Instruksi Manajem
post en pre
operative operative
Langkah-
langkah
INSTRUMENTASI
INSTRUMEN UNTUK INSISI JARINGAN
Scalpel
Handle
Paling sering digunakan : no.3 dan no.7 , ujung dari handle didesain supaya dapat disisipkan
dengan berbagai bentuk scalpel blade yang bervariasi
Blade
No.15 bentuknya kecil dan digunakan untuk membuat insisi di sekeliling gigi sampai ke
mukoperiosteum : insisi flap
No.10 bentuknya menyerupai blade no.15, digunakan untuk insisi area yang lebih luas
seperti insisi kulit
No.11 blade berujung runcing dan tajam, digunakan untuk membuat insisi / tusukan kecil,
untuk insisi abses
Hooked blade no.12 untuk prosedur mukogingiva, insisi pada aspek posterior gigi atau pada
area tuberositas maksilaris.
Saat memasukkan blade ke dalam handle, blade dijepit dengan needle holder, untuk
mencegah trauma pada jari operator. Tangan kiri operator memegang handle. Kemudian, blade
secara perlahan dimasukan ke dalam handle sampai terasa click pada posisinya.
INSTRUMEN UNTUK ELEVASI MUKOPERIOSTEUM
Elevator periosteal atau raspatorium
Yang paling sering digunakan : molt periosteal elevator no.9, terdiri dari 2 tip: ujung
runcing yang tajam untuk mengangkat interdental papilla dari gigi, dan ujung
membulat pipih untuk elevasi periosteum dari tulang.
Retraktor digunakan untuk meretraksi jaringan lunak seperti pipi, lidah, dan
mucoperiosteal flap untuk menyediakan akses dan visibilitas selama proses
bedah.
Retraktor juga dapat melindungi jaringan lunak dari instrument-instrumen yang
tajam.
Jenis-jenis retractor yang umum digunakan adalah austin retractor dan minnesota
retractor untuk retraksi pipi dan flap, serta weider retractor untuk retraksi lidah
ke media dan anterior.
INSTRUMEN UNTUK MEMEGANG/MENAHAN JARINGAN LUNAK
Instrumen ini digunakan untuk memegang dan stabilisasi jaringan lunak saat
proses insisi dan penjahitan
Alat yang digunakan berupa pinset surgical/ piset chirrugis/tissue forceps.
Ketika insisi jaringan dilakukan, arteri dan vena kecil juga ikut terinsisi, sehingga
mengakibatkan perdarahan yang tidak dapat dikontrol hanya dengan tekanan
diperlukan hemostat
Hemostat tersedia dalam beragam bentuk; kecil/besar, lurus/melengkung. Yang
paling sering digunakan adalah hemostat lengkung (curved hemostat).
Hemostat juga digunakan untuk membuang jaringan granulasi dari socket gigi
dan untuk mengambil ujung akar yang kecil, serpihan kalkulus, fragment restorasi
amalgam, dan partikel kecil lainnya yang ada dalam mulut atau daerah luka.
INSTRUMEN UNTUK MEMBUANG TULANG
RONGEUR FORCEPS
Forcep pemotong tulang yang memiliki handle pegas
BUR DAN HANDPIECE
Sebagian menggunakan bur untuk membuang tulang dan membagi gigi (sectioning)
pada bedah pencabutan gigi lebih cepat dan efisien.
Alat yang digunakan : highspeed- hightorque handpiece, sharp carbide bur fissure bur
no.557 dan 703 atau round bur no.8.
CHISEL DAN MALLET
Biasanya digunakan untuk menghilangkan lingual torus.
Monobevel chisel untuk membuang tulang, bibevel chisel memotong gigi
BONE FILE
Digunakan untuk penghalusan tulang yang terakhir sebelum flap mukoperiosteal
dijahit kembali.
Bentuk : double-ended dengan ujung kecil dan besar, bergerigi.
KURET PERIAPIKAL
instrumen double-ended yang bersudut.
Digunakan untuk membuang jaringan lunak dari defek tulang, debris dan jaringan
granulasi dari socket gigi.
Bisa juga digunakan untuk menghilangkan granuloma atau kista kecil dari lesi
periapikal.
INSTRUMEN UNTUK MENJAHIT MUKOSA
Needle holder
Permukaan beak needle holder bermotif crosshatch, supaya dapat memegang jarum dan benang
jahit dengan erat. Kalau hemostat, permukaannya parallel
Jarum
Bentuknya melengkung supaya jarum dapat melewati daerah-daerah tertentu yang tidak bisa dicapai
oleh jarum lurus.
