Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN LIKEN SIMPLEK KRONIS

-897,
Liken simpleks kronis adalah peradangan kulit kronis, gatal sekali, sirkumskrip, ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonfol menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena stimulus pruritogenik yang
bervariasi. Letak lesi dapat timbul dimana safa, tetapi yang bisa ditemukan di skalp, tengkuk,
samping leher, lengan ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,
tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Pasien
perempuan berumur 58 tahun dengan keluhan gatal pada lutut. Status dermatologi plak
hiperpigmentasi difus dengan skuama, ekskoriasi dan likenifikasi, bentuk tidak teratur,
ukuran plakat regio lutut. Pasien mendapat terapi steroid topikal dan antihistamin.

Kata kunci . liken simplek kronis, likenifikasi

Kasus
Seorang perempuan berumur 58 tahun dengan keluhan gatal pada lutut. Sejak 1 tahun yang
lalu pasien mengeluh gatal pada lutut. Kulit tampak kemerahan, terasa sangat gatal apalagi
pada malam hari, nyeri (-), panas (-), dan tidak keluar cairan. Pasien sudah memeriksakan
diri ke Puskesmas dan memperoleh obat yang diminum dan salep. Keluhan berkurang, tetapi
kambuh lagi apabila obat habis. Riwayat penyakit dahulu disangkal.
Dari pemeriksaan Iisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
Pemeriksaan Iisik secara umum dalam batas normal. Status dermatologi plak hiperpigmentasi
diIus dengan skuama, ekskoriasi dan likeniIikasi, bentuk tidak teratur, ukuran plakat regio
lutut. Pasien mendapat terapi steroid topikal dan antihistamin.

Diagnosis
Liken simpleks kronis

Terapi
Pasien mendapat terapi antihistamin berupa Interhistin tablet 50 mg 2 kali sehari,
kortikosteroid topikal yaitu Betametason Dipropionat 0,05. Pengobatan diberikan untuk 5
hari, kemudian pasien disarankan untuk kontrol setelah obat habis atau jika keluhan
bertambah. Pasien juga diberikan edukasi agar mencegah stress emosional, dan jangan
menggaruk jika gatal karena hal tersebut dapat menambah derajat keparahan penyakit dan
mengganggu proses penyembuhan.

Diskusi
Liken simpleks kronis disebut juga neurodermatitis sirkumskripta, liken vidal
adalah peradangan kulit kronis, gatal sekali, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena stimulus pruritogenik yang bervariasi. Pasien pada kasus ini
adalah seorang perempuan berusia 58 tahun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa
insiden puncak terjadi pada usia 3060 tahun dan wanita lebih sering dibanding pria.
Stimulus yang mendasari terjadinya liken simpleks kronis adalah pruritus. Hipotesis
mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari seperti gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limIoma hodgkin, hipertiroidi, gluten-sensitiveenteropathy,
polisitemia rubra vera, dan inIeksi pada HIV. Selain itu juga dapat karena penyakit kulit
(misal : dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dermatitis stasis), aspek
psikologis dan tekanan emosi.
Lesi biasanya tunggal, awalnya berupa plak eritematous, sedikit edematous, lambat laun
edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likeniIikasi dan
ekskoriasi. Sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit menjadi tidak jelas. Gambaran
klinis juga dipengaruhi lokasi dan lamanya lesi. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi
yang bisa ditemukan di skalp, tengkuk, samping leher, lengan ekstensor, pubis, vulva,
skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian
depan, dan punggung kaki. Status dermatologi pada kasus ini berupa plak hiperpigmentasi
diIus dengan skuama, ekskoriasi dan likeniIikasi, bentuk tidak teratur, ukuran plakat regio
lutut. Hal ini sesuai untuk eIloresensi dari liken simplek kronis.
Diagnosis banding pada pasien ini adalah liken simpleks
kronis, liken planus, psoriasis dan dermatitis atopik Diagnosis
yang utama berdasarkan eIloresensi pada kuit yang terdapat
lesi dan biasanya tidak terlau sulit. Namun perlu dipikirkan
diIerensial diagnosis dari penyakit kulit lain yang memberikan
gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis, dermatoIitosis, dan dermatitis atopik. Pada liken
planus terdiri atas papul yang poligonal, datar dan berkilat,
kadang ada cekungan di sentral. Psoriasis berbeda dengan
liken simplek kronis karena terdapat skuama yang berlapis-
lapis dan kasar, disertai dengan tanda tetesan lilin dan
Auspitz, tempat predileksinya juga berbeda. Pada dermatitis
atopik keluhan gatal dan terdapat likeniIikasi. Lokasi
dermatitis atopik di lipat siku dan lipat lutut (Ileksor),
sedangkan pada liken simpleks kronis di siku dan punggung
kaki (ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis atopik
biasanya sembuh dalam usia 2 tahun sedangkan
Neurodermatitis dapat berlanjut sampai tua.
Pengobatan pada kasus ini diberikan secara sistemik dan topikal. Pengobatan sistemik
menggunakan antihistamin berupa Interhistin untuk mengurangi rasa gatal dan derajat
keparahan penyakit. Kortikosteroid topical berupa Betametason Dipropionat 0,05.
Selain itu perlu dijelaskan kepada pasien bahwa garukan akan memperburuk keadaan
penyakitnya, maka harus dihindari, juga diberikan terapi suportiI pada psikologis penderita.
Terapi medikamentosa meliputi antipruritus : dapat berupa antihistamin yang mempunyai
eIek sedatiI (hidroksizin, diIenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Untuk terapi topikal,
dapat diberikan kortikosteroid potensi kuat, bila perlu ditutup kain impermeabel. Kalau masih
tidak berhasil, dapat diberikan kortikosteroid intralesi. Sebagai terapi tambahan dapat
diberikan krim topikal Doxepin 5 dan krim Capsaicin jangka pendek (maksimum 8 hari).

Kesimpulan
Liken simplek kronis mempunyai gambaran klinis dan tempat predileksi yang khas,
sehingga untuk menegakkan diagnosis dapat hanya dengan pemeriksaan Iisik. Pengobatan
diberikan secara sistemik antihistamin, secara topical dengan kortikosteroid. Selain itu perlu
diberikan edukasi untuk mencegah Iaktor pencetus dan mengurangi derajat keparahan
penyakit.

Referensi
1. Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.5. Jakarta: Penerbit FK UI
2. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed.2. Jakarta: EGC
3. Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed.3. Jakarta : MediaAesculapiu FKUI
4. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai