si la re Ko al si pa S
2012
3/1/1 3
tetangga terdekat lebih berhubungan dibandingkan dengan agak berjauhan Korelasi spasial, yakni korelasi sebuah variabel dalam suatu ruang (Autokorelasi) Jika ada pola sistematik sebuah variabel dalam ruang maka terdapat korelasi spasial Uji independensi (Autokorelasi spasial) berguna untuk mengetahui apakah sebuah sebaran kasus memiliki pola tertentu atau sebaran yang acak. Uji independensi dilakukan untuk sebaran titik yaitu dengan membandingkan jarak tetangga antara sebaran (dNN) terdekat dengan jarak yang diharapkan (dran)
3/1/ 3 Korelasi1spasial positif (+) berarti nilai yang berdekatan lokasinya akan mirip dibandingkan yang berjauhan Jika pola nilai dalam ruang bersifat acak maka dapat dikatakan tidak mempunyai korelasi spasial Korelasi spasial negatif, (-) maka nilai yang berdekatan lokasi lebih tidak mirip dibandingkan dengan nilai yang berjauhan lokasinya. Perhitungan nilai korelasi spasial tergantung bentuk datanya, yakni : a. Data pengamatan nilai suatu titik b. Data yang berbentuk raster
Spatial Independence
Spatial Clustering
Positive
pengamatan titik, misalkan suhu suatu Titik lokasi Misalkan sepanjang jalan 10 km diukur suhu diatas jalan setiap 1 km, sehingga didapatkan data suhu yakni X(0)= 32, X(1)=31, X(2)=32., X(10)=34 Celsius
3/1/1 3
Indikator Autokorelasi
Index Moran (Global Moran) keterkaitan Index Moran dipergunakan untuk mengkaji
spasial atau interaksi antar zona serta untuk menguji signifikansinya secara statistik
Gearys C Ripleys K
3/1/1 3
Hipotesis
dilakukan untuk mengatakan adanya autokorelasi spasial baik positif ataupun negatif dan merupakan suatu pengujian satu arah. Bentuk hipotesis awal (H0) adalah: H0 : I = 0 ; Tidak terdapat autokorelasi spasial. Sementara bentuk hipotesis alternatifnya (H1) ada dua jenis (positif atau negatif). H1 : I > 0 ; Terdapat autokorelasi spasial positif. Artinya area yang berdekatan mirip dan cenderung bergerombol dalam
3/1/1 3
3/1/1 3
3/1/1 3
analisis eksplorasi secara visual untuk mendeteksi autokorelasi spasial (Anselin, 1995). Hasil yang ditampilkan adalah data yang telah distandarisasikan dalam z-score, dan bukan menggunakan data aslinya. Perolehan z-score ini merupakan beda nilai antara pengamatan dengan nilai (rataan) harapan dari peubah. Standarisasi mengacu pada simpangan baku. z-score berdistribusi normal dan memiliki
3/1/1 3
high. Artinya memiliki autokorelasi positif, karena nilai pengamatan lokasi tersebut tinggi dan dikelilingi oleh area sekitar yang juga tinggi. Pola visual yang terbentuk adalah pola gerombol (cluster) antara area bernilai pengamatan tinggi Kuadran II (kanan bawah ) / High-low. Artinya memiliki autokorelasi negatif, karena nilai pengamatan lokasi tersebut tinggi dan dikelilingi oleh area
3/1/1 3
So Paulo
WZ
Q4 =
LH 0
Q1=
HH
Q2=
LL 0
Q3 =
HL
z
Old-aged population
3/1/1 3
Morans I can be interpreted as the correlation between variable, X, and the spatial lag of X formed by averaging all the values of X for the neighboring polygons We can then draw a scatter diagram between these two variables (in standardized form): X and lag-X (or W_X) Lag Xi
X i
is average of these
Least squares best fit line to the points. The slope of this regression line is Morans I
3/1/1 3
Scatterplot of X vs.
Lag-X
Lag-X
13 3/1/
aS ol P tik Ti
2012
an ar eb
e
titik terkonsentrasi berdekatan satu sama lain dan ada area besar yang berisi sedikit titik yang sepertinya ada jarak yang tidak bermakna Menyebar (Dispersed) yaitu setiap titik berjauhan satu sama lain atau secara jarak tidak dekat secara bermakna Acak (Random) yaitu titik-titik muncul pada lokasi yang acak dan posisi satu titik dengan titik lainnya tidak saling terkait
seluruh titik tidak membentuk pola sama sekali. Dengan kata lain, jarak antar titik beragam dan rasio ragam dengan nilai tengah sama dengan satu. Sebaran titik spasial acak mengikuti sebaran Poisson (
).
Sebaran titik
spasial regular terjadi saat jarak antar titik relatif sama dan rasio ragam dengan nilai tengah kurang dari satu. Sebaran titik spasial regular mengikuti sebaran Binom (n,p).
Sebaran titik
spasial gerombol terjadi saat jarak antar titik sangat dekat satu sama lain dan rasio ragam dengan nilai tengah lebih besar dari satu. Sebaran titik spasial gerombol mengikuti sebaran Binom Negatif (r; k,
Treat each cell as an observation and count the number of points within it, to create the variable X Calculate variance and mean of X, and create the variance to mean ratio: variance / mean For an uniform distribution, the variance is zero. For a random distribution, the variance and mean
are the same.
Therefore, we expect a variance-mean ratio close to 0 Therefore, we expect a variance-mean ratio around 1
RANDO M
UNIFORM/ DISPERSED
CLUSTERED
random
uniform
2
Rumus Variance
Berikut ini contoh sebaran titik yang Mempunyai fungsi peluang Poisson (0.5) Yang dianalisis dengan memotong Wilayahnya menjadi (1x1), (2x2)..., 3 (20x20) lalu masing-masing/1/13 dihitung VMR-nya
Gambar berikut VMR hasil sebaran Poisson (0.5) Poisson (1), Poisson (3) yang Kuadrannya dipotong (1x1).. (20x20) Hasil menunjukkan bahwa nilai VMR-nya konvergen menuju 1. Artinya pola sebaran titik menyebar secara Acak
3/1/1 3
Gambar berikut VMR hasil sebaran Binomial(0.2) Binomial(0.5), Binomial(0.7) yang Kuadrannya dipotong (1x1)..(20x20) Hasil menunjukkan bahwa nilai VMR-nya konvergen menuju 0 Artinya pola sebaran titik menyebar secara Regular (uniform) 3/1/1 3
Gambar berikut VMR hasil sebaran Binomial negatif (0.2) Binomial negatif (0.5), Bin omial( negatif (0.7) yang Kuadrannya dipotong (1x1)..(20x20) Hasil menunjukkan bahwa nilai VMR tidak cukup stabil untuk mendeteksi Artinya pola titik menyebar secara 3/1/1 gerombol 3
3/1/1 3
Terima Kasih