Anda di halaman 1dari 49

BAB II

HEWAN DAN
LINGKUNGAN
TUJUAN YANG AKAN DICAPAI PADA MATERI
INI ADALAH MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI;
A. Hewan sebagai organisme heterotrof
B. Kondisi dan sumberdaya lingkungan
C. Ektotermi, konsep waktusuhu dan
endotermi
D. Kisaran toleransi dan faktor
pembatas
E. Gambaran umum faktorfaktor
lingkungan hewan
F. Indikator ekologi
PENDAHULUAN
Lingkungan hewan merupakan
totalitas beraneka faktor abotik
seperti ruang, medium (substrat),
cuaca, iklim dsb, dan biotik
(organisme sesama spesies,
berlainan spesies, tumbuhan dan
mikroba) yang terdapat disekitar
lingkungan organisme.
Setiaphewan dapat hidup,
tumbuh dan berkembangbiak
dalam suatu lingkungan yang
memberikan kondisi yang
cocok baginya dan
menyediakan sumberdaya
yang diperlukan bagi
kehidupannya.
Antara hewan dan lingkungan
terdapat hubungan timbalbalik.
Lingkungan memberikan pengaruh
besar terhadap keberhasilan hidup
hewan, namun lingkungan akan
dapat berubah oleh kehadiran
organisme lain serta berdampak
pada aktivitas hidup hewan
tersebut.
A. HEWAN SEBAGAI ORGANISME
HETEROTROF
Hewan yang bersifat heterotof
yakni tidak mampu mensintesis
makanannya sendiri, untuk sumber
materi dan energi, dari substansi
anorganik di lingkungannya. Karenanya
maka secara langsung ataupun tak
langsung, kehidupan hewan sangat
bergantung pada tumbuhtumbuhan
yang autotrof.
Dalam dunia hewan
dikenal tiga macam
nutrisi yang heterotrof,
yaitu
a. Bersifat Holozoik
b. Bersifat Saprozoik
c. Bersifat Parasitik.
Nutrisi holozoik; makanan yang
diperlukan pertamatama harus didapatkan
dulu, dimakan dan dicerna agar dapat
diabsorbsi kedalam selsel tubuhnya.
Mendapatkan makanan serta memerlukan
perkembangan beraneka struktur indera, saraf
serta mekanisme otot.
Untuk mengubah makanan, yang berupa
substansi yang berasal dari tumbuhan atau
hewan lain, kedalam bentuk yang dapat
diabsorbsi diperlukan pula mekanisme atau
sistem pencernaan tertentu.
Nutrisi saprozoik (dijumpai
pada berbagai protozoa), hewan
tersebut mendapatkan nutrien2
organik yang diperlukannya dan
organisme2 yang telah membusuk
atau sudah terurai.
Nutriennutrien tersebut diabsorbsi
melalui membran sel dalam bentuk
molekulmolekul terlarut.
Tipe nutrisi heterotrofik (parasitisme);
mendapatkan makanan, dengan memakan dan
mencerna partikel2 padat, dari tubuh inang atau
dengan cara mengabsorbsi molekul2 organik dari
cairan atau jaringan tubuh inangnya.
Berbagai parasit menganggu inangnya dengan
merusak selselnya, merampas nutrien2 atau
dengan menghasilkan produk sampingan yang
bersifat toksik.
Berjalannya revolusi, hewan parasit yang hidup
didalam tubuh inang telah menjadi teradaptasi
dengan kondisikondisi suhu, pH, kadar garam,
vitamin dan nutrien lainnya, merupakan
lingkungannya, dan tidak dapat hidup di habitat
lain.
B. KONDISI DAN SUMBERDAYA
LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan terutama
dipakai untuk menunjukkan suatu besaran,
kadar, atau intensitas suatu faktor abiotik.
Apabila sesuatu faktor abiotik atau biotik yang
diperlukan oleh hewan yang merupakan suatu
kuantitas yang dapat menjadi berkurang
ketersediaannya akibat aktivitas atau konsumsi
hewan, maka faktor lingkungan disebut
sebagai sumberdaya bagi
hewan.
Perubahan lingkungan
secara garis besar terdiri
atas 3 macam, yaitu
a. Perubahan siklik
b. Perubahan terarah
c. Perubahan eratik
Perubahan siklik
merupakan perubahan yang
terulang secara berirama,
seperti pasang dan surut,
malam dan siang, musim
kemarau dan musim
penghujan, dan
sebagainya.
Perubahan terarah,
merupakan perubahan yang terjadi
secara berangsur terus-menerus dan
progresif menuju kearah tertentu.
Proses perubahan ini berlangsungnya
lama melebihi usia individu hewan,
misalnya erosi progresif garis pantai
atau pengendapan lumpur di daerah
estuaria.
Perubahan eratik,
merupakan perubahan yang
tidak berpola dan tidak
menunjukkan konsistensi dalam
hal arah perubahannya,
misalnya pengendapan jatuhan
debu dari letusan gunung,
terjadinya banjir atau
kebakaran.
Ketersedian sumber daya,
sebagai fungsi dari ruang dan
waktu berbeda2 coraknya
maka hewan pun memerlukan
strategi untuk mendapatkan
dan memanfaatkan
sumberdayanya secara
berbeda- beda pula
GAMBAR 2.1. KETERSEDIAAN SUMBERDAYA SEBAGAI FUNGSI
RUANG (R) DAN WAKTU (T) MEMERLUKAN STRATEGI
TERTENTU BAGI HEWAN YANG MEMANFAATKANNYA.
Beberapa Sumberdaya Hanya Dapat
Diperoleh pada Suatu Waktu pada Suatu
Tempat saja (A). Hewan Dapat
Memanfaatkan Sumberdaya Semacam
itu Secara Kombinasi.
Ada juga Sumberdaya yang Dapat
Diperoleh dari Area yang Luas Dalam
Periode yang Singkat (B).
Sumberdaya lainnya Tersedia Disuatu
Tempat saja Namun Dalam Periode yang
Cukup Lama (C).
C. EKTOTERMI, KONSEP WAKTU
SUHU DAN ENDOTERMI
Suhu lingkungan memberikan efek
yang berbeda2 pada organisme.
Variasi suhu lingkungan alami dan
efeknya mempunyai peranan
potensial dalam menentukan proses
kehidupan, penyebaran serta
kelimpahan pada organisme.
Variasi suhu lingkungan alami dari
sifatnya yang siklik (musiman,
harian), berkaitannya dengan
garis lintang (latitudinal) atau
ketinggian dpl (altitudinal), dan
kedalaman (lautan dan tanah).
Variasi suhu dalam kaitan yang
dengan organisme
(mikroklimatik).
Gambar 2.2. variasi latitudinal sangat
berkaitan dengan variasi musiman, karena
posisi bumi relatif terhadap posisi matahari
yang menyebabkan terjadinya perubahan
musim.
a. Posisi bumi pada 22 Juni : Di Belahan
bumi disebelah Utara mulai musim
panas (siang yang panjang) dibelahan
bumi selatan (siang yang pendek)
b. Posisi bumi pada 22 Desember : Di
belahan bumi disebelah Utara mulai
musim dingin (siang yang pendek)
dibelahan bumi selatan (siang yang
panjang)
c. Posisi bumi pada 21 Maret sampai 23
September : Dibelahan bumi Utara
mulai musim semi, dibelahan bumi
selatan musim gugur.Pada semua garis
lintang panjang siang 12 jam.
d. Gambaran panjang siang dan malam
di equator (0), garis lintang 300, 600,
dan kutub (900).
Hubungan antara hewan
dengan suhu lingkungannya,
ada 2 kelompok yaitu
1. poikiloterm (bersifat
penyesuai)
2. homeoterm (bersifat
pengatur)
Keduanya sangat
berhubungan
dengan produksi
dan pemanfaatan
panas tubuh
maupun kondisi
tubuh dan panas
lingkungan
disekitarnya
(ektotermi dan
endotermi).
EKTOTERMI
Hewan2 ektotermi, yaitu
semua jenis hewan yang
ada di alam
kecuali Aves dan
Mammalia, merupakan
kelompok hewan yang
tubuhnya berdarah panas
sangat tergantung dari
panas luar tubuhnya yaitu
kondisi disesuaikan
dengan lingkungan fisisnya
Pada suhu lingkungan rendah di
luar batas toleransinya, hewan
ektoterm akan mati.
Pada suhu yang lebih rendah dari
suhu optimumnya, aktivitasnya
pun rendah dan hewan menjadi
sangat lamban, sehingga mudah
bagi predatornya untuk
menangkapnya.
Daya mengatur pada hewan
ektoterm, tindakan yang sifatnya
lebih berupa perilaku fisiologis
dalam tubuh,
Misalnya bergerak mencari tempat
yang teduh apabila hari terlalu
panas dan berjemur diri di panas
matahari bila hari dingin misalnya
kelompok Reptil.
KONSEP WAKTUSUHU
Hewan ektoterm ialah sangat
berpengaruhnya terhadap laju
pertumbuhan dan
perkembangannya.
Kisaran dan suhu tertentu antara
laju perkembangan dengan suhu
tubuh juga suhu lingkungan,
terhadap hubungan linier.
Hewan ektoterm tidak dapat
diketahui berapa lama waktu
dibutuhkan untuk proses
perkembangan,
Kombinasi waktusuhu, yang
dinamakan waktu fisiologis,
artinya karena pada hewan
ektoterm waktu merupakan
fungsi dari suhu.
Apabila diketahui suhu ambang
perkembangan pada sejenis belalang ; 16 0C,
dan pada 200C (40C di atas suhu ambang)
lamanya waktu perkembangan telur untuk
menetas adalah 17.5 hari, maka pada suhu
300C (140C di atas suhu ambang) waktu yang
diperlukan hanya 5 hari untuk menetas.
Pada kedua contoh, waktu yang diperlukan
untuk perkembangan; 70 hariderajat di
atas suhu ambang, Misalnya munculnya kupu-
kupu dan belalang dalam jumlah besar,
mungkin terjadi pada tanggal yang berbeda
tiap tahunnya.
ENDOTERM
Hewan endoterm mampu menjaga
konstanta suhu tubuhnya (homeoterm)
dalam kondisi suhu lingkungan yang
berubahubah karena mempunyai daya
mengatur yang tinggi.
Terjadi melalui perubahan laju metabolisme
(produksi panas) dengan pusat pengaturan
suhu
(termostat) di bagian hipotalamus dari
otaknya. Suhu konstan tubuh hewan
endoterm biasanya terdapat diantara 35
400C.
Hewan ektoterm
menunjukkan
strategi biaya
rendah yang
kadangkadang
keuntungan
rendah, hewan
endoterm
mempunyai strategi
biayatinggi yang
memberi
keuntungan yang
lebih tinggi pula.
Zona termonetral (a-b) produksi panasnya
; sangat rendah.
Pada zona termonetral (b-c) produksi
panas (laju metabolisme) minimal.
Kisaran suhu lingkungan termonetral
tersebut, suhu tubuh diatur
kekonstanannya oleh pengubahan
konduktansi panas permukaan tubuh
(vasodilatasi) pada dasarnya tidak
memerlukan upaya metabolisme. Di atas
maupun di bawah kisaran suhu
termonetral; produksi panas meningkat.
KISARAN TOLERANSI DAN
FAKTOR PEMBATAS
Menurut Hk Toleransi Shelford:
setiap organisme
mempunyai sisi minimum dan
maksimum ekologis yang
merupakan batas bawah dan
batas atas dari kisaran
toleransi organisme itu
terhadap sesuatu faktor
lingkungannya.
Dalam kondisi faktor yang mendekati
batas kisaran toleransi organisme
berada dalam suatu kondisi tegangan
fisiologis atau kondisi kritis yang
menentukkan kelulusanhidupnya.
Hewan dalam kondisi suhu ekstrim
dingin menunjukkan gejala
hipotermia, apabila kondisi tsbt
berlangsung lama, tidak segera
berubah menjadi lebih baik, maka
hewan trsbt akan mati.
