Anda di halaman 1dari 18

Dr. Dra. Sumarni DW, M.

Kes
Persepsi tentang Epilepsi
Merupakan penyakit keturunan
Merupakan yang tidak dapat
disembuhkan
Karena guna-guna/kemasukan roh halus

Penanganan
Disembunyikan oleh keluarga
Diobatkan ke dukun pengusir roh halus
Stigma Epilepsi
-Dalam kisah kitab injil bab St Marks Gospel: epilespi terjadi karena
kemasukan roh jahat
-Para penderita bangsa latin: epilepsi terjadi karena pengaruh roh
jahat dan epilepsi dikatakan bisu yang kotor dan jiwa yang tuli
-Epilepsi disebabkan kemarahan Tuhan yang ditimpakan pada seseorang
karena berbuat jahat
-Dikucilkan karena najis, mengotori gereja, menular lewat ludah, gelas, piring
-Dikucilkan karena disebut nafas kotor dan menular
(ILAE, 2003)
Faktor-faktor yang
menyebabkan Epilepsi
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya epilepsi:
Pada bayi biasanya dipengaruhi oleh kadar oksigen yang kurang
dalam otak atau istilah kedokterannya adalah hipoksia, baik karena
panas tinggi atau yang lain. Pada orang dewasa biasanya
Dipengaruhi oleh tumor

Penyebab penyakit
Epilepsi antara lain
Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen),
Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala,
radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,
Adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami
operasi otak. Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang
Mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat
trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan
di otak, gangguan peredaran darah, cacat bawaan.
Penilaian terhadap Penderita Epilepsi

Responden penelitian Sidiarto (1994) menyatakan: Epilepsi


karena keturunan (33,5%); tidak yakin bisa sekolah dengan baik
(88%); tidak yakin bisa bekerja dengan baik (78,5%)
Penelitian Al Adawi (2000): Petugas kesehatan memberikan
penilaian negatif terhadap penderita epilepsi, terutama
dihubungkan dengan masalah kognitif dan perilaku

Peran penting Promosi Kesehatan

Menurunkan stigma dengan memberikan penerangan dan


penyampaian pengetahuan melalui lokakarya, media
massa cetak, TV, Radio
Suku Toraja memeluk kepercayaan yang disebut
Aluk Todolo. Aluk dapat diartikan aturan atau
upacara, Todolo artinya leluhur atau nenek
moyang. Jadi maksudnya kepercayaan leluhur,
yang 3% penduduknya diperkirakan masih
menganut kepercayaan ini. Kepercayaan
tersebut (Aluk Todolo) juga terdapat dalam
bidang kesehatan, seperti pada penyakit epilepsi
yang dianggap sebagai penyakit kutukan

Di daerah Tana Toraja kampung Bua Kec. Tallu Lolo tentang penyakit
epilepsi atau dalam bahasa Toraja Tataran, bahwa penyakit itu
disebabkan oleh roh jahat yang ada di sungai kampung mereka
(sungai sadan) maupun di sawah-sawah penduduk (yang berumur
puluhan tahun) yang merasa terganggu oleh ulah dari si penderita,
orang tua dari penderita ataupun nenek dari sipenderita (mempunyai
hubungan pertalian keluarga yang sangat dekat), hal ini dikemukakan
oleh NeRante yang dipercaya oleh masyarakat setempat mampu
Keterangan Gambar
Pengobatan dilakukan dengan cara memukulkan bagian
belakang dari parang si dukun yang dipercaya sakti pada
bagian-bagian persendian si penderita mulai dari kaki
hingga leher penderita secara berulang-ulang dan perlahan-
lahan sambil membacakan mantra
PENGERTIAN
Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae,


pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendoteal,
mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat. (Penyakit
Kulit yang Umum di Indonesia, Dit.Jen PPM&PL, 2002)

ETIOLOGI
M.Leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligant
intraseluler, menyerang saraf tepi, kulit, dan organ lain seperti
mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang
belakang kecualai susunan saraf pusat. Masa membelah diri
M.Leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari 40 tahun
EPIDEMIOLOGI
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian
besar ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak
langsung yang lama dan erat dengan penderita). Kuman mencapai
permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat dan diduga
juga melalui air susu ibu. Tempat implantasi tidak selalu menjadi
tempat lesi pertama

Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga


tidak perlu ditakuti. Hal ini tergantung pada beberapa faktor antara
lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial
ekonomi, dan iklim

Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari
pasien kusta tipe MB (Multi Basiler) yan belum diobati atau belum
teratur berobat

KOMPLIKASI
Komplikasi kusta adalah reaksi kuasta yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf dan gejala sisa akibat kerusakan saraf tersebut.
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta
baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis
sewaktu terjadi reaksi kusta
PANDANGAN MASYARAKAT
TENTANG KUSTA

Disebabkan kutukan Tuhan


Merupakan aib dalam keluarga
Merupakan penyakit kasta rendahan

Penanganan:
- Pengobatan ke dukun

Stigmanya:
- Di buang ke hutan
- Dikucilkan
STIGMA MASYARAKAT NTT TERHADAP
PENDERITA PENYAKIT KUSTA
Nama Penyakit Kusta dalam berbagai bahasa daerah di
Propinsi Nusa Tengga Timur
Kaijulapu atau men Bune (bahasa Dawan / Timor)
Kwerit / Lepra (bahasa Lembata / Flores Timur)
Katombu (bahasa Sumba Timur)

Pandangan Masyarakat awam terhadap penyakit kusta:


Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit turunan
Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit kutukan
nenek moyang
Penyakit kusta juga dianggap sebagai penyakit yang menjijikkan
Penyakit kusta dianggap sebagai penyakit akibat melanggar adat

Stigma terhadap penderita Kusta dalam masyarakat NTT:


Penderita diasingkan dengan menempatkan penderita jauh dari
lingkungan masyarakat misalnya tinggal seorang diri dikebun
Penderita boleh tinggal ditengah masyarakat tetapi tidak boleh
saling mengunjungi dengan tetangga
Pandangan kesehatan terhadap penderita kusta
Penyakit kusta bukan penyakit kutukan, turunan tetapi termasuk
jenis penyakit menular
Penyakit kusta berpindah dari penderita ke orang lain tetapi dalam
waktu yang cukup lama (selama berbulan-bulan bahkan bertahun
tergantung daya tahan tubuh seseorang)

Kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap


penyakit kusta
Kelompok beresiko tinggi terhadap penyakit kusta adalah
masyarakat yang rata-rata tinggal di daerah pedesaan lebih khusus
adalah:
Mereka yang tinggal sehari-hari bersama penderita kusta dalam
waktu yang cukup lama
Mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih
Mereka yang ekonomi rata-rata di bawah garis kemiskinan yang
kurang terjamin kebersihan diri dan lingkungan
Mereka yang memiliki daya tahan rendah terhadap kuman kusta
(Micobacterium Leprae)
Mereka yang tinggal di daerah sulit dijangkau baik oleh tenaga
kesehatan maupun sarana kesehatan
Promosi kesehatan yang dilakukan
dalam penurunan stigma masyarakat
terhadap penderita kusta

Secara terus menerus menyadarkan masyarakat


melalui penyuluhan-penyuluhan, bahwa:
Penyakit kusta bukan penyakit kutukan/turunan tetapi penyakit
menular yang berpindah dari seseorang ke orang lain
Penyakit kusta disebabkan kurang terjamin kebersihan diri dan
lingkungan
Penyakit kusta dapat terjadi akibat terlambat memeriksakan diri
ke tenaga kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan
Kuman penyakit kusta dalam tubuh dapat dibunuh dengan minum
obat secara teratur
Bagi yang cacat akibat kusta dapat dibatasi tingkat kecacatan
dengan rajin minum obat tetapi tidak dapat menyembuhkan
kecacatannya dengan minum obat anti kusta
Keterangan Gambar:
Gambar 1,2 dan 3 menunjukkan seorang penderita kusta yang sedang
Dalam therapy Kusta pada salah satu Rumah Sakit di Nusa Tenggara
Timur yang mengalami allergi atau efek samping dari therapy penyakit
kusta
Tampak jelas tanda kusta:
Hidung pelana, bercak hampir seluruh tubuh dengan mati rasa dan
tidak berkeringat kecuali pada leher (tampak mengkilap adalah
keringat dan daerah tersebut masih terasa dengan test raba
Daerah dengan bercak tegas kemerahan dan warna agak putih
justru merupakan kulit yang masih normal (dengan rangsang
raba terasa dan berkeringat
Perawat memegangi tangan
penderita yang sudah kontraktur
dan mati rasa, supaya masyarakat
tidak takut untuk bergaul dengan
penderita

Anda mungkin juga menyukai