Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MERANGKUMAN

“ ITHNAB DAN MUSAWAH”

Nama : Andi Nurkhabib Al Zidane

NIM : 220506502020

Kelas :B

ITHNAB
Ithnab adalah mengkomunikasikan maksud dengan kalimat yang panjang, sambil memberikan
manfaat.

ِّ ِِّّ ِِّ ‫رب‬


‫أس َش ْي با‬
ُ ‫عل الر‬
َ ‫ت‬َ ‫العظم ِّم َن َِ وا ْش‬
ُ ‫وه َن‬
َ ‫إن‬ ِِّّ Contoh:
Wahai Tuhanku, sesungguhnya Aku telah Lemah tulangku, dan telah penuh ubanku.

artinya: Saya sudah tua.


Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, serta Ziyadah itu tidak menjadi
kebutuhan dalam tujuan, maka dikatakan sebagai Tathwil.
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada Nu'man bin Mundir sambil
ِّ ِِّّ ‫ت األدمي لر ِّاه‬
mengingatkan Musibah yang terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba': ِّ‫يشه‬ ِّ ْ ‫َّد‬
َ ‫َوقد‬
‫ب ًِ َوَم ْي نا‬ ِّ
ً ‫وال َفى َق ْو ُل ُِا َك ِّذ‬
“Dan Dia (Zaba') telah memotong kulit pada urat nadinya (Judzaimah), dan Dia (Judzaimah)
mendapatkan Ucapannya (zaba') itu Dusta dan Bohong”
lafadz ‫ گذبًا‬dan ‫ مینا‬memiliki arti yang sama, maka menggunakan salahsatunya sudah cukup. dan
tambahan kata tersebut juga tidak dibutuhkan karena tujuannya sudah sah dengan menggunakan
salah satunya maka adanya penambahan lafadz tersebut dikatakan sebagai Tathwil yang tanpa
faidah.
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, tetapi Ziyadah itu menjadi
ketentuan, maka dikatakan sebagai Hasywu.
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada Perdamaian yang terjadi antara Qois
dan Dzibyan :
ٍ ِّ ِِّّ ‫ننِ عن عِّل ٍم ما‬ ِِّّ ‫س َق ب له و‬ ِّ ‫أع‬
ِِّّ ‫فِ َغد‬
‫عم ي‬ َ ِّ ْ َ ِِّّ ‫لك‬ َ ُ ْ ِِّّ ‫األم‬
ْ ‫ايل ْوم و‬
َ ‫لم‬َ ‫لم ِّع‬
ُ ْ‫و‬
“Dan Saya mengetahui seperti pengetahuan hari ini dan kemarin, sebelum hari ini, dan Tetapi saya
tidak tahu akan pengetahuan dihari besok”
lafadz ‫ قبلة‬menunjukkan arti yang sama dengan = ‫( األنس‬kemarin), dan tambahan itu nyata sebagai
tambahan karena tidak sah mengathofkannya pada lafadz ‫الیوم‬.

Faktor penyebab Ithnab adalah:


1. Memantapkan tujuan atau makna.
2. Menjelaskan perkara yang dikehendaki.
3. Menguatkan.
4. Menolak salah persepsi.

Klasifikasi ithnab
Ithnab itu bisa terjadi dengan beberapa perkara: 1.
Menyebutkan Lafadz khusus setelah lafadz umum.
ِّ ‫ اجتهدوا‬Contoh:
‫ف دوروسكم و اللغة العريب ة‬
Bersungguh-sungguhlah pada pelajaran kalian dan Bahasa arab.
Faidahnya: Mengingatkan atas keutamaan lafadz khusus itu, seolah-olah karena
keutamaannya ia seperti jenis yang berbeda pada lafadz sebelumnya.

2. Menyebutkan lafadz Umum setelah lafadz khusus.

ِّ ِ‫ول‬ ِّ ِّ ِّ ِّ ‫يت ِِّ ِِّ م ْؤِّمنا َّو‬ َ ‫ب ِِّ ا ْغ ِِّّف ْر ْل ِِّ َولو‬
‫تزد‬
ِّ َ َ ‫ت‬ِّ ‫للم ْؤِّم ْين َِ ِْ واملُْؤِّمن‬
ُ ِّ ُ َّ ‫ي َوملَ ْن َد َخ َل ب‬
َّ ‫الد‬ ِِّّ ‫َر‬ Contoh:
ِّ ‫الظ‬
َ َِ ‫لم ْي َِ ِْ َّال‬
٢٨‫ت بارا‬ ِّ
“Wahai tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk rumahku dengan
beriman, dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”. (S. Nuh: 28).

3. Menjelaskan setelah menyamarkan. Contoh:


َ ‫) َواتقَّ ُوا الَّذِي‬132(
َ 131) َ‫أمََ َّدكُ ْم ِبمََ ا تعََْ لَ ُمون‬
َ‫(أمََ َّدكُ ْم ب ِأنَعْا َ ٍم َوبَنِين‬

Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan sesuatu yang kalian kerjakan, Beliau (Allah)
telah membantu kalian dengan Beberapa Hewan ternak dan Anak Laki-laki.
(Surat Asy-Syuaro’: 131-132).

