Anda di halaman 1dari 46

Sharon Nathania Tirtadinata

1406566590

Visum et Repertum dan


Surat Keterangan Ahli
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
Surat Keterangan Ahli serta perannya di
bidang Forensik?
Surat Keterangan Ahli

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan


guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri (Pasal 1 KUHAP Butir
26).

Saksi ahli adalah seseorang yang dapat menyimpulkan


berdasarkan pengalaman keahliannya tentang fakta atau
data suatu kejadian, baik yang ditemukan sendiri
maupun oleh orang lain, serta mampu menyampaikan
pendapatnya tersebut (Franklin C.A, 1988).
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Surat Keterangan Ahli

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh


seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1 KUHAP Butir
28).

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di


sidang pengadilan (Pasal 186 KUHAP).

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Peran Keterangan Ahli

Keterangan Ahli sebagai alat bukti yang sah di depan


sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).

Keterangan Ahli
diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186
KUHAP)
diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan
penyidikan (Penjelasan pasal 186 KUHAP)
diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat
(pasal 187 KUHAP).

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
2. Apakah yang
dimaksud dengan
Projusticia?
PROJUSTITIA

Pro justitia merupakan komponen dari


visum et repertum dimana kata ini diletakan
pada bagian atas.
Pro justitia menjelaskan bahwa visum et
repertum khusus dibuat untuk tujuan
peradilan.

Teknik Autopsi Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
Ilmu Kedokteran Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Dokter jika dari awal pemeriksaan menyadari
bahwa laporan yang ia buat adalah untuk tujuan
peradilan maka kata Projustisia sangat penting.
Visum et repertum tidak membutuhkan materai
untuk dpaat dijadikan sebagai alat bukti di
depan sidang pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum.

Teknik Autopsi Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
Ilmu Kedokteran Forensik. 1 ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
3. Siapa sajakah yang dibolehkan
membuat, menandatangani dan
mengeluarkan Surat Keterangan Ahli di
bidang Forensik? Jelaskan prosedurnya
serta sebutkan berbagai jenis Surat
Keterangan Ahli di bidang Forensik.
Pihak yang Berwenang
Meminta Keterangan Ahli

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang


berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik
pembantu juga mempunyai wewenang
tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP.

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat
(1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) :
Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua.
Sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan
Dua.
Dalam PP yang sama disebutkan bahwa bila penyidik tersebut adalah
pegawai negeri sipil, maka kepangkatannya adalah serendah-
rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk penyidik
pembantu.
Bila di suatu Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena
jabatannya (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2)).
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Pihak yang Berwenang
Membuat Keterangan Ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang
berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyangkut tubuh manusia
dan membuat Keterangan Ahli :
dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik)
Dokter
ahli lainnya

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Secara garis besar, semua dokter yang telah
mempunyai surat penugasan atau surat izin dokter dapat
membuat keterangan ahli.

Sebaiknya permintaan keterangan ahli ini hanya


diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi
kesehatan (Puskesmas hingga rumah sakit) atau
instansi khusus untuk itu, terutama yang milik
pemerintah.

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Peran Dokter Sebagai Saksi
Ahli
Tugas pokok seorang dokter dalam membantu
pengusutan tindak pidana terhadap kesehatan dan
nyawa manusia :
pembuatan Visum Et repertum dengan mengumpulkan
kenyataan-kenyataan dan menghubungkannya satu sama lain
secara logis
kemudian mengambil kesimpulan, oleh karenanya pada waktu
memberi laporan pemberitaan dari Visum Et repertum itu harus
yang sesungguh-sesungguhnya dan seobyektif-obyektifnya
tentang apa yang dilihat dan ditemukannya pada waktu
pemeriksaan.

Ingeten S. Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana(Skripsi). Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.
Seorang dokter, baik ahli kedokteran kehakiman maupun
bukan ahli kedokteran kehakiman dengan pengetahuan
khususnya dimintakan untuk membuat terang suatu
perkara.
Bagi seseorang yang mempunyai keahlian khusus
tentang hal yang membuat terang suatu perkara pidana
disebut saksi ahli.
Ini berarti bahwa dokter juga termasuk pula sebagai
saksi ahli. Saksi ahli yang dipanggil dalam sidang
pengadilan wajib datang untuk memberi keterangan
tentang keahliannya demi keadilan (Pasal 179 ayat (1)
KUHAP).
Ingeten S. Peranan Dokter dalam Pembuktian Perkara Pidana(Skripsi). Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.
Berdasarkan Pasal 184 KUHAP, ada beberapa
ketentuan yang mengatur tentang saksi ahli
diantaranya yaitu :

Pasal 1 butir (28)


Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
Pasal 120 ayat (1)
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat
minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Pasal 133 ayat (1)
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.

Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 136

Pasal 179 ayat (1)


Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demi keadilan.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Keterangan saksi ahli yang dapat disebut
sebagai alat bukti yang sah dalam
Pengadilan dapat berupa:

Secara Tertulis (Visum Et Repertum)


Secara Lisan

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Dalam proses pembuktian persidangan,
keterangan saksi ahli dapat dikelompokan
menjadi beberapa macam, yaitu antara lain:
Sebagai alat bukti yang terbagi menjadi 2 (dua)
kategori yaitu surat dan keterangan ahli.
Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan
alat bukti.
Sebagai keterangan yang hanya menguatkan
keyakinan Hakim.
Sebagai keterangan yang tidak berfungsi apa-apa.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
2 (dua) bentuk alat bukti yang berasal dari
keterangan ahli, yaitu:

Alat bukti surat (visum et repertum)


Alat bukti keterangan ahli

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Prosedur Permintaan
Keterangan Ahli

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus


dilakukan secara tertulis, dan hal ini secara tegas telah
diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk
korban mati.
Jenazah harus diperlakukan dengan baik, diberi label
identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan
menjelaskan kepada keluarga korban mengenai
pemeriksaan yang dilaksanakan. Mereka yang
menghalangi pemeriksaan jenazah untuk kepentingan
peradilan diancam hukuman sesuai dengan pasal 222
KUHP.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Korban yang masih hidup sebaiknya diantar
oleh petugas kepolisian guna pemastian
identitasnya. Korban adalah juga pasien
sehingga ia masih mempunyai hak sebagai
pasien pada umumnya.
Surat permintaan keterangan ahli ditujukan
kepada instansi kesehatan atau instansi khusus
untuk itu, bukan kepada individu dokter yang
bekerja di dalam instansi tersebut.
Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
4. Jelaskan perbedaan
Surat Keterangan Ahli
dengan visum et
repertum
Definisi VISUM ET REPERTUM
(Ver)

Laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter


berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu
menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal
yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh
manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang
diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas
permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan. (Amir,
1995)
Peranan dan fungsi ver

Salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal
184 KUHP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana
visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan,
yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di
dalam bagian kesimpulan.
PIHAK YANG BERHAK MEMINTA
VeR

Penyidik

Hakim pidana

Hakim perdata

Hakim agama

(kuhap pasal 133 ayat 1)


PIHAK YANG BERHAK MEMBUAT
VeR
(kuhap pasal 133 ayat 1)

Ahli Dokter
kedokteran umum atau
kehakiman spesialis
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
SAAT MEMINTA VeR KORBAN HIDUP
Langsung
menyerahkannya kepada Bukan kejadian yang
Harus tertulis, tidak boleh dokter, tidak boleh dititip sudah lewat sebab
secara lisan melalui korban atau termasuk rahasia jabatan
keluarganya. Juga tidak dokter
boleh melalui jasa pos

Ada alasan mengapa


korban dibawa kepada Ada identitas korban Ada identitas pemintanya
dokter

Mencantumkan tanggal Korban diantar oleh polisi


permintaan. atau jaksa

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
SAAT MEMINTA VeR JENAZAH

Tidak bisa
Harus tertulis,
Harus sedini permintaannya
tidak boleh
mungkin hanya untuk
secara lisan
pemeriksaan luar

Memberikan
Ada keterangan
label dan segel Ada identitas
terjadinya
pada salah satu pemintanya
kejahatan
ibu jari kaki

Mencantumkan
Korban diantar
tanggal
oleh polisi
permintaan

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
Perbedaannya dengan surat
keterangan ahli
Dalam dunia kedokteran, dikenal berbagai surat keterangan,
antara lain catatan medik dan surat keterangan medik.
Catatan medik adalah catatan tentang seluruh hasil
pemeriksaan medik beserta tindakan
pengobatan/perawatannya, yang merupakan milik pasien,
meskipun dipegang oleh dokter/institusi kesehatan. Catatan
medik ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah no.10 tahun 1966 dengan
sanksi hukum dalam pasal 322 KUHP.

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Perbedaannya dengan surat
keterangan ahli (cont)
Dokter boleh membuka isi catatan medik kepada pihak
ketiga, misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya
setelah memperoleh izin dari pasien, baik berupa izin
langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat
sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu
(misalnya perusaahan asuransi).

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran


Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
Perbedaannya dengan surat
keterangan ahli (cont)
Oleh karena visum et repertum dibuat atas kehendak
undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut karena
membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam
pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa seizin
pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barang siapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang, tidak dipidana, sepanjang visum et
repertum tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik
yang memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam
proses peradilan

Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
5. Bagaimana menyusun Surat
Keterangan Ahli bidang
Odontologi Forensik yang
baik? Berikan contohnya.
Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta
: Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran.
Jakarta : Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan
Perundang-
undangan
Bidang
Kedokteran.
Jakarta :
Bagian
Kedokteran
Forensik FKUI;
1994. p.11-
12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik
FKUI; 1994. p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Peraturan Perundang-
undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta :
Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994.
p.11-12,14
Referensi

Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik.


Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesis;1997.
Ingeten S. Peranan Dokter dalam Pembuktian
Perkara Pidana(Skripsi). Medan: Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.
Peraturan Perundang-undangan Bidang
Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14

Anda mungkin juga menyukai