Setiapkondisi mendekati
batas2 kisaran toleransi
suatu individu ataupun
populasi hewan akan
beroperasi sebagai faktor
pembatas yang sangat
menentukan
Penentuan batasbatas toleransi
itu dalam praktek sering dilakukan
atas dasar terjadinya kematian
pada 50 % dari jumlah individu
yang telah didedahkan selama
rentang waktu tertentu pada
kondisi faktor lingkungan itu,
misalnya LC (atau LD ) dengan
waktu 72 jam atau 48 jam atau
pun 24 jam.
Kisaran toleransi berbagai jenis hewan
terhadap sesuatu faktor lingkungan dapat
lebar (euri-) dapat pula sempit (steno-)
seperti kinerja biologis selalu tertinggi pada
kisaran optimum atau preferendum hewan
tersebut dalam faktor lingkungan hewan itu.
Pada populasi kinerja itu dapat diwujudkan
dalam bentuk jumlah individu terbanyak,
laju produksi telur atau anak tertinggi dan
sebagainya.
Kinerja tersebut menjadi sangat tereduksi
apabila kondisi lingkungan itu teroperasi
sebagai faktor pembatas
Individu2 yang sedang berbiak,
stadia telur, larva atau anak
biasanya mempunyai kisaran
toleransi yang relatif sempit untuk
berbagai faktor lingkungan, sehingga
faktorfaktor tersebut lebih mudah
untuk bersifat membatasi.
Musim perkembangbiakan pada
hewanhewan seringkali dianggap
sebagai periode kritis.
Kisaran toleransi ditentukan secara
herediter namun dapat berubah
oleh proses aklimatisasi atau
aklimasi
Pemusatan dalam jumlah yang
relatif banyak dari individu
individu hewan dihabitat alami
belum tentu menyatakan kondisi
preferendum yang sebenarnya
untuk sesuatu faktor lingkungan.
mungkin terjadi akibat terhalangnya
hewan untuk menempati daerah dengan
kondisi preferendum karena kehadiran
pesaing atau predatornya.
Jenisjenis hewan yang bersifat euri
(term = suhu; hidris = air;
halin=salinitas; sius=habitat dan fag =
makanan) untuk banyak faktor
lingkungan biasanya mempunyai daerah
sebaran yang lama dibandingkan
dengan yang bersifat steno-.
PENGARUH AKLIMATISASI TERHADAP BATASBATAS KISARAN
TOLERANSI UNTUK FAKTOR SUHU PADA IKAN KOKI
(CARASSIUS)
Konsep kisaran toleransi, faktor
pembatas maupun preferendum
banyak diterapkan dalam bidang
pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan dsb.
Untuk jenis organisme yang
produksinya di harapkan sebanyak
mungkin, dibuat kondisi berbagai
faktor lingkungan organisme
sesuai kisaran optimumnya.
Untuk jenis serangga atau hewan
lain yang merugikan dan
menganggu, dibuat kondisi
lingkungan yang melampui batas
bawah ataupun batas atas dari
kisaran toleransi jenis hewan tsbt.
Tanpa mengganggu persyaratan
kondisi dari organisme2 yang
diharapkan produksinya
meningkat.
GAMBARAN UMUM FAKTOR
FAKTOR LINGKUNGAN HEWAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan hewan yaitu;
a. Suhu
b. Air dan kelembaban
c. Interaksi suhukelembaban
d. Cahaya matahari
e. GasGas Atmosfer
f. Arus dan tekanan
g. GaramGaram Mineral
h. Pencemar
INDIKATOR EKOLOGI
Dunia tumbuhtumbuhan mengenal
banyak spesies indikator yang
menunjukkan tanah mengandung
banyak air, kekurangan air,
mengandung unsur-unsur tertentu
seperti uranium, selenium, sulfur, dan
sebagainya.
Informasi mengenai spesies indikator
hewan, yang pada umumnya bersifat
taksesil dan masih sangat kurang
Namun demikian dalam perairan bahari
dengan dasar lumpur kita mengenal
Capitella capitata, suatu Polychaeta,
sebagai spesies indikator pencemaran
organik. Selain itu dalam lingkungan
perairan tawar dikenal cacing
Tubifex(Oligochaeta) dan larva
Chironomus, yang toleran terhadap
kandungan oksigen terlarut yang
rendah akibat pencemaran organik,
juga sebagai spesies indikator.
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai