Anda di halaman 1dari 88

Blok 17 Modul 1

Cephalgia
Terminologi
Fotofobia : sensitif terhadap cahaya.

BTR (biceps triceps refleks)


- Biceps : ketuk pada bagian atas siku dengan posisi tangan setengan
ditekuk, maka respon lengan fleksi lengan pada persendian siku.
- Triceps : ketuk pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan ekstensi
pada lengan bawah bagian siku.
KPR (knee pess refleks) : berikan ketukan pada daerah tendon patella
dengan menggunakan hammer, maka akan terjadi gerakan plantar
fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
APR (Achilles pess refleks) : Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan
kaki didorsofleksikan. Ketukalah tendo Achilles, sehingga terjadi
plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius.
Tes Rangsang Meningeal : untuk mengetahui iritasi pada meningen
(selaput otak), otak maupun medula spinalis.

-A.BrudzinskiI
- Memposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki
diliruskan serta berikan bantal
- Memutar kepala pasien ke samping kanan kiri serta menoleh ke kanan kiri
apakah ada tahanan untuk mengecek adanya gejala ekstrapiramidal atau
spasme otot selain tanda meningeal
- Memegang kepala penderita dengan tangan kiri dan kanan, kemudian
memfleksikan kepala dagu penderita ke arah sternum/ dada penderita
apakah ada tahanan atau nyeri di leher. Pada kondisi
normal dagu dapat menyentuh dada

Kaku kuduk (+) : jika dagu tidak dapat menyentuh dada


Brudzinski (+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan kaku kuduk terlihat
fleksi sejenak pada tungkai bawah
B.BrudzinskiII C.BrudzinskiIII
- Memposisikan pasien - Memposisikan pasien
tidur terlentang dengan tidur terlentang dengan
kedua tangan dan kaki kedua tangan dan kaki
diliruskan serta berikan diliruskan serta berikan
bantal bila ada bantal bila ada
- Memfleksikan salah satu - Menekan kadua pipi atau
kaki lurus pada sendi infra orbita pasien
panggul maksimal dengan kedua tangan
Brudzinski tungkai pemeriksa
II(+) : jika terlihat Brudzinski III(+) : jika
adanya fleksi kaki bersamaan dengan
kontralateral (yang tidak pemeriksaan terdapat
mengalami parese) fleksi pada kedua lengan
- D.BrudzinskiIV
Memposisikan pasien tidur terlentang dengan
kedua tangan dan kaki diliruskan serta berikan
bantal bila ada
Menekan tulang pubis penderita dengan tangan
pemeriksa
Brudzinski IV(+) : jika bersamaan dengan
pemeriksaan terlihat fleksi pada kedua tungkai
bawah
- E.Kernig
Memposisikan pasien tidur
terlentang dengan kedua
tangan dan kaki diliruskan
serta berikan bantal bila ada
Memfleksikan paha pada sendi
panggul dan lutut 90 derajat
Ekstensikan tungkai bawah
pada sendi lutut, normalnya
dapat mencapai 135 derajat
Kernig (+) : jika ada tahanan atau
nyeri dan sudut tidak
mancapai 135 derajat
Tandalaseque
- Pasien berbaring lurus,lakukan ekstensi pada kedua
tungkai.
- Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di
fleksikan pada sendi panggul.
- Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan
ekstensi / lurus.
Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat
sebelum timbul rasa sakit atau tahanan.
Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan
sebelum kita mencapai 70
Anatomi : Struktur Peka Nyeri di
Kepala
SSP
Cerebrum
Cerebellum
Batang otak
Medulla spinalis
Cerebrum : fossa cranii anterior dan fossa cranii
media
Cerebelum, batang otak : fossa cranii posterior
Medulla spinalis : canalis vertebralis sampai L1-L2
Struktur Peka Nyeri pada Intracranial
Arteri meningea media
Sinus venosus
Durameter di basis otak
Sirkulus wilisi dan kelanjutan proksimalnya
Struktur Peka Nyeri pada Extracranial
Kulit
Otot, tendon, fascia daerah kepala dan leher
Pembuluh darah
Mata
Telinga
Gigi geligi
Periostenum
Saraf
oropharings
Saraf
N. Trigeminus
N. Fascialis
N. Glossopharingeus
N. Vagus
Sumber
Grays Anatomy
Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Mekanisme terjadinya nyeri
Nyeri(IASP): pengalaman sensorik & emosional yang tidak
menyenangkan berhubungan dengan terjadinya atau ancaman
kerusakan jaringan atau keduanya.
Nosisepsi: proses dimana informasi kerusakan jaringan dikirimkan dari
reseptor/nosiseptor perifer kepada sistem syaraf perifer dan
seterusnya kepada sistem saraf pusat
Nosiseptor merupakan akhiran syaraf bebas dari syaraf afferent
pertama yang banyak terdapat dalam jaringan kulit, otot dan visceral.
Memberikan respon terhadap stimulus yg membahayakan, seperti:
1. Mekanik
2. Thermal
3. Kimia
4. listrik

