benzena, etanol, diklorometana, atau campuran. Fraksinasi umumnya diawali dari pelarut non polar sampai polar Macam pelarut pada empat tahapan fraksinasi bertingkat : 1. ekstraksi aseton 2. fraksinasi n-heksan 3. fraksinasi etil eter 4. fraksinasi etil asetat Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. Perbedaan perkolasi dengan maserasi Pada maserasi pengekstrasian memakai pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar sedangkan pada perkolasi ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction). Ekstrak yang dihasilkan lebih banyak dengan cara perkolasi dibandingkan maserasi . Pada perkolasi tidak terdapat keseimbangan konsentrasi seperti maserasi karena pelarut yang digunakan selalu berubah (baru) sehingga keseimbangan konsentrasi selalu baru. Fraksi Penelitian Spon laut X sebanyak 2 kg dipotong halus kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak 3 x 3 L dalam botol berwarna gelap dan disimpan ditempat gelap selama 5 hari dan sesekali dikocok. Sampel yang dimaserasi tersebut kemudian disaring dengan kapas. Maserat metanol dari beberapa kali perendaman tersebut digabung dan dipekatkan in vacuo sampai kental hingga didapat ekstrak kental (45,33 gram). Ekstrak kental metanol ditambahkan air suling sebanyak 200 mL. Fraksinasi dilakukan dengan berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda dan dilakukan di dalam corong pisah. Fraksinasi diawali dengan pelarut non polar n-heksana sebanyak 6 x 100 mL, dikocok lalu dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan yang terdiri dari fraksi n-heksana dan fraksi air. Hasil fraksi heksana diambil dan dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan fraksi kentalnya. Fraksi air lalu difraksinasi dengan pelarut etil asetat yang bersifat semi polar sebanyak 5 x 100 mL, sehingga diperoleh dua fraksi yaitu fraksi etil asetat dan fraksi air. Kemudian fraksi etil asetat dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan fraksi kental etil asetat. Fraksi air selanjutnya difraksinasi dengan menggunakan butanol sebanyak 5 x 100 mL sehingga diperoleh dua fraksi yaitu fraksi butanol dan fraksi air sisa. Kemudian fraksi butanol dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan fraksi kental butanol