Anda di halaman 1dari 23

SKENARIO 1

Tutorial 1

ANGGOTA:
Alexander Dicky K N
1218011008
Andini Winda Yati 1218011016
Arum Nurzeza 1218011022
Azmi Hanima Azhar
1218011027
Fadhilah Fanny 1218011047
Hendra Efendi 1218011069
Idzni Mardiyah 1218011075
M Aria Laksa 1218011098
Ratu Balqis Anasa 1218011124
Seffia Riandini 1218011137
Sony Setia Wardhanda1218011149
Zelta Pratiwi Gustimigo 1218011165

SKENARIO
Resiko kesehatan yang harus dihadapi oleh pekerja di sektor
pertanian, perikanan dan peternakan berbeda dengan resiko
kesehatan di sektor pekerjaan-pekerjaan lain. Beberapa penyakit
telah dikaitkan dengan sektor pekerjaan ini, diantaranya adalah flu
babi di Indonesia. Wabah tersebut tidak hanya menyebabkan
kematian pada babi tapi juga pada beberapa pekerja di
peternakan babi. Untuk mencegah terulangnya wabah tersebut,
diperlukan tindakan dan informasi yang tepat bagi pekerja di
sektor peternakan babi dan masyarakat yang mengkonsumsi
daging babi.
Selain flu babi terdapat pula beberapa risiko/permasalah
kesehatan lainnya di sector peternakan, pertanian dan perikanan
yang merupakan bahaya potensial. Resiko tersebut perlu diketahui
untuk dapat dilakukan tindakan pencegahannya.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Perbedaan okupasi dan agromedicine
2. Definisi, macam bahaya potensial dan cara
identifikasi bahaya potensial khususnya dibidang
agroindustri
3. Cara mendiagnosis penyakit akibat kerja
4. Hubungan antara kesehatan dan sektor pertanian
5. Pencegahan penyakit akibat kerja
6. Cara melakukan penyuluhan
7. Epidemiologi, penyebaran serta pencegahan flu
babi

OKUPASI VS
AGROMEDICINE
Kedokteran okupasi adalah upaya kesehatan kerja yg harus
dilakukan oleh dokter yg ahli dan kompeten melalui pendidikan
dan pelatihan kedokteran kerja berkelanjutan, sertifikasi dll.
Ruang lingkup kedokteran okupasi adalah masyarakat
pekerja pada semua jenis pekerjaan atau perusahaan dan
lingkungan kerjanya.
Agromedicine adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus
pada bidang pertanian yang mengharuskan seorang dokter
untuk mengetahui dan menguasai berbagai penyakit yang
mungkin timbul di daerah agroindustri. Agroindustri adalah
kegiatan yang memnafaatkan hasil pertanian sebagai bahan
baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk
kegiatan tersebut. Ruang lingkup agromedicine adalah
kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat dan pendidikan
penyakit tropis. Dokter yang mengerti di bidang agromedicine
diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan di daerah

BAHAYA POTENSIAL
Bahaya potensial atau yang biasa disebut Hazard merupakan sumber
resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik pada material,
lingkungan maupun manusia
Jenis-jenis bahaya potensial yang terdapat di bidang agromedicine, yaitu:
Fisik: cahaya ultraviolet, suhu lingkungan yang terlalu tinggi, kebisingan,
getaran alat berat, cedera fisik karena cedera proses kerja, ergonomi
yang kurang baik, seperti posisi mencekul, dan lain-lain.
Kimia: yang sering menjadi masalah adalah ketidaktahuan pekerja
tentang kadar efektif dan penggunaannya, karena masih memakai
konsep semakin banyak bahan yang digunakan semakin baik hasilnya.
Contoh pada penggunaan pupuk kimia (mengandung logam, bahan kimia
anorganik dan organik) dan pestisida (terutama golongan organofosfat
dan carbamat).
Biologi: Penyakit yang ditularkan melalui hewan (anthrax, flu burung,
kutu dan rabies), Kecacingan (STH atau NSTH), Racun dari tanaman dan
hewan (seperti ular, kalajengking, dan serangga), Serangan binatang liar
di sekitar lingkungan kerja, Debu organik hewan.

CARA IDENTIFIKASI
Identifikasi Secara Langsung
kunjungan langsung ke lingkungan kerja, melihat dan
merasakan langsung. Hal ini dapat memungkinkan untuk
mengetahui alur suatu produksi mulai dari bahan baku sampai
menjadi bahan jadi, melingkupi bahan baku yang digunakan,
bahan tambahan, alat yang digunakan, proses kerja, sesuatu
yang dihasilkan, dan sampah atau sisa-sisa produksi yang ada.
Selain melihat langsung prose pembuatannya, informasi daapt
juga didapatkan dari pekerja, supervisor, dan petugas lainnya.

Identifikasi Secara Tidak Langsung


Melihat dari laporan hasil pemeriksaan kesehatan, melalui cara
ini dapat mengetahui secara epidemiologi tentang kondisi
kesehatan dan frekuensi kecelakaan kerja yang terjadi dalam
beberapa periode tertentu.

CARA DIAGNOSIS PAK


1. Tentukan diagnosis klinis
2. Tentukan pajanan yang dialami
3. Tentukan apakah pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut
atau tidak
4. Tentukan apakah jumlah pajanan cukup besar
5. Tentukan apakah terdapat faktor individu yang mempengaruhi
penyakit
6. Tentukan apakah terdapat faktor lain diluar pekerjaan atau
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit tersebut
7. Membuat kesimpulan apakah penyakit tersebut penyakit akibat
kerja atau penyakit bukan akibat kerja:
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja
penyakit yang diperberat oleh pekerjaan

KESEHATAN DAN
PERTANIAN
Sektor pertanian mengharuskan pekerjanya untuk terjun langsung di
lingkungan pertanian sehingga terjadi kontak langsung antara pekerja
dengan bahaya-bahaya potensial yang ada di lingkungan tersebut.
Banyak alasan yang menjadikan pekerja tidak peduli terhadap
kesehatan, seperti:
Lokasi pertanian yang jauh dari kota besar
Fasilitas kesehatan yang tidak memadai
Kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pengetahuan pentingnya
kesehatan
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang kurang baik
Sanitasi, higien, pola makan, gizi yang kurang baik
Enggan menuju fasilitas kesehatan
Kepercayaan dan budaya

PENCEGAHAN PAK
Pencegahan penyakit akibat kerja dapat
dilakukan dengan menerapkan 5 (five) level
prevention, yaitu:

Health promotion
Spesific protection
Early diagnostic and prompt treatment
Disability limitation
rehabilitation

HEALTH PROMOTION
Pada tingkat ini dilakukan tindkan umum untuk menjaga keseimbangan proses
bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menuntungkan manusia
dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Contoh:
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Perbaiki higien dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu
Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial
Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab
Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial

SPESIFIC PROTECTION
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk
mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit
penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis,
tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu.
Contoh:
Isolasi terhadap penderita penyakit menular
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat umum
maupun ditempat kerja dengan menggunakan APD
Pelindungan
terhadap
bahan-bahan
karsinogenik, racun maupun alergi
Penegndalian sumber-sumber pencemaran

yang

bersifat

EARLY DIAGNOSIS &


PROMPT TREATMENT
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini
mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera
dengan terapi yang tepat.

DISABILITY LIMITATION
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang
adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah
lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan
timbul.

REHABILITATION
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk
mengembalikan pasien ke masyarakat agar
mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar,
atau agar tidak menjadi beban untuk orang lain.

FLU BABI
Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran
pernafasan pada babi, yang disebabkan virus influenza jenis A.
Virus flu ini menyebabkan kesakitan yang berat pada babi tetapi
angka kematiannya rendah. Virus ini (type A H1N1 virus) pertama
kali di isolasi dari babi pada tahun 1930.
Infeksi flu babi di Meksiko yang merupakan episentrum wabah
diperkirakan telah mencapai 32.000 kasus pada akhir April. WHO
menyatakan bahwa Meksiko saat ini memiliki 1.626 kasus
confirmed. Situasi yang sama terjadi di Amerika Serikat. Dalam
konferensi CDC dinyatakan bahwa 2.618 kasus confirmed di
Amerika Serikat hanya meliputi sebagian kecil dari infeksi aktual
yang terjadi. Sebagian besar orang yang sakit tidak mencari
pengobatan dan tidak melakukan tes untuk mengetahui strain
virus flunya.

EPIDEMIOLOGI
Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres
akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara
terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau
babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan
tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut
dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.
Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai
kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun
dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub
tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3
subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang
mewabah di Amerika Utara tetapi pernah juga sub tipe H4N6
diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada.

Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan


menularkannya pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada
pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Beberapa kasus
infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit
pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin. Transmisi
kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat
melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah
penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark,
Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada
bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat
pnemonia dan akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan virus influensa patogen yang secara
antigenik berhubungan dengan virus influensa babi.

PENYEBARAN
Angka Kesakitan. Selama musim dingin di belahan
bumi selatan, tingkat rawat inap yang dilaporkan dari
berbagai negara berkisar 2,0 - 31,8 per 100.000
penduduk.
Angka kematian di belahan bumi selatan relatif
rendah, dengan kurang dari 1 kematian per 100.000
penduduk di sebagian besar negara. Masing-masing
negara melaporkan angka kematian 0 - 36,1 per
1.000.000 penduduk.

PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMER
PENCEGAHAN SEKUNDER
PENCEGAHAN TERSIER

PENCEGAHAN PRIMER
adalah suatu usaha yang dilakukan agar masyarakat tidak akan terjangkit
penyakit suatu penyakit dan dalam hal ini penyakit tersebut penyakit flu babi,
dilakukan pada fase suseptibel.
Pada penyakit ini pencegahan primer bisa dilakukan dengan cara :
Melakukan promosi kesehatan melalui pengadaan penyuluhan mengenai
bahaya penyakitflu babi dan pencegahan berserta penanganan penderita
kepada peternak babi dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar peternakan
babi
Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti dinas peternakan melalui
penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan kandang babi.
Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat), seperti mencuci tangan terutama setelah melakukan kontak pada babi
atau penderita flu babi. Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker
yang benar kepada pekerja peternakan dan juga masyarakat umum.
Pemberian alat pendeteksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandara serta
tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri guna mencegah
datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi.

PENCEGAHAN
SEKUNDER
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan
pengobatan tepat. Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa
mencegah
terjadinya
komplikasi
atau
memperlambat
perjalanannya.
Pencegahan sekunder dilakukan pada fase presimtomatis
yakni dengan jalan diagnosa dini. Selain itu juga dilakukan
pengisolasian bagi penderita flu babi dan pemberian obat yang
tepat.
Saat ini ada 2 obat yang direkomendasikan yaitu zanamivir (merek
dagang: Relenza) dan oseltamivir (merek dagang: Tamiflu), kedua
obat tersebut akan efektif bila di minum kurang dari 36 48 jam
sesudah serangan flu babi. Pada keadaan yang berat, pasien
membutuhkan penanganan intensif lebih lanjut di rumah sakit.

PENCEGAHAN TERSIER
Pencegahan tersier dilakukan untuk
ketidakmampuan dan rehabilitasi.

membatasi

Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi dan bahkan


meninggalkan
cacat.
Pada
penyakit
flu
babi
pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan
pemberian pengobatan adequat dan rehabilitasi
kepada para penderita penyakit flu babi. Selain itu
pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar mau
menerima kembali penderita flu babi yang sudah
sembuh agar tidak ada tindakan pengucilan.

Anda mungkin juga menyukai