Anda di halaman 1dari 12

KONTRAK BELAJAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMUNITAS KOMPREHENSIF

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama Peserta Didik : Shelly Kurnia Nur Rahmadhanti


NIM : PO71242220051
Unit Kompetensi : Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kegawatdaruratan
Sub Kompetensi : Askeb Ibu Bersalin dengan Atonia Uteri

Strategi
Tujuan Umum Tujuan Khusus Sumber Belajar Pencapaian Tujuan Kriteria Penilaian
Pembelajaran
Setelah dilakukan Saya mampu :
seminar kasus , saya
1. Amelia, Sylvi. 2019.
1. Menjelaskan konsep 1 Study 1. Dapat menjelaskan konsep 1. Adanya konsep teori.
mampu melakukan teori :
Asuhan kebidanan Kasus teori tentang :
2 Literature
askeb fisiologis - Pengertian Kompleks Maternal & - Pengertian persalinan
3 Observasi
dengan atonia uteri persalinan dengan Neonatal. Yogyakarta : dengan atonia uteri
4 Diskusi
atonia uteri Pustaka Baru Press
kelompok (peer
group)
2. Trianam, Ani, dkk. 2015. 5 Praktek klinik
Buku Ajar Kebidanan
Kegawatdaruratan
Materna dan Neonatal.
Yogyakarta : Deepublish 2. Dapat melakukan persiapan 2. Adanya ruangan yang
2. Persiapan sebelum
pemeriksaan sebelum pemeriksaan yang lebih bersih, nyaman,
meliputi : 3. Sarwono. 2018. Buku meliputi : dan menjaga privacy
- Persiapan ruangan Acuan Nasional Pelayanan - Persiapan ruangan pasien, alat-alat
- Persiapan alat Kesehatan Maternal dan - Persiapan alat dalam keadaan siap
- Persiapan - Persiapan penolong pakai.
Neonatal. Jakarta : Yayasan
penolong bina pustaka maternal dan - Persiapan pasien.
- Persiapan pasien
neonatal.
3. Melakukan 3. Dapat melakukan pengkajian 3. Adanya data ibu
pengkajian pada ibu pada ibu bersalin fisiologis bersalin fisiologis
bersalin fisiologis yang meliputi : dengan atonia uteri
meliputi : - Pengumpulan data
- Pengumpulan subjektif
data subjektif - Pengumpulan data
- Pengumpulan objektif
data objektif

4. Melakukan
4. Dapat melakukan
pemeriksaan pada
pemeriksaan pada ibu 4. Adanya data hasil
ibu bersalin
bersalin fisiologis dengan pemeriksaan
fisiologis dengan
perdarahan meliputi:
perdarahan meliputi
- Palpasi
:
- Perkusi
- Palpasi
- Auskultasi
- Perkusi
- Auskultasi
5. Dapat menganalisa data, yaitu
dengan menentukan diagnosa 5. Dapat hasil
5. Menganalisa data: diagnosa, masalah
masalah, dan kebutuhan
- Diagnosa dan kebutuhan
- Masalah
- Kebutuhan

6. Melakukan 6. Dapat melakukan


perencanaan, pelaksanaan dan 6. Adanya perencanaan
perencanaan :
evaluasi. pelaksanaan dan
- Perencanaan
evaluasi
- Pelaksanaan
- Evaluasi
7. Dapat melakukan
7. Melakukan pen- pendokumentasi-an SOAP 7. Adanya
dokumentasian dengan baik dan benar pendokumen-tasian
dengan SOAP SOAP

Diketahui, Jambi, April 2023


Pembimbing Akademik Mahasiswa

( Murdayah, M.Keb ) ( Shelly Kurnia N. )

Mengetahui Pembimbing lahan

1. Pembimbing Lahan : ( )
Tanggal dan tempat :
ATONIA UTERI
a. Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan
penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga
berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak
berkontraksi.
Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan
plasenta lahir.
b. Penyebab :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.
c. Gejala Klinis:
- Uterus tidak berkontraksi dan lunak
- Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).
d. Pencegahan atonia uteri.
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U
Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang
cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15
menit.
Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan
perdarahan postpartum.
e. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
- Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
- Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
- Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok
tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu
tersebut dapat memburuk dengan cepat.
- Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian
cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan
untuk persiapan transfusi darah.
- Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:

▪ Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan

darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus


yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM

▪ Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.

▪ Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks,

vagina, dan perineum.

▪ Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.


▪ Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti),

periksa kadarHemoglobin:
- Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia
berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
- Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
2) Penanganan Khusus
- Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
- Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi
uterus yang menghentikan perdarahan.
- Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
- Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan
uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
- Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah
kosong
- Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
- Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa
plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran
dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji
pembekuan darah sederhana.
- Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
- Sikap bidan
penanganan atonia uteri

Teknik KBI
1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan
(dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
2. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri
mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3. Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri sementara
telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah
kepalan tangan dalam.

kompresi bimanual eksterna


(KBE)
4. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merang sang
miometrium untuk berkontraksi.
5. Evaluasi keberhasilan:

● Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBl selama dua

menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu
secara melekat selama kala empat.

● Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari

serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan si penjahitan jika
ditemukan laserasi.

● Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk

melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus kan dengan
langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk
mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak berhasil dalam
waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
6. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi
normal.
7. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500
ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan
dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan
dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu mengganti
volume cairan yang hiking selama perdarahan.
8. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu
membuat uterus-berkontraksi
9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan
Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di
fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah.
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat
rujukan.

Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:

● Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.

● Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan

yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.

● Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan

lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.

Kompresi bimanual eksternal


1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan
memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.

Kompresi bimanual eksterna


(KBE)

3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh
darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut.
(Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)
Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
· Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
· Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi.

Uterotonika :

Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat
ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya
umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus
dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10
IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan
yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat : merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani
uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap
5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium
jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. Obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.

Prostaglandin (Misoprostol) : merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.


Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,
intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap
15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk
mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan
uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti:
nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi
otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang
menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal
temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan
gangguan hepatic. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar
dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk
mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan
84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu
dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi.

Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan
secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus dan ke dalam vagina
ibu.
2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum
uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.
3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior
uterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus kea
rah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan ke belakang.
4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5. Evaluasi keberhasilan :

Jika uterus bekontraksi dan pendarahan berkurang, terus melakukan KBI selama dua
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat
selama kala empat.

Jika uterus berkontraksi tetapi pendarahan masih berlangsung, periksa ulang


perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan
penjahitan untuk menghentikan pendarahan. Jika uterus tidak berkontraksi selama 5
menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE)
kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta
keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.

6. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rectal. Jangan
berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan
tekanan darah.
7. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan
500cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
8. Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena
ini merupakan bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat
di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah.
10. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan
hingga ibu tiba di tempat rujukan. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10
menit.Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah
cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah
125cc/jam. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus
dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk
rehidrasi.

Anda mungkin juga menyukai