4. Mengulangi lafadz karena adanya tujuan, seperti panjangnya pemisah.

Contoh Ucapan Penyair:


ِّ ِّ ِّ
ِِّّ ‫اثق َع ْه ِّد ِّه على ِّم‬
‫ثل هذا إنهُ ل َك ْرمي م‬ َّ ‫َو‬
ُ ‫إن ْامرأً َمو‬
“Sesungguhnya seseorang yang jaminan perjanjiannya itu tetap seperti ini, maka
sesungguhnya ia orang yang mulia”
Pada bait tersebut ‫ إن‬diulang diawal dan diakhir bait, supaya kalam tidak kelihatan
terputus.

5. I'tirodh (yaitu: Menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu jumlah atau antara dua
jumlah yang masih berkaitan ma’na, dikarenakan adanya sebuah tujuan).
Contoh Ucapan Penyair (A’uf bin Mahlam Asy-Syaibany yang mengadukan
kelemahannya: ‫ِان‬
ُ‫ج‬ُ‫ر‬ ‫س َِعي َإل َِ ت‬
َ ‫ت‬
ْ ‫وج‬
َ ‫أح‬
ْ ‫ت َها ق ْد‬ َ ‫إ َّن‬
َ ‫الثماينَ ِْ َوبل ْغ‬
“Sesungguhnya 80 tahun usiaku, dan engkau telah berusia segitu pendengaranku
membutuhkan orang yang menjelaskan”.

Lafadz ‫ َوبُ ِل ْغتهَََ ا‬dikatakan Jumlah I’tirodhiyyah.

6. Tadzyil (Mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain yang mengandung pada
ma’nanya dengan tujuan menguatkannya).
Tadzyil itu adakalanya berlaku seperti periahasa, karena berbedanya makna dan tidak
membutuhkan pada kalam sebelumnya. Contoh Firman Allah: َّ ، ‫وزه َق البا ِّطِّ ُل‬
‫إن‬ َ ‫احلق‬
ُّ َ‫قل َجاء‬
ْ
‫زهوقا‬ ِّ
ُ ‫الباطِّ َل َكا َن‬
Katakanlah (Hai Muhammad) telah datang perkara hak (Islam), dan telah hancur perkara
bathil (kekufuran), dan sesungguhnya kebathilan itu pasti akan binasa (S. An-Nahl: 57)
adakalanya tidak berlaku seperti periahasa, karena membutuhkan pada kalam sebelumnya.

Contoh Firman

ُ ‫انه ْم ِِّب َك َفروا َوَه ْل‬


‫ت ُِازي َّإل َِ ال َك ُف ْو َر‬ ُ ‫زي‬ْ ‫ذلك َج‬
َ Allah:
“Itu (banjir bandang) kami balas mereka atas sesuatu yang telah mereka kufuri. Dan kami
tidak membalas (siksa) kecuali pada kekufuran”. (Surat As-Saba’: 17)
7. Ihtiros yaitu: mendatangkan pada kalam yang memberi persepsi berbeda dari tujuan,
dengan kalam lain yang menolak keslah pahaman itu. Contoh Ucapan Penyair (Torfah
bin Abd):

‫ت ْع ِِّّم ي‬ ِّ ِّ ‫رك غَيِِ م ْف ِّس ِِّّدها صوب الر‬ ِّ


َ ‫بيع َوِّدميةم‬
ِّ ُ ْ َ َ ِّ ُ ْ ْ َ َ َِ ‫ي‬ َ ‫فس َقى ِّد‬
َ

“Hujan pada musim semi menyirami rumahmu tanpa merusakkan dan Hujan terus menerus
itu membanjiri.
Jika tidak disebutkan maka secara muthlaq akan dipahami lebih umum atau mendo’akan
kejelekan dengan robohnya rumah, lalu didatangkanlah lafadz tersebut untuk menolak
pemahaman yang salah.

MUSAWAH
Musawah adalah menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang
sama, artinya ungkapan tersebut menurut batas kebiasaan manusia pada umumnya, yang
mereka itu tidak sampai pada tingkatan Sastrawan dan tidak pada tingkatan Orang yang
lemah dalam penyampaian.

‫عن ُه ْم‬ ِّ ِِّّ ‫وضو َن‬ ِِّّ ‫ وإذا رأيت‬Contoh:


ْ ‫رض‬
ْ ‫فأع‬
ْ ‫آي َِتنا‬
َ ِ‫ف‬ ُ َِ ‫ي‬
َ ‫ين‬
َ ‫الذ‬ َ َ
“Dan ketika Engkau melihat Orang yang mendalami” (S. Al- An'am: 68).

Anda mungkin juga menyukai