Anda di halaman 1dari 50

I PUTU DEDY KASTAMA HARDY, SKM, MPH

instansi di lingkungan Pemerintah yang


dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas (UU
No. 1/2004);

Undang-undang No. 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
UU Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara

Orientasi

pada hasil,
Profesionalitas serta
Akuntabilitas dan
Transparansi

UU 17 /
2003
UU 1 / 2004
UU 15/2004

TIDAK
HANYA
INPUT
TAPI
OUTPUT

FLEKSIBILITAS
PENINGKATAN
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK

REFORMASI
SEKTOR
KEUANGAN

ANGGARAN
BERBASIS
KINERJA

MEWIRASWASTAKAN
PEMERINTAH

PPK-BLU

TRANPARANSI
PENGELOLAAN
KEUANGAN
NEGARA

Seperti dikatakan Max Weber, bapak sosiologi


modern bahwa pemerintah memiliki peranan
yang sangat penting.
Ditinjau dari mechanic view pemerintah sebagai
regulator dan sebagai administrator,
sedangkan dari organic view pemerintah berfungsi
sebagai public service agency dan sebagai investor.

Peranan sebagai regulator dan administrator


erat sekali kaitannya dengan birokrasi
sedangkan sebagai agen pelayan masyarakat
dan sebagai investor harus dinamis dan dapat
diitransformasikan menjadi unit yang otonom.

Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang


tidak dipisahkan dari kekayaan Negara
Menghasilkan barang dan/atau jasa yang
diperlukan masyarakat
Tidak bertujuan untuk mencarai laba;
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi
dan produktivitas ala korporasi;
Rencana kerja, anggaran dan
pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada
instansi induk;
Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan
dapat digunakan secara langsung;
Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
dan bukan pegawai negeri sipil.
BLU bukan subyek pajak

BLU yang kegiatannya menyediakan barang


atau jasa: rumah sakit, lembaga pendidikan,
pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
BLU yang kegiatannya mengelola wilayah
atau kawasan: otorita pengembangan
wilayah dan kawasan ekonomi terpadu
BLU yang kegiatannya mengelola dana
khusus: pengelola dana bergulir, dana UKM,
penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.

Perbedaan tersebut terletak pada hal-hal sebagai berikut:


BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan
negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan
dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan
kegiatan BLU yang bersangkutan
Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh
Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh
menteri yang bertanggungjawab atas bidang
pemerintaahn yang bersangkutan;
Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah
dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan
pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggungjawab atas bidang
pemerintahan yang bersangkutan;
Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran
tahunan

Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan


keuangan dan laporan kinerja BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta
laporan keuangan dan laporan kinerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah;
Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa
layanan yang diberikan merupakan pendapatan
negara/daerah;
Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja yang bersangkutan;
BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari
msyarakat atau badan lain;
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan
BLU diatur dalam peraturan pemerintah.
Dengan pemikiran baru tersebut diharapkan bukan
bentuknya saja suatu unit pemerintah menjadi Badan
Layanan Umum yang melayani masyarakat tetapi tingkat
pelayanan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara
yang profesional, efektif dan efisien oleh pengelola unit
tersebut dengan otonomi pengelolaan yang akan
diberikan

Instansi di lingkungan pemerintahan yang


dibentuk memberikan pelayanan kepada
masyrakat berupa penyedian barang
dan/atau jasa
Tanpa mengutamakan mencari keuntungan
Didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas

BLU
(PP 23 Tahun 2005)

Status Hukum

Bagian kementerian/lembaga

Tujuan

Non profit oriented

Manajemen

Otonom ala korporasi


Nomenklatur & struktur manajemen
sesuai dgn Instansi

Operasional
Keuangan

Pengecualian asas Universalitas

Sumber Pendanaan

APBN/APBD (pendapatan BLU)


Pendapatan Hasil usaha/jasa
PNS dan non PNS

SDM
Bukan Subyek Pajak
Subyek Pajak

Flexibilitas Keuangan
Corporate
Governance
Lingkungan
BLU

Nilai Tambah

Investor

Lain-lain
Pemerintah
Pegawai
Masyarakat

SATUAN KERJA
DI LINGKUNGAN
INSTANSI
PEMERINTAH

PENERAPAN
PPK - BLU

KEBUTUHAN ORGANISASI :
ADJUSTMENT
TRANSFORMASI
RESTRUKTURISASI

SATUAN KERJA
DI LINGKUNGAN
INSTANSI
PEMERINTAH
YANG AKAN
MENERAPKAN
PPK-BLU

Perubahan struktur
organisasi PERMEN.PAN
NOMOR: PER/02/M.PAN/1/2007

Meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat
Memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek bisnis
yang sehat

Masih mendapatkan subsidi dari pemerintah


terdiri dari
Gaji
Biaya oprasional
Biaya investasi/modal

Pendapatan BLU dapat digunakan langsung untuk


membiayai belanja BLU yang dijabarkan dalam
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang maksudnya
Pendapatan RSU tidak disetor ke Kas Negara hanya
dilaporkan saja ke Departemen Keuangan

Dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga


(3)

18

Memenuhi persyaratn Subtantif

Menyelengarakan tugas pokok dan fungsi menyediakan


barang dan/atau jasa untuk layanan umum
Dalam melakukan kegiatan tidak mengutamakan
pencarian keuntungan

Persyaratan Administrasi

Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja


pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat
Pola tata kelola/kelembagaan
Rencana strategis bisnis
Laporan keuangan pokok
Standar pelayanan minimal
Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk
diaudit secara independen

Persyaratan Teknis (ditetapkan oleh Menteri


Kesehatan)
Kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU
Kinerja keuangan RS bersangkutan adalah sehat

Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh


menteri terkait
Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh
menteri keuangan
Dalam pelaksanaan pembinaan dapat
dibentuk dewan pengawas

Sesi 2

Pendapatan dan Belanja


Pengelolaan Kas
Pengelolaan Piutang dan Utang
Investasi
Pengelolaan Barang
Akuntansi
Remunerasi
Surplus/defisit
Status Kepegawaian PNS dan non PNS
Nomenklatur kelembagaan dan pimpinan

BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu


ke Renstra KL/ RPJMD
BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja,
perhitungan akuntansi biaya
RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
pendapatan disertai dengan standar pelayanan
minimum dan biaya dari output yang dihasilkan.
RBA BLU merupakan bagian dari RKA KL/RKA SKPD
Pasal 10 PP 23/2005

23

RBA

RKA-SKPD

DPA-SKPD
(Berbeda dgn DIPA satker Biasa)

Pendapatan: APBD
Layanan
KSO
Hibah
Lainnya

Cost Accounting
Variable Direct Costs
Fixed Direct Costs
Variable OH Costs
Fixed OH Costs
Biaya Pegawai
Biaya Material dan
Supplies
Depresiasi/Amortisasi
Biaya Operasional
Lainnya

Retribusi/Pajak

Belanja Pegawai, Barang/jasa, Modal


(APBD)

Dgn SPM
Penggunaan pendapatan BLU

Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa

Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa
Belanja Modal

Belanja Modal

Ringkasan Belanja Modal:


- Belanja Modal APBD Rp xxx
- Belanja Modal dr Pendapatan Fungsional Rp xxx

Dgn SPM Pengesahan

24

-Belanja Peg, Barang, &


Modal

-Penarikan dana dgn SPM/SP2D

Alokasi APBN
Hasil
Layanan BLU

PNBP
K/L

Hasil Kerjasama
Dgn Pihak Lain

Dapat dikelola
langsung sesuai RAB

Usaha Lainnya

Hibah Terikat

Sesuai persyaratan
pemberi hibah

Pasal 14 PP
23/2005 25

Pengelolaan

belanja fleksibel sesuai dengan


ambang batas yang ditetapkan dalam RBA
Jika melampaui ambang batas hrs mendapat
persetujuan Menkeu
Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat
diajukan ke Menkeu
Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang
dan jasa di kementerian/lembaga
Pasal 15 PP 23/2005
26

Pengelolaan
Penarikan
Rekening

kas berdasarkan praktek bisnis yang sehat

dana APBN dengan SPM


bank BLU dibuka di bank umum oleh pimpinan

BLU
BLU

dapat melakukan investasi jangka pendek dalam


rangka cash management.

Pasal 16 PP 23/2005

27

BLU dapat memberikan piutang terkait dengan


kegiatannya.
Piutang dikelola sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat
Piutang dapat dihapus secara berjenjang sesuai
dengan kewenangan.
Kewenangan penghapusan piutang diatur oleh
Menkeu

Pasal 17 PP 23/2005
28

BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan


operasionalnya/perikatan peminjaman dengan pihak lain
Utang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
Utang jangka pendek untuk belanja operasional
Utang jangka panjang untuk belanja modal
Perikatan peminjaman sesuai dengan jenjang
kewenangan yang diatur oleh Menkeu
Pembayaran utang merupakan tanggungjawab BLU

Pasal 18 PP 23/2005

29

BLU tidak dapat melakukan investasi jangka


panjang kecuali atas ijin Menkeu
Keuntungan dari investasi pendapatan BLU.

Ps. 19 PP 23/2005

30

Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan


ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang sehatdapat
dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang
berlaku bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi
Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang
berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah.
Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU
dan dilaporkan secara berkala kepada menteri/pimpinan
lembaga.

Ps. 20-21 PP 23/2005

31

BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan


Aset tetapkecuali ijin pejabat yang berwenang.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan
secara berjenjang berdasarkan nilai dan jenis
barang yang sesuai dengan peraturan
perundangan.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan
kepada menteri/pimpinan lembaga
Tanah dan bangunan disertifikat atas nama
Pemerintah RI

Ps 22-23 PP 23/2005

32

BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan SAK yang


diterbitkan asosiasi profesi akuntansi Indonesia.
Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan
Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK
disertai laporan kinerja.
Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga secara berkala
LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga
LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal.
Ps 25-27 PP 23/2005

33

Surplus

anggaran dapat digunakan untuk TA


berikutnya.
Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya
ke Kas Negara/Kas Daerah atas perintah
Menkeu dengan mempertimbangkan
likuiditas BLU
Defisit anggaran BLU dapat diajukan
pembiayaannya dalam TA berikutnya kepada
Menkeu melalui menteri/pimpinan lembaga.
Ps. 29 PP 23/2005
34

Kelembagaan

tunduk pada peraturan perundangan

sektoral.
Jika terjadi perubahan kelembagaan, harus
berpedoman pada ketentuan Menteri PAN
Pejabat pengelola BLU dapat terdiri dari PNS dan
non PNS
Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan
dengan nomenklatur yang berlaku di instansi BLU.
Ps 31-33 PP 23/2005

35

Pengelola,

dewan pengawas dan


pegawai BLU dapat diberikan
remunerasi berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan tuntutan
profesionalisme.
Remunerasi ditetapkan berdasarkan
peraturan Menteri Keuangan/kepala
daerah

Pembinaan

Teknis BLUmenteri/pimpinan

lembaga
Pembinaan Keuangan Menteri Keuangan
Dapat dibentuk suatu dewan pengawas dalam
melaksanakan pembinaan untuk BLU yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
Pemeriksaan intern dilakukan oleh satuan
pemeriksaan intern BLU.
Pemeriksaan ekstern BLU sesuai dengan
peraturan perundangan.

Ps.34-35 PP 23/2005
37

Satker BLU yang memenuhi persyaratan,


dapat mempunyai Dewas, yang ditetapkan
oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dengan
persetujuan Menkeu.
Persyaratan jumlah Dewas sbb:
Nilai omset Rp 15 miliar s.d 30 miliar/th atau
aset di atas Rp 75 miliar tiga Dewas.
Nilai omset di atas Rp 30 miliar/th atau aset
Rp 200 miliar tiga atau lima Dewas.

Unsur
dewas
terdiri
dari
unsur
kementerian
negara/lembaga
teknis,
kementerian keuangan, dan tenaga ahli.

Instansi/calon
BLU

Pimpinan SKPD

ya
tidak
Tidak diusulkan

usulan

usulan

Persyaratan
substantif

memenuhi

Bupati

Usulkan
BLU

ya
Teliti
Persyaratan
teknis
tidak

Usulkan
diteruskan

memuaskan

Teliti
Persyaratan
administrasi

Penetapan
BLU Penuh

ya

kurang
tidak
Tdk
diusulkan

Penetapan
BLU bertahap
Tdk
disetujui

Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi


utama yang berhubungan dengan:

menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan


umum;
Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau untuk
layanan umum; dan/atau
Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat

Bidang layanan umum yang diselenggarakan


bersifat operasional yang menghasilkan semi
barang/jasa publik (quasi public goods);
Dalam melakukan kegiatannya tidak
mengutamakan pencarian keuntungan.

Kinerja pelayanan layak dikelola dan


ditingkatkan pencapaiannya melalui
BLU sebagaimana direkomendasikan
menteri/ pimpinan lembaga;
Kinerja keuangan satker yang
bersangkutan sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan
penetapan BLU.

pernyataan kesanggupan untuk


meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
pola tata kelola;
rencana strategis bisnis ;
laporan keuangan pokok;
standar pelayanan minimum; dan
laporan audit terakhir (bila telah diaudit)
atau membuat pernyataan bersedia diaudit
secara independen.

Kesesuaian formulir dengan format yang


ditetapkan;

Ditandatangani pimpinan Satker di atas


materai;

Disetujui oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga


terkait.

1.

Organisasi dan Tata Laksana;

2.

Akuntabilitas;

3.

Struktur Organisasi;
Prosedur Kerja;
Pengelompokan Fungsi yg logis;
Ketersediaan dan Pengembangan SDM.
Akuntabilitas Program;
Akuntabilitas Kegiatan;
Akuntabilitas Keuangan.

Transparansi

Kejelasan Tugas dan Kewenangan;


Ketersediaan Informasi kepada Publik.

1. Visi dan Misi


2. Program Strategis
Program 5 tahunan;

Kesesuaian visi, misi, program, kegiatan dan


pengukuran pencapaian kinerja;
Indikator kinerja 5 tahunan berupa indikator
pelayanan, keuangan, administratif, dan SDM.

3. Pengukuran Pencapaian Kinerja

1. Kelengkapan Laporan Keuangan Pokok;

Laporan Realisasi Anggaran;


Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan Atas Laporan Keuangan.

2. Kesesuaian dengan standar akuntansi;


3. Hubungan antar laporan Keuangan lain;

Saldo ekuitas di neraca = saldo ekuitas awal +/- dgn suplus/


defisit atau laba/rugi periode tsb dan +/- lainnya;
Saldo kas akhir periode pd Lap Arus Kas = saldo kas di neraca.

4. Kesesuaian antara Keuangan dgn Indikator Kinerja


yang ada di Rencana Strategis;
5. Analisis Laporan Keuangan

KONSEP BLUD
1. Neraca awal.
2. Sistem akuntansi
berbasis akrual
3. Tarif pelayanan
berdasarkan unut
cost
4. Rencana
berorientasi bisnis
5. Remunerasi

KONDISI RS SEKARANG
1. Belum menghitung
asset
2. Kas basis
3. Tarif pelayanan diatur
perda
4. Rencana menganut
azas kepentingan
umum dan sosial
5. Belum ada remunerasi

SOLUSI KE BLUD
1. Menghitung asset dan lain-lain
untuk menyusun neraca awal
2. Menyusun sistem akuntansi
yang berbasis akrual
3. Menghitung unit cost tetap
diusulkan ke Gubernur /KDH
4. Rencana kegiatan dengan
menerapkan prinsip bisnis
dengan tidak meninggalkan
fungsi sosial
5. Penerapan remunerasi dengan
mempertimbangkan
proporsionalitas, kesetaraan,
dan kepatutan

KONSEP BLUD
1. Standar Pelayanan
Minimal
2. Anggaran berorientasi
Out Put
3. APBN / APBD
ditetapkan bulan
Oktober dan November
tahunsebelumnya
4. pendapatan BLUD
dapat digunakan
langsung
5. Sumber pembiayaan
BLUD dari pendapatan
BLUD dan subsidi/
Hibah

KONDISI RS SEKARANG
1. Belum ada standar
pelayanan Minimal
2. Anggaran berorientasi In
Put
3. APBN/APBD ditetapkan
bulan November tahun
sebelumnya
4. Pendapatan fungsional
RS disetorkan ke kas
Daerah (Kepmendagri
29/2002)
5. Sumber pembiayaan RS
dari anggaran subsidi dan
fungsional (Kepmendagri
29/2002)

SOLUSI KE BLUD
1. Membuat standar
pelayanan Minimal
2. Melaksanakan anggaran
orientasi Out Put
3. APBN/APBD ditetapkan
bulan Oktober dan
November
4. Pendapatan fungsional
RS dapat digunakan
langsung , namun tetap
dituangkan RKA yang
diusulkan ke Pemda /
Gubernur
5. Sumber pembiayaan dar
pendapatan fungsional
dan subsidi hibah

KONSEP BLUD
1. Ssa lebih penggunaan
dana PPK BLUD pada
akhir tahun Anggaran
diperhitungkan sebagai
saldo awal tahun
berikutnya
2. Pendapatan aset tetap
BLUD merupakan
pendapatan satuan
kerja BLUD
3. Instansi pemerintah
dapat ditetapkan
sebagai BLUD bila
memenuhi syarat
Substantif, Tehknis dan
Administratif
4. a.Pejabat BLUD non
Eselon
b.Pejabat BLUD PNS/Non
PNS

KONDISI RS SEKARANG
1. Sisa lebih penggunaan
dana RS pada akhir
tahun disetor kekas
daerah (Kepmendagri
29/2002)
2. Penjualan asset tetap
satuan kerja RS
merupakan pendapatan
Daerah
3. RS sebagai badan tidak
perlu memenuhi
persyaratan tehknis dan
administratif
4. a.Pejabat eselon
b.Pejabat PNS

SOLUSI KE BLUD
1. Sisa lebih penggunaan dana PPK
BLUD pada akhir tahun anggaran
diperhitungkan sebagai saldo
awal tahun berikutnya dan
diusulkan dalam RKA yang
ditetapkan Gubernur/ KDH
2. Penjualan asset tetap merupakan
pendapatan RS atas persetujuan
pejabat yang berwenang sesuai
ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
3. Instansi pemerintah dapat
ditetapkan sebagai BLUD bila
memenuhi syarat Substantif,
Tehknis dan Administratif
4. a.Pejabat BLUD eselon/ non
eselon
b.Pejabat BLUD PNS/ Non PNS
(Berdasar competency dan
ditetakan Pemda)

Anda mungkin juga menyukai