1.PERTANYAAN TELUSUR PPA - Lengkap
1.PERTANYAAN TELUSUR PPA - Lengkap
2 Sebutkan ruang lingkup IGD, VK, ANISA , ICU, PICU, LABORATORIUM, IBS, RR DAN
PONEK POLIKLINIK
3 Sebutkan program kerja IMD, PMK, ASI EKSLUSIF, ROMING IN, AUDIT KEMATIAN
PONEK MATERNAL DAN NEONATAL, PELATIHAN KEGAWATAN
MATERNAL NEONATAL DI LINGKUP PONEK
PROGNAS 2
7 Apakah yang anda
ketahui tentang klinik
dots? Klinik yang pelayanan khusus pasien TBC. Gedung A belakang
Dimana letak klinik farmasi
DOTS
8 Bagaimana alur
penerimaan pasien
suspec TB di IGD?
Harus kita skrining batuk dahulu, apabila ada gejala TB maka di
pojokkan.diberi masker, dan di tempatkan di ruang isolasi negatif.
9 Bagaimana bila di
temukan di ruang inap
pasien suspec TB hasil bila ada pasien dengan TCM positif di ruang umum, pasien
TCM positif? dipindahkan ke ruang isolasi
PROGNAS 3
10 Adakah tim yang Ada Tim yang menangani tentang HIV-AIDS di rumah sakit dengan
menangani kasus HIV- nama TIM HIV- AIDS.
AIDS Tim HIV-AIDS langsung dibawah Direktur dan diketuai oleh dokter
Spesialis Penyakit Dalam
Ketua : (dr. Iin Novita, Sp.PD)
Sekretaris : Rochimatun, AMK
11 Bagaimana tindakan jika Jika ditemukan pasien HIV-AIDS di poli rawat jalan maupun rawat
ditemukan kasus HIV- inap, perawat melaporkan ke DPJP, kemudian DPJP akan
AIDS mengadviskan untuk lapor konsul ke klinik VCT. Kemudian pasien
datang ke Klinik VCT atau konselor datang ke ruang rawat inap
14 Jika pasien HIV/AIDS Ruang Isolasi Tekanan Positif bila ada Infeksi oportunitis
memerlukan rawat inap,
dimanakah ruang
penempatannya
PROGNAS 4
15 Siapa saja yang terlibat dokter anak, ahli gizi, bidan, perawat ruang anak, perawat perinatologi,
dalam Tim Stunting perawat poli anak, humas, dan apoteker.
Wasting?
16 Apa kriteria pasien anak Anak usia 0 - 5 tahun yang panjang badan atau tinggi badan menurut
dinyatakan Stunting? usia kurang dari -2 SD kurva WHO, disertai adanya malnutrisi dan
komplikasi medis
17 Bagaimana tatalaksana Balita yang terdeteksi stunting dilaporkan ke DPJP untuk tatalaksana
stunting di RS PKU medis, dan dilakukan aktivasi ahli gizi untuk tatalaksana diet dan
Muhammadiyah pelaporan ke Dinas Kesehatan
Surakarta?
18 Apakah ada program
untuk pencegahan Ada, meliputi kegiatan ANC ibu hamil, promosi IMD dan ASI
stunting dari RS PKU Eksklusif, pemantauan tumbuh kembang, serta klinik konsultasi gizi
Muhammadiyah
Surakarta?
PROGNAS 5
19 Adakah pelayanan KB di Ada
RS PKU muh ska Buktinya.adanya pelayanan KB pasca salin dan pasca keguguran baik
dipolkilinik,kamar bersalin dan kamar operasi dengan adanya SK tim
pkbrs dan adanya dokter obsgyn ,bidan yg sudah bersertipikat yg
memberi pelayanan
24 Apakah yang dimaksud Pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada
dengan pelayanan berbagai unit kerja sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit.
seragam Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit
menyediakan tingkat mutu asuhan yang sama setiap dalam seminggu
dan pada setiap shift.
Asuhan pasien yang seragam tercermin dalan hal – hal berikut :
a. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung
pada kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembayaran;
b. Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan
oleh PPA yang kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu
7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam;
c. Kondisi pasien memnentukan sumber daya yang akan dialokasikan
untuk memenuhi kebutuhannya;
d. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua
unit pelayanan di rumah sakit;
e. Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang asama akan
menerima tingkat asuhan keperawatan yang sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;
25 Apakah yang dimaksud Pelayanan dan asuhan yang terintegrasi merupakan proses pelayanan
dengan proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak PPA dan
dan asuhan yang berbagai unit pelayanan.
terintegrasi Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan
mencakup beberapa elemen:
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan
klinis/ketua Tim PPA (Clinical Leader);
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin
dengan kolaborasi interprofesional, menggunakan Panduan Praktik
Klinis (PPK), alur klinis/Clinical Pathway (CP) terintegrasi,
algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT);
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga
kesinambungan pelayanan;
Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan
bersama PPA harus memastikan :
a. Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien
yang unik berdasar atas hasil pengkajian;
b. Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
c. Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
d. d. Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan
respos pasien.
e.
26 Bagaimana tata cara Rumah sakit menetapkan tata cara pemberian instruksi yaitu hanya
pemberian instruksi ? diberikan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten
dan berwenang dalam mekanisme komunikasi efektif;
Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai
instruksi serta hasilnya didokumentasikan dalam elektro rekam
medis;
Permintaan pemeriksaan laboratorium (termasuk pemeriksaan
patologi anatomi) dan diagnostik imajing tertentu harus disertai
indikasi klinik;
Permintaan untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
imaging harus disertai ringkasan klinis apabila meminta hasilnya
berupa interpretasi;
Instruksi harus tersedia dan mudah diakses sehingga dapat
ditindaklanjuti tepat waktu dengan cara menuliskan CPPT dan
didokumentasikan dalam elektronik rekam medis.
Instruksi harus jelas kapan instruksi harus dilakukan dan siapa yang
akan melakukan instruksi tersebut.
Pasien rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik/berisiko,
termasuk pasien yang dirujuk dari luar, juga harus dilakukan
pengkajian serta pencatatan dalam elektro rekam medis.
27 Bagaimana tata cara Pada saat ada pemeriksaan laboratorium dan diagnostik imaging harus
pendokumentasian disertai indikasi klinis (alasan dilakukan prosedur dalam ERM).
instruksi dalam rekam Misalnya : ada pengantar cek Hb yang dituliskan dalam ERM.
medis Instruksi pemeriksaan ada di CPPT atau asesmen medis. Kenapa
dilakukan cek Hb?
28 Apakah yang dimaksud Pelayanan pada pasien risiko tinggi membutuhkan prosedur,
dengan Pelayanan Pasien PPK (Panduan Praktik Klinis), CP (Clinical Pathway ) dan
Risiko Tinggi dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA memberikan
Penyediaan Pelayanan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh, kompeten dan
Risiko Tinggi seragam.
Pelayanan pada pasien risiko tinggi berdasarkan populasi meliputi
: pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri.
30 Apakah yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas;
pelayanan geriatri di
Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari
rumah sakit? aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia termasuk
pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua
aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi
Pasien Geriatri Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
adalah pasien lanjut usia ≥ 70 tahun dengan penyakit dan/gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta terpadu
dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
31 Jelaskan tentang Tim Tim Terpadu Geriatri adalah suatu tim multidisiplin yang bekerja
Terpadu Geriatri secara interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan Lanjut Usia
dengan prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan paripurna dengan
mendekatkan pelayanan kepada pasien Lanjut Usia.
Ketua Tim Terpadu Geriatri : Dr. Retno Suryaningsih, Sp.PD, KGH
Sekretaris : Christina Dewi, S.Kep,Ns
32 Jelaskan Pelayanan EWS hanya dilakukan di rawat inap saja. Ruang intensive sebagai
EWS (Early Warning evaluasi pelaksanaan EWS di rawat inap
System)
Regulasi RS
Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi
pasien yang memburuk (EWS) dan mendokumentasikannya dalam
rekam medis
Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
dilakukan penghitungan skor EWS;
Seluruh petugas primer harus terlatih untuk mengenali penurunan
kondisi pasien dan melakukan monitoring secara rutin terhadap
parameter klinis pasien, termasuk memberikan edukasi kepada
pasien dan atau keluarga pasien cara meminta bantuan petugas
apabila terjadi penurunan kondisi.
Pelayanan EWS
Early Warning Score (EWS) adalah suatu alat yang
dikembangkan untuk memprediksi penurunan kondisi pasien
yang secara rutin didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah,
nadi, kesadaran, sistem pernapasan dan lain-lain.
Prinsip Early Warning System (EWS) adalah membawa sistem
ICU ke luar ICU dengan harapan pasien-pasien di luar ICU
yang dalam keadaan menurun kondisi umumnya tidak
terlambat dalam penanganannya, sehingga menurunkan angka
kecacatan, kematian, dan menekan biaya.
EWS terdiri dari 3 (tiga) :
a. Early Warning Scoring System (Dewasa)
b. Early Warning Scoring System (Anak)
c. Early Warning Scoring System (Obstetric)
Alur pelaksanaan Early Warning System (EWS)
1. Pada setiap pasien yang dirawat di bangsal perawatan dilakukan
monitoring secara berkala (termasuk 7 parameter klinis pada
pasien dewasa yaitu laju pernapasan, saturasi oksigen, penggunaan
supplemental O2, tekanan darah sistolik, temperatur, laju jantung
dan kesadaran) dengan mengisi form penilaian early warning
system sesuai kategori pasien.
2. Lembar form penilaian monitoring juga harus diisi saat ada
keluhan pasien/laporan keluarga pasien terkait kemungkinan
adanya penurunan atau perubahan kondisi pada pasien.
3. Pada pasien yang stabil dibangsal (parameter hijau (skor 0 atau 0-2
untuk anak)), maka monitoring dan evaluasi dilakukan secara
berkala setiap 8 jam, adanya perubahan parameter fisiologis dan
keluhan pasien akan selalu dimonitor dan dievaluasi.
4. Apabila pasien dikategorikan risiko rendah dengan skor 1-4 (3-4
untuk anak), maka respon selanjutnya adalah asesmen segera oleh
perawat senior/ka shift (response time maksimal 5 menit), eskalasi
monitoring per 4-6 jam dan eskalasi perawatan (manajemen nyeri,
demam, terapi oksigen, dll), jika diperlukan asesmen oleh Dokter
jaga dan lapor serta konsultasikan ke Dokter penanggung jawab
pasien (DPJP).
5 Apabila skor 5-6 atau skor 3 pada satu parameter pada pasien
dewasa/obstetrik (risiko sedang), maka respon selanjutnya adalah
asesmen segera oleh dokter jaga bangsal dengan respon time
maksimal 10 menit. Eskalasi perawatan dan terapi dan tingkatkan
frekuensi monitoring minimal setiap 1 jam. Lapor dan
konsultasikan ke DPJP (pindahkan ke area yang sesuai/area dengan
fasilitas bed side monitor (HCU) atau level diatasnya (Unit Rawat
Intensif).
6. Apabila skor 7 atau lebih ( anak ≥ 5 atau skor 3 pada satu
parameter) (risiko tinggi), maka respon selanjutnya adalah
resusitasi dan monitoring secara kontinyu. Aktivasi tim medis
emergensi (Dokter Jaga Bangsal) dan panggil segera bantuan
perawat senior. Ambil troli emergensi dan jika waktu telah
memungkinkan lapor dan konsultasikan ke dokter penanggung
jawab pasien (DPJP).
Sistem aktivasi kode biru perlu dibuat di suatu rumah sakit sebagai
bentuk pengaktivasian sistem emergensi terhadap tim resusitasi untuk
sesegera mungkin menolong atau memberi bantuan terhadap
pasien/korban yang mengalami henti jantung dan atau henti nafas di
area rumah sakit.
34 Jelaskan alur pasien Instruksi transfusi diberikan oleh DPJP dan dituliskan dalam CPPT
dan atau asesmen medis. Selanjutnya dilakukan :
yang mendapatkan
IC Transfusi Darah
transfusi Membuat pengantar E – Lab permintaan darah lengkap dengan
golongan darah .
PROL membawa sampel darah ke laborat
PROL melakukan serah terima dengan petugas laboratorium
Setelah darah selesai diproses di laboratorium, petugas laborat
menghubungi PROL
Pelaksanaan serah terima darah petugas laboratorium dengan
PROL
PROL menyerahkan darah kepada petugas ruangan
Perawat mencocokkan darah transfusi dengan SPDT
37 Sebutkan dan jelaskan Pengukuran nyeri dilakukan sesuai dengan umur dan kondisi pasien,
terdiri atas :
alat pengukur nyeri
1. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) (0 hari – 28 hari);
2. FLACC Behavioral Pain Scale (29 hari – 3 tahun) dan pasien
dengan gangguan kognitif;
3. Wong Baker Faces Pain Scale (usia > 3 tahun – 9 tahun);
4. Numeric Scale (usia > 9 tahun);
5. CPOT digunakan untuk pasien tidak sadar tanpa sedasi;
6. PAINAD untuk pasien demensia;
7. Ramsay untuk melihat efek dari pemberian sedasi;
38 Sebutkan dan jelaskan Kategori nyeri ada 4 (empat) :
Nilai 0 – 0 tidak merasa nyeri;
kategori nyeri
Nilai 1 – 3 termasuk nyeri ringan;
Nilai 4 – 6 termasuk nyeri sedang;
Nilai 7 – 10 termasuk nyeri berat.
40 Kapan dilakukan 1. Pasien dilakukan asesmen ulang nyeri setelah diberikan terapi obat
analgetik dan tindakan non farmakologi :
asesmen ulang nyeri
a. Obat injeksi 30 menit
b. Obat oral 60 menit
c. Obat intra lumbal 15 menit
d. 15 menit setelah pemberian terapi non farmakologi.
2. Hasil monitoring nyeri didokumentasikan dalam rekam medis;
41 Bagaimana Anda Manajemen nyeri merupakan edukasi wajib yang dilakukan petugas
pada pasien dengan menggunakan leflet manajemen nyeri.
melakukan edukasi nyeri
.
42 Apakah semua pasien Ya
Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir
yang mengalami
kehidupan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga,
perburukan kondisi mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta
mendokumentasikan dalam rekam medis;
harus dilakukan skrining
Asuhan pasien menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap
akhir hayat/terminal kebutuhan psikososial, emosional, kultural dan spiritual pasien dan
keluarganya;
Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien
masuk dalam fase menjelang ajal;
Skrining pasien menjelang akhir hayat (terminal) didahului dengan
perburukan kondisi dilakukan oleh DPJP dan atau dokter bangsal:
Pengkajian pasien menjelang akhir hayat (terminal) oleh DPJP dan
atau dokter bangsal;
Selanjutnya PPA melakukan pengkajian akhir hayat yang bersifat
individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
keluarganya;
Pasien menjelang akhir hayat (terminal) membutuhkan asuhan
dengan rasa hormat dan empati yang terungkap dalam
pengkajian;
45 Bagaimana jika pasien - Saat kunjungan edukasi gizi, Ahli Gizi menjelaskan terkait diet
membawa makanan dari pasien saat dirawat. Apabila tidak ada diet khusus, pasien
luar? diperbolehkan membawa makanan dan dijelaskan terkait dengan
makanan yang boleh dan tidak boleh dibaswa, penyimpanan, dan
batas waktu simpannya.
Namun apabila pasien terdapat diet khusus, Ahli Gizi menjelaskan
terkait makan yang boleh dan tidak boleh, serta anjuran makan
makanan dari RS saja.
46 Terapi gizi terintegrasi - Terapi gizi meliputi Asesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi,
meliputi apa saja? Monitoring dan Evaluasi
Apakah ada monitoring - Monitoring dilakukan setiap reasesmen ulang, dan dicatat pada
terapi gizi pasien? dokumen e-rekam medis bagian CPPT dengan format SOAP,
Didokumentasikan DAN monitoring asupan harian pasien. Pada pasien intensif,
Dimana? monitoring dilakukan setiap hari.
47 Kapan dilakukan re- Asesmen ulang dilakukan sesuai dengan hasil asesmen awal. Apabila
asesmen atau asesmen berisiko malnutrisi berat, dilakukan setiap hari. Apabila resiko
ulang? malnutrisi sedang, dilakukan per 3 hari. Dan apabila tidak berisiko
malnutrisi, dilakukan tiap 7 hari apabila pasien masih rawat inap
48 Kapan dilakukan - Konseling gizi dilakukan setiap ada permintaan dari dokter
konseling gizi? dan/atau atas permintaan pasien sendiri (APS).
Kepada siapa konseling - Konseling gizi dilakukan kepada pasien baik yang sedang rawat
gizi dilakukan? inap maupun rawat jalan.
49 Jelaskan Pelaksanaan Terdapat regulasi tentang pengkajian awal dan pengkajian ulang medis
Pengkajian awal dan di Unit Gawat Darurat, Rawat Inap dan Rawat Jalan
pengkajian ulang medis
dan keperawatan di unit Isi minimal pengkajian awal pasien meliputi :
gawat darurat, ranap dan a) Keluhan saat ini
rajal, meliputi point a-m b) Status fisik;
oleh PPA yang kompeten c) Psiko-sosio-spiritual;
d) Ekonomi;
e) Riwayat kesehatan pasien;
f) Riwayat alergi;
g) Riwayat penggunaan obat;
h) Pengkajian nyeri;
i) Risiko jatuh;
j) Pengkajian fungsional;
k) Risiko nutrisional;
l) Kebutuhan edukasi; dan
m) Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)
Dilakukan oleh PPA yang kompeten dibuktikan dengan STR, SPKK
dan RKK
Terdapat perencanaan pemulangan(P3), dilakukan sejak pengkajian
awal / pasien masuk rawat inap yang mencakup identifikasi kebutuhan
khusus dan rencana untuk memenuhi kebutuhan selama rawat inap
50 Jelaskan pelaksanaan Bukti rekam medis : bahwa pelaksanaan pengkajian awal medis dan
pengkajian awal medis keperawatan dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak pasien masuk
dan keperawatan rawat inap, atau lebih awal bila diperlukan dilakukan oleh dokter dan
dilaksanakan dalam perawat
kurun waktu 24 jam
pertama sejak pasien
masuk rawat inap atau
lebih awal bila
diperlukan sesuai
dengan kondisi pasien
51 Pengkajian awal medis Bukti di rekam medis bahwa Pengkajian awal medis menghasilkan
menghasilkan diagnosis diagnosis medis yang mencakup kondisi utama dan kondisi lainnya
medis yang mencakup yang membutuhkan tata laksana dan pemantauan.(form pengkajian
kondisi utama dan awal medis rawat inap / DPJP)
kondisi lainnya yang
membutuhkan tata
laksana dan pemantauan
54 Pasien dengan risiko Apabila pasien terdeteksi ada risiko manlnutrisi sedang maupun berat
nutrisional dilanjutkan dikonsulkan kepada DPJP untuk konsul ke ahli gizi. Dilakukan
dengan pengkajian gizi pengkajian lanjutan dan selanjutnya untuk menentukan asuhan gizi.
(Bukti rekam medis).
56 Bagaimana pengkajian Pelaksanaan pengkajian ulang medis minimal setiap hari. Termasuk
ulang bagi semua pasien akhir minggu kecuali pasien elektif ( pasien dengan kasus orthopedi
dengan interval waktu dan rehabilitasi medik).
yang ditentukan untuk Pengkajian ulang perawat meinimal setiap shift dan apabla ada
kemudian dibuat perubahan
rencana asuhan lanjutan. Pengkajian ulang apoteker dilakukan pada pasien dengan kondisi
:
I. pasien yang dirawat di intensive care
II. pasien rawat inap kemoterapi
III. pasien rawat inap yang dapat terapi obat anti koagulan
dilakukan setiap 1 hari, kecuali jika apoteker jadwalnya libur / jaga
ruang edukasi obat
64 Tugas MPP dalam 1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek
pelayanan pasien psikososialkultural
2. Menyusun perencanaan MPP
3. Memfasilitasi penenuhan kebutuhan asuhan pasien
4. Memfasilitasi komunikais dan koordinasi anatr PPA dalam
konteks keterlibatan pasien
5. Melakukan kunjungan pasein baru yang yang teraktivasi
6. Memastikan dokumen rekam medis terisi lengkap
7. Penanganan pasien berisiko complain
8. Pengendalian mutu dan kendali biaya
9. Pelaksana proses ferifikasi medis pasien JKN
10. Terlibat aktif dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
77 Jelaskan hak-hak pasien Setiap pasien masuk rs akan mendapatkan penjelasan tentang hak
dan keluarga selama pasien dan keluarga di admisi,ada 12 hak pasien
mendapatkan pelayanan 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
di rumah sakit peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan
kewajiban pasien;
3. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan
yang didapatkan;
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis
dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan;
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya;
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya;
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang
tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana; dan
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
90 Bagaimana cara pasien Second opinion didapatkan dengan cara lapor DPJP terkait permintaan
untuk mendapatkan second opini, lengkapi Formulir Permintaan second opini, DPJP
second opinion second opini sesuai dengan sub spesialis DPJP yang merawat.
91 Apa yang dimaksud DNR adalah permintaan untuk tidak dilakukan tindakan resusitasi jika
dengan penolakan terjadi sesuatu kegawatan jika terjadi cardiac arest, dilakukan oleh
resusitasi (DNR) pasien sendiri dalam keadaan sadar
92 Bagaimana alur dan cara Siapkan dan lengkapi formulir DNR, lapor DPJP, DPJP memberikan
pasien dan keluarga penjelasan kepada pasien keluarga terkait peolakan tindakan
yang menghendaki DNR
dan penghentian alat
penunjang kehidupan
94 Bagaimana alur Suatu penolakan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dengan
penanganan komplain KIE keluarga yang didokumentasikan melalui AMA ( Againt Medical
dan dokumentasinya? Advice), penolakan tindakan adalah hak pasien, Penjelasan terkait
(lihat bukti dokumentasi dengan resiko penolakan tindakan, Resiko penolakan tindakan menjadi
keterlibatan dalam tanggungjawab keluarga, penjelasan alternatif tindakan lain ada/tidak.
penyelesaiaan komplain)
95 diberikan setiap pasien Rawat inap oleh petugas admisi, dan diberikan
Kapan General Consent
1 x untuk pasien rawat jalan
diberikan
96 Apa saja isi dari general Isinya tentang
consent 1, Persetujuan Asuhan Kesehatan,
2. Hak, Kewajiban, dan tanggungjawab sebagai pasien.
3. Akses informasi kesehatan,
4. Rahasia kedokteran.
5. Privasi.
6. Barang pribadi.
7 Pengajuan keluhan.
8. Kewajiban pembayaran.
9. Keterlibatan peserta didik.
10. Kejadian tidak terduga/ tidak diharapkan
97 Tindakan apa saja yang Tindakan yang beresiko tinggi ( Tranfusi, Operasi, Anestesi, Radiologi)
memerlukan informed
consent
98 Bagaimana proses Sebelum tindakan dilakukan keluarga dan pasien diberikan inform oleh
pemberian Informed DPJP, jika keluarga menyetujui/menolak tindakan maka pasien /
consent keluarga memberikan pernyataan dengan menandatangani IC
99 Apa saja kriteria pasien Pasien yang tidak kompeten adalah anak dibawah usia 18 tahun, pasien
tidak kompeten dan dengan gangguan jiwa, pasien tidak sadar. Yang berhak mengambil
siapa yang berhak keputusan untuk anak adalah oarang tua. Jika pasien tidak sadar/
memberikan persetujuan pasien ODGJ maka pengambil keputusan adalah keluarga dan tertulis
untuk pasien yang tidak dipelepasan informasi.
kompeten?
101 Jelaskan Persetujuan Dokter anestesi melakukan kunjungan pra Anestesi dan melakukan
medis (informed consent) asesmen pra Anestesi, selanjutnay dokter anestesi memberikan
untuk prosedur maupun informasi kepasien atau keluarga yang kompeten untuk diberikan
sedasinya informasi tentang tindakan anestesi,tujuan, tata cara, keuntungan,
Resiko, Komplikasi, pronogsis, dan Alternatif
102 Perbedaan populasi anak, dewasa dan geriatri ataupun pertimbangan
Jelaskan Perbedaan
lainnya untuk menentukan tidakan anestesi, tehnik, cara dan dosis yang
populasi anak, dewasa,
akan diberikan kepada pasien dalam tindakan sedasi moderat dan
dan geriatri ataupun
dalam
pertimbangan khusus
lainnya
105 Siapa yang melakukan Pemberian Informasi dilakukan oleh Dokter Anestesi kepada pasien
pemberian informasi atau keluarga yang kompeten
kepada pasien dan atau
keluarga atau pihak
yang akan memberikan
keputusan
106 Bagaimana pengaturan Penjadwalan dokter anestesi dilakukan oleh Ka. Instalasi Anestesi dan
jadual dokter anestesi Terapi Intensif, baik yang jaga di dalam kamar operasi maupun yang
dan perawat anestesi jaga di luar kamar operasi
107 Siapa yang diberi Tenaga medis kompeten yang diberikan kewenangan klinis
kewenangan melakukan memberikan sedasi moderat dan dalam
tindakan sedasi moderat
dan dalam Tindakan anestesi adalah tindakan medis, maka yang melakukan
tindakan sedasi moderat dan dalam adalah dokter anestesi
108 Dokter spesialis anestesi Dokter anestesi melakukan kunjungan pra Anestesi dan melakukan
memberikan informasi asesmen pra Anestesi, selanjutnya dokter anestesi memberikan
dan mendokumentasikan informasi kepasien atau keluarga yang kompeten untuk diberikan
dalam formulir informasi tentang tindakan anestesi,tujuan, tata cara, keuntungan,
persetujuan tindakan Resiko, Komplikasi, pronogsis, dan Alternatif
anestesi/sedasi
109 PPA PPA melakukan pendokumentasian tentang :
mendokumentasikan 1. KU, TTV, PONS Pasien.
pemantauan pasien 2. Melakukan pemantau pasien kondisi didokumentasikan di ERM.
pasca anestesi baik di 3. Menginterprestasikan pasien layak pindah ke bangsal atau ke intensi
ruang intensif maupun di (Aldrete score, Bromage score, steward score).
ruang pemulihan dalam 4. Mencatat evaluasi pemantauan dengan SOAP di CPPT ERM
rekam medis pasien
110 Pasien dipindahkan dari kriteria pindah pasien pasca op & anestesi sesuai : Aldrete, Bromage,
unit pasca anestesi (atau steward score
pemantauan pemulihan
dihentikan) sesuai
dengan kriteria baku
112 DPJP mencatat Rencana adanya instruksi post operasi pada form instruksi post op. catatan
asuhan pascaoperasi perkembangan pasien CPPT : SOAP
dalam rekam medik
dalam waktu 24 jam.
115 Bagaimana RS Rumah Petugas bisa menunjukan sk pelayanan yang bisa dan tidak bisa
sakit menyampaikan dilayani di rumah sakit pku solo, dan bisa menentukan alur ketika rs
informasi kepada pasien
dan keluarga terkait tidak bisa melayani
alternatif asuhan dan
pelayanan di tempat lain,
apabila rumah sakit
tidak dapat memberikan
asuhan dan pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
118 Dimanakah bukti bahwa Terdapat pada hasil edukasi dokter di lembar edukasi ERM mengenai
pasien/keluarga telah hasil pengkajian, diagnosis, rencana asuhan dan hasil pengobatan
dijelaskan mengenai termasuk hasil pengobatan yang tidak diharapkan
hasil pengkajian,
diagnosis, rencana
asuhan, dan hasil
pengobatan, termasuk
hasil pengobatan yang
tidak diharapkan.
119 Bagaimana cara Setelah dilakukan edukasi , maka dipastikan dalam daftar tilik di form
memastikan pasien dan ERM Secara lengkap
keluarganya memahami
edukasi yang diberikan.
124 Obat emergensi isinya sesuai standar yang ditetapkan rumah sakit,
Jelaskan Penyimpanan seragam isinya disimpan di box/trolley yang memiliki kunci
obat di troly emergency dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan digunakan. Dipakai
hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai harus segera
dimintakan penggantian supaya lengkap dan dikunci segel lagi dengan
yang nomer seri kunci baru. Harus dicek secara berkala setiap satu
bulan sekali meliputi aspek ketepatan jumlah dan kondisi obat
(kadaluarsa atau rusak). Penggunaan obat emergensi disertai dengan
penginputan ke sistem IT penggunaan obat emergensi, yang
selanjutnya dilakukan penggantian obat oleh petugas farmasi maksimal
1 jam sejak obat digunakan. Penggantian obat emergensi disertai
dengan pencatatan penggantian obat emergensi. Supervisi
penyimpanan obat emergensi dilakukan sebulan sekali oleh petugas
farmasi yang ditunjuk dengan disertai berita acara."
125 Apakah troly kunci berupa kunci dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan
emergency dalam digunakan. Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai
keadaan terkunci harus segera dimintakan penggantian supaya lengkap dan dikunci
segel lagi dengan yang nomer seri kunci baru.
126 Bagiamana Rekonsiliasi Kegiatan rekonsiliasi adalah
obat saat pasien masuk a) Rekonsiliasi obat saat admisi :membandingkan antara daftar
rumah sakit, pindah penggunaan obat sebelum admisi dengan resep/instruksipengobatan
antar unit pelayanan di saat admisi
dalam rumah sakit dan b) Rekonsiliasi obat saat transfer: membandingkan antara daftar
sebelum pasien pulang. penggunaan obat sebelum admisi ,daftar penggunaan obat dari ruang
rawat sebelumnya dan resep obat di ruang rawat sekarang
c) Rekonsiliasi obat saat pulang : membandingkan antara daftar
penggunaan obat sebelum admis,daftar penggunaan obat 24 jam
terakhir, dan resep obat pulang
Tahapan proses rekonsiliasi :
a) Mengumpulkan data (mencatat dan memverifikasi obat yang sedang
atau yang akan digunakan pasien meliputi nama obat, dosis, rute
pemberian, frekuensi, kapan mulai diberikan, diganti atau dilanjutkan
atau dihentikan, riwayat alergi, efek samping obat yang dialami).
b) Membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan untuk menemukan permasalahan obat atau
ketidaksesuaian.
c) Melakukan konfirmasi kepada DPJP bila ada permasalahan.
d) Mengkomunikasikan kepada pasien / keluarga pasien / perawat
mengenai perubahan/penundaan / penghentian terapi.
127 Bagaimana
dokumentasi hasil Dokumentasi Rekonsialiasi obat dilakukan oleh Staf Farmasi
rekonsiliasi obat (Apoteker/TTK) dalam ERM. Staf Farmasi mampu menunjukkan
didokumentasikan di dalam ERM terkait Form Rekonsiliasi Obat maupun Form Serah
rekam medis Terima Obat dari Rumah.
128 Jelaskan tentang Penyerahan obat pasien rajal dilakukan oleh staf farmasi yg
Pemberian obat kompeten (Apoteker/TTK) disertai dengan edukasi obat (ada bukti
dokumen form edukasi obat pasien rajal). Pemberian obat pasien
ranap dilakukan oleh perawat/bidan/dokter/Radiografer sesuai
RKKnya (dibuktikan dengan RKK masing2 nakes) dan data obat yg
diberikan ke pasien ranap dibuktikan dengan klik aksi pemberian
oleh perawat/bidan dalam Daftar Pengobatan di ERM. Obat pulang
pasien ranap diserahkan oleh Staf Farmasi
(Apoteker/TTK)/Perawat/Bidan, disertai dengan edukasi obat
pulang yang dilakukan oleh Apoteker (ada bukti dokumen form
edukasi obat pulang oleh Apoteker)
Sebelum obat diberikan ke pasien harus dilakukan verifikasi 7
Benar meliputi : Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
waktu/frekuensi, benar rute pemberian, benar indikasi, & benar
dokumentasi (dibuktikan dengan isian form telaah obat di farmasi
dan isian klik aksi pemberian daftar pengobatan oleh
perawat/bidan).
Semua obat baik High Alert/non High alert di RS PKU Solo,
sebelum diberikan ke pasien selalu dilakukan proses doble cek baik
oleh staf farmasi/bidan/perawat (dibuktikan dengan isian form
telaah obat di farmasi dan isian klik aksi pemberian daftar
pengobatan oleh perawat/bidan).
Bukti Form Edukasi Obat pada pasien rajal/ranap ditunjukkan
kepada penelusur (sebagai bukti dokumen telah melakukan edukasi
obat pada pasien), selain itu pada pasien saat rawat inap dapat
ditunjukkan bukti edukasi Apoteker dalam Form Edukasi
terintegrasi dalam ERM.
129 Jelaskan pemantauan pemantauan terapi obat meliputi
terapi obat Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional
bagi pasien.Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD. Kriteria pasien yg
di PTO antara lain : pasien yg dirawat di ruang intensive care, pasien
rawat inap kemoterapi, pasien rawat inap yg mendapat terapi obat anti
koagulan.Pemantauan terapi obat dilakukan dengan interval waktu
setiap hari visite pasien, kecuali jika apoteker libur/ jaga di ruang
edukasi
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO )merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Monitoring efek samping
obat yang terjadi pada pasien dilakukan oleh seluruh tim kesehatan
yang merawat pasien tersebut. Jadi jika di bangsal ada temuan ESO,
perawat selain melaporkan kepada DPJP maka perawat juga
melaporkan kepada Apoteker, yang mana selanjutnya kegiatan yang
dilakukan apoteker dalam MESO meliputi:
• Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
• Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami efek samping obat
• Mengisi bukti pelaksanaan Monitoring efek samping obat di CPPT
rekam medis.
• Melaporkan kepada Panitia Farmasi dan Terapi dan bila perlu
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Efek
samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan sesuai
peraturan perundangan. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan
dilaporkan ke PFT setiap 3 bulan.8) PFT membahas kejadian efek
samping, melakukan analisa dan melaporkan kepada Direktur.
130 Adakah Pelaporan Petugas yg menemukan pertama kali kejadian medication error/IKP
medication eror maka menginput temuan dalam Form LADEN di sistem IT RS
maximal waktu penginputan 2x24 jam.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
13 Sebutkan BMHP yang BMHP yang dapat digunakan ulang meliputi: Alat dan material yang
1 dapat digunakan ulang dapat digunakan kembali, ada jumlah maksimum pemakaian ulang
setiap alat secara spesifik, ada proses identifikasi kerusakan alat yang
tidak dapat digunakan kembali,ada protokol yang jelas terkait proses
pembersihannya,dilakukan proses pencatatan BMHP yang digunakan
ulang pada RM
13 Bagaimana alat dan Alat dan material yang digunakan kembali tidak rusak saat dilakukan
2 material yang dapat pengelolaan dan digunakan kembali
dipakai kembali;
13 Bagaimana Jumlah Jumlah maksimum pemakaian ulang setiap alat berbeda – beda.
3 maksimum pemakaian Terdapat label tertulis pada bungkus alat berupa penggunaan ke berapa,
ulang dari setiap alat tanggal dan jam
secara spesifik;
13 Alat setelah digunakan segera dilakukan pembersihan ( membuang sisa
Jelaskan Proses
4 sisa darah, kassa),Periksa kelengkapan jumlah instrumen yang habis
pembersihan setiap alat
dipakai, masukkan semua set ke dalam box/kontainer yang bertuliskan
yang segera dilakukan
box kotor dan ditutup, jika pada saat shif pagi set kotor akan di ambil
sesudah pemakaian dan
oleh petugas CSSD ke ruangan dan terdokumentasi pada buku serah
mengikuti protokol yang
terima, jika diluar shif pagi maka bawa box ke CSSD masukkan lewat
jelas;
pintu instrumen kotor, serahkan ke petugas CSSD, dokumentasikan
dalam buku serah terima instrumen yang ditanda tangani CSSd dan
petugas yang mengembalikan alat.
13 Bagaimana
5 pencantuman identifikasi
pasien pada bahan medis
habis pakai untuk Alat HD ( Dializer) single use. Jadi tidak ada pencatuman identifikasi
hemodialisis; pada BMHP
13 Jelaskan pencatatan
6 bahan medis habis pakai
yang reuse di rekam Pencatatan BMHP yantg di reuse dengan melakukan scan kemudian
medis; diupload pada E-RM PPA pada scan upload PDF
13 Evaluasi untuk
7 menurunkan risiko Evaluasi dilakukan uji kultur kuman setiap 6 bulan, kemudian uji
infeksi bahan medis fungsi dilakukan oleh Dokter operator yang menggunakan alat
habis pakai tersebut.
13 Jelaskan bagaimana Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius : Limbah cairan tubuh
9 pengelolaan limbah di infeksius dibuang dalam spolhook.
RS Sedangkan tumpahan darah dan cairan tubuh pasien dikelola dengan
menggunakan spilkit Infeksius : Pasang warning sign, ambil spilkit
infeksius, pakai APD, serap tumpahan dengan kain sekali pakai,
kemudian semprot dengan cairan clorin 0,5 %, diamkan 10 menit,
setelah itu bilas menggunakan air , masukkan limbah dalam plastik
kuning, setelah selesai APD dilepas, Lakukan kebersihan tangan,
lengkapi kembali isi spilkit, kembalikan ketempat semula
14 Jelaskan proses
0 pengelolaan pasien bila Regulasi : Panduan KLB ; Bila terjadi KLB airbone pasien akan
terjadi ledakan pasien ditempatkan di ruang isolasi tekanan negatif.
(outbreak) penyakit Bila terjadi ledakan airborne diseases sementara ruang tekanan negatif
infeksi air borne. +> Ke tidak tersedia maka akan mengalihfungsikan ruang rawat inap menjadi
IPCLN ruang isolasi untuk pasien ledakan airborne.
,Ruang isolasi yang dimaksud adalah Ruang Arofah, ruang Multazam,
ruang Mina, atau ruang perawatan yang lain sesuai penetapan dari
Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta saat terjadi
KLB airborne, bila ruangan tidak tersedia maka RS akan merujuk
pasien ke rumah sakit rujukan.
14 Bagaimana proses Tidak memberikan infromasi medis pasien kepada yang tidak berhak
1 memastikan dan/atau tanpa ijin pasien.
kerahasiaan, keamanan
dan integritas data dan
14informasi?
14 Bagaimana susunan Penyusunan dan pengisian rekam medis pasien berdasarkan urutan
2 pengisian dokumen kronologinya pelayanan, misal asesmen PPA, CPPT,Implementasi,
rekam medis rajal, Infromed consent, Edukasi dan lembar lain sesuai kebutuhan
ranap, IGD?
14 Apa yang dimaksud Downtime adalah berhentinya pelayanan akibat kegagalan sistem yang
3 down time, bagaimana berpengaruh pada pelayanan baik terencana atau tidak terencana. Saat
prosedur pelayanan jika down time pelayanan dilakukan seacra manual sampai sistem kembali
terjadi down time normal.