Anda di halaman 1dari 64

SIFAT FISIK DAN (030211815200

MEKANIK
08)
BATUAN (030211815200
06)
Kelompok 10 (030213815201
Nama : Ahmad Al Furqon 50)
Aziz Muslihin (030211815200
Mentari Juwita 16)
Randa Akbar (030212815201
Windy Safitry 46)
Kelas :B
Kampus : Indralaya
Uji Triaksial
Uji ini untuk mengukur kekuatan contoh batu berbentuk
silinder dibawah tekanan triaxial.
Data hasil pengujian sangat diperlukan untuk perhitungan:
strength envelope (kurva intrinsic)
shear strength ()
sudut geser dalam ()
kohesi (C)
Sel Triaksial Tipe
Von Karman
Dept. Teknik Pertambangan ITB Wattimena
& Kramadibrata (1997) Kramadibrata,
Wattimena and Simangunsong (1998)
1. Platen penekan
2. Bola baja
3. Spheical seat
4. Alat bantu transducer
5. Contoh batuan
6. Piston berongga utk tekanan pori
7. Sonic transmitter
8. Sonic receiver
9. Selubung karet
10. Ring pengikat selubung karet
11. Strain gauges
12. Pipa utk tekanan pori
13. Pipa utk kabel transducer
14. Ruang fluida pemampat
15. Dinding sel
16. Lubang masuk fluida pemampat
17. Lubang keluar fluida pemampat
18. Lubang masuk tekanan udara
19. Slide bearing
20. Sliding seal
21. Baut
22. Seal pada plat dasar sel
23. Lubang masuk tekanan pori
24. Lubang keluar tekanan pori
25. Port kable strain gauges
26. Port kable transducer
Sel Von Karman Type &
Triaksial Hoek & Franklin (1968)

Tidak perlu penirisan minyak


antar uji
Ukuran terbatas BQ, NQ &
HQ
L/D = 2 2.5
3 max 70 MPa
Selubung polyethylene
Mohr Circles & Intrinsic
30 Curve
No
(MPa) (MPa)
25
= c + N Tan
1 1.00 22.61
= 5.22 + N Tan 32.81
Shear Stress (MPa)

20
2 2.00 25.70

15
3 3.00 29.34

10

c
0
0 5 10 15 20 25 30
Normal Stress (MPa)
Mohr Coulomb Linear
Mohr Curve linear concave downwards; in the limit, the envelope may
assume the form of a straight line (Coulomb criterion)

1 Maximum major principal stress at


1
= (1 3) Sin 2
(1 + 3) + (1 3) Cos 2

N
Mohr - Coulomb
3
Mohr

failure

D
3 Minor principal stress
/confining pressure
max

E 2

A B
Metode Tak Langsung Menentukan
UCS & UTS
= n tan + c
1 1
n (1 3) (1 - 3)cos 2 2 2 2 = 90+
Pada kondisi tekan, 1 = c & 3 = 0
1 Pada kondisi tarik, 1 = 0 dan 3 = - t
(1 - 3)sin 2 2 Keterangan
= Tegangan geser
3(1 sin ) 2c cos N
1 = Tegangan normal
1 - sin 1 = Tegangan prinsipal mayor
3 = Tegangan prinsipal minor
2c cos c = Kohesi
c = Sudut antara s1 dan sn
1 - sin = Sudut gesek dalam
c = Kuat tekan uniaksial
2c cos (UCS)
t t
= Kuat tarik uniaksial (UTS)
1 sin
Multistage Triaxial
Test
80

34 = 10 MPa

60

E3
33 = 7.5 MPa
40
1- (M P
a)

E2
32 = 5 MPa
3

20
E1
31 = 2 MPa

0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30

-20

Strain
Schwartz (1964) Kwasnieski (1990)
Kurva perbedaan tegangan
Tekanan air pori mempunyai sedikit pengaruh
regangan longitudinal spesimen
pada kekuatan batuan jika angka pori
Bogdanka mudstone kondisi kering
spesimen batuan kurang < 0,02.
dan basah yang diuji pada tegangan
pengukungan 20 MPa.
40 90
0 Granite (void ratio = 0.022)
Sandstone (void ratio = 0.163) 80 air-dry specimen
35 Applied 3 = 35 MPa 70

Deviatoric stess (MPa)


030
0 60
Dev iatoric s tres s (M

25 50
0 3 = 20 MPa
20 40
0 = 7 MPa 30
15 = 7 MPa = 21 MPa 20
Pa)

0
= 35 MPa 10
10
wet specimen
5 = 21 MPa
0
0
0
0
= 35 MPa 0 2 4 6 8 10 12
0 1 2 3 4 5 6 Longitudinal strain (%)
Strain (%)
Pengaruh 3 Pada Kurva -
Variasi Deviatoric Stress vs Kemiringan Bidang Lemah
& 3
(Donath, 1972 & Mc Lamore Gray 1967)
Perilaku Keruntuhan Menurut Kecepatan
Ultrasonik pada Uji Triaksial
a. Contoh Jenuh; b. Contoh Kering

180 Dried specimen


160 Saturated specimen

3 =
140
16
120
MPa
3 = 12 MPa
Deviatoric stress
100
3 = 8 MPa
80
3 = 4 MPa 3 = 16 MPa
(MPa)

60
3 = 12 MPa
40 3 = 8 MPa

20 3 = 4 MPa

0
2 3.06 3.26 3.46 3.66 3.86 4.06
.
8 Sonic velocity (km/s)
6
Uji Kuat Geser
Langsung
Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja
sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut, yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan
faktor eksternal
Untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu.
Minimal 3 contoh.
Masing-masing contoh dikenakan gaya normal tertentu yang diaplikasikan tegak lurus
terhadap permukaan bidang diskontinu
garis Coulomb's shear strength,
kuat geser (shear strength),
sudut geser dalam (),
kohesi (C).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuat
Geser Batuan
Laju perpindahan geser konstan akan mengindikasikan gaya geser yang
bekerja pada batuan tersebut. yang dibutuhkan batuan tersebut untuk mulai membentuk
rekahan bidang geser dan berpindah akan bertambah sesuai pertambahan FN.
Pada Uji Geser langsung, & N adalah representatif dari FS & FN dibagi luas kontak.
Saat Uji Geser: meningkat secara linear terhadap perpindahan, akan tetapi berangsur-
angsur menjadi tidak linear hingga pada saat tercapai nilai maksimumnya. Nilai
maksimum = nilai P & nilai perpindahan pada saat kondisi ini disebut perpindahan geser
puncak.
Setelah P tercapai, akan turun dan berangsur-angsur mencapai nilai konstan & disebut R.
Jika P & R diperoleh dari tingkat N yang berbeda dengan jenis batuan yang sama, secara
ideal akan diperoleh kurva hubungan linear antara kuat geser terhadap masing-masing
tingkat tegangan normal.
Permukaan bidang diskontinu alami pada batuan tidak selalu halus, bahkan hampir 100%
kasar. Semakin kasar permukaan batuan meningkatkan kekuatan geser pada batuan.
Peak

perpindahan u
strength P


tegangan normal

Tegangan geser

p
tan
p

Cp cohesive
strength
tegangan geser Tegangan normal


Tegangan geser
kuat geser puncak

p
Kuars
Tegangan

a
R
geser

kuat geser sisa


r
Cla
Residual y
strength

Tegangan normal
Perpindahan u
Bevelled Dies Shear
Tegangan Normal N
Test Tegangan Geser

P Sin 45 o N P Cos 45 o T
N
A A A A
=30o =40o =50o
P

T N P (kg) 1076.92 1938.91 3383.86

A (cm2) 21.48 22.52 22.16



45o
N
N (kg.cm2) 25.07 55.34 116.98
5 x 5 x 5 cm

(kg.cm2) 43.42 65.95 98.15

Ball bearing
Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan
Tegangan normal
Massa batuan pada umumnya mempunyai rekahan yang ditimbulkan oleh
pembebanan sejak awal pembetukan batuan tersebut. Tegangan terkonsentrasi pada
rekahan tesebut, sehingga kehadiran rekahan sangat mempengaruhi perilaku massa
batuan. Dengan adanya faktor kekasaran bidang rekahan, maka kondisi tegangan
normal konstan akan tidak realistik tercapai pada kondisi alami.
Selain itu, peristiwa geologi seperti gempa bumi memungkinkan terjadi
perubahan beban normal terhadap massa batuan dan berpotensi membentuk
bidang geser baru pada massa batuan.
Kuat geser, dalam hal ini kuat geser puncak, akan meningkat seiring peningkatan
tegangan normal. Hal ini mengindikasikan bahwa bidang lemah pada kedalaman yang
lebih dalam cenderung akan semakin kuat. Uji kuat geser harus dilakukan pada
kondisi tingkat tegangan normal yang tidak melebihi batas elastisitasnya. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh deformasi yang disebabkan tegangan geser dan bukan
oleh tegangan normal.
Data Uji Geser-1
Horizontal Vertical
Displacement FH{kN} H {kPa} Displacement FN {kPa} N {kPa}
(mm} {mm}

58.42 0.00 0.00 14.15 3.53 130.90


55.88 2.30 85.29 14.22 3.53 130.90
53.34 2.90 107.54 14.40 3.53 130.90
50.80 3.20 118.66 14.30 3.53 130.90
48.26 2.90 107.54 14.17 3.53 130.90
45.72 2.42 89.74 14.02 3.53 130.90
43.18 4.90 181.70 13.84 9.30 344.87
4064 4.80 178.00 13.79 9.30 344.87
38.10 4.74 175.77 13.74 9.30 344.87
35.56 4.26 157.97 13.69 9.30 344.87
33.02 3.68 136.46 13.61 9.30 344.87
30.48 8.80 326.32 13.41 18.60 689.73
27.94 8.71 322.99 13.31 18.60 689.73
25.40 8.10 300.37 13.21 18.60 689.73
22.86 7.70 285.53 13.08 18.60 689.73
20.32 7.20 266.99 12.95 18.60 689.73
17.78 13.80 511.74 12.65 37.20 1379.46
15.24 13.00 482.07 12.32 37.20 1379.46
12.70 11.80 437.57 11.89 37.20 1379.46
10.16 10.70 396.78 11.40 37.20 1379.46
7.62 9.20 341.16 11.30 37.20 1379.46
SHER DISP SHEARING NORMAL DISPL
(mm) FORCE, ( x 0,01 mm )
kg
0 0 0 Normal Load = 82.05 kg
Saw cut plane : circle
1 90.72 21
- Length : 4.57 cm
2 90.72 20 - Width : 4.57 cm
3 90.72 21 - Area ( A ) : 16.410 cm2
4 113.40 24 Normal Stress : ( n ) = Pn /A
FORWARD = 5 kg/cm2
5 90.72 20

SHEARING 6 90.72 20
7 90.72 21
8 90.72 19
9 90.72 19
10 90.72 20
10 0 0
9 45.36 13
8 45.36 12
7 45.36 13
6 90.72 17
REVERSE 5 90.72 16
SHEARING
4 45.36 12
3 45.36 12
2 45.36 13
1 45.36 12
0 45.36 12
Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan
Bidang geser dan material pengisi pada bidang geser
Kuat geser akan berkurang secara signifikan ketika sebagian atau seluruh
permukaan tidak sepenuhnya kontak, melainkan ditutupi oleh material pengisi
yang relatif lunak seperti lempung
Keruntuhan geser batuan dengan bidang diskontinu yang terisi material lunak
mengalami dua tahap. Pertama tegangan dan perpindahan geser hanya
dipengaruhi oleh kekuatan material pengisi. Kedua, setelah terjadi perpindahan,
permukaan batuan mengalami kontak kemudian kekuatan dari bidang diskontinu
ditentukan oleh kekasaran dan kekuatan bidang geser itu sendiri
Faktor Eksternal Kuat Geser Batuan
Pengaruh kehadiran air dan tekanan air
Kehadiran air pada massa batuan menyebabkan permukaan bidang
diskontinu akan tertekan sebagian sehingga tegangan normal menjadi
berkurang.
Kecepatan geser pada permukaan yang basah lebih lambat
dibandingkan dengan permukaan yang kering.
Faktor Eksternal Kuat Geser
Batuan
Dimensi contoh uji
Massa batuan di alam mempunyai sifat & struktur yang
heterogen serta kompleks. Contoh batuan yang digunakan
untuk uji di laboratorium diharapkan sebagai representatif dari
massa batuan berikut sifat dan perilakunya. Semakin besar
dimensi contoh yang digunakan, maka contoh tersebut semakin
merepresentasikan massa batuan.
Tetapi menurut hasil penelitian uji geser tidak terlalu fungsi dari
ukuran
Kriteria Kuat Geser
Batuan
Kriteria Mohr-Coulomb Linear
= C +
Keterangan:
= tegangan geser
C = kohesi
= tegangan normal
= koefisien geser dalam dari batuan = tan
Kriteria Kuat Geser Batuan
Kriteria Dilatansi
Pada pengujian kuat geser langsung, selain perpindahan lateral, terjadi juga
perilaku dilatansi.
Dilatansi merupakan perpindahan vertikal (searah tegangan normal) selama
uji kuat geser. Model gigi gergaji merupakan ilustrasi yang baik untuk
menjelaskan perilaku ini.
Pada kondisi ini tidak akan ada perpindahan selama resultan gaya
berada pada batas sudut geser gerigi.
Akan tetapi jika resultan gaya di luar batas tersebut, akan terjadi
pergerakan pada arah i. Rekahan akan terbuka dan dilatansi terjadi
pada bidang geser tersebut.
Tegangan normal n akan bereaksi melawan dilatansi ini. Apabila
penggeseran dilanjutkan, gerigi akan kelebihan beban dan akan tergeserkan
secara langsung. Pergeseran akan terus berlanjut sejajar terhadap bidang
geser umum tanpa ada dilatansi
N

N
i
H

H
i

= C + tan ( + i)
Keterangan:
= tegangan geser
C = kohesi
= tegangan normal
= koefisien geser dalam dari batuan = tan
i = sudut dilatasi
Kecepatan Ultrasonik
Uji (ISRM 1981) untuk mengukur cepat rambat gelombang ultrasonik
pada contoh batu sebelum uji UCS.
cepat rambat gelombang primer (VLp)
cepat rambat gelombang sekunder (VLs).
Modulus Elastik dinamik dapat dihitung.
Kemampugalian batuan ditentukan juga oleh karakteristik dinamiknya,
karena perjalanan gelombang akibat benturan mata bor dan gigi-gigi
alat gali terhadap batuan merupakan gerakan dinamik.
Setiap batuan selalu memiliki rekahan awal (pre-existing cracks).
Tergantung dari proses pematangannya didalam, rekahan awal ini
dapat saja bertambah.
Menaiknya rekahan awal akan menurunkan kecepatan ultrasonik.
Kec. Rambat Gel. Ultrasonik
Kecepatan rambat gelombang tekan
Kecepatan rambat gelombang geser
Modulus Young dinamik
Modulus geser dinamik
Nisbah Poisson dinamik
Cepat Rambat Gelombang Tekan & Geser

Vp L Vp L
tp ts
L = panjang contoh (m)
tp = waktu yang dibutuhkan gelombang tekan merambat sepanjang contoh (detik)
ts = waktu yang dibutuhkan gelombang geser merambat sepanjang contoh (detik)
Parameter Dinamik
Modulus Geser: G vs
= massa per satuan volume
V 2
s
1 2 V
p
Nisbah Possion: v


2

V
2 1 s

Vp

Modulus Young Dinamik: E = 2 (1+) G
2

2
Konstanta Lame: = (vp 2 vs )
Hubungan UCS & Kecepatan
Ultrasonik Vp
Vp untuk pemilihan alat gali dan penentuan keberadaan kekar
Hubungan UCS & Vp sulit ditentukan tanpa memperhitungkan faktor-faktor
di dalam batuan.
Faktor-faktor: beban pada contoh saat pengujian, porositas, pre-existing
crack, bobot isi, kandungan air, ukuran butir & komposisi mineral.
Kahraman (2001) hubungan non-linear antara c dan Vp dengan
menggunakan variasi contoh batuan dari penelitiannya Goktan & Wade et
al. sehingga lebih andal utk prediksi UCS daripada Vp.

Referensi Persamaan Tipe Batuan

Goktan (1988) = 0,036v * - 31,18 batuan sedimen


c p

Wade et al. (1993) c = 0,055vp* - 91,44 -


Kahraman (2001) = 9,95v 1,21 batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf
c p

vp* = Kecepatan gelombang tekan (m/det) vp = Kecepatan gelombang tekan (km/det)


Kriteria Runtuh Hoek-Brown
Hoek & Brown (1980) usul metoda untuk menduga kekuatan
massa batuan terkekarkan.
Metodanya dimodifikasi sejak diusulkan (Hoek, 1983; Hoek &
Brown, 1988).
Aplikasinya berlaku untuk kualitas massa batuan sangat buruk
yang perlu perubahan (Hoek, Wood & Shah, 1992)
Pengembangan Klasifikasi Baru disebut Geological Strength
Index GSI (Hoek, Kaiser & Bawden, 1995; Hoek, 1995; Hoek &
Brown, 1997).
Sejarah pengembangannya dapt ditemukan di Hoek (2002).
Kriteria Hoek-Brown

1 & 3 adalah tegangan efektif maksimum & minimum saat batuan runtuh, mb
adalah nilai konstanta Hoek & Brown m untuk massa batuan
s & a adalah konstanta yg bergantung pada karakteristik massa batuan
ci adalah UCS batuan utuh
Sifat Batuan Utuh

Hubungan antara tegangan prinsipal saat suatu batuan runtuh


diberikan oleh ci & mi.
Selang nilai 3 sangat kritikal.
Hoek & Brown (1980) gunakan 0 < 3 < 0.5 ci
Setidaknya perlu 5 titik data utk dimasukan dalam analisis.
Penentuan ci and mi
y = mcix + sci
x = 3
y = (1 3)2
Penentuan ci and mi
Pendugaan Lapangan UCS
Pendugaan Lapangan UCS
Nilai mi Untuk Batuan Utuh
Nilai mi Untuk Batuan Utuh
Catatan
Uji laboratorium pada batuan sangat britel kuat cenderung
memberikan nilai tinggi pada kuat tekan batuan insitu.
Uji laboratorium & lapangan pada Lac du Bonnet granite dgn
kualitas baik (Martin & Chandler, 1994) menunjukkan bhw kuat
tekan insitu hanya sekitar 70% dari UCS laboratorium
Penentuan UCS pada batuan anisotropic & foliated sangat sulit.
Peak Strength of Moura DU Coal
(Medhurst & Brown, 1996)

ci = 32.7 MPa
Kekuatan Puncak
Moura DU Coal
( Medhurst & Brown, 1996)
Geological Strength Index
Pendugaan m & s Dengan GSI
(Hoek, 1994; Hoek et al., 1995)

mb = mi exp [(GSI 100)/28]


For GSI > 25
s = exp [(GSI-100)/9]
a = 0.5
For GSI < 25
s=0
a = 0.65 (GSI/200)
Pendugaan m & s Dengan GSI
(Hoek, 1994; Hoek et al., 1995)

Massa batuan kualitas baik (GSI>25), nilai GSI dapat diduga secara langsung dari RMR
Bieniawski Ver. 1976 dgn groundwater rating 10 (dry) & adjustment utk joint orientation 0
(very favourable).
Bieniawskis RMR tidak digunakan untuk menduga nilai GSI pada massa batuan buruk.
Bila RMR Bieniawski Ver. 1989 digunakan maka:
GSI = RMR89 5
RMR89 punya groundwater rating 15 & adjustment utk joint orientation - zero
Apakah GSI ?

Controlled blasting Bulk blasting


Pendugaan m & s Dengan GSI
(Hoek, 2002)

mb = mi exp [(GSI 100)/(28-14D)]

s = exp [(GSI-100)/(9-3D)]

D = Disturbance Factor

a = 1/2 + 1/6 [exp(-GSI/15)-exp(-20/3)]


Disturbance Factor, D
Appearance or rock Suggested
mass Description of rock mass value of D

Excellent quality controlled


blasting or excavation by
Tunnel Boring Machine results
in minimal disturbance to the D=0
confined rock mass
surrounding a tunnel.
Disturbance Factor, D
Appearance or rock Suggested
mass Description of rock mass value of D

Mechanical or hand
excavation in poor quality rock
masses (no blasting) results
in minimal disturbance to he D=0
surrounding rock mass.
Where squeezing problems
result in significant floor
heave, disturbance can be D = 0.5
severe unless a temporary
(no invert)
invert, as shown in the
photograph, is placed.
Disturbance Factor, D
Appearance or rock Suggested
mass Description of rock mass value of D

Very poor quality blasting in a


hard rock tunnel results in
severe local damage, D = 0.8
extending 2 or 3 m, in the
surrounding rock mass.
Disturbance Factor, D
Appearance or rock Suggested
mass Description of rock mass value of D

Small scale blasting in civil


engineering slopes results in D = 0.7
modest rock mass damage, Poor
particularly if controlled blasting
blasting is used as shown on
the left hand side of the
D = 1.0
photograph. However, stress
relief results in some Good
disturbance. blasting
Disturbance Factor, D
Appearance or rock Suggested
mass Description of rock mass value of D

Very large open pit mine


slopes suffer significant D = 1.0
disturbance due to heavy
production blasting and also Production
due to stress relief from blasting
overburden removal.
In some softer rocks D = 0.7
excavation can be carried out Mechanical
by ripping and dozing and the
degree of damage to the excavation
slopes is less.
Parameter Mohr-Coulomb
Parameter Mohr-Coulomb
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown
1980
Hoek E. and Brown E.T. 1980. Underground Excavations in Rock .
London: Institution of Mining and Metallurgy 527 pages.
Hoek, E. and Brown, E.T. 1980. Empirical strength
criterion for rock masses. J. Geotech. Engng Div., ASCE
106(GT9), 1013-1035.
1983
Hoek, E. 1983. Strength of jointed rock masses, 23rd. Rankine
Lecture. Gotechnique 33(3), 187-223.
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown
1988
Hoek E and Brown E.T. 1988. The Hoek-Brown failure criterion - a 1988
update. Proc. 15th Canadian Rock Mech. Symp. (ed. J.H. Curran), pp. 31-
38. Toronto: Civil Engineering Dept., University of Toronto.
1990
Hoek, E. 1990. Estimating Mohr-Coulomb friction and cohesion values
from the Hoek-Brown failure criterion. Intnl. J. Rock Mech. & Mining
Sci. & Geomechanics Abstracts. 12(3), 227-229.
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown

1992
Hoek, E., Wood, D. and Shah, S. 1992. A modified Hoek- Brown criterion for
jointed rock masses. Proc. rock characterization, symp. Int. Soc. Rock Mech.:
Eurock 92, (J.Hudson ed.). 209-213.
1994
Hoek, E. 1994. Strength of rock and rock masses, ISRM News Journal, 2(2),
4-16.
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown
1995
Hoek, E., Kaiser, P.K. and Bawden. W.F. 1995. Support of underground
excavations in hard rock. Rotterdam: Balkema
1997
Hoek, E. and Brown, E.T. 1997. Practical estimates of rock mass strength. Intnl.
J. Rock Mech. & Mining Sci. & Geomechanics Abstracts. 34(8), 1165-1186.
1998
Hoek, E., Marinos, P. and Benissi, M. (1998) Applicability of the Geological
Strength Index (GSI) classification for very weak and sheared rock masses. The
case of the Athens Schist Formation. Bull. Engg. Geol. Env. 57(2), 151-160.
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown
2000
Hoek, E. and Marinos, P. (2000) Predicting Tunnel
Squeezing. Tunnels and Tunnelling International. Part 1 -
November Issue 2000,. 45-51, Part 2 - December, 2000,
34-36.
Marinos, P.G. and Hoek, E. (2000): "GSI: A
friendly
geological for mass strength estimation",
Proceedings
tool rock of International Conference
Geotechnical &theGeological
on Engineering (GeoEng 2000),
Technomic Publishing Co. Inc., p.p. 1422-1440,
Melbourne, Australia.
2001
Marinos. P, and Hoek, E. (2001) - Estimating the
geotechnical properties of heterogeneous rock masses such
as flysch, Bull. Engg. Geol. Env. 60, 85-92.
Ringkasan Sejarah Pengembangan
Kriteria Runtuh Hoek-Brown
2002
Hoek, E., Carranza-Torres, C.T., and Corkum, B. (2002), Hoek-Brown
failure criterion 2002 edition. Proc. North American Rock Mechanics
Society meeting in Toronto in July 2002.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai