinis apabila meminta hasilnya
berupa interpretasi;
 Instruksi harus tersedia dan mudah diakses sehingga dapat
ditindaklanjuti tepat waktu dengan cara menuliskan CPPT dan
didokumentasikan dalam elektronik rekam medis.
 Instruksi harus jelas kapan instruksi harus dilakukan dan siapa yang
akan melakukan instruksi tersebut.
 Pasien rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik/berisiko,
termasuk pasien yang dirujuk dari luar, juga harus dilakukan
pengkajian serta pencatatan dalam elektro rekam medis.

27 Bagaimana tata cara Pada saat ada pemeriksaan laboratorium dan diagnostik imaging harus
pendokumentasian disertai indikasi klinis (alasan dilakukan prosedur dalam ERM).
instruksi dalam rekam Misalnya : ada pengantar cek Hb yang dituliskan dalam ERM.
medis Instruksi pemeriksaan ada di CPPT atau asesmen medis. Kenapa
dilakukan cek Hb?

28 Apakah yang dimaksud  Pelayanan pada pasien risiko tinggi membutuhkan prosedur,
dengan Pelayanan Pasien PPK (Panduan Praktik Klinis), CP (Clinical Pathway ) dan
Risiko Tinggi dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA memberikan
Penyediaan Pelayanan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh, kompeten dan
Risiko Tinggi seragam.
Pelayanan pada pasien risiko tinggi berdasarkan populasi meliputi
: pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri.

 Penyediaan pelayanan risiko tinggi sesuai kemampuan, sumber


daya dan sarana prasarana yang meliputi :
a. Pasien emergensi
b. Pasien koma
c. Pasien dengan restrain
d. Pasien dengan alat bantuan hidup
e. Pasien risiko tinggi lainnya ( pasien dengan penyakit jantung,
HT, stroke dan diabetes)
f. Pasien dengan risiko bunuh diri
g. Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menyebabkan KLB
h. Pelayanan pada pasien dengan immunosuppresed
i. Pelayanan pada pasien dengan HD
j. Pelayanan pada pasien dengan kemoterapi
k. Pelayanan pasien paliatif
l. Pelayanan pasien dengan pelayanan radiologi intervensi
(cathlab)
m. Pelayanan pasien anak – anak, geriatri, dan pasien berisko
tindak kekerasan

29 Jelaskan  Rencana asuhan perawatan pasien;


penatalaksanaan  Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA
pelayanan pasien risiko secara efektif;
tinggi dan pelayanan  Pemberian Informed Consent (IC) jika diperlukan;
tinggi di rumah sakit  Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan;
 Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan;
dan
 Ketersediaan dan penggunaan peralatan medis khusus untuk
pemberian pelayanan

30 Apakah yang dimaksud  Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas;
pelayanan geriatri di
 Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari
rumah sakit? aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia termasuk
pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua
aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi
 Pasien Geriatri Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
adalah pasien lanjut usia ≥ 70 tahun dengan penyakit dan/gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta terpadu
dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin

31 Jelaskan tentang Tim Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim multidisiplin yang bekerja
Terpadu Geriatri secara interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan Lanjut Usia
dengan prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan
mendekatkan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
 Ketua Tim Terpadu Geriatri : Dr. Retno Suryaningsih, Sp.PD, KGH
 Sekretaris : Christina Dewi, S.Kep,Ns

32 Jelaskan Pelayanan EWS hanya dilakukan di rawat inap saja. Ruang intensive sebagai
EWS (Early Warning evaluasi pelaksanaan EWS di rawat inap
System)
Regulasi RS
 Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi
pasien yang memburuk (EWS) dan mendokumentasikannya dalam
rekam medis
 Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
dilakukan penghitungan skor EWS;
 Seluruh petugas primer harus terlatih untuk mengenali penurunan
kondisi pasien dan melakukan monitoring secara rutin terhadap
parameter klinis pasien, termasuk memberikan edukasi kepada
pasien dan atau keluarga pasien cara meminta bantuan petugas
apabila terjadi penurunan kondisi.

Pelayanan EWS
 Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat yang
dikembangkan untuk memprediksi penurunan kondisi pasien
yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah,
nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan lain-lain.
 Prinsip Early Warning System (EWS) adalah membawa sistem
ICU ke luar ICU dengan harapan pasien-pasien di luar ICU
yang dalam keadaan menurun kondisi umumnya tidak
terlambat dalam penanganannya, sehingga menurunkan angka
kecacatan, kematian, dan menekan biaya.
 EWS terdiri dari 3 (tiga) :
a. Early Warning Scoring System (Dewasa)
b. Early Warning Scoring System (Anak)
c. Early Warning Scoring System (Obstetric)
Alur pelaksanaan Early Warning System (EWS)
1. Pada setiap pasien yang dirawat di bangsal perawatan dilakukan
monitoring secara berkala (termasuk 7 parameter klinis pada
pasien dewasa yaitu laju pernapasan, saturasi oksigen, penggunaan
supplemental O2, tekanan darah sistolik, temperatur, laju jantung
dan kesadaran) dengan mengisi form penilaian early warning
system sesuai kategori pasien.
2. Lembar form penilaian monitoring juga harus diisi saat ada
keluhan pasien/laporan keluarga pasien terkait kemungkinan
adanya penurunan atau perubahan kondisi pada pasien.
3. Pada pasien yang stabil dibangsal (parameter hijau (skor 0 atau 0-2
untuk anak)), maka monitoring dan evaluasi dilakukan secara
berkala setiap 8 jam, adanya perubahan parameter fisiologis dan
keluhan pasien akan selalu dimonitor dan dievaluasi.
4. Apabila pasien dikategorikan risiko rendah dengan skor 1-4 (3-4
untuk anak), maka respon selanjutnya adalah asesmen segera oleh
perawat senior/ka shift (response time maksimal 5 menit), eskalasi
monitoring per 4-6 jam dan eskalasi perawatan (manajemen nyeri,
demam, terapi oksigen, dll), jika diperlukan asesmen oleh Dokter
jaga dan lapor serta konsultasikan ke Dokter penanggung jawab
pasien (DPJP).

5 Apabila skor 5-6 atau skor 3 pada satu parameter pada pasien
dewasa/obstetrik (risiko sedang), maka respon selanjutnya adalah
asesmen segera oleh dokter jaga bangsal dengan respon time
maksimal 10 menit. Eskalasi perawatan dan terapi dan tingkatkan
frekuensi monitoring minimal setiap 1 jam. Lapor dan
konsultasikan ke DPJP (pindahkan ke area yang sesuai/area dengan
fasilitas bed side monitor (HCU) atau level diatasnya (Unit Rawat
Intensif).
6. Apabila skor 7 atau lebih ( anak ≥ 5 atau skor 3 pada satu
parameter) (risiko tinggi), maka respon selanjutnya adalah
resusitasi dan monitoring secara kontinyu. Aktivasi tim medis
emergensi (Dokter Jaga Bangsal) dan panggil segera bantuan
perawat senior. Ambil troli emergensi dan jika waktu telah
memungkinkan lapor dan konsultasikan ke dokter penanggung
jawab pasien (DPJP).

7. Apabila pasien mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba),


lakukan RJP (resusitasi jantung paru) dengan high quality, ambil
troli emergensi termasuk defibrilator. Panggil/aktivasi Sistem Kode
Biru Rumah Sakit (respon time maksimal 5 menit).

8. Manajemen paska resusitasi, tentukan level of care (LOC) pasien,


kemudian transport ke area yang sesuai:
 Pasien dengan LOC (0), yaitu pasien dengan kondisi stabil
dilakukan perawatan di bangsal umum.
 Pasien dengan LOC (1), yaitu pasien dengan potensial
penurunan kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan
perawatan di bangsal umum dengan pengawasan khusus.
 Pasien dengan LOC (2), yaitu pasien yang memerlukan
observasi ketat dan intervensi termasuk support untuk single
organ dilakukan perawatan di area dengan monitor yang sesuai
atau perawatan High Care.
 Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan
lanjut atau support pernapasan dasar dengan sekurang-
kurangnya support 2 sistem organ lainnya dilakukan perawatan
di bangsal perawatan intensif.
 Pasien dengan problem stadium terminal/DNR dilakukan
perawatan lanjutan sesuai SPO pasien paliatif atau sesuai
instruksi DPJP.
33 Jelaskan Pelayanan Regulasi pelayanan resusitasi di RS PKU Surakarta :
Resusitasi di Rumah  Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit;
Sakit PKU  Pelayanan resusitasi tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap
Muhammadiyah hari di seluruh area rumah sakit;
Surakarta  Peralatan medis untuk resusitasi dan obat untuk bantuan hidup
dasar terstandar sesuai dengan kebutuhan populasi pasien.