https://www.iasp-
pain.org/Taxonomy
4 proses nosisepsi- timbul nyeri
Transduksi
o Terjadi di nosiseptor
o Konversi energi rangsang potensial aksi
o Rangsang mengubah integritas membran syaraf dari nosiseptor
perpindahan Na+ dan Ca++ kedalam sel saraf potensial aksi impuls syaraf
Transmisi
o Adalah transfer sinaptik dan modulasi terhadap input dari satu neuron ke
neuron berikutnya dg neurotransmitter.
o Impuls kemudian akan disalurkan dari akhiran syaraf bebas syaraf khsusus
(orde I) dari nosiseptif afferent (orde II) cornu dorsalis medulla spinalis lamina
I; II; Iia dan V
Persepsi
o penyadaran adanya suatu yang tidak mengenakan pada salah satu bagian
tubuhnya berupa suatu sensasi dan emosi negatif.
o Melibatkan cortex cerebri, sistem limbik, thalamus dan formatio reticularis
Modulasi
o Input penghambatan/ pelemahan maupun pencepatan/ penguatan yang datang
dari batang otak yang mempengaruhi transmisi nosispetik pada level medulla
spinalis dengan menggunakan chemical messenger
Klasifikasi nyeri
Berdasarkanasalnyeri:
1. Nyeri nosiseptik diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer
2. Nyeri neuropatik ec suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur
saraf perifer maupun sentral
Berdasarkanlokasi:
1. Superficial/ cutaneus nyeri yang disebabkan stimulus kulit (terlokalisasi)
2. Visceral dalam nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (difusi &
menyebar ke beberapa arah)
3. Nyeri alih
4. Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian
tubuh yang lain
Berdasarkandurasinya:
1. Akut (tiba-tiba & durasi yang terbatas)
Tiba & durasi yg terbatas (<6 bln)
disebabkan o/ kerusakan jaringan (tulang, otot, atau organ)
sering disertai dengan kegelisahan atau tekanan emosional.
2. kronik
> lama dari nyeri akut (>6 bln)
Berkaitan dg nyeri jangka panjang
Sering disebabkan karena kerusaka saraf
Nyeri Kepala
DefinisiNyeriKepala
Nyeri kepala adalah rasa nyeri pada daerah
atas kepala memanjang dari orbita sampai ke
daerah belakang kepala.
EtiologiNyeriKepala
1. Inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor
pada struktur peka nyeri di kepala
2. Pergeseran bangunan peka nyeri karena
suatu desakan (massa, kista,dll)
3. Traksi pada arteri sirkulus willisii, sinus
venosus dan vena-vena yang mensuplai sinus
tersebut, dan arteri meningea media
4. Tekanan langsung pada saraf-saraf yang
mengandung serabut-serabut untuk rasa
nyeri di daerah kepala
5. Dilatasi pembuluh darah intrakranial dan
ekstrakranial
6. Proses kimiawi
EpidemiologiNyeriKepala
Berdasarkan hasil penelitian multisenter
berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di
Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri
kepala sebagai berikut :
Migren tanpa aura 10 %
Migren dengan aura 1,8%
Episodic Tension type Headache 31%
Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%
Cluster Headache 0.5% (Sjahrir, 2004).
KlasifikasiNyeriKepala
1. Nyeri kepala primer
Migren
TTH (Tension Type Headache)
Klaster
Nyeri kepala primer lainnya :
Primary cough headache
Hypnic headache
Primary exertional headache
Dll
2. Nyeri kepala sekunder
Nyeri kepala karena trauma kapitis / leher
Nyeri kepala karena stroke
Nyeri kepala karena infeksi
Nyeri kepala karena neoplasma intrakranial /
tumor
Nyeri kepala karena kelainan metabolik
Dll
SkalaIntensitasNyeriKepala
Derajat
0 : Tidak ada nyeri kepala
1 : Nyeri kepala ringan, dapat melakukan pekerjaan
sehari hari / aktivitas normal
2 : Nyeri kapala sedang, aktivitas terganggu tetapi
tidak sampai menghalangi kegiatan aktivitas normal
sehari-hari ( tidak membutuhkan istirahat)
3 : Nyeri kepala berat, tidak dapat melakukan
aktivitas normal sehari-hari (memerlukan istirahat
,kalau perlu rawat inap di RS )
Sumber :
International Headache Society
(www.ihs-headache.org)
Sjahrir, H. 2004. Nyeri Kepala 1,2 &3. Kelompok
Studi Nyeri Kepala. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/64102/4/
Chapter%20II.pdf
http://
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789
/21509/Chapter%20II.pdf;jsessionid=2EC37AA74FE6
MIGREN
Definisi
Serangan sakit kepala berulang
Bersifat unilateral atau bilateral
Intensitas sedang s/d berat
Dapat disertai :
Kepala terasa berdenyut (throbbing headache)
Mual dan muntah
Fotofobia & Fonofobia
Aura
Diperberat oleh aktivitas fisik
Etiologi / Faktor Pencetus
1. Perubahan hormonal
2. Makanan :
Histamin (anggur merah)
Tiramin (keju)
Feniletilalanin (coklat)
3. Obat vasodilator
4. Stres
5. Cahaya yang berkedip-kedip
Epidemiologi
Wanita : Pria = 3 : 1
Prevalensi = 10 - 20% populasi
Di USA = lebih banyak wanita ( 18 jt wanita, 6
jt pria)
Klasifikasi
Migren tanpa aura Migren dengan aura
a. Sedikitnya 5 serangan berulang yg
memenuhi kriteria B D - Sedikitnya ada 2
b. Lama 4 - 72 jam (bila tdk diobati/ tdk
berhasil diobati) serangan yang
c. Nyeri kepala setidaknya memenuhi 2 memenuhi kriteria B E
dari :
Berdenyut
dari migren tanpa aura
Unilateral - Dijumpai adanya aura
Intensitas sedang berat
Nyeri kepala meningkat karena aktivitas - Jenis aura :
fisik - Visual
d. Selama nyeri kepala disertai salah
satu : - Sensorik
Nausea dan atau muntah - Motorik
Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dg kelainan lain
Patgen, patfis, GK

