Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

TUBA OVARII ABSES

Oleh :
Muhammad Akbar Arifin
Pembimbing :
dr. Gede S Dhyana M. A, Sp.OG

PENDAHULUAN
Pada

wanita rongga perut langsung


berhubungan dengan dunia luar dengan
perantara traktus genetalis. Radang organ
kandungan mungkin lebih sering terjadi di
negara tropis karena organ kewanitaan
menjadi mudah sekali lembab disebabkan
udara yang
Personal hygiene masih kurang terjaga,
infeksi veneris belum terkendali, serta
perawatan persalinan dan abortus yang
belum memenuhi syarat-syarat

Salah satu penyakit yang menimpa

seorang wanita usia produktif adalah


tuba ovarii abses, abses ini biasanya
merupakan kelanjutan dari infeksi
saluran genital bagian bawah dan
merupakan salah satu komplikasi
akut dari PID (Pelvic Inflammatory
Disease).

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama: Islam
Status Pernikahan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Alamat: Moro 4 / 2 Kadokan Grogol
Sukoharjo
Tanggal Masuk RS : 2 April 2016

Anamnesis
a. Keluhan Utama
. Nyeri perut bagian bawah kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
. Pasien datang mengatakan hamil 4 kali
melahirkan 2 kali keguguran 2 kali.
Pasien mengeluhkan nyeri perut bawah
kiri sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Pasien post kuretase tanggal 29 Maret
2016 di rumah sakit Muwardi. Dan hasil
USG dari dokter Ariayat mengatakan
KET.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat alergi obat
: disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal

Pemeriksaan Fisik
KU : cukup
Kesadaran : kompos mentis
Vital sign : TD 120/80
Nadi 88 kali/menit
RR 18 kali/menit
Suhu 36,4 oC
Kepala
: mesocephal
Mata : konjungtiva pucat (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Leher : tidak ada pembesaran limfonodi

Thorax : jantung : Ispeksi : ictus kordis tak

terlihat
Palpasi : ictus kordis tak kuat
angkat
Perkusi : batas jantung tidak
kelainan
Auskultasi : reguler
Paru paru : Ispeksi : simetris
Palpasi : fremitus simetris
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar
vesikuler (+/+)

ada

Abdomen: nyeri tekan perut kiri

bawah
Ekstremitas : edema (-)
Akral hangat (+)

Status Obstetri
a. Inspeksi
Kepala : mesocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen: dinding perut sejajar dinding dada, tak nampak benjolan
b. Palpasi
Supel (+), nyeri tekan kiri bawah (+)
c. Auskultasi
Bising usus (+)
d. Perkusi
Timpani (+)
e. Genitalia
Vulva tidak ada kelainan
Dinding vagina dalam batas normal
Portio licin
OUE tertutup
Nyeri goyang portio

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah
Pemeriksaan

Hasil

Rujukan

2 April 2016
Hemoglobin

11,1

11,7 15,5 g/dL

Hematokrit

31,4

35 47 %

Eritrosit

3,78

3,80 5,20 106/uL

Leukosit

14,6

3,6 11,0 103/uL

Trombosit

358

150 450 103/uL

b. Ultrasonografi
Hasil : Susp KET

Kesimpulan
Datang pasien perempuan usia 31
tahun mengeluhkan nyeri perut kiri
bawah sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien
sudah hamil 4 kali melahirkan 2 kali
dan keguguran 2 kali. Pasien post
kuretase tanggal 29 Maret 2016 di
rumah sakit Muwardi. HPMT tanggal 6
Februari 2016. Dan hasil USG dari
dokter Ariayat mengatakan KET. Nyeri
tekan (+) di perut kiri bawah.

Diagnosis Sementara
Susp KET
Tuba Ovarii Abses
Penatalaksanaan
Konsultasi dokter Sp. OG
Rawat inap
Infus RL 20 tpm
Cek laboratorium lengkap
Cross darah 2 WB
Hb seri
Injeksi cefotaxim 1 gram / 12 jam

Follow up H 1
S/ nyeri perut bawah kiri. pusing (-) mual (-) muntah (-) demam (-)
BAK (+) BAB (-)
O/ TD : 120/80
N: 88
S : 36,4 C
KU : cukup
K/L : CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
TH : SDV (+/+) reguler (+)
ABD : supel (+) BU (+)
Eks : akral hangat (+) udema (-)
A/ G4P2A2 Susp KET post kuretase H 4
Terapi : RL 20tpm
Inj cefotaxim 1 gram /12jam
Cek laboratorium lengkap
Cross darah 2 WB
Hb seri

Follow up H 2
S/ post salphingovarektomi sinistra hari 1. Nyeri bekas op. pusing (-)
mual (-) muntah (-) demam (-) BAK (+) BAB (-)
O/ TD : 110/70
N: 84
S : 36,4 C
KU : cukup
PPV (+)
K/L : CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
TH : SDV (+/+) reguler (+)
ABD : supel (+) BU (+)
Eks : akral hangat (+) udema (-)
A/ post salphingovarektomi hari 1 a/i tuba ovarii abses susp KET
Terapi : RL 20tpm
Inj ceftazidim 1 gram /12jam
Inj asam tranexamat 500 mg / 12jam
Inj Antalgin 1 amp / 12jam
Metronidazole / 12 jam

Follow up H 3
S/ post salphingovarektomi sinistra hari 2. Nyeri bekas op. pusing (-)
mual (-) muntah (-) demam (-) BAK (+) BAB (-)
O/ TD : 120/70
N: 84
S : 36,4 C
KU : cukup
PPV (+)
K/L : CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
TH : SDV (+/+) reguler (+)
ABD : supel (+) BU (+)
Eks : akral hangat (+) udema (-)
A/ post salphingovarektomi hari 2 a/i tuba ovarii abses susp KET
Terapi : RL 20tpm
Inj ceftazidim 1 gram /12jam
Inj asam tranexamat 500 mg / 12jam
Inj Antalgin 1 amp / 12jam
Metronidazole / 12 jam

Follow up H 4
S/ post salphingovarektomi sinistra hari 3. Nyeri bekas op
berkurang. pusing (-) mual (-) muntah (-) demam (-) BAK (+) BAB
(-)
O/ TD : 120/70
N: 84
S : 36,5 C
KU : cukup
PPV (+)
K/L : CA (+/+) SI (-/-) PKGB (-/-)
TH : SDV (+/+) reguler (+)
ABD : supel (+) BU (+)
Eks : akral hangat (+) udema (-)
A/ post salphingovarektomi hari 3 a/i tuba ovarii abses susp KET
Terapi : cek lab ulang bila leukosit dan hemoglobin baik BLPL
Cefadroxil 500mg 2 kali sehari
Asam mefenamat 500mg 2 kali sehari

TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian
Tuba
Tuba uteria / fallopii adalah saluran ovum yang memiliki
panjang bervariasi antara 8 -`14 cm dan ditutupi oleh
peritoneum serta lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa. Tuba terbagi menjadi pars interstitial, itsmus,
ampula, dan infundibulum.
Ovarial
Ovarial / ovarium adalah orgn reproduksi wanita bagian
dalam yang berbentuk biji kenari, terletak di kanan dan
kiri.
Abses
Abses adalah rongga yang trjadi karena kerusakan jaringan
/ bengkak akibat proses infeksi.

Jadi

tuba
ovarii
abses
adalah
pembengkaan yang terjadi pada tuba
ovarial yang ditandai dengan radang
bernanah, baik di salah satu tuba
ovarial maupun keduanya. Tuba ovarii
abses merupakan komplikasi jangka
panjang dari salfingitis akut, ttapi
biasanya
dibedakan
dengan
ada
tidaknya rupture, dapat terjadi bilateral
waulupun 60% dari kasus abses yang
dilaporkan
merupakan
kejadian
unilateral
dengan
atau
tanpa
penggunaan IUD dan abses biasanya

b. Etiologi
Tuba ovarii abses biasanya disebabkan
oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti
disebabkan oleh Gonococcus, selain itu
juga dapat karena Staphylococcus dan
Streptococcus.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
- Menjalar dari alat yang berdekatan
seperti dari ovarium yang meradang
-Naik dari cavum uteri

c. Manifestasi Klinis
Demam dan dapat disertai menggigil
Nyeri kiri dan atau kanan di perut bagian bawah
terutama pada saat ditekan
Mual
Muntak
Dapat muncul gejala abdomen akut karena terjadi
perangsangan peritoneum
Kadang terdapat tanesmi karena proses dekat
rektum dan sigmoid
Pada VT ditemukan nyeri goyang portio
Nyeri kiri dan atau kanan dari uterus
Kadang teraba penebalan dari tuba
Nyeri pada ovarium karena peradangan

d. Patofisiologi
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus
lalu ke tuba dan atau parametrium, terjadilah
salfingitis degan atau tanpa ooforitis, keadaan ini
bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan
atau setelah tindakan ginekologik sebelumnya.
Infeksi permukaan, aglutinasi dan abses terbentuk
saat bakteri, lekosit, dan cairan terakumulasi pada
suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding
dalam
sangan
berbahaya,
menimbulkan
lingkungan anaerob asli ataupun fakultatif dapat
berkembang biak.
keadaan ini biasanya memberikan perubahan
anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ
terdekatnya. Apabila prosesnya menjadi lebih
parah maka dapat terjadi pecahnya abses.

e. Pemeriksaan dan Diagnosis


Berdasarkan gejala klinik dan anamnesis pernah
mengalami infeksi daerah panggul pada usia 30
40 tahun dimana 25 50 % adalah nulipara.
Adanya lekosistosis ( 60 80 % kasus) tetapi ada
juga yang leukopenia. Hasil urinalis memperlihatkan
adanya pyuria tanpa bakteriuria. Nilai LED minimal
64 mm/h serta nilai akut C-reaktif minimal 20 mg/L
dapat dipikirkan kearah diagnosis tuba ovarii abses.
Dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau
curiga adanya massa di adeksa.
Digunakan pada kecurigaan adanya tuba ovarii
abses atau adanya masa di adneksa, melihat ada
atau tidaknya pembentukan kantung-kantung pus,
dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.

f. Diagnosis Banding
Tuba ovarii abses yang belum muncul
keluhan :
Kistoma ovarii, tumor ovarii
Kehamilan ektopik yang utuh
Tuba ovarii abses yang memberikan
keluhan :
Perforasi apendik
Perforasi divertikel / abses divertikel

g. Komplikasi
Tuba ovarii abses yang utuh
Pecah sampai sepsis reinfeksi
dikemudian hari, ileus, ifertilitas,
kehamilan ektopik.
Tuba ovarii abses yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal,
abses sub kronik, abses paru / otak.

h. Penatalaksanaan
Curiga tuba ovarii abses utuh tanpa
gejala
Antibiotik
dengan
masih
dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2 x / 100 mg / hari selama 1
minggu atau ampisilin 3 x 500 mg /
hari selama 1 minggu.
Pengawasan lanjut, bila massa tak
mengecil dalam 14 hari atau mungkin
membesar maka merupakan indikasi
untuk penanganan lebih lanjut dengan
kemungkinan untuk laparotomi.

Tuba ovarii abses utuh dengan gejala


Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler,
observasi ketat tada vital dan produksi urin,
periksa lingkaran abdomen, pasang infus.
Antibiotik masif minimal 48 72 jam.
Golongan ampisilin 3 x 1-2 gram / hari intravena 5
7 hari. Gentamisin 5 mg / kg BB / hari intravena
terbagi dalam 2 x 1 hari selama 5 7 hari.
Metronidaxole 1 gr 2 x / hari atau kloramfenikol 50
mg / kg BB / hari intravena selama 5 hari.
Metronidazole 2 x 1 gram selama 5 7 hari.
Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
Jika
perlu
dilanjutkan
laparotomi,
atau
pengangkatan seluruh organ genetalia interna.

Tuba ovarii abses yang pecah merupakan


kasus darurat
Dilakukan laparotomi
Setelah dilakukan laparotomi, diberikan
sefalosporin
generasi
III
dan
metronidazole 2 x 1 gram / hari selama
1 minggu.

i. Prognosis
Tuba ovarii abses yang utuh
Pada umumnya prognosis baik, apabila
dengan pengobatan medidinaslis tidak
ada perbaikan keluhan dan gejalanya
maupun pengecilan absesnya lebih baik
dikerjakan laparotomi, jangan sampai
abses menjadi pecah yang mungkin
perlu
tindakan
lebih.
Kemampuan
fertilitas jelas menurun. Kemungkinan
reinfeksi harus diperhitungkan apabila
terapi pembedahan tidak dikerjakan.

Tuba ovarii abses yang pecah


Kemungkinan septisemia besar oleh
karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk
menurunkan angka mortalitasnya.

j. Analisa Kasus
Di dalam kasus ini datang seorang
pasien Ny. H berusia 31 tahun dengan
keluhan utama nyeri perut kiri bawah
sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien sudah
hamil 4 kali melahirkan 2 kali dan
keguguran 2 kali. Pasien post kuretase
tanggal 29 Maret 2016 di rumah sakit
Muwardi. HPMT tanggal 6 Februari
2016. Dan hasil USG dari dokter Ariayat
mengatakan KET. Nyeri tekan (+) di
perut kiri bawah.

Nyeri perut kiri bawah yang dikeluhkan

pasien bisa merupakan gejala dari


penyakit infeksi pelvik. Keparahan nyeri
meningkat secara bertahap setelah
beberapa jam atau beberapa hari, rasa
nyeri cenderung menetap dan semakin
berat dengan adanya pergerakan.
Penyakit ini dapat menyerang rahim,
saluran tuba, dan organ reproduksi
lainnya.

Pemeriksaan

fisik harus dilakukan


secara
cermat
untuk
membantu
membedakan
dengan
beberapa
penyakit
lainnya.
Dilakukan
pemeriksaan pelvis yang cermat dan
hati-hati
termasuk
pemeriksaan
bimanual vaginal dan rectal. Dan
pemeriksaan radiologi yang sangat
dianjurkan
adalah
pemeriksaan
ultrasonografi.

Anda mungkin juga menyukai