1406566590
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Peran Keterangan Ahli
Keterangan Ahli
diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186
KUHAP)
diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan
penyidikan (Penjelasan pasal 186 KUHAP)
diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat
(pasal 187 KUHAP).
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
2. Apakah yang
dimaksud dengan
Projusticia?
PROJUSTITIA
Teknik Autopsi Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
Ilmu Kedokteran Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Dokter jika dari awal pemeriksaan menyadari
bahwa laporan yang ia buat adalah untuk tujuan
peradilan maka kata Projustisia sangat penting.
Visum et repertum tidak membutuhkan materai
untuk dpaat dijadikan sebagai alat bukti di
depan sidang pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum.
Teknik Autopsi Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
Ilmu Kedokteran Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
3. Siapa sajakah yang dibolehkan
membuat, menandatangani dan
mengeluarkan Surat Keterangan Ahli di
bidang Forensik? Jelaskan prosedurnya
serta sebutkan berbagai jenis Surat
Keterangan Ahli di bidang Forensik.
Pihak yang Berwenang
Meminta Keterangan Ahli
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat
(1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) :
Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua.
Sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan
Dua.
Dalam PP yang sama disebutkan bahwa bila penyidik tersebut adalah
pegawai negeri sipil, maka kepangkatannya adalah serendah-
rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk penyidik
pembantu.
Bila di suatu Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena
jabatannya (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2)).
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Pihak yang Berwenang
Membuat Keterangan Ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang
berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyangkut tubuh manusia
dan membuat Keterangan Ahli :
dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik)
Dokter
ahli lainnya
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Secara garis besar, semua dokter yang telah
mempunyai surat penugasan atau surat izin dokter dapat
membuat keterangan ahli.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Peran Dokter Sebagai Saksi
Ahli
Tugas pokok seorang dokter dalam membantu
pengusutan tindak pidana terhadap kesehatan dan
nyawa manusia :
pembuatan Visum Et repertum dengan mengumpulkan
kenyataan-kenyataan dan menghubungkannya satu sama lain
secara logis
kemudian mengambil kesimpulan, oleh karenanya pada waktu
memberi laporan pemberitaan dari Visum Et repertum itu harus
yang sesungguh-sesungguhnya dan seobyektif-obyektifnya
tentang apa yang dilihat dan ditemukannya pada waktu
pemeriksaan.
Ingeten S. Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana(Skripsi). Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.
Seorang dokter, baik ahli kedokteran kehakiman maupun
bukan ahli kedokteran kehakiman dengan pengetahuan
khususnya dimintakan untuk membuat terang suatu
perkara.
Bagi seseorang yang mempunyai keahlian khusus
tentang hal yang membuat terang suatu perkara pidana
disebut saksi ahli.
Ini berarti bahwa dokter juga termasuk pula sebagai
saksi ahli. Saksi ahli yang dipanggil dalam sidang
pengadilan wajib datang untuk memberi keterangan
tentang keahliannya demi keadilan (Pasal 179 ayat (1)
KUHAP).
Ingeten S. Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana(Skripsi). Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.
Berdasarkan Pasal 184 KUHAP, ada beberapa
ketentuan yang mengatur tentang saksi ahli
diantaranya yaitu :
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Dalam proses pembuktian persidangan,
keterangan saksi ahli dapat dikelompokan
menjadi beberapa macam, yaitu antara lain:
Sebagai alat bukti yang terbagi menjadi 2 (dua)
kategori yaitu surat dan keterangan ahli.
Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan
alat bukti.
Sebagai keterangan yang hanya menguatkan
keyakinan Hakim.
Sebagai keterangan yang tidak berfungsi apa-apa.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
2 (dua) bentuk alat bukti yang berasal dari
keterangan ahli, yaitu:
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Prosedur Permintaan
Keterangan Ahli
Salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal
184 KUHP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana
visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan,
yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di
dalam bagian kesimpulan.
PIHAK YANG BERHAK MEMINTA
VeR
Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama
Ahli Dokter
kedokteran umum atau
kehakiman spesialis
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
SAAT MEMINTA VeR KORBAN HIDUP
Langsung
menyerahkannya kepada Bukan kejadian yang
Harus tertulis, tidak boleh dokter, tidak boleh dititip sudah lewat sebab
secara lisan melalui korban atau termasuk rahasia jabatan
keluarganya. Juga tidak dokter
boleh melalui jasa pos
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
SAAT MEMINTA VeR JENAZAH
Tidak bisa
Harus tertulis,
Harus sedini permintaannya
tidak boleh
mungkin hanya untuk
secara lisan
pemeriksaan luar
Memberikan
Ada keterangan
label dan segel Ada identitas
terjadinya
pada salah satu pemintanya
kejahatan
ibu jari kaki
Mencantumkan
Korban diantar
tanggal
oleh polisi
permintaan
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
Perbedaannya dengan surat
keterangan ahli
Dalam dunia kedokteran, dikenal berbagai surat keterangan,
antara lain catatan medik dan surat keterangan medik.
Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil
pemeriksaan medik beserta tindakan
pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien,
meskipun dipegang oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan
medik ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah no.10 tahun 1966 dengan
sanksi hukum dalam pasal 322 KUHP.
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Perbedaannya dengan surat
keterangan ahli (cont)
Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak
ketiga, misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya
setelah memperoleh izin dari pasien, baik berupa izin
langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat
sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu
(misalnya perusaahan asuransi).
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
5. Bagaimana menyusun Surat
Keterangan Ahli bidang
Odontologi Forensik yang
baik? Berikan contohnya.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta
: Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran.
Jakarta : Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan
Bidang
Kedokteran.
Jakarta :
Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-
12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Referensi