Bentuk ujung jarum bervariasi tapered, dan triangular/cutting needle. Jarum dengan ujung
triangular lebih mudah melewati mucoperiosteum dibandingkan ujung tapered
Gunting
Gunting terdiri dari 2 jenis:
Gunting benang : yang paling sering digunakan adalah dean scissors handle melengkung dan
blade bergerigi, sehingga menggunting benang jadi lebih mudah.
Gunting jaringan : ada yang berukuran besar/kecil, memiliki blade lurus/melengkung, dan berujung
tajam/tumpul (membulat). Tipe yang umum digunakan adalah iris scissors dan metzenbaum scissors.
SURGICAL SUCTION
Untuk menjaga visualisasi yang cukup, darah, saliva, dan larutan irigasi harus
dihisap dari area operatif. Surgical
Suction berbeda dengan yang umumnya digunakan. Suction ini memiliki ujung
dengan diameter yang lebih kecil dan hole untuk mengontrol tekanan suction.
Pada pengeburan tulang yang disertai irigasi, hole ditutup dengan ibu jari untuk
meningkatkan tekanan suction darah dan larutan irigasi dihisap lebih cepat.
Pada operasi yang melibatkan jaringan lunak, hole dibiarkan terbuka untuk
mencegah aspirasi dan trauma jaringan.
INSTRUMENT TRAY SYSTEM
1. Mendapatkan exposure yang cukup ke area gigi impaksi hal ini berarti
pengangkatan flap jaringan lunak harus memberikan dimensi yang adekuat
bagi operator untuk melakukan pembedahan.
2. Menilai seberapa banyak dibutuhkan pembuangan tulang agar gigi dapat
terlihat untuk selanjutnya dilakukan sectioning dan pengangkatan.
3. Membelah/membagi gigi dengan bur agar ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa
pembuangan tulang berlebihan.
4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar menggunakan elevator.
5. Penghalusan tulang dengan bone file irigasi dengan larutan fisiologis steril
pembersihan mekanis dengan kuretase dan penutupan flap dengan simple
interrupted suture.
MANAJEMEN PRE OPERATIVE
Informed consent
Odontektomi merupakan tindakan yang invasif. Oleh karena itu, sebaiknya meminta persetujuan dari pasien
dengan sebelumnya menjelaskan garis besar perawatan, sensasi atau hal-hal yang mungkin terjadi selama
dan pasca operasi, serta risiko komplikasi yang dapat muncul.
Kontrol kecemasan
Dengan memberikan sedasi intravena yang dalam, general anesthesia, atau long-acting local anesthesia.
Anestesi lokal yang dipilih untuk odontektomi gigi M3 mandibula adalah mandibular blok untuk anestesi n.
Alveolaris inferior, n. Lingualis, dan n. Buccalis. Tipe anestesi ini memberikan periode bebas nyeri selama 4-8
jam.
Pemberian analgesik
Ada yang memberikan analgesik untuk mencegah timbulnya sensasi yang tidak diinginkan selama operasi.
Analgesik yang biasa diberikan adalah kombinasi codeine, codeine congeners, atau oxycodone dengan aspirin
atau asetaminofen.
Untuk meminimalisir bengkak yang biasa terjadi pasca od, beberapa operator juga memberikan kortikosteroid
secara parenteral atau glukokortikoid intravena antiinflamasi untuk mencegah edema. Selain obat-obat
tersebut, 8 mg dexamethasone dapat diberikan per oral untuk mengontrol edema. Konsumsi dexamethasone
dapat dilanjutkan hingga 2-3 hari pasca OD dengan dosis 0.75-1.34 mg 2 kali sehari.
Antibiotik
Jika pasien memiliki perikoronitis atau abses periapikal, sebaiknya konsumsi antibiotik beberapa hari sebelum
operasi. Jika pasien sehat dan tidak menderita infeksi, pasien tidak perlu antibiotik sistemik. Penggunaan
antibiotik topikal, contoh tetracycline dapat diberikan pada soket M3 mandibula untuk mencegah terjadinya
dry socket.
LANGKAH-LANGKAH
LANGKAH 1: PENGANGKATAN FLAP JARINGAN LUNAK
Jumlah tulang yang diambil bergantung pada kedalaman impaksi, morfologi akar,
dan angulasi akar.
Bur yang digunakan adalah round bur no.8 berukuran besar memiliki end
cutting dan efektif untuk pengeburan dengan gerakan mendorong, dan fissure bur
no.703 tidak dapat memotong dengan baik tapi dapat mengikis tulang dengan
cepat, dapat membagi gigi jika digunakan dalam arah lateral.
LANGKAH 3 : PEMBELAHAN GIGI
Bur tidak boleh digunakan untuk membelah gigi seluruhnya dengan arah
lingual dapat melukai n.Lingualis.
IMPAKSI MESIOANGULAR
Setelah tulang diambil sampai ke garis servikal untuk mengekspos aspek superior
dari akar distal dan sebagian besar permukaan bukal mahkota, gigi dibelah
dengan membagi mahkota dari akar pada garis servikal.
Mahkota gigi diangkat dengan bein dan akar dipindahkan menggunakan cryer
elevator dengan gerakan rotasi ke tempat mahkota sebelumnya.
Jika akar molar 3 divergen membutuhkan pembelahan 2 bagian terpisah yang
diambil satu-satu.
IMPAKSI VERTIKAL
Prosedur pengambilan tulang dan separasi gigi hampir mirip dengan tahapan
pada impaksi mesioangular, dimana tulang bagian oklusal-bukal dan distal yang
diambil lebih dahulu.
Bagian distal mahkota dibelah di atas garis servikal dan diambil dengan
triangular elevator/cryer. Sisa gigi kemudian diluksasi dan diangkat dengan
menggunakan bein pada bagian mesial di garis servikal.
Prosedur ini lebih sulit daripada pengangkatan mesioangular karena akses di
sekitar m2 mandibula sangat susah didapatkan, serta terkadang membutuhkan
lebih banyak pengambilan tulang bagian bukal dan distal.
IMPAKSI DISTOANGULAR
Setelah tulang diambil dari aspek bukooklusal dan distal, tindakan selanjutnya
adalah melakukan separasi mahkota dengan akar gigi di atas garis servikal.
Mahkota diangkat dengan menggunakan bein/ straight elevator.
Jika akar gigi berfusi, cryer atau elevator lurus dapat digunakan untuk
mengelevasi gigi. Jika akar gigi divergen, biasanya dilakukan separasi terlebih
dulu pada kedua bagian akar tersebut kemudian masing-masing bagian diangkat.
Kasus ini tergolong sulit karena membutuhkan pengambilan tulang distal yang
banyak dan gigi cenderung dielevasi ke arah distal, sehingga mengenai ramus
mandibula.
LANGKAH 4 : PENGANGKATAN GIGI DENGAN ELEVATOR
Pada impaksi mandibula, elevator yang biasa digunakan adalah bein/straight elevator,
sepasang cryer elevator, dan crane pick.
Perbedaan pengambilan gigi impaksi dengan ekstraksi biasa adalah pengambilan gigi
impaksi hampir tidak diperlukan luksasi gigi karena tulang telah dibuang dan gigi telah
dipotong.
Pemberian tekanan yang berlebihan malah menyebabkan gigi patah, kerusakan tulang
buccal, membahayakan gigi m2 di sebelahnya dan mungkin keseluruhan mandibula.
Elevator didesain bukan untuk memberikan tekanan berlebih pada gigi, tetapi untuk
mengungkit gigi atau akar ke arah yang diinginkan dengan tekanan yang sesuai.Gigi impaksi
tidak menerima tekanan oklusal secara langsung, oleh karena itu ligamen periodontalnya
lemah sehingga ketika tulang diambil, pengangkatan gigi lebih mudah dilakukan tanpa
tekanan yang berlebihan.
Pengangkatan gigi m3 dilakukan dengan bein. Ujung bein (bagian cekung menghadap
gigi) dimasukkan ke garis servikal mesial M3 dan tekanan diaplikasikan untuk
menggerakkan gigi ke arah distobuccal. Operator harus mengontrol tekanan yang
diberikan dengan meletakkan jari kiri di tuberositas maxilla (terutama bila impaksi
mesioangular) untuk mencegah terjadinya risiko fraktur tuberositas.
LANGKAH 5 : PERSIAPAN PENUTUPAN FLAP
Setelah gigi impaksi diangkat, palpasi area operatif apakah ada ujung-ujung tulang
yang tajam atau kasar, khususnya pada area dimana elevator berkontak dengan tulang.
Jika ada tulang tajam, haluskan tulang menggunakan bone file dengan gerakan
menarik (pull stroke).
Kemudian, lakukan pembersihan soket dari debris dan pecahan tulang melalui
irigasi dengan larutan saline steril dan pembersihan mekanis dengan kuret
periapikal.
Mosquito hemostat dapat digunakan untuk mengambil sisa dental folikel dalam soket.
Irigasi final dan inspeksi harus dilakukan sebelum flap ditutup. Periksa apakah ada:
Postoperative bleeding kemungkinan pembuluh darah flap atau sumsum tulang terpotong
oleh bur. Sebenarnya perdarahan ini relatif muncul setelah ekstraksi M3, tetapi dapat dihindari
dengan kontrol hemostatis yang baik. Bila terjadi perdarahan berlebih, aplikasikan tetracycline
topikal ke dalam soket M3 untuk mencegah timbulnya osteitis sicca/ dry socket.
Jika kondisi area operatif sudah halus dan bersih, lakukan penutupan insisi dengan
tipe jahitan berupa simple interrupted suture. Penjahitan awal dibuat melalui
perlekatan jaringan pada aspek posterior dari M2. Jahitan tambahan dilakukan ke
posterior dari posisi tersebut dan ke anterior melalui mesial papilla M2. Biasanya 3-4
jahitan diperlukan untuk menutup insisi envelope. Jika insisi yang dilakukan
berupa triangular flap, maka insisi vertikal juga harus dijahit dengan baik.
INSTRUKSI POST OPERATIVE
1. KONTROL PENDARAHAN
Karakteristik nyeri yang muncul pasca operasi: pertama, nyeri belum terlalu parah
dan dapat diatasi dengan analgesic ringan. Puncak nyeri biasanya muncul 12 jam
pasca pencabutan kemudian mereda. Umumnya, nyeri akan hilang dalam 2 hari
pasca operasi.
3. ORAL HYGIENE
5. EDEMA
Edema dapat terjadi khususnya pada pencabutan gigi impaksi yang melibatkan
pengangkatan jaringan lunak dan pengambilan tulang.
Edema ini normal terjadi sebagai reaksi jaringan terhadap trauma pembedahan.
Edema terjadi maksimal 48 72 jam setelah prosedur pembedahan. Mulai surut pada hari
ke-3 atau 4 dan benar- benar hilang pada akhir minggu pertama.
Edema yang semakin parah di hari ke-3 pasca operasi merupakan indikasi adanya infeksi.
Kompres es di pipi yang bengkak sangat membantu untuk mengurangi edema dan
mempercepat proses pembekuan darah. Kompres es dilakukan sesering mungkin selama 2
hari pasca operasi.
6. TRISMUS
Trismus dapat terjadi akibat inflamasi pada otot mastikasi.
Pada prosedur ekstraksi, trismus terjadi akibat injeksi berulang dari anestesi local, khususnya jika
injeksi berpenetrasi ke otot. Otot yang terlibat yaitu otot medial pterygoid yang mungkin terkena
saat inferior alveolar nerve block.
Prosedur od juga seringkali menyebabkan trismus karena adanya respon inflamasi jaringan
terhadap prosedur pembedahan yang meluas hingga ke otot mastikasi.
Trismus biasanya tidak berat dan tidak menghambat aktivitas pasien. Namun, pasien harus
diperingati sebelumnya saat informed consent.
7. KONTROL INFEKSI
Infeksi umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penurunan system imun. Antibiotik
preoperative dan postoperative perlu diberikan untuk pasien dengan imunitas yang lemah.
Tanda khas infeksi pasca operasi : demam, edema dan nyeri semakin parah di hari ke-3 dan 4
pasca operasi, area luka yang dioperasi menunjukkan gejala inflamasi, kadang ditemukan
purulensi.
8. FOLLOW-UP PASIEN
Kunjungan pasca operasi biasanya dilakukan setelah 1 minggu.
Pembukaan jahitan juga dilakukan 1 minggu setelah pembedahan.
Bila timbul gejala-gejala infeksi atau dry socket (seperti nyeri hilang di hari pertama, tapi
meningkat di hari ketiga/empat disertai bengkak) pasien dapat melakukan kunjungan
secepatnya (kurang dari seminggu).
KOMPLIKASI ODONTEKTOMI
BLEEDING
Perdarahan yang terjadi dapat diminimalisir dengan teknik pembedahan yang baik dan
menghindari pembukaan flap yang berlebih dan trauma pada jaringan lunak disekitar area
pembedahan.
Ketika pembuluh darah terpotong, perdarahan yang terjadi harus segera ditutup untuk
menghindari terjadinya perdarahan sekunder.
Cara paling efektif untuk mencapai keadaan hemostatis ketika terjadi perdarahan adalah
dengan menggunakan moist gauze pack secara langsung menutupi area perdarahan
dengan penekanan (pasien diinstruksikan untuk menggigit moist gauze pack)
Pada bebebrapa pasien, keadaan hemostatis sulit dicapai, oleh karena itu cara lain untuk
menghentikan perdarahan adalah dengan oversuturing atau dengan pemakaian topical
thrombin pada sponge gelatin yang dimasukkan ke dalam soket. Pada keadaan lain,
microfibliar collagen dapat pula digunakan untuk memicu formasi pembekuan darah.
