Krisis Ekonomi
Krisis Ekonomi
Bahkan pada awal tahun 1996 dikabarkan bahwa Indonesia akan merakit
Terjadinya Krisis
keluarga yang tidak ada habis-habisnya, tetapi juga suatu sistem politik yang telah
kehilangan kemampuannya untuk bertindak meyakinkan dalam sebuah krisis dan
oleh karena itu kekurangan kredibilitas dimata baik investor domestik maupun
asing.
IMF juga dapat dikatakan sebagai aktor dari krisis yang terjadi ini selain Soeharto.
Sosial
Keuangan
Dari 1 Juli 1997, rupiah jatuh lebih jauh terhadap dollar AS
daripada mata uang perdagangan internasional negara Asia lainnya.
Pada taggal 31 Maret 1999 nilia nominalnya 28% dari pertengahan
tahun 1997, kurang dari separo rata-rata wilayah dan krisis
perekonomian yang lain. Data juga menggambarkan kurs mata uang
Indonesia lebih lambat melambung dari titik rendah di awal 1998
dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Perpindahanperpindahan nilai tukar pada awalnya berwujud menjadi depresiasi
yang lebih tajam daripada masa krisis ekonomi yang lain. Tapi
menjelang akhir tahun, apresiasi nominal bersama dengan inflasi yang
tinggi telah menghancurkan banyak keuntungan dalam daya saing.
Penurunan pada pasar saham Indonesia pada kurs lokal pada
awalnya mirip dengan krisis ekonomi, tapi lalu menunjukkan
pemulihan kembali yang sangat kecil sampai awal tahun 1999.
Terutama dikarenakan oleh pergerakan kurs, penurunan pasar sham
Indonesia terhadap dollar
Kesimpualn
Krisis yang terjadi di Indonesia terjadi secara tiba-tiba, tidak ada indikator
yang menjadi peringatan awal akan datangnya krisis. Bahkan Bank Dunia pada
tahun 1998 menilai dan menyatakan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis
yang parah. Sebuah Negara yang mencapai dekade-dekade pertumbuhan cepat,
stabilitas, dan pengurangan kemiskinan, sekarang mendekati kehancuran
ekonomiTidak ada Negara dalam sejarah sekarang ini, terkecuali Indonesia, yang
pernah mengalami pemutar balikan nasib dramatis sedemikian rupa. Tidak ada
yang pernah menyangka bahwa krisis berat ini akan terjadi karena keadaan
perekonomian dan pemerintahan sangat tenang.
Pada tahun 1997 Indonesia memiliki utang jangka pendek yang besar
dan segara jatuh tempo. Karena banyak utang masuk ke dalam Indonesia yang
biasanya dalam bentuk dolar Amerika, sehingga semakin membengkak karena
mengikuti pergerakan mata uang rupiah yang tidak bagus. Utang jangka pendek
tersebut berkisar US$ 30-40 miliar pada tahun 1997. Sistem perbankan yang
menangani semua uang ini sama sekali tidak tertata dengan baik. Jepang, mesin
ekonomi kawasan Asia Tenggara masih mengalami resesi yang berkepanjangan
sepanjang tahun 1990an. Jadi Indonesia tidak dalam kondisi bagus untuk
menghadapi kejutan ekonomi. Keadaan cuaca yang buruk memperparah keadaan
Indonesia karena badai kekeringan El Nino yang parah telah mengurangi produksi
beras hingga 10% pada tahun 1997-1998.
ini berada dalam kisaran Rp 2500/US$, namun nilai ini segera merosot pada
bulan Juli 1997. Pada bulan Agustus, nilai mata uang rupiah sudah menurun
9%. Bank Indonesia mengakui bahwa ia tidak bisa membendung rupiah
yang terus merosot. Pada akhir Oktober, nilai tukar rupiah menjadi Rp
4000/US$. Dari sini rupiah semakin terpuruk. Pada bulan Januari 1998,
rupiah tenggelam hingga level sekitar 17000/US$, atau kehilangan 85%
nilainya. Bursa saham Jakarta hancur. Hampir semua perusahaan modern di
Indonesia bangkrut. Tabungan kelas menengah lenyap, dan jutaan pekerja
diberhentikan dari pekerjaan mereka.
Perekonomian Indonesia mengalami keadaan yang parah.
Perekonomiannya surut sebanyak 13,6 % pada tahun 1998. Seperti yang
bisa diduga, efek-efek sektoral krisis sangat tidak rata. Secara khusus, hasil
pertanian sebenarnya konstan, namun penurunan dalam sektor konstruksi
dan keuangan cukup menonjol. Perpindahan-perpindahan nilai tukar pada
awalnya berwujud menjadi depresiasi yang lebih tajam daripada masa krisis
ekonomi yang lain. Tapi menjelang akhir tahun, apresiasi nominal bersama
dengan inflasi yang tinggi telah menghancurkan banyak keuntungan dalam
daya saing. Angka kemiskinan sudah pasti menunjukkan angka kenaikan.
Jumlahnya sekitar 56% dari populasi.