Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN KHIYAR Mencari yang terbaik di antara dua pilihan, yaitu meneruskan atau membatalkan jual

beli. Kata khiyar diambil dari kata dari mashdar fiil yang artinya memilih dan melebihkan. Kemudian kata ikhtiar atau takhyir berubahan menjadi khiyar yang berarti hak utuk memilih antara melangsungkan jual beli atau membatalkannya. Namun kalau menilik pada kata dasar ikhtara, penulis berasumsi bahwa kata khiyar dapat dikatakan bersal dari fiil yang jadi baik, yang baik, dan lebih baik.Sebab ikhtara bermula dari kata khaara. Sehingga secara etimologi, kata khiyar didefinisikan dengan mencari yang terbaik diatara dua pilihan. Pengertian khiyar syarat secara etimologi, antara lain: Menurut ulama Fiqh khiyar adalah: Suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang yang berakad) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, aib, atau ruyah, atau hendaklah memilih diantara dua barang jika itu khiyar tayin. Dalam kitab al-Wajiz disebutkan bahwa definisi khiyar adalah kedua belah pihak yang melakukan transaksi mencari yang terbaik di atara dua pilihan yaitu memilih salah satu diatara keduanya melanjutkan jual beli atau membatalknya. B. 1. PEMBAGIAN KHIYAR Khiyar Majlis Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si pembeli semenjak

dilangsungkannya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua tidak mengadakan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau seorang di antara keduanya menggugurkan hak khiyarnya, sehingga hanya seorang yang memiliki hak khiyar. Dari Ibnu Umar ra, dari Rasulullah saw bahwa Rasulullah saw bersabda, Apabila ada dua orang melakukan transaksi jual beli, maka masing-masing dari mereka (mempunyai) hak

khiyar, selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul atau salah satu pihak memberikan hak khiyarnya kepada pihak yang lain. Namun jika salah satu pihak memberikan hak khiyar kepada yang lain lalu terjadi jual beli, maka jadilah jual beli itu, dan jika mereka telah berpisah sesudah terjadi jual beli itu, sedang salah seorang di antara mereka tidak (meninggalkan) jual belinya, maka jual beli telah terjadi (juga). (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 332 no: 2112, Muslim 1163 no: 44 dan 1531, dan Nasai VII: 249). Dan haram meninggalkan majlis kalau khawatir dibatalkan: Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari datuknya bahwa Rasulullah saw bersabda, Pembeli dan penjual (mempunyai) hak khiyar selama mereka belum berpisah, kecuali jual beli dengan akad khiyar, maka seorang di antara mereka tidak boleh meninggalkan rekannya karena khawatir dibatalkan. (Shahih: Shahihul Jamius Shaghir no: 2895, Aunul Mabud IX: 324 no: 3439 Tirmidzi II: 360 no: 1265 dan Nasai VII: 251). 2. Khiyar Syarat (Pilihan bersyarat)

Yaitu kedua orang yang sedang melakukan jual beli mengadakan kesepakatan menentukan syarat, atau salah satu di antara keduanya menentukan hak khiyar sampai waktu tertentu, maka ini dibolehkan meskipun rentang waktu berlakunya hak khiyar tersebut cukup lama. Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw Beliau bersabda, Sesungguhnya dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak khiyar dalam jual belinya selama mereka belum berpisah, atau jual belinya dengan akad khiyar. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 326 no: 2107, Muslim III: 1163 no: 1531 dan Nasai VII: 248). 3. Khiyar Aib

Yaitu jika seseorang membeli barang yang mengandung aib atau cacat dan ia tidak mengetahuinya hingga si penjual dan si pembeli berpisah, maka pihak pembeli berhak mengembalikan barang dagangan tersebut kepada si penjualnya. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda Barangsiapa membeli seekor kambing yang diikat teteknya, kemudian memerahnya, maka jika ia suka ia boleh menahannya, dan jika ia tidak suka (ia kembalikan) sebagai ganti perahannya adalah (memberi) satu sha tamar. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 368 no: 2151 dan lafadz ini

bagi Imam Bukhari, Muslim III: 1158 no: 2151 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, Muslim III: no: 1524, Aunul Mabud IX: 312 no: 3428 dan Nasai VII: 253). Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw. Sabda beliau, Janganlah kamu mengikat tetek unta dan kambing, siapa saja yang membelinya dalam keadaan ia demikian, maka sesudah memerahnya ia berhak memilih di antara dua kemungkinan, yaitu jika ia suka maka ia pertahankannya dan jika ia tidak suka maka ia boleh mengembalikannya (dengan menambah) satu sha tamar. (Shahih: Shahihul Jami no: 7347, Fathul Bari IV: 361 no: 2148, Aunul Mabud IX: 310 no: 3426 dengan tambahan pada awal kalimat, dan Nasai VII: 253). Mengembalikan barang yang cacat itu hendaknya dengan segera karena melalaikan hal ini berarti rela kepada barang yang cacat, kecuali sebab ada halangan.

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 666 - 668.

Anda mungkin juga menyukai