Anda di halaman 1dari 28

Pembimbing

dr. Rety Sugiarti, Sp.M


Laili Hasanah
2011730052

Identitas Jurnal

Judul Jurnal :
Preoperative factors influencing success in
pterygium surgery
Penulis :
Ana Torres-Gimeno, Luca Martnez-Costa,
and Guillermo Ayala
Dipublikasikan :
Bio Medical Center Ophthalmology ,2012

Pendahuluan

Pterigium jaringan fibrovascular yang berbentuk


segitiga melewati limbus sampai ke dalam kornea.
Kekambuhan setelah eksisi tetap menjadi tantangan
besar operasi autograft konjungtiva << rekurensi
& terapi pilihan pada pterigium primer

Tingkat prevalensi bervariasi secara luas (dari 2%


sampai 29%), tetapi umumnya lebih tinggi di daerah
tropis daripada daerah yang beriklim

Pterigium itu terjadi pada garis khatulistiwa yang dibatasi

oleh 40 lintang utara dan selatan, dan berhubungan dengan


sinar ultra-violet

Prevalensi meningkat pada geografis menuju khatulistiwa

dan lebih besar pada orang-orang yang ada di luar


lingkungan
Selain itu, ada kaitan dengan daerah pedesaan, peningkatan

usia dan jenis kelamin laki-laki, yang berhubungan dengan


pekerjaan luar

Tujuan

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor


risiko pre-operatif, perioperatif, dan
post-operatif yang mempengaruhi
keberhasilan bedah pterigium


Kemudian

kuesioner

yang

terperinci

dilakukan

dalam rangka untuk mengevaluasi: tempat tinggal


utama (nama tempat di mana dia tinggal sepanjang
hidupnya), paparan cahaya matahari selama hidup,
(jam per hari selama hari kerja dan istirahat),
menggunakan pelindung terhadap matahari (tidak
ada,

topi,

kacamata

hitam,

menggunakan resep kacamata

keduanya)

dan


pengukuran ketajaman visual dengan Snellen,
tonometri, pemeriksaan slit-lamp, funduscopy
dan fotografi segmen anterior dilakukan saat
pre-operatif

Prosedur

dilakukan dengan anestesi topikal dan subkonjuntiva (lidokain 2%)

Pembedahan pterigium dari medial ke lateral

Kemudian pangkal pterigium, bersama dengan tenon jaringan di


bawahnya, dieksisi

Jaringan parut episkleral dibuang dan kauterisasi minimal digunakan


untuk mengendalikan perdarahan di tempat operasi

Daerah pada defek konjungtiva diukur dengan caliper, dan autograft


konjungtiva-limbal diukur dengan ukuran yang sama terhadap defek
konjungtiva yang diperoleh dari kuadran superotemporal pada
konjungtiva bulbar

Untuk diseksi graft, 2% lidokain disuntikkan di bawah


konjungtiva

konjunctiva didiseksi dari forniks ke limbus, dan diseksi


graft diperluas 0.5 mm ke kornea untuk memasukkan unsur
autograft

Diseksi yang teliti dilakukan untuk membuang kapsul tenon


sebanyak mungkin

Dalam kelompok jahitan, bagian graft melekat pada


konjungtiva berdekatan dan episklera dengan 2 jahitan
Mersilk 7-0

Dalam kelompok lem jaringan, satu tetes cairan trombin

dilakukan diseluruh sklera yang terbuka dan satu tetes cairan


berkonsentrasi protein dilakukan di seluruh sisi graft
Graft segera ditempatkan di bagian sklera yang terbuka
Pasca operasi, terapi kombinasi tobramycin-dexametasone

dilakuan setiap enam jam, tetes mata pranoprofen setiap


enam jam selama empat minggu dan air mata buatan berupa
povidone setiap enam jam selama dua bulan


Pemeriksaan dilakukan antara 2 dan 7 hari
dan antara 2, 6 dan 12 bulan setelah operasi
Kekambuhan didefinisikan sebagai
pertumbuhan konjungtiva ke kornea. Semua
pasien bertanya tentang gejala-gejala
subyektif dan dinilai menjadi 4 kelompok:
sensasi asimtomatik, benda asing, sakit
ringan, atau sakit parah (ditentukan oleh
kebutuhan analgesik oral).

Analisis Statistik

Analisis Statistik menggunakan software


Statistik lingkungan R Regresi logistik (yang
termasuk dalam fungsi glm) dan analisis
survival
Interval data menggunakan analisis sensor

Hasil

Pasien yang mengalami kekambuhan


tersebut,secara statistik tidak memiliki
perbedaan yang signifikan


Tabel 2 menunjukkan odds ratio (dengan
interval kepercayaan yang sesuai) antara
rekurens dapat dilihat bahwa jenis kelamin
adalah faktor risiko terpenting untuk hasil
bedah.


Covariables yang tersisa dalam model setelah
pemilihan variabel adalah jenis kelamin, WDE,
NWDE dan WB
Tabel 3 menunjukkan perkiraan parameter dan
p-nilai pengujian koefisien nol


Rekurensi terutama terlihat pada 2 dan 6
bulan setelah operasi
Interval waktu kelangsungan hidup telah
dibandingkan (two sampel test) terhadap
Gender dan WB Signifikansi P-value telah
diteliti pada gender (p<0,001) dan tidak
signifikan pada WB (p=0,64)


39 pasien lengkap di follow-up selama 12 bulan
dan delapan dari mereka(22%) menunjukkan
kekambuhan selama satu tahun post-operasi
Variabel paling penting yang mempengaruhi
keberhasilan opeasi adalah gender
Semua pasien yang mengalami kekambuhan
adalah laki-laki
Variabel kedua terpenting adalah subyek
dengan paparan sinar matahari berjam-jam,
terutama saat bekerja, tetapi juga saat libur

Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis


kelamin laki-laki juga kuat dan secara
independen dikaitkan dengan kekambuhan
pterigium setelah operasi
Prevalensi meningkat secara geografis ke arah
khatulistiwa dan paparan matahari telah
disampaikan sebagai salah satu faktor paling
penting yang mempengaruhi perkembangan
pterigium


Dalam sebuah studi retrospektif, 21 etnis Hispanik
telah dilaporkan berpotensi sebagai sebuah faktor
risiko penting untuk kekambuhan dari pterigium
primer yang dilakukan dengan autograft konjugtiva
paparan matahari telah menjadi faktor kedua
paling penting mempengaruhi kekambuhan
Dalam studi ini, pterigium dengan dasar yang
sempit ( kurang dari 5 mm di limbus )
menunjukkan sebuah hubungan yang lemah
dengan kekambuhan


Autografting konjungtival sering dimanfaatkan
dengan tingkat kekambuhan yang rendah dan
sukses baik pada pterigium primer dan
rekurens
Autograft dapat tetap dengan jahitan atau lem
fibrin. Penggunaan sebuah jaringan perekat
menyederhanakan teknik bedah dan
meminimalkan peradangan pasca-operasi,
mengurangi waktu operasi dan rasa nyeri
pasca operasi


Tingkat kekambuhan apabila menggunakan
teknik bedah ini dari 2% ke 34%,
tergantung pada pengalaman teknik bedah
individu glued-graft menurunkan rekurensi,
mengurangi waktu operasi dan meningkatkan
kenyamanan pasien pasca-operasi

Kesimpulan

Aspek epidemiologi dan klinis yang


mempengaruhi pengembangan pterigium
jenis kelamin laki-laki dan paparan sinar
matahari yang kuat berhubungan dengan
keberhasilan pembedahan setelah
pengambilan pterigium dan rekurensi post
autograft conjungtival

Anda mungkin juga menyukai