HEMATOMA
Pada kasus ini, akumulasi darah akan terkumpul didalam jaringan, tanpa ada jalan keluar karena luka telah
dijahit.
Perawatan: jika hematoma baru terbentuk beberapa jam, maka manajemen yang dapat dilakukan adalah
dengan mengkompres secara ekstraoral dengan es selama 24 jam pertama. Dapat juga ditambahkan
dengan antibiotik dan analgesik untuk mengurangi sakit.
PEMBENGKAKAN
Penggunaan kortikosteroid dapat membantu mengurangi pembengkakan yang terjadi.
Penggunaan ice packs juga dapat meningkatkan kenyamanan pasien (walaupun tidak berpengaruh untuk
mengurangi bengkak).
Pembengkakan akan berkurang di hari kedua pasca pembedahan dan berangsur-angsur sembuh hingga
hari ke 5-7 hari pasca bedah.
STIFFNESS
Kesulitan saat membuka mulut akibat kejang pada otot mastikasi.
Kejang ini daat disebabkan oleh cedera pada otot pterigoid mesial yang diakibatkan oleh suntikan (injeksi
berulang pada blok nervus alveolar inferior) atau oleh trauma pada bedah. Sama dengan pembengkakan,
trismus akan berkurang di hari kedua dan sembuh pada hari kelima atau ketujuh pasca odontektomi.
PAIN
Rasa sakit yang timbul pasca odontektomi terjadi ketika pengaruh dari anestesi lokal sudah hilang (12
jam pasca operasi). Analgesik harus diberikan sebelum efek obat anestesi lokal menghilang, yang sering
diberikan adalah kombinasi kodein, kodein kongeners atau oxycodone dengan asam asetilsalisilat atau
acetominophen. Dengan begitu, rasa sakit akan lebih mudah dikontrol dan mengindari dosis atau obat
analgesik yang lebih potent. Rasa sakit pasca operasi bergantung pada lamanya waktu operasi, sama
juga dengan trismus dan pembengkakan.
INFEKSI
Komplikasi yan terjadi terkait pasca odontektomi adalah infeksi. Insidensi terjadinya infeksi pasca bedah
sangat jarang, berkisar 1-3% dan merupakan komplikasi minor. 50% kejadian infeksi merupakan
localized subperiosteal abcess yang terjadi 2-4 minggu pasca odontektomi. Hal ini biasanya disebabkan
karena debris yang tertinggal dibawah mucoperiosteal flap dan dapat ditangani dengan surgical
debridement dan drainase. Resiko timbulnya infeksi ini dapat diminimalisir dengan pemberian antibiotik
profilaksis (sebagai perawatan prabedah).
FRAKTUR
Komplikasi dapat terjadi dalam situasi:
Ketika kortikal plate bukal atau lingual serta daerah ujung akar gigi posterior maksilla terkikis. Dalam hal
ini akar atau tip akar mudah terpindah saat melakukan gerakan luksasi ke jaringan lunak bukal atau
dasar mulut atau di antara tulang dan mukosa sinus maksillaris.
Pada kasus perforasi tulang akibat dari percobaan terus menerus dari pemindahan tip akar.
ALVEOLAR OSTEITIS
Terbentuknya jaringan granulasi. Fibrinolisis biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat pasca operasi dan pasien akan
mengalami sakit dan malodor. Fibrinolisis dapat diakibatkan oleh saliva atau bakteri. Peranan bakteri dapat dibuktikan secara
empiris melalui fakta bawa pemberian antibiotik profilaksis sebelum odontektomi dapat mengurangi insidensi terjadinya dry
socket hingga 50-75%. Pasien yang merokok atau pada pasien wanita yang minum pil kontrasepsi memiliki potensi terjadinya
dry socket yang lebih tinggi dari biasanya.
NERVE DISTURBANCES
Injuri saraf umumnya terjadi pada nervus alveolaris inferior, mentalis, dan lingualis. Trauma saraf umumnya menyebabkan
gangguan sensori:
Anesthesia atau hypesthesia: hilangnya atau berkurangnya area sensasi
Paresthesia: sensasi subyektif seperti terbakar, rasa sakit tajam menusuk, dan mati rasa.
Dysesthesia: sensasi abnormaal yang tidak menyenangkan terhadap stimulus normal, misalnya sensasi terbakar meski dengan
sentuhan halus.
THANK YOU