Sistem aktivasi kode biru perlu dibuat di suatu rumah sakit sebagai
bentuk pengaktivasian sistem emergensi terhadap tim resusitasi untuk
sesegera mungkin menolong atau memberi bantuan terhadap
pasien/korban yang mengalami henti jantung dan atau henti nafas di
area rumah sakit.

34 Jelaskan alur pasien Instruksi transfusi diberikan oleh DPJP dan dituliskan dalam CPPT
dan atau asesmen medis. Selanjutnya dilakukan :
yang mendapatkan
 IC Transfusi Darah
transfusi  Membuat pengantar E – Lab permintaan darah lengkap dengan
golongan darah .
 PROL membawa sampel darah ke laborat
 PROL melakukan serah terima dengan petugas laboratorium
 Setelah darah selesai diproses di laboratorium, petugas laborat
menghubungi PROL
 Pelaksanaan serah terima darah petugas laboratorium dengan
PROL
 PROL menyerahkan darah kepada petugas ruangan
 Perawat mencocokkan darah transfusi dengan SPDT

35 Jelaskan prosedur Sebelum darah dimasukkan ke pasien maka harus dilakukan


beberapa prosedur terdiri :
pemasangan darah
 Perawat memastikan instruksi DPJP waktu pemberian darah
transfusi di CPPT/asesmen medis
transfusi  Pastikan infus sudah terpasang transfusi set
 Lakukan pengukuran vital sign (TTV)
 Apabila TTV normal, lanjutkan netralisir dengan Na Cl
 Lakukan Dobel Chek dengan Petugas lain dan dokumentasikan
di ERM
 Lakukan identifikasi pasien sebelum memasang darah transfusi
 Lakukan monitoring transfusi dan dokumentasikan dalam ERM.

36 Apakah semua pasien Ya.


dilakukan skrining  Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining terhadap
nyeri dan jika ada nyeri dilakukan asesmen nyeri dan jika ada
nyeri? nyeri dilakukan asesmen.
 Apabila diidentifikasi ada rasa nyeri pada asesmen awal, lakukan
asesmen lebih mendalam, sesuai dengan umur pasien, dan
pengukuran intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter,
kekerapan/frekuensi, lokasi dan lamanya;
 Asesmen dicatat sedemikian sehingga memfasilitasi asesmen
ulangan yang teratur dan tindak lanjut sesuai kriteria yang
dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien

37 Sebutkan dan jelaskan Pengukuran nyeri dilakukan sesuai dengan umur dan kondisi pasien,
terdiri atas :
alat pengukur nyeri
1. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) (0 hari – 28 hari);
2. FLACC Behavioral Pain Scale (29 hari – 3 tahun) dan pasien
dengan gangguan kognitif;
3. Wong Baker Faces Pain Scale (usia > 3 tahun – 9 tahun);
4. Numeric Scale (usia > 9 tahun);
5. CPOT digunakan untuk pasien tidak sadar tanpa sedasi;
6. PAINAD untuk pasien demensia;
7. Ramsay untuk melihat efek dari pemberian sedasi;
38 Sebutkan dan jelaskan Kategori nyeri ada 4 (empat) :
 Nilai 0 – 0 tidak merasa nyeri;
kategori nyeri
 Nilai 1 – 3 termasuk nyeri ringan;
 Nilai 4 – 6 termasuk nyeri sedang;
 Nilai 7 – 10 termasuk nyeri berat.

39 Jelaskan tatalaksana 1. Yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan nyeri


berdasarkan asesmen dan diagnosis terhadap pasien adalah Dokter
pasien nyeri di RS PKU
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Utama;
Muhammadiyah 2. Pada kondisi akut, dokter bangsal dapat melakukan pengelolaan
nyeri untuk mengatasi kegawatdaruratan;
Surakarta
3. Hasil pengelolaan nyeri dilaporkan kepada DPJP;
4. Apabila setelah dilakukan pengelolaan regimen nyeri oleh DPJP
tetapi skala nyeri masih diatas 7, perawat atau bidan dapat
mengusulkan kepada DPJP untuk mengkonsultasikan kepada Tim
Nyeri Rumah Sakit.;
5. Apabila DPJP menyetujui, petugas melaporkan kepada Tim Nyeri
Rumah Sakit;
6. Hasil konsultasi dari Tim Nyeri Rumah Sakit (terapi) dilakukan
monitoring dan evaluasi oleh perawat atau bidan ruangan sesuai
dengan ketentuan disertai dengan gejala klinis pasien dan keluhan
yang dirasakan oleh pasien;
7. Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan kepada Tim Nyeri
(sesuai dokter yang memberikan terapi).
8. Petugas ruangan melaporkan advis post terapi dari Tim Nyeri
Rumah Sakit kepada DPJP;

40 Kapan dilakukan 1. Pasien dilakukan asesmen ulang nyeri setelah diberikan terapi obat
analgetik dan tindakan non farmakologi :
asesmen ulang nyeri
a. Obat injeksi 30 menit
b. Obat oral 60 menit
c. Obat intra lumbal 15 menit
d. 15 menit setelah pemberian terapi non farmakologi.
2. Hasil monitoring nyeri didokumentasikan dalam rekam medis;

41 Bagaimana Anda Manajemen nyeri merupakan edukasi wajib yang dilakukan petugas
pada pasien dengan menggunakan leflet manajemen nyeri.
melakukan edukasi nyeri
.
42 Apakah semua pasien Ya
 Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir
yang mengalami
kehidupan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga,
perburukan kondisi mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta
mendokumentasikan dalam rekam medis;
harus dilakukan skrining
 Asuhan pasien menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap
akhir hayat/terminal kebutuhan psikososial, emosional, kultural dan spiritual pasien dan
keluarganya;
 Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien
masuk dalam fase menjelang ajal;
 Skrining pasien menjelang akhir hayat (terminal) didahului dengan
perburukan kondisi dilakukan oleh DPJP dan atau dokter bangsal:
 Pengkajian pasien menjelang akhir hayat (terminal) oleh DPJP dan
atau dokter bangsal;
 Selanjutnya PPA melakukan pengkajian akhir hayat yang bersifat
individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
keluarganya;
 Pasien menjelang akhir hayat (terminal) membutuhkan asuhan
dengan rasa hormat dan empati yang terungkap dalam
pengkajian;

43 Siapakah yang Siapakah yang melakukan asesmen nutrisi?


melakukan asesmen - Asesmen awal dilakukan oleh perawat, jika ditemukan resiko
nutrisi? malnutrisi, akan dilaporkan kepada DPJP untuk dapat dilakukan
asesmen lanjut oleh ahli gizi
44 Kapan dilakukan - Edukasi gizi dilakukan setiap hari kepada pasien yang baru masuk
edukasi gizi? Bagaimana ranap
dan apa yang - Materi yang disampaikan mengenai pemberian makanan selama
disampaikan saat perawatan dan pembatasan diet pasien apabila ada diet khusus,
edukasi gizi serta risiko kontaminasi dan pembusukan makanan.
dilaksanakan? - (SPO Edukasi Gizi)
Apa bukti bahwa - Bukti dilakukan edukasi gizi yaitu dokumentasi lembar edukasi
edukasi gizi dilakukan? yang ditandatangani pasien dan/atau keluarga.

45 Bagaimana jika pasien - Saat kunjungan edukasi gizi, Ahli Gizi menjelaskan terkait diet
membawa makanan dari pasien saat dirawat. Apabila tidak ada diet khusus, pasien
luar? diperbolehkan membawa makanan dan dijelaskan terkait dengan
makanan yang boleh dan tidak boleh dibaswa, penyimpanan, dan
batas waktu simpannya.
Namun apabila pasien terdapat diet khusus, Ahli Gizi menjelaskan
terkait makan yang boleh dan tidak boleh, serta anjuran makan
makanan dari RS saja.

46 Terapi gizi terintegrasi - Terapi gizi meliputi Asesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi,
meliputi apa saja? Monitoring dan Evaluasi
Apakah ada monitoring - Monitoring dilakukan setiap reasesmen ulang, dan dicatat pada
terapi gizi pasien? dokumen e-rekam medis bagian CPPT dengan format SOAP,
Didokumentasikan DAN monitoring asupan harian pasien. Pada pasien intensif,
Dimana? monitoring dilakukan setiap hari.

47 Kapan dilakukan re- Asesmen ulang dilakukan sesuai dengan hasil asesmen awal. Apabila
asesmen atau asesmen berisiko malnutrisi berat, dilakukan setiap hari. Apabila resiko
ulang? malnutrisi sedang, dilakukan per 3 hari. Dan apabila tidak berisiko
malnutrisi, dilakukan tiap 7 hari apabila pasien masih rawat inap
48 Kapan dilakukan - Konseling gizi dilakukan setiap ada permintaan dari dokter
konseling gizi? dan/atau atas permintaan pasien sendiri (APS).
Kepada siapa konseling - Konseling gizi dilakukan kepada pasien baik yang sedang rawat
gizi dilakukan? inap maupun rawat jalan.

PENGKAJIAN PASIEN (PP)

49 Jelaskan Pelaksanaan Terdapat regulasi tentang pengkajian awal dan pengkajian ulang medis
Pengkajian awal dan di Unit Gawat Darurat, Rawat Inap dan Rawat Jalan
pengkajian ulang medis
dan keperawatan di unit Isi minimal pengkajian awal pasien meliputi :
gawat darurat, ranap dan a) Keluhan saat ini
rajal, meliputi point a-m b) Status fisik;
oleh PPA yang kompeten c) Psiko-sosio-spiritual;
d) Ekonomi;
e) Riwayat kesehatan pasien;
f) Riwayat alergi;
g) Riwayat penggunaan obat;
h) Pengkajian nyeri;
i) Risiko jatuh;
j) Pengkajian fungsional;
k) Risiko nutrisional;
l) Kebutuhan edukasi; dan
m) Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)
Dilakukan oleh PPA yang kompeten dibuktikan dengan STR, SPKK
dan RKK
Terdapat perencanaan pemulangan(P3), dilakukan sejak pengkajian
awal / pasien masuk rawat inap yang mencakup identifikasi kebutuhan
khusus dan rencana untuk memenuhi kebutuhan selama rawat inap

50 Jelaskan pelaksanaan Bukti rekam medis : bahwa pelaksanaan pengkajian awal medis dan
pengkajian awal medis keperawatan dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak pasien masuk
dan keperawatan rawat inap, atau lebih awal bila diperlukan dilakukan oleh dokter dan
dilaksanakan dalam perawat
kurun waktu 24 jam
pertama sejak pasien
masuk rawat inap atau
lebih awal bila
diperlukan sesuai
dengan kondisi pasien

51 Pengkajian awal medis Bukti di rekam medis bahwa Pengkajian awal medis menghasilkan
menghasilkan diagnosis diagnosis medis yang mencakup kondisi utama dan kondisi lainnya
medis yang mencakup yang membutuhkan tata laksana dan pemantauan.(form pengkajian
kondisi utama dan awal medis rawat inap / DPJP)
kondisi lainnya yang
membutuhkan tata
laksana dan pemantauan

52 Pengkajian awal Bukti rekam medis pengkajian awal keperawatan menghasilkan


keperawatan diagnosis keperawatan untuk menentukan kebutuhan asuhan
menghasilkan diagnosis keperawatan, intervensi atau pemantauan pasien yang spesifik
keperawatan untuk dirumuskan dari hasil pengkajian (Pengkajian awal keperawatan rawat
menentukan kebutuhan inap)
asuhan keperawatan,
intervensi atau
pemantauan pasien yg
spesifik
53 Pelaksanaan skinning ke Bukti rekam medis bahwa skrining pasien risiko nutrisi (sebagai
pasien tentang risiko bagian dari pengkajian awal). Untuk pasien dewasa menggunakan
nutrisi sebagai bagian MST untuk pasien anak menggunakan strongkidz
dari pengkajian awal

54 Pasien dengan risiko Apabila pasien terdeteksi ada risiko manlnutrisi sedang maupun berat
nutrisional dilanjutkan dikonsulkan kepada DPJP untuk konsul ke ahli gizi. Dilakukan
dengan pengkajian gizi pengkajian lanjutan dan selanjutnya untuk menentukan asuhan gizi.
(Bukti rekam medis).

55 Bagaimana pelaksanaan Bahwa pasien dilakukan skrining


skrining pasien terhadap  kebutuhan fungsional (indeks Barthel) untuk menilai Tingkat
kebutuhan fungsional kemandirian dan
termasuk risiko jatuh.  skrinning risiko jatuh
skrinning risiko jatuh berdasarkan kelompok umur.
- Pasien rawat inap dewasa menggunakan fall morse scale
- pasien anak menggunakan humpty dumpty.
- Pasien rawat jalan menggnakan get up and go
- Pasien psikiatri mengguakan edmonson

56 Bagaimana pengkajian  Pelaksanaan pengkajian ulang medis minimal setiap hari. Termasuk
ulang bagi semua pasien akhir minggu kecuali pasien elektif ( pasien dengan kasus orthopedi
dengan interval waktu dan rehabilitasi medik).
yang ditentukan untuk  Pengkajian ulang perawat meinimal setiap shift dan apabla ada
kemudian dibuat perubahan
rencana asuhan lanjutan.  Pengkajian ulang apoteker dilakukan pada pasien dengan kondisi
:
I. pasien yang dirawat di intensive care
II. pasien rawat inap kemoterapi
III. pasien rawat inap yang dapat terapi obat anti koagulan
dilakukan setiap 1 hari, kecuali jika apoteker jadwalnya libur / jaga
ruang edukasi obat

 Pengkajian ulang nutrisionis pada pasien dengan risko malnutrisi


tergantung pada kategori risiko manutrisi :
- berat setiap hri
- Sedang setiap 3 hari
- Ringan setiap 7 hari
57 Hal apa saja yang perlu
dijelaskan kepada
pasien/keluarga pasien Pasien/keluarga pasien dijelaskan tentang : kondisi medis pasien,
selama pelayanan diagnosa, rencana perawatan, terapi yang diberikan, hasil perawatan
dan tat laksana yang diharapkan dan kemungkinan hasil yang tidak
dapat diantisipasi dari terapi dan perawatan

AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN (AKP)

58 Proses menyeleksi pasien untuk menetapkan kebutuhan pelayanan


Apa yang dimaksud
sesuai kondisi pasien
dengan poses skrining
Skrining diluar RS:
dan bagaimana proses
1. Terima telepon dari perujuk / jawab sisrute yang sudah masuk
skrining di luar dan di
2. Tanyakan diagnosis, kondisi, peemriksaan fisik, tindakan
dalam RS?
pengobatan yang telah dilakukan
3. Kolaborasikan dengan dokter IGD
4. Pastikan pasien bisa dilayani di RS PKU

Skrining didalam RS:


1. Pasien sudah datang di RS
2. Lakukan penerimaan pasein melalui jalur fast track kriteria
triase, evaluasi visual/pengamatan
3. Kolaborasikan dengan dokter IGD
4. Pastikan pasien bisa dilayani di RS PKU

59 Bagaimana pengelolaan 1. Ketersedian tempat sementara/transit sebelum


pasien jika tidak tersedia mendapatkan kamar rawat inap
tempat tidur? 2. Perencanaan fasilitas, kebutuhan alokasi tempat tidur
rawat inap
3. Perencanaan SDM diruang transit dilemburkan dari rawat
inap
4. Pasien dititipkan di kelas diatasnya atau ke bawahnya
5. Memnerikan asuhan pasien yang sama dengan rawat inap

60 1. Kondisi dimana suatu pelayanan atau tindakan melebihi durasi


Jelaskan definisi
ynag normative
penundaan pelayanan
2. Bila penundaan kurang dari 24 jam di berikan edukasi di form
edukasi
3. Bila penundaan lebih dari 24 jam diberikan edukasi di form
penundaan pelayanan

61 1. Penundaan pelayanan pasien operasi


2. Penundaan pelayanan obat tidak tersedia
Informasi apa saja yang
3. Penundaan pelayanan pemeriksaan laboratorium
diberikan kepada pasien
4. Penundaan pelayanan permiksaan radiologi
yang mengalami
5. Penundaan pelayanan karena kamar penuh
penundaan pelayanan
6. Kondisi pasien

62 Pelaksanaan  RS menerapkan system pendaftaran secara online maupun offline


pendaftaran pasien  RS memberikan informasi tentang rencana asuhan yang akan
rawat jalan dan rawat diberikan, hasil asuhan yang diharapkan serta perkiraan biaya yang
inap secara offline dan harus dibayarkan oleha pasien/keluarga
secara online

63 Rencana asuhan dan hasil asuhan yang diharapkan disampaikan saat


Hal apa saja yang
admisi termasuk perkiraan biaya yang harus dibayarkan oleh pasien/
diinformasikan pasien
keluarga
saat proses admisi?

64 Tugas MPP dalam 1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek
pelayanan pasien psikososialkultural
2. Menyusun perencanaan MPP
3. Memfasilitasi penenuhan kebutuhan asuhan pasien
4. Memfasilitasi komunikais dan koordinasi anatr PPA dalam
konteks keterlibatan pasien
5. Melakukan kunjungan pasein baru yang yang teraktivasi
6. Memastikan dokumen rekam medis terisi lengkap
7. Penanganan pasien berisiko complain
8. Pengendalian mutu dan kendali biaya
9. Pelaksana proses ferifikasi medis pasien JKN
10. Terlibat aktif dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien

65 1. Dokter yang pertama kali mengelola pasien


Jelaskan Kriteria 2. Dokter yang mengelola pasien dengan penyakit yang relative
penunjukan sebagai terparah
DPJP utama 3. DPJP utama Kesepakatan antar para DPJP
4. Atas pilihan pasien

66 Bagaimana prosedur jika 1. Prosedur konsul/raber:


DPJP konsul/raber, alih a. DPJP utama mengajukan permintaan konsul/rawat bersama
rawat atau titip rawat secara tertulis
b. Permintaan konsul/raber akan dikomunikasikan oleh
perawat ruangan
2. Alur dokter ijin berhalangan:
Dokter mengajukan surat permohonan ijin dalam bentuk
tertulis dengan keterangan dititipkan ke dokter penggantinya

67 Dokumen apa saja yang 1. Informed concent rujukan


diperlukan saat proses 2. Form rujukan
perujukan

68 Jelaskan Alur rujukan 1. Informasikan kepada pasien /keluarga rencana rujuk


pasien 2. Pastikan pasien /keluarga mengisi informed concent rujukan
3. Sipakan formulir yang dibutuhkan : surat rujukan, SEP rujukan,
blangko pemesanan ambulance
4. Hubungi RS rujukan dan pastikan ketersediaan tempat tidur
/layan yang diharapkan
5. Lakukan sisrute
6. Jika sudah ada respon untuk dikirim siapkan petugas dan
[peralatan yang dibutuhkan
7. Tentukan derajad stabilitas pasien
8. Hubungi driver
9. Sipakan peralatan dan obat sesuai dengan derajad stabilitas
10. Catat kondisi pasien teemasuk vital sign sebelum dirujuk –saat
diperjalanan-dan setelah sampai ke tujuan
11. Lakukan serah terima denga petugas RS yang dituju dan mintakan
formulir rujukan dibuktikan dengan tanda tangan , nama petugas
dan stempel RS terkait
12. Catat obat dan alkes yang terpakai selama proses rujukan dan
komunikasikan dengan farmasi untuk penggantiannya

69 1. ringkasan pulang memuat instruksi tindak lanjut, dijelaskan


kepada pasien/ keluarga serta ditanda tangani oleh pasien/
Sebutkan kriteria pasien
keluarga
yang pemulangannya
2. Bukti rencana dan instruksi tsb juga diberikan ke pasien
kompleks yang harus
3. Rekam Medis dan form pelayanan berkelanjutan (apabila
dibuatkan Perencanaan
ada) atau bukti lainnya
4. Tindak lanjut pemulangan pasien yang memerlukan tindak
lanjut pelayanan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer
termasuk perorangan sesuai tempat tinggal pasien

70 Apa saja isi dari


Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis, temuan fisik , tindakan dan
ringkasan pulang pasien
prosedur, terapi (obat selama dirawat dan dibawa pulang, kondisi
pasien saat pulang, intruksi tindaklanjut

71 Bagaimana pengelolaan Pasien/keluarga diberikan edukasi dengan menggunakan form AMA


pasien yang menolak
yang harus disampaikan bahwa penolakan tersebut adalah hak pasien,
asuhan medis?
tanggungjawab, risiko dan alternatif

72 Jelaskan cara Dilakukan saat awal melakukan asesmen bila teridentifikasi


melakukan asesmen berisiko bunuh diri dilanjutkan dengan menggunakan form
berisiko bunuh diri? asesmen bunuh diri

73 Bagaimana alur 1. Pasien dicari sekitar area pelayanan


penanganan pasien yang 2. Konfirmasi dengan keluarga bahwa pasien melarikan diri
melarikan diri 3. Lapor ke atasan
4. Lapor satpam
5. Lapor managemen
6. Bila pasien beriisko membahayakan diri sendiri atau lingkungan
RS membuat berta acara ke kepolisian

74 Siapa staf pengelola


Saat jam kerja: kepala ruang dan casemanager,
rujukan
Diluar jam kerja PPJA dan supervise.
IGD: dokter jaga IGD,
Lab dan Radiologi : Kepala instalasi

75 Jelasakan tentang form


Rujukan 1. Form rujukan, berisi nama faskes yang menerima dan nama orang
yang menyetujui
2. Form rujukan berisi alasan pasien dirujuk, kondisi pasien dan
kebutuhan pelayanan lebih lanjut
3. Form rujukan berisi prosedur dan intervensi yang sudah dilakukan

76 Profil ringkas medis rawat jalan adalah identifikasi informasi yang


Jelaskan tentang
PRMRJ dibutuhkan DPJP untuk pasien yang menerima asuhan kompleks atau
diagnosis kompleks seperti kasus pasien dengan dx. CKD, DM, CHF,
Hipertensi, Carsinoma yang berisi :
1. Tanggal jam
2. Klinik yang dituju
3. Diagnosis
4. Uraian klinis penting
5. Rencana
6. Catatan
7. Tanda tanda dokter

HAK PASIEN DAN KETERLIBATAN KELUARGA (HPK)

77 Jelaskan hak-hak pasien Setiap pasien masuk rs akan mendapatkan penjelasan tentang hak
dan keluarga selama pasien dan keluarga di admisi,ada 12 hak pasien
mendapatkan pelayanan 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
di rumah sakit peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan
kewajiban pasien;
3. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan
yang didapatkan;
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis
dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan;
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya;
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya;
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang
tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
78 Apa saja hambatan- Hambatan Fisik, Bahasa, Budaya.
hambatan yang mungkin Cara memfasilitasi hambatan yaitu dengan mengidentifikasi hambatan
ditemukan pada pasien tersebut dan menerapkan proses untuk mengurangi hambatan tersebut.
dan bagaimana rumah Prosesnya identifikasi semua hambatan melalui formulir preadmisi.
sakit memfasiltasinya. Ex. Pasien dengan hambatan bahasa (akan dikoordinasikan dengan
penerjemah bahasa), Budaya (dikoordinasikan dengan Kepala Ruang
yang mana informasi tersebut bisa dilihat di sistem)

79 Informasi apa saja yang Informasi yang diberikan,


perlu diberikan kepada  Awal masuk (diberikan informasi dan edukasi awal, Tata tertib,
pasien dari awal masuk, Pernyataan rawat inap, Formulir asesmen pre admisi, general
selama perawatan dan consen, persetujuan umum tindakan kedokteran, hak pasien, hak
saat pemulangan pasien kelas perwatan, cara pembayaran, cuci tangan, SEP).
 Selama perawatan ( Edukasi asesmen medis DPJP, Orientasi rawat
inap, Fasilitas Kamar).
 Pemulangan Pasien (Jadwal kontrol, Edukasi Obat, Cara
pembayaran)
80 Bagaimana Proses
tentang siapa yang Pasien yang kompeten berusia 18 tahun bisa menentukan secara
dipilih pasien untuk langsung 2 orang siapa yang berhak mendapatkan informasi perawatan
pengambilan keputusan pasien, tertulis di lembar pelepasan informasi.
dan yang mendapatkan Jika pasien Anak, maka yang berhak untuk mengambil keputusan
informasi perawatan adalah Orang tua pasien.
pasien

81 Bagaimana pemahaman Pelayanan dengan memperlakukan orang-orang yang membutuhkan


anda tentang pelayanan perawatan sebagai individu dan memungkinkan mereka
pasien yang bermartabat mempertahankan tingkat kemandirian, pilihan, dan kendali semaksimal
mungkin atas kehidupan mereka sendiri. Artinya, para profesional
harus mendukung orang-orang dengan rasa hormat yang mereka
inginkan terhadap diri mereka sendiri atau anggota keluarga mereka.”
82 Bagaimana rumah sakit
memfasilitasi terkait Pada saat pasien di transfer dengan menutupi dengan selimut, tidak
privasi pasien menampilkan identitas pasien di ruang rawat inap dan rawat jalan,
Rekam medis dalam keadaan terkunci, dalam melakukan tindakan atau
dokter visite di jaga privasinya tirai ditutup

83 Apa saja upaya yang


dilakukah rumah untuk
melindungan Informasi hanya akan diberikan kepada 2 orang yang tertulis di
kerahasiaan infomasi pelepasan informasi medis
pasien

84 1. Rumah sakit tidak menyediakan penitipan barang pasien kecuali pada


Bagaimana regulasi
kondisi pasien tidak mampu menjaga harta benda miliknya.
perlindungan harta
2. Pasien diberikan informasi tentang tanggung jawab RS dalam
benda pasien selama
menjaga harta benda milik pasien yang tidak mampu menjaganya.
pelayanan di rumah
3, Kriteria kondisi pasien yang bisa menitipkan barang diantaranya
sakit (termasuk kriteria
a. pasien tidak sadar dan tidak didampingi keluarga,
pasien yang diberi
b. pasien sadar tetapi tidak ada keluarga dan butuh tindakan medis,
perlindungan harta
c. pasien korban bencana alam.
benda)
4. Pasien mendapatkan penjelasan tentang barang yang dititipakn dan
menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk menjaganya,
5. informasi penitipan barang disampaikan sejak pasien masuk RS

85 SPO perlindungan harta SPO lihat di Donita


benda dan unit terkait

86 Kondisi pasien apa saja Kriteria kondisi pasien yang bisa menitipkan barang diantaranya
yang bisa diberikan a. pasien tidak sadar dan tidak didampingi keluarga,
perlindungan harta b. pasien sadar tetapi tidak ada keluarga dan butuh tindakan medis,
benda c. pasien korban bencana alam.
87  Pasien bayi dan anak anak
Kriteria pasien yang
 Pasien wanita hamil
dilindungi dari
 Pasien geriatri dan manula
kekerasan fisik dan
 Pasien pasca bedah
verbal
 Pasien gangguan jiwa dan gangguan kesadaran
 Pasien dengan keluhan khusus/cacat/total care
 Pasien dengan korban amuk massa
 Pasien dengan penganiayaan

88 Uaya apa saja yang Pemantauan CCTV, Untuk Area Khusus dengan pemasangan Finger,
dilakukan RS dlam  Pengunjung dengan senjata tajam dititipkan di satpam,
perlindungan terhadap  Pengunjung diluar jam kunjung di berikan ID card Khusus
kekerasan fisik dan
verbal

89 Hal apa saja yang perlu


dijelaskan kepada pasien/keluarga pasien dijelaskan tentang : kondisi medis pasien,
pasien/keluarga pasien diagnosa, rencana perawatan, terapi yang diberikan, hasil perawatan
selama pelayanan dan tat laksana yang diharapkan dan kemungkinan hasil yang tidak
dapat diantisipasi dari terapi dan perawatan

90 Bagaimana cara pasien Second opinion didapatkan dengan cara lapor DPJP terkait permintaan
untuk mendapatkan second opini, lengkapi Formulir Permintaan second opini, DPJP
second opinion second opini sesuai dengan sub spesialis DPJP yang merawat.

91 Apa yang dimaksud DNR adalah permintaan untuk tidak dilakukan tindakan resusitasi jika
dengan penolakan terjadi sesuatu kegawatan jika terjadi cardiac arest, dilakukan oleh
resusitasi (DNR) pasien sendiri dalam keadaan sadar

92 Bagaimana alur dan cara Siapkan dan lengkapi formulir DNR, lapor DPJP, DPJP memberikan
pasien dan keluarga penjelasan kepada pasien keluarga terkait penolakan tindakan
yang menghendaki DNR
dan penghentian alat
penunjang kehidupan

93 Suatu penolakan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dengan


Jelaskan apa yang
KIE keluarga yang didokumentasikan melalui AMA ( Againt Medical
dimaksud penolakan
Advice), penolakan tindakan adalah hak pasien, Penjelasan terkait
asuhan perawatan? Dan
dengan resiko penolakan tindakan, Resiko penolakan tindakan menjadi
SPO nya
tanggungjawab keluarga, penjelasan alternatif tindakan lain ada/tidak.

94 Bagaimana alur Suatu penolakan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dengan
penanganan komplain KIE keluarga yang didokumentasikan melalui AMA ( Againt Medical
dan dokumentasinya? Advice), penolakan tindakan adalah hak pasien, Penjelasan terkait
(lihat bukti dokumentasi dengan resiko penolakan tindakan, Resiko penolakan tindakan menjadi
keterlibatan dalam tanggungjawab keluarga, penjelasan alternatif tindakan lain ada/tidak.
penyelesaiaan komplain)

95 diberikan setiap pasien Rawat inap oleh petugas admisi, dan diberikan
Kapan General Consent
1 x untuk pasien rawat jalan
diberikan
96 Apa saja isi dari general Isinya tentang
consent 1, Persetujuan Asuhan Kesehatan,
2. Hak, Kewajiban, dan tanggungjawab sebagai pasien.
3. Akses informasi kesehatan,
4. Rahasia kedokteran.
5. Privasi.
6. Barang pribadi.
7 Pengajuan keluhan.
8. Kewajiban pembayaran.
9. Keterlibatan peserta didik.
10. Kejadian tidak terduga/ tidak diharapkan
97 Tindakan apa saja yang Tindakan yang beresiko tinggi ( Tranfusi, Operasi, Anestesi, Radiologi)
memerlukan informed
consent
98 Bagaimana proses Sebelum tindakan dilakukan keluarga dan pasien diberikan inform oleh
pemberian Informed DPJP, jika keluarga menyetujui/menolak tindakan maka pasien /
consent keluarga memberikan pernyataan dengan menandatangani IC

99 Pasien yang tidak kompeten adalah anak dibawah usia 18 tahun, pasien
Apa saja kriteria pasien dengan gangguan jiwa, pasien tidak sadar. Yang berhak mengambil
tidak kompeten dan keputusan untuk anak adalah oarang tua. Jika pasien tidak sadar/
siapa yang berhak pasien ODGJ maka pengambil keputusan adalah keluarga dan tertulis
memberikan persetujuan dipelepasan informasi.
untuk pasien yang tidak
kompeten?

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

100 Jelaskan Penetapan


Area-area di dalam Penetapan Area dan layanan sedasi moderat dan dalam, disesuakan
rumah sakit tempat dengan panduan pelayanan anestesi
sedasi moderat dan
dalam dapat dilakukan;

101 Jelaskan Persetujuan Dokter anestesi melakukan kunjungan pra Anestesi dan melakukan
medis (informed consent) asesmen pra Anestesi, selanjutnay dokter anestesi memberikan
untuk prosedur maupun informasi kepasien atau keluarga yang kompeten untuk diberikan
sedasinya informasi tentang tindakan anestesi,tujuan, tata cara, keuntungan,
Resiko, Komplikasi, pronogsis, dan Alternatif

102 Jelaskan Perbedaan Perbedaan populasi anak, dewasa dan geriatri ataupun pertimbangan
lainnya untuk menentukan tidakan anestesi, tehnik, cara dan dosis yang
populasi anak, dewasa,
akan diberikan kepada pasien dalam tindakan sedasi moderat dan
dan geriatri ataupun
dalam
pertimbangan khusus
lainnya

103 Jelaskan Peralatan


medis dan bahan yang
digunakan sesuai dengan Perbedaan populasi anak, dewasa dan geriatri ataupun pertimbangan
populasi yang diberikan lainnya untuk menentukan tidakan anestesi, tehnik, cara dan dosis yang
sedasi moderat atau akan diberikan kepada pasien dan alat yang akan digunakan untuk
dalam; tindakan sedasi moderat dan dalam

104 Bagaimana Cara


memantau pelayanan Cara melakukan pemantauan tindakan Anestesi dilakukan oleh dokter
anestesi anestesi dan perawat yang betugas di area anestesi dan di dokumenkan
di dalam Rekam Medis dilembar monitoring durante Anestesi

105 Siapa yang melakukan Pemberian Informasi dilakukan oleh Dokter Anestesi kepada pasien
pemberian informasi atau keluarga yang kompeten
kepada pasien dan atau
keluarga atau pihak
yang akan memberikan
keputusan

106 Bagaimana pengaturan Penjadwalan dokter anestesi dilakukan oleh Ka. Instalasi Anestesi dan
jadual dokter anestesi Terapi Intensif, baik yang jaga di dalam kamar operasi maupun yang
dan perawat anestesi jaga di luar kamar operasi

107 Siapa yang diberi Tenaga medis kompeten yang diberikan kewenangan klinis
kewenangan melakukan memberikan sedasi moderat dan dalam
tindakan sedasi moderat
dan dalam Tindakan anestesi adalah tindakan medis, maka yang melakukan
tindakan sedasi moderat dan dalam adalah dokter anestesi

108 Dokter spesialis anestesi Dokter anestesi melakukan kunjungan pra Anestesi dan melakukan
memberikan informasi asesmen pra Anestesi, selanjutnya dokter anestesi memberikan
dan mendokumentasikan informasi kepasien atau keluarga yang kompeten untuk diberikan
dalam formulir informasi tentang tindakan anestesi,tujuan, tata cara, keuntungan,
persetujuan tindakan Resiko, Komplikasi, pronogsis, dan Alternatif
anestesi/sedasi
109 PPA PPA melakukan pendokumentasian tentang :
mendokumentasikan 1. KU, TTV, PONS Pasien.
pemantauan pasien 2. Melakukan pemantau pasien kondisi didokumentasikan di ERM.
pasca anestesi baik di 3. Menginterprestasikan pasien layak pindah ke bangsal atau ke intensi
ruang intensif maupun di (Aldrete score, Bromage score, steward score).
ruang pemulihan dalam 4. Mencatat evaluasi pemantauan dengan SOAP di CPPT ERM
rekam medis pasien

110 Pasien dipindahkan dari kriteria pindah pasien pasca op & anestesi sesuai : Aldrete, Bromage,
unit pasca anestesi (atau steward score
pemantauan pemulihan
dihentikan) sesuai
dengan kriteria baku

111 Apakah isi dari Laporan  nama dokter operator+asisten,


operasi  nama dokter anestesi + asisten,
 diagnosa pre bedah,
 diagnosa post bedah,
 nama tindakan/prosedur op,
 jam mulai&selesai op ,
 penggunaan obat pre profilaksisi,
 jenis pembedahan : bersih, bersih tercemar, kotor, tercemar,
 isi uraian pembedahan,
 penggunaan implan : upload bukti nomer LOT implan,
 konsultasi durante op,
 komplikasi,
 perdarahan,
 pemeriksa sample,
 ttd dr operator

112 DPJP mencatat Rencana adanya instruksi post operasi pada form instruksi post op. catatan
asuhan pascaoperasi perkembangan pasien CPPT : SOAP
dalam rekam medik
dalam waktu 24 jam.

KOMUNIKASI DAN EDUKASI (KE)

113 Jelaskan penerapkan


pemberian edukasi
kepada pasien dan Petugas bisa menunjukan regulasi pedoman komunikasi efektif dan
keluarga menggunakan spo pemberian edukasi
media, format,dan
metode yang yang telah
ditetapkan
114 Bagaimana cara
mendapatkan Akses Akses mendapatkan informasi diberikan secara tepat waktu untuk
informasi kesehatan di siapapun yang memerlukan
RS? Petugas bisa menunjukan informasi pelayanan yang bisa dan tidak bisa
dilayani di rumah sakit pku muhammadiyah surakarta ( bisa melalui
web rs, media sosial, ig dll), informasi jam kunjung

115 Bagaimana RS Rumah Petugas bisa menunjukan sk pelayanan yang bisa dan tidak bisa
sakit menyampaikan dilayani di rumah sakit pku solo, dan bisa menentukan alur ketika rs
informasi kepada pasien
dan keluarga terkait tidak bisa melayani
alternatif asuhan dan
pelayanan di tempat lain,
apabila rumah sakit
tidak dapat memberikan
asuhan dan pelayanan
yang dibutuhkan pasien.

116 Dimana terdapat bukti


pemberian informasi Terdapat pada asesmen medis awal dokter dan perawat secara lengkap
untuk pasien dan di dokumen ERM
keluarga mengenai
asuhan dan pelayanan di
rumah sakit.

117 Dimanakah bukti bahwa


kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga
dinilai berdasarkan
pengkajian terhadap Terdapat pada asesmen kebutuhan edukasi secara lengkap di dokumen
kemampuan dan ERM
kemauan belajar pasien
dan keluarga yang
meliputi poin a) sampai
dengan f) pada maksud
dan tujuan, dan dicatat
di rekam medis.

118 Dimanakah bukti bahwa Terdapat pada hasil edukasi dokter di lembar edukasi ERM mengenai
pasien/keluarga telah hasil pengkajian, diagnosis, rencana asuhan dan hasil pengobatan
dijelaskan mengenai termasuk hasil pengobatan yang tidak diharapkan
hasil pengkajian,
diagnosis, rencana
asuhan, dan hasil
pengobatan, termasuk
hasil pengobatan yang
tidak diharapkan.

119 Bagaimana cara Setelah dilakukan edukasi , maka dipastikan dalam daftar tilik di form
memastikan pasien dan ERM Secara lengkap
keluarganya memahami
edukasi yang diberikan.

120  Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien dan keluarga


Apakah bukti bahwa dengan menggunakan format yang praktis dan dengan bahasa yang
Informasi dan edukasi dipahami pasien dan keluarga.
disampaikan kepada  Pada saat memberikan edukasi disertai dengan pemberian leaflet
pasien dan keluarga yang wajib yang diberikan pada pasien baru (leaflet pasien selama
dirawat, manajemen nyeri, resiko jatuh, lindungi anak kita)

121  Rumah sakit menyediakan penerjemah (bahasa dan bahasa isyarat)


Bagaimana regulasi RS
sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
apabila ada pasien
 Terdapat SK TIM PENERJEMAH BAHASA di RUMAH SAKIT
dengan hambatan
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
bahasa
(Diminta mencari di DONITA)

122  Edukasi lanjutan yang diberikan pasien yang membutuhkan


Bagaimana edukasi
perawatan lanjutan. Edukasi disampaikan kepada kepada pasien dan
lanjutan yang diberikan
keluarga tentang edukasi lanjutan dikomunitas.
pada pasien yang masih
 Rujukan edukasi tersebut dilaksanakan oleh jejaring utama yaitu
membutuhkan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
perawatan lanjutan
 Terdapat FORM EDUKASI LANJUTAN DI ERM
pasca rawat inap
123 Petugas menunjukan Sertifikat Pelatihan Komunikasi Efektif
Apakah bukti bahwa
(petugas diminta menunjukkan Sertifikat Pelatihan Komunikasi
Profesional Pemberi
Efektif)
Asuhan (PPA) telah
diberikan pelatihan dan
terampil melaksanakan
komunikasi efektif.

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)

124 Obat emergensi isinya sesuai standar yang ditetapkan rumah sakit,
Jelaskan Penyimpanan seragam isinya disimpan di box/trolley yang memiliki kunci
obat di troly emergency dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan digunakan. Dipakai
hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai harus segera
dimintakan penggantian supaya lengkap dan dikunci segel lagi dengan
yang nomer seri kunci baru. Harus dicek secara berkala setiap satu
bulan sekali meliputi aspek ketepatan jumlah dan kondisi obat
(kadaluarsa atau rusak). Penggunaan obat emergensi disertai dengan
penginputan ke sistem IT penggunaan obat emergensi, yang
selanjutnya dilakukan penggantian obat oleh petugas farmasi maksimal
1 jam sejak obat digunakan. Penggantian obat emergensi disertai
dengan pencatatan penggantian obat emergensi. Supervisi
penyimpanan obat emergensi dilakukan sebulan sekali oleh petugas
farmasi yang ditunjuk dengan disertai berita acara."

125 Apakah troly kunci berupa kunci dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan
emergency dalam digunakan. Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai
keadaan terkunci harus segera dimintakan penggantian supaya lengkap dan dikunci
segel lagi dengan yang nomer seri kunci baru.
126 Bagiamana Rekonsiliasi Kegiatan rekonsiliasi adalah
obat saat pasien masuk a) Rekonsiliasi obat saat admisi :membandingkan antara daftar
rumah sakit, pindah penggunaan obat sebelum admisi dengan resep/instruksipengobatan
antar unit pelayanan di saat admisi
dalam rumah sakit dan b) Rekonsiliasi obat saat transfer: membandingkan antara daftar
sebelum pasien pulang. penggunaan obat sebelum admisi ,daftar penggunaan obat dari ruang
rawat sebelumnya dan resep obat di ruang rawat sekarang
c) Rekonsiliasi obat saat pulang : membandingkan antara daftar
penggunaan obat sebelum admis,daftar penggunaan obat 24 jam
terakhir, dan resep obat pulang
Tahapan proses rekonsiliasi :
a) Mengumpulkan data (mencatat dan memverifikasi obat yang sedang
atau yang akan digunakan pasien meliputi nama obat, dosis, rute
pemberian, frekuensi, kapan mulai diberikan, diganti atau dilanjutkan
atau dihentikan, riwayat alergi, efek samping obat yang dialami).
b) Membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan untuk menemukan permasalahan obat atau
ketidaksesuaian.
c) Melakukan konfirmasi kepada DPJP bila ada permasalahan.
d) Mengkomunikasikan kepada pasien / keluarga pasien / perawat
mengenai perubahan/penundaan / penghentian terapi.
127 Bagaimana
dokumentasi hasil Dokumentasi Rekonsialiasi obat dilakukan oleh Staf Farmasi
rekonsiliasi obat (Apoteker/TTK) dalam ERM. Staf Farmasi mampu menunjukkan
didokumentasikan di dalam ERM terkait Form Rekonsiliasi Obat maupun Form Serah
rekam medis Terima Obat dari Rumah.

128 Jelaskan tentang  Penyerahan obat pasien rajal dilakukan oleh staf farmasi yg
Pemberian obat kompeten (Apoteker/TTK) disertai dengan edukasi obat (ada bukti
dokumen form edukasi obat pasien rajal). Pemberian obat pasien
ranap dilakukan oleh perawat/bidan/dokter/Radiografer sesuai
RKKnya (dibuktikan dengan RKK masing2 nakes) dan data obat yg
diberikan ke pasien ranap dibuktikan dengan klik aksi pemberian
oleh perawat/bidan dalam Daftar Pengobatan di ERM. Obat pulang
pasien ranap diserahkan oleh Staf Farmasi
(Apoteker/TTK)/Perawat/Bidan, disertai dengan edukasi obat
pulang yang dilakukan oleh Apoteker (ada bukti dokumen form
edukasi obat pulang oleh Apoteker)
 Sebelum obat diberikan ke pasien harus dilakukan verifikasi 7
Benar meliputi : Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
waktu/frekuensi, benar rute pemberian, benar indikasi, & benar
dokumentasi (dibuktikan dengan isian form telaah obat di farmasi
dan isian klik aksi pemberian daftar pengobatan oleh
perawat/bidan).
 Semua obat baik High Alert/non High alert di RS PKU Solo,
sebelum diberikan ke pasien selalu dilakukan proses doble cek baik
oleh staf farmasi/bidan/perawat (dibuktikan dengan isian form
telaah obat di farmasi dan isian klik aksi pemberian daftar
pengobatan oleh perawat/bidan).
 Bukti Form Edukasi Obat pada pasien rajal/ranap ditunjukkan
kepada penelusur (sebagai bukti dokumen telah melakukan edukasi
obat pada pasien), selain itu pada pasien saat rawat inap dapat
ditunjukkan bukti edukasi Apoteker dalam Form Edukasi
terintegrasi dalam ERM.
129 Jelaskan pemantauan pemantauan terapi obat meliputi
terapi obat Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional
bagi pasien.Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD. Kriteria pasien yg
di PTO antara lain : pasien yg dirawat di ruang intensive care, pasien
rawat inap kemoterapi, pasien rawat inap yg mendapat terapi obat anti
koagulan.Pemantauan terapi obat dilakukan dengan interval waktu
setiap hari visite pasien, kecuali jika apoteker libur/ jaga di ruang
edukasi
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.

130 Adakah Pelaporan Petugas yg menemukan pertama kali kejadian medication error/IKP
medication eror maka menginput temuan dalam Form LADEN di sistem IT RS
maximal waktu penginputan 2x24 jam.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

13 Sebutkan BMHP yang BMHP yang dapat digunakan ulang meliputi: Alat dan material yang
1 dapat digunakan ulang dapat digunakan kembali, ada jumlah maksimum pemakaian ulang
setiap alat secara spesifik, ada proses identifikasi kerusakan alat yang
tidak dapat digunakan kembali,ada protokol yang jelas terkait proses
pembersihannya,dilakukan proses pencatatan BMHP yang digunakan
ulang pada RM

13 Bagaimana alat dan Alat dan material yang digunakan kembali tidak rusak saat dilakukan
2 material yang dapat pengelolaan dan digunakan kembali
dipakai kembali;
13 Bagaimana Jumlah Jumlah maksimum pemakaian ulang setiap alat berbeda – beda.
3 maksimum pemakaian Terdapat label tertulis pada bungkus alat berupa penggunaan ke berapa,
ulang dari setiap alat tanggal dan jam
secara spesifik;
13 Alat setelah digunakan segera dilakukan pembersihan ( membuang sisa
Jelaskan Proses
4 sisa darah, kassa),Periksa kelengkapan jumlah instrumen yang habis
pembersihan setiap alat
dipakai, masukkan semua set ke dalam box/kontainer yang bertuliskan
yang segera dilakukan
box kotor dan ditutup, jika pada saat shif pagi set kotor akan di ambil
sesudah pemakaian dan
oleh petugas CSSD ke ruangan dan terdokumentasi pada buku serah
mengikuti protokol yang
terima, jika diluar shif pagi maka bawa box ke CSSD masukkan lewat
jelas;
pintu instrumen kotor, serahkan ke petugas CSSD, dokumentasikan
dalam buku serah terima instrumen yang ditanda tangani CSSd dan
petugas yang mengembalikan alat.
13 Bagaimana
5 pencantuman identifikasi
pasien pada bahan medis
habis pakai untuk Alat HD ( Dializer) single use. Jadi tidak ada pencatuman identifikasi
hemodialisis; pada BMHP
13 Jelaskan pencatatan
6 bahan medis habis pakai
yang reuse di rekam Pencatatan BMHP yantg di reuse dengan melakukan scan kemudian
medis; diupload pada E-RM PPA pada scan upload PDF

13 Evaluasi untuk
7 menurunkan risiko Evaluasi dilakukan uji kultur kuman setiap 6 bulan, kemudian uji
infeksi bahan medis fungsi dilakukan oleh Dokter operator yang menggunakan alat
habis pakai tersebut.

13 Standar BMHP yang digunakankan ulang tertuang dalam regulasi


Jelaskan Standardisasi
8 panduan Alat single Use re Use. BMHP yang digunakan ulang
BMHP yang digunakan
memiliki syarat : Alat harus mudah dibersihkan, Peralatan kuat dan
ulang.
tahan untuk digunakan lebih dari 1 (satu);
, Peralatan tidak mudah rusak ketika dilakukan pemrosesan alat;
, Peralatan single use re use yang digunakan untuk pasien dengan
penyakit menular tidak dilakukan reuse sebagai upaya mencegah
adanya transmisi.

13 Jelaskan bagaimana Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius : Limbah cairan tubuh
9 pengelolaan limbah di infeksius dibuang dalam spolhook.
RS Sedangkan tumpahan darah dan cairan tubuh pasien dikelola dengan
menggunakan spilkit Infeksius : Pasang warning sign, ambil spilkit
infeksius, pakai APD, serap tumpahan dengan kain sekali pakai,
kemudian semprot dengan cairan clorin 0,5 %, diamkan 10 menit,
setelah itu bilas menggunakan air , masukkan limbah dalam plastik
kuning, setelah selesai APD dilepas, Lakukan kebersihan tangan,
lengkapi kembali isi spilkit, kembalikan ketempat semula

Penanganan darah dan pembuangan darah serta komponen darah :


Penangan darah dan pembuangan darah di spolhook. Sedangkan
pembuangan sisa darah transfusi yang di ruangan dengan cara sisa
darah dimasukkan ke dalam plastik kuning kemudian dibawa ke
laborat, selanjutnya laborat yang akan melakukan pengelolaan terhadap
sisa darah tersebut sebelum diserahkan ke pihak ke 3 untuk
dimusnahkan. Untuk sisa sample darah dan komponen darah di
laborat: Limbah dimasukkan ke dalam plastik tahan panas, kemudian
dimasukkan ke dalam autoclve, setelah itu dimasukkan ke dalam
plastik kuning untuk dibawa ke TPS infeksius.

Regulasi : Panduan Pajanan Tertusuk Jarum ; Pelaporan pajanan


limbah infeksius adalah Setelah petugas tertusuk jarum maka lakukan
PEP, kemudian lapor atasan (in put ke LADEN secara sistem akan
terlaporkan k K3 dan IPCN), kemudian petugas yang tertutuk jarum
periksa ke Poli Umum (jika pagi dan siang) dan periksa ke IGD (jika
malam)

14 Jelaskan proses
0 pengelolaan pasien bila Regulasi : Panduan KLB ; Bila terjadi KLB airbone pasien akan
terjadi ledakan pasien ditempatkan di ruang isolasi tekanan negatif.
(outbreak) penyakit Bila terjadi ledakan airborne diseases sementara ruang tekanan negatif
infeksi air borne. +> Ke tidak tersedia maka akan mengalihfungsikan ruang rawat inap menjadi
IPCLN ruang isolasi untuk pasien ledakan airborne.
,Ruang isolasi yang dimaksud adalah Ruang Arofah, ruang Multazam,
ruang Mina, atau ruang perawatan yang lain sesuai penetapan dari
Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta saat terjadi
KLB airborne, bila ruangan tidak tersedia maka RS akan merujuk
pasien ke rumah sakit rujukan.

MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (MRMIK)

14 Bagaimana proses Tidak memberikan infromasi medis pasien kepada yang tidak berhak
1 memastikan dan/atau tanpa ijin pasien.
kerahasiaan, keamanan
dan integritas data dan
14informasi?

14 Bagaimana susunan Penyusunan dan pengisian rekam medis pasien berdasarkan urutan
2 pengisian dokumen kronologinya pelayanan, misal asesmen PPA, CPPT,Implementasi,
rekam medis rajal, Infromed consent, Edukasi dan lembar lain sesuai kebutuhan
ranap, IGD?

14 Apa yang dimaksud Downtime adalah berhentinya pelayanan akibat kegagalan sistem yang
3 down time, bagaimana berpengaruh pada pelayanan baik terencana atau tidak terencana. Saat
prosedur pelayanan jika down time pelayanan dilakukan seacra manual sampai sistem kembali
terjadi down time normal.

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


14 SKP Sebutkan macam gelang Macam – macam warna gelang
4 danstiker  Gelang biru : pasien laki – laki
 Merah muda : pasien Perempuan
 Clear / bening : pasien ambigu (belum diketahui jenis
kelaminnya)
Macam – macam warna stiker
 Stiker merah : Alergi obat
 Stiker kuning : risiko jatuh
 Stiker ungu : DNR

14 Sebutkan identitas  Nama lengkap sesuai KTP


5 pasien yang harus aada  Tanggal lahir
di gelang  Nomor rekam medis

14 Jelaskan prsedur SPO identifikasi


6 identifikasi
14 Jelaskan proses SPO Teknik ISBAR
7 komunikasi efektif
melalui telepon antar
PPA
14 Jelaskan proses 
SPO pelaporan hasil kritis laboratorium
8 pelaporan hasil kritis 
SPO pelaporan hasil kritis radiologi
14 Jelaskan prosedur 
Handover antar PPA menggunakan Teknik SOAPI
8 handover 
Handover antar ruang menggunakan transferinternal

Handover dari ruang rawat nap ke diagnostic menggunakan
transfer interna;
15 Bagiamana Penyimpanan elektrolit konsentrat di luar instalasi farmasi( bangsal
0 penyimpanan elektrolit rawat inap) disimpan dalam emergency kit.
konsentrat di luar
instalasi farmasi
15 Bagaimana pelaksanaan  Side marking hanya dilakukan untuk prgan ganda hyang memeiliki
1 side marking dua sisi kanan – kiri (lateralisasi), multiple struktur( jari tangan , Jari
kaki, lesi) , multiple level (tulang belakang)
 Side marking di fisik pasien dnegan menggunakan initial operatot
dilingkari
 Side marking di mata / wajah dengan menempelkan plester putih
bertuliskan inisial operator
 Dokumentasi side marking di eRM hanya dengan melingkari organ
yang akan dioperasi tanpa inisial operasi
15 Tatalaksana risiko jatuh  Pengkajian risiko jatuh rawat jalan menggunkan get up and go
2 meliputi apa saja  Pengkajian risiko jatuh geriatri di rawat jalan menggunakan
Ontario
 Pengkajian risio jatuh di rawat inap menggunakan fall morse scale
(Dewasa) , hunpty dumpty(anak) Edmonson (pasien psikiatri)
 Pengkajian ulang risiko jatuh meliputi :
 Sesaat setelah transfer
 Perubahan kondisi
 Perubahan terapi
 Perubahan diagnose pasien
 Setiap akhir jaga shift
 Sesaat setelah jatuh

 Pada pasien berisko jatuh di rawat jalan dipasang stiker pada


lengan kiri atas
 Pasien risiko jatuh sedang ke atas dipasang stiker di gelang pasien,
stiker di papan monitor infus, tanda risiko jatuh di bed pasien

 Tindakan yang dilakukan untuk menangani ;


 Risiko jatuh rendah
- Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
- Pastikan bel panggil perawat mudah dijangkau
- Roda tempat tidur pasien posisi terkunci
- Posisi tempat tidur pada terendah
- Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
 Risiko jatuh sedang
- Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
- Pastikan bel panggil perawat mudah dijangkau
- Roda tempat tidur pasien posisi terkunci
- Posisi tempat tidur pada terendah
- pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
- Pasang penanda stiker warna kuning ditempel di gelang
identitas pasien
- Beri tanda risiko jatuh warna kuning di bed pasien dan papan
monitr infus
 Risiko jatuh tinggi
- Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
- Pastikan bel panggil perawat mudah dijangkau
- Roda tempat tidur pasien posisi terkunci
- Posisi tempat tidur pada terendah
- Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
- Pasang penanda stiker warna kuning ditempel di gelang
identitas pasien
- Beri tanda risiko jatuh warna kuning di bed pasien dan papan
monitr infus
- Kunjungi dan monitor pasien setiap 2jam oleh petugas
medis
- Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station
(bila memungkinkan)

Anda mungkin juga menyukai