Anda di halaman 1dari 12

KONSERVATISME DALAM AKUNTANSI DAN

IMPLIKASINYA & KUALITAS LABA AKUNTANSI


FRIDA MAHARANI DEWI (1413010033)
AYU GINA APRILYA (1413010182)
FAUZIAH R. YUSFANI (1413010204)
DINDA AYU SEKARWATI (1413010209)

KONSERVATISME AKUNTANSI
DEFINISI
Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai prinsip
kehati-hatian dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan
tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan
laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang
mempunyai kemungkinan yang terjadi.

IMPLIKASI KONSERVATISME AKUNTANSI


Praktek konservatisme akuntansi sering memperlambat atau
menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi, tetapi
mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi.
Sementara itu dalam penilaian aset dan hutang, aset dinilai
pada nilai paling rendah dan sebaliknya, hutang dinilai pada
nilai yang paling tinggi.

AKUNTANSI KONSERVATIF BERMANFAAT


Walaupun terdapat kritikan tentang kegunaan konservatisme akuntansi,
namun prinsip ini masih dianggap baik dan dilaksanakan dalam praktek,
karena berdasarkan pengalaman bertahun-tahun telah menunjukkan
bahwa akuntan melakukan kehati-hatian dalam menghadapi
ketidakpastian lingkungan. Alasan mendasar adalah karena terdapat
kecenderungan secara alami bahwa manajer dan pemilik, cenderung
overoptimistic dalam melaporkan perkembangan perusahaannya
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konservatisme di Amerika
Serikat. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk
membesar-besarkan laba serta memanfaatkan informasi yang asimetri
ketika menghadapi klaim atas aktiva perusahaan.

KONSERVATISME AKUNTANSI DALAM IFRS


Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur
dalam standar akuntansi internasional (IFRS). Hellman (2007)
menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan akuntansi
konvensional, IFRS fokus pada pencatatan yang lebih relevan
sehingga menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi
terhadap estimasi dan berbagai judgement. Dalam hal ini,
kebijakan yang ditetapkan IASB (International Accounting
Standard Board) tsb menyebabkan semakin berkurangnya
penekanan atas penerapan akuntansi konservatif secara
konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan IFRS.

KONSERVATISME AKUNTANSI DALAM PSAK


PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia
menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme.
Pengakuan prinsip konservatisme di dalam PSAK tercermin
dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di
dalam sebuah kondisi yang sama. Hal tsb akan mengakibatkan
angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada
akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif.

Kualitas Laba Akuntansi

PENGERTIAN
Kualitas laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi dalam
satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada
awal dan akhir periode tetap sama. ( Schipper dan Vincent
2003).
Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk
kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtunwaktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka
konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan
implementasi

TERJADINYA MANAJEMEN LABA


Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statemen
keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan
dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat
transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai
konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen
keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung
unsur kas dan akrual (non kas). Unsur akrual dapat terjadi
berdasarkan kebijakan manajemen (discretionary accruals)
atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary accruals).

TUJUAN MANAJEMEN LABA

Manajemen laba yang dilakukan dengan menggunakan akrual


yang menaikan laba untuk tujuan mendapatkan harga saham
yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham.
Manajemen laba dapat juga dilakukan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan terkait dengan kepemilikan saham
manajemen. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dalam rangka
program opsi saham karyawan
Dalam rangka mendapatkan bonus berbasis laba.
Untuk menghindari pelanggaran kontrak utang
Menghindari biaya politis (political cost).
Mengkomunikasikan informasi privat secara efesien

Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi


laba dalam pengambilan keputusan . Manajemen laba dapat sinkron
dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan
tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif
solusi atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat
tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam pengambilan
keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru.
Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih
ketat tetapi masih memberi peluang bagi manajemen dalam
melakukan pemilihan kebijakan akuntansi dalam batas wajar untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Standar akuntansi yang lebih ketat
dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa
standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat meningkatkan
manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen
laba real) serta meningkatkan biaya manajemen laba.

Untuk mencegah manajemen laba yang berlebihan, penerapan


good corporate governance (GCG) diperlukan. Struktur corporate
governance yang baik dapat mengurangi manajemen laba. Lee et
al. (2007) menemukan bahwa manajemen laba berhubungan positif
dengan keterkaitan organisasional (manajemen laba cenderung
terjadi pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi).
Manajemen laba tersebut berkurang pada perusahaan dengan
keterkaitan organisasional tinggi yang disertai proporsi direksi
eksternal yang besar dan kepemilikan ekuitas institusional yang
tinggi (struktur corporate governance relatif baik). Penerapan GCG
memungkinkan keputusan-keputusan operasional yang relatif baik .

Anda mungkin juga menyukai