MIGRAIN
Stimulasi berlebihan Perubahan sirkulasi Pola tidur
Emosi atau
(cahaya silau, suaa karotis tidak teratur
Stres
bising, makanan interna/eksterna
(keju), bau tajam)

Memicu depolarisasi kortex


unilateral -> aliran darah
Bag kortex meningkat
sebelumnya: aktivitas
neuronal menurun, Arus depolarisasi menyebar ke bagian
aliran darah menurun kortex lainnya

Cortical spreading Gelombang depolarisasi melewati akson


depression N. Trigeminus (trigemino-Vascular Theory)

Pelepasan neuropeptida (serotonin,5-HT) Nyeri kepala


Terbentuk aura
ke p.d durameter unilateral (migren)

Visual parestesi Inflamasi Pulsasi normal dari


(kilatan,blur) neurogenik tekanan intravaskular
merangsang nosiseptor
Patofisiologi
Aktivasi trigeminovaskuler dilatasi pembuluh
darah otak cephalgia
Aura vasokonstriksi PD otak oligemia
Nausea, Vomitus serotonin dan dopamin, atau
karena aktivasi trigeminovaskular merangsang
CTZ memicu pusat muntah di batang otak
Photophobia/phonophobia aktivasi
trigeminovaskular di hipothalamus
1. Teori Vascular
Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme
menyebabkan pembuluh darah otak
berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak
yang dimulai pada korteks visual & menyebar
ke depan. Penyebaran frontal berlanjutan &
menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
Patogenesis
Triger
Physical : TMD,neck
Chemical:food,hormo
nes,drugs
Psychological:
stress,mood
Dorsal Lacus
raphe Cereleus
Vomiti Area
ng postre NE
5-HT
nause ma
a Vascular
dilatation
L-arginin NO Substance P,
Perivascular CGRP
NO
Trigeminal Neurogenic
synthetase
Afferents Inflamation
Hipotala Trigeminal NO
mus nucleus
thalam
Photoph Spinal us
obia, trigeminal Cortex
phonoph cerebri
obia Cervical Muscle
Tightness Headache
3. Teori Cortical Spreading Depresion

Dimana pada orang migrain nilai ambang saraf


menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron
lalu berlaku short-lasting wave depolarization
oleh pottasium-liberating depression (penurunan
pelepasan kalium) sehingga menyebabkan
terjadinya periode depresi neuron yang
memanjang. Selanjutnya, akan terjadi
penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas
neuron ketika melewati korteks serebri.

Teori CSD
Gejala Klinis
Fase Prodormal
Beberapa jam-hari sebelum fase nyeri kepala
perubahan mood, irritable, depresi, euphoria, perasaan
letih, napsu makan , sering BAB/BAK.
Fase Aura
Terjadi < 1 jam sebelum nyeri kepala (biasanya hilang
beberapa menit kemudian muncul nyeri kepala)
Dapat diikuti dengan/tanpa periode laten
Aura dapat berupa :
Motoric (hemiparase, disfasia)
Sensorik hemihipestesi, parestesi, panas, baal)
visual (spectra fortifikasi, hemianopsi, scotoma, distorsi
penglihatan) 64% pasien, gejala neurologis umum
gabungan ketiganya
Fase Nyeri Kepala
biasanya berdenyut, unilateral dan biasanya berawal di
daerah frontotemporalis dan ocular.
Menyebar secara difus kearah posterior.
Berlangsung selama 4-72
Nyeri sedang - berat dan menggangu aktivitas sehari-
hari
nausea, vomitus, fotofobia, fonofobia
Fase Postdormal/ Pemulihan
lelah, irritable, konsentrasi dan terjadi perubahan
mood
Terjadi beberapa jam-hari.
Patgen, patfis, GK

CLUSTER HEADACHE
Patogenesis
Alcoholic products and
tobacco include hot Genetic:
weather, watching Autosomal- Suprachiasmatic
television, nitroglycerin, dominant nucleus damage
stress, relaxation, extreme inheritance
temperatures, glare,
allergic rhinitis, and
sexual activity
Circadian Rhythm
Disorder

Activation of
the trigeminal
ganglion

Vascular
Dilation
Headache
Patofisiologi
GK
Nyeri hebat, unilateral, pedih (mata seperti tertekan
keluar)
Oedem palpebra ipsilateral
Dahi dan wajah berkeringat
Gelisah (mondar mandir, mengayun, menggosok kepala)
Agitasi
Bradikardi
Pucat injeksi konjungtiva/lakrimasi
Kongesti nasal/rhinorrhoe
DD,DB,DK
Identifikasi Masalah dan Dasar
Diagnosis
Wanita,30 Tahun = Insidensi Migraine
Nyeri Kepala sebelah kanan,berdenyut selama 2
hari (48 jam) = GK Khas Migaraine - Kriteria
Diagnosis Migraine
Mula-mula di temporal kanan lalu menjalar ke
bagian kanan belakang = GK Khas Migraine
10 menit sebelum nyeri kepala,pasien merasa
melihat kilatan cahaya = Timbulnya fase Aura-
Kriteria Diagnosis Migraine
Nyeri Kepala + Nausea dan kadang vomitus,kadang
Photohobia = GK Khas Migaraine - Kriteria Diagnosis
Migraine
Nyeri kepala bertambah hebat bila pekerjaan surat-
menyurat menumpuk = Faktor Stres - Kriteria Diagnosis
Migraine
Nyeri kepala berkurang setelah istirahat = Nyeri berkurang
Kriteria Diagnosis Migraine
Sudah mencoba minum obat-obatan yang dijual bebas di
apotek,namum tidak ad perbaikan = Pengobatan Inadekuat
Sejak 1 tahun yang lalu mengalami nyeri yang
sama sudah 5 x = Kriteria Diagnosis Migraine
2 Minggu y.l. Sudah berobat ke RS hasil
medical check up tidak ada kelainan = Kriteria
Diagnosis Migraine
Gemar makan keju lalu mengalami nyeri
kepala = Faktor Pencetus Migraine
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital:
Tensi 120/80 mmHg
DBN
Nadi 88x/menit,regular,ekual,isi cukup
Respirasi 20x/menit
Suhu 37C
Status interna: DBN (mencari kemungkinan nyeri kepala sekunder non-neurologic)
Status neurologi:
Test rangsang meningeal/iritasi radik:tak ada kelainan
Saraf otak I-XII : baik
Motorik : baik DBN ,mencari
Sensorik : baik kemungkinan nyeri
Reflek fisiologis : +/+ (BTR,KPR,APR) kepala
Reflek patologis : -/- primer/sekunder
Fungsi luhur : baik
Dasar diagnosis
Nyeri kepala berdenyut selama 2 hari
Unilateral,menjalar ke bagian kanan belakang
Nausea,vomitus,photophobia
Bertambah saat aktivitas
5x serangan
Terapi obat inadekuat
Pencetus nya stress dan makan keju
Diagnosis Banding
1. Migraine Dengan Aura
2. Migraine Tanpa Aura
Kriteria Diagnosis (Menurut IHS/International
Headheache Society)
MIGRAINETANPAAURA MIGRAINEDENGANAURA

A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan SEKURANG-KURANGNYA TERJADI2


nyeri kepala berulang,yang memenuhi SERANGANDARIKRITERIAB-EDARI
kriteria B-D MIGRAINETANPAAURA DAN DISERTAI
DENGAN ADANYAAURA

B. Serangan nyeri berlangsung 4 -72 jam

C. Nyeri kepala sedikitnya memenuhi


kriteria berikut :
Lokasi Unilateral
Berdenyut/Pulsatile
Intesistas Sedang Berat
Bertambah berat dengan intensitas

D. Selama nyeri kepala disertai salah satu


dibawah ini :
Nausea dan/atau muntah
Photophobia atau Phonophobia
E. Tidk berkaitan dengan penyakit/kelainan
lain
Diagnosis Kerja

MigraineDenganAura
PEMERