Anda di halaman 1dari 7

V.

Hasil Pengamatan
A. Fraksinasi 1
Nama simplisia : jahe (zingiberis officinale)
Metode fraksinasi : ekstraksi cair-cair
Pelarut yang digunakan : n-hexan 100 ml
: etil aseat 100 ml
: metanol air

B. Pemantauan ekstrak
nama simplisia : jahe (zingiberis officinale)
Perbandingan fase gerak literatur : Toluen 93: 7 Etil Asetat
Eluen yang digunakan : 10ml
Perbandingan eluen yang dipakai : 9,3 :0,7
fase diam : Silika GF254
Rf : 0,134, 0,25. 0,423
terdapat pada pelarut : n-heksan

C. Kromatografi Kolom
nama simplisia : jahe (zingiberis officinale)
fase gerak fase gerak literatur : Toluen 9,3: 0,7 Etil Asetat
fase diam : Silika GF254
Eluen yang digunakan : 20ml
Perbandingan eluen yang dipakai : 18,6 : 1,4
Jumlah vial Ektrak tertampug 15 Vial
Rf Ekstrak : 0,244, 0,489, 0,933
Senyawa tedapat pada vial :

D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan fraksinasi dengan metode
ekstraksi cair-cair (ECC). Fraksinasi merupakan suatu proses pemisahan
senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Fraksinasi
menggunakan lebih dari satu pelarut. Sedangkan ekstraksi cair-cair adalah
pemisahan solut dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solvent cair.
Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak
saling campur) dan jika dipisahkan terdapat 2 fase yaitu fase diluen (rafinat)
dan fase solven (ekstrak). Fase rafinat yaitu fase residu yang berisi diluen
dan sisa solut sedangkan fase ekstrak adalah fase yang berisi solut dan
solven.
Pada proses fraksinasi metode ekstraksi cair-cair menggunakan
corong pisah. Corong pisah digunakan dengan mencampurkan dua fase
pelarut, kemudian digoyangkan atau di gojok searah untuk membuat dua
fase tercampur. Sesekali keran dibuka untuk mengeluakan gas yang ada
didalam corong. Diamkan dengan posisis vertikal tunggu hingga terjadi
pemisahan antara dua fase tersebut. Setelah terjadi pemisahan buka keran
corong secara hati-hati untuk mengontrol campuran yang sedang
dipisahkan. Senyawa yang bersifat polar akan berada difase bawah dan
senyawa yang bersifat non polar akan berada diatas. Hal tersebut terjadi
karena adanya perbedaan berat jenis antar pelarut.
Pada praktikum fraksinasi kali ini menggunakan tiga pelarut yaitu
pelarut n-heksan sebagai pelarut non polar, pelarut etil asetat sebagai pelarut
semi polar dan pelarut metanol sebagai pelarut polar. Tujuan menggunakan
tiga pelarut yaitu untuk mengetahui sifat dari senyawa target yang terdapat
pada sampel ekstrak. Sampel yang digunakan yaitu ekstrak jahe dari hasil
proses soxhletasi. Senyawa target sampel yaitu zingerol. Proses fraksinasi
dimulai dengan menambahkan pelarut yang pertama yaitu pelarut n-heksan
sebanyak 100 ml. Maka akan diperoleh fraksi n-heksan. Pelarut yang kedua
yaitu etil asetat. Maka akan diperoleh fraksi etil asetat dan pelarut yang
ketiga yaitu pelarut metanol sehingga diperoleh fraksi metanol. Proses ECC
(Ekstraksi Cair- Cair) ini dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing
pelarutnya. Pada proses ini pelarut pertama menggunakan pelarut n-heksan
karena pelarut n-heksan bersifat non polar sehingga hanya senyawa yang
bersifat non polar saja yang akan tertarik. Kedua menggunakan pelarut etil
asetat untuk menarik senyawa-senyawa sisa yang bersifat semi polar dan
ketiga menggunakan pelarut metanol untuk menarik seluruh senyawa yang
tertinggal.
Hasil fraksinasi kemudian dilakukan pemantauan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Tujuan pemantauan ini untuk
mengetahui keberadaan senyawa target senyawa golongan fenolik yakni
zingerol. Semua fraksi yang didapat dilakukan pemantauan. Langkah
pertama adalah membuat atau menyiapkan eluen yang akan digunakan
untuk fase gerak pada KLT menggunakan perbandingan eluen pada literatur
yaitu toluen dan etil asetat sebanyak 93:7. Namun pada saat praktikum kami
hanya mengguunakan eluen sebanyak 10ml sehingga banyaknya komposisi
toluen dan etil asetat sebanyak 9,3 dan 0,7 dimasukkan kedalam chamber
dan dilakukan penjenuhan tujuan penjenuhan chamber adalah untuk
menghilangkan uap atau gas lain, dimana uap dan gas lain ini mengisi fasa
penyerap yang akan menghalangi laju eluen. Penjenuhan akan
menghentikan penguapan pada eluen dan menyeimbangkan tekanan
atmosfir didalam dan diluar chamber sehingga distribusi fasa diam dapat
berjalan sehingga diperoleh hasil yang baik dan teliti.
Indikator eluen didalam chamber sudah jenuh yakni dengan
terbasahinya kertas saring yang berada pada kertas saring. Selanjutnya
dilakukan penotolan pada plat KLT GF254 ketiga fraksi yakni metanol, etil
asetat, n-heksan masing-masing sampel ditotolkan dan diberi jarak sekitar
0,5 cm antara 1 totolan dengan yang lain tujuannya untuk tidak
bersinggungan antara 1 sampel dengan lainnya. Pada plat KLT biberi batas
bawah dan atas dengan batas bawah 1cm bertujuan supaya sampel yang
ditotolkan tidak bersingunggan dengan eluen yang ada dichamber. Setelah
eluen mencapai batas atas dari lempeng silika gel maka lempeng
dikeluarkan tunggu sampai lempeng silika agak kering, kemudian dilakukan
pengamatan langsung dengan menggunakan penampak bercak UV254, UV
366 nm. Dikarenakan tidak adanya senyawa murni dari jahe sebagai
pembanding maka kami melakukan perbandingan dengan hasil pemantauan
ekstrak dari jahe serta membandingkan dengan nilai Rf yang telah kami
peroleh. Sehingga didapatkan hasil senyawa yang kami peroleh terkandung
pada fraksi non polar yaitu n- heksan dengan nilai rf 0,134, 0,25. 0,423 .
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan untuk menguji
hasil fraksinasi sampel jahe dengan menggunakan pelarut yang berbeda
tingkat kepolarannya terhadap aktivitas antiradikal sehingga diperoleh hasil
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktifitas antiradikal adalah
golongan fenol (zingeberon dan 6-shogaol) dan terpen (β-ionol,
hidroksicitronellal, isopulegol, nerolidol) yang terkandung dalam fraksi
nheksana dan etil asetat ( Hikmah, 2012).
Fraksi n- heksan dipekaktkan tujuan untuk menguapkan atau
menghilangkan pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental. Setelah itu
timbang ektrak didapatkan 0,67 gram ekstrak kemudian timbang silika gel
1gram lalu masukkan silika gel kedalam mortir, klemudian gerus campur
dengan ekstrak jahe gerus sampai tercampur homogen. Fraksi yang
didapatkan dilakukan pemisahan dan pemurnian senyawa menggunakan
metode kromatografi kolom. Kromatografi kolom bertujuan untuk
mengisolasi komponen dari campurannya. Pada kromatografi kolom
digunakan kolom dengan adsorben silika gel karena kolom yang dibentuk
dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan
teratur. Silika gel memadat dalam bentuk tetra hedral raksasa, sehingga
ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu
menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal. Pengisian kolom yang
tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga ditengah-tengah kolom
Silika gel dapat membentuk ikatan hidrogen dipermukaannya karena
pada permukaannya terikat gugus hidroksil. Oleh karenanya, silika gel
sifatnya sangat polar. Jika fase gerak yang digunakan sifatnya non-polar,
maka pada saat campuran dimasukkan senyawa-senyawa yang semakin
polar akan semakin lama tertahan di fasa stasioner, dan senyawa-senyawa
yang semakin polar akan semakin lama tertahan di fasa stasioner, dan
senyawa-senyawa yang semakin tidak(kurang) polar akan terbawa keluar
kolom lebih cepat.
Menurut Hendayana (2006:127), menyatakan bahwa metode
pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang cukup
banyak sebagai fase diam dan fase gerak bergantung pada ukuran kolom
gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode kromatografi
kolom diperlukan waktu yang cukup lama bisa berjam-jam hanya untuk
memisahkan satu campuran. Masalah waktu yang lama disebabkan laju alir
fase gerak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ukuran diameter
partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam relative kecil
sehingga tempat untuk berinteraksi antar komponen –komponen dengan
fasa diam menjadi terbatas.
Kromatografi dilihat dari jenis fase diam dan fase geraknya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Kromatografi fase normal dan terbalik.
Dimana pada kromatografi fase normal menggunakan kolom konvesional
dimana fase diamnya bersifat polar sedangkan fase geraknya non polar.
Sementara kromatografi fase terrbalik menggunakan fase diam non polar
sedangkan fase geraknya bersifat polar . Pada praktikum kami
menggunakan kromatografi jenis fase normal dimana kami menggunakan
kolom konvensional dimana fase diamnya normal. Bersifat polar misalnya
silika gel sedangkan fase geraknya menggunakan toluen dan etil asetat
dengan perbandingan 93:7 yang cenderung lebih bersifat non polar.
Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben
silika gel harus senantiasa basah karena, jika dibiarkan kering kolom yang
terbentuk dari silika gel bisa retak, sehingga proses pemisahan zat tidak
berjalan optimal. Selain itu kondisi yang basah berperan untuk memudahkan
proses elusi (larutan melewati kolom ) dalam kolom. Fungsi penambahan
kapas bebas lemak pada kolom adalah untuk menahan fase diam (adsorben)
silika gel. Pada praktikum kali ini kami melakukannya dengan
menggunakan metode basah.
Sampel yang mengandung campuran senyawa dan setelah digerus
dengan menggunakan silika gel dituangkan kebagian atas kolom, kemudian
dielusi dengan pelarut camouran dari toluen dan etil asetat dituangkan
kebagian atas dari kolom, kemudian dielusi dengan pelarut sebagai fase
gerak. Setiap senyawa atau komponen dalam campuran akan didorong oleh
fase gerak dan sekaligus ditahan oleh fase diam. Kekuatan senyawa ditahan
oleh fase diam akan berbeda-beda dengan senyawa lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan kromatografi adalah
fase gerak yang digunakan (kepolaran pelarut), ukuran kolom(diameter dan
panjang kolom), kecepatan alir elusi. Senyawa yang menetes ditampung
dalam vial sampai senyawa yang terdapat dalam kolom semua warna telah
menetes sehingga menyisahkan tidak bewarna pada kolom atau warna
bening. Sebelumnya dilakukan pencucian yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran atau senyawa yang masih tertinggal pada botol yang
bisa menganggu atau bereaksi dengan senyawa ekstrak hasil kolom.
Diharapkan mendapatkan senyawa hasil kolom yang murni yang akan kita
tampung. Selain itu botol juga dilakukan kaliberasi sebanyak 10ml
dilakukan penandaan bertujuan untuk mendapatkan senyawa ekstrak dari
hasil kolom yang sama jika senyawa yang kita tampung tidak sama maka
akan berpengaruh pada kadar zat aktif sehingga mempengaruhi hasil
pemantauan KLT. Senyawa yang kita dapatkan sebanyak 15 vial kemudian
lakukan penomoran untuk memudahkan saat proses pemantauan, masing-
masing vial dilakukan pemantauan, malalui pengujian secara kualitatif
menggunakan metode KLT. Langkah pertama dilakukan penjenuhan
chamber, pelarut yang digunakan sebanyak 20ml dengan perbandingan
toluen dan etil asetat 18,6:1,4. Pada plat KLT bagian bawah diberi jarak
1cm dan bagian atas 0,5. Serta masing- masing vial diambil samplingnya
menggunakan pipa kapiler kemudian ditotolkan dengan jarak antara 1
penotolan menggunakan pipa kapiler 0,5 dengan penotolan berikutnya
dengan tujuan menghindari terjadinya bersinggungannya noda sampel
sehingga dapat mempengaruh pada hasil.
Pada plat KLT selain sampel hasil kolom yang ditampug pada vial
yang ditotolkan juga dilakukan penotolan ekstrak hasil fraksinasi awal pada
pelarut n-heksane sebagai pembanding senyawa utama target ketika
dilakukan proses KLT. Selanjutnya dilakukan pemantauan pada UV254,
UV 366 nm. Kemudian beri tanda noda yang tampak pada lampu uv dan
dilakukan perhitungan nilai Rf sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Rf
Ekstrak 0,244, 0,489, 0,933. Sementara Rf fraksi sebagai berikut: Rf1 0,222,
Rf2 0,333, Rf3 0,489, Rf4 0,889. Sehingga didapatkan hasil senyawa target
terdapat pada vial nomor......(CEK LAGI DIN DENGAN HASIL
KEMARIN )
Daftar Pustaka
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hikmah, D. F.2012. Pengaruh Partisi Bertingkat Cair–Cair Ekstrak Etanol
Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Profil KANDUNGAN
Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antiradikalnya
Shukla, Y. and Singh, M., 2007, Cancer Preventive Properties of Ginger : a Brief
Review, J Food Chem Toxico, 45 (5), 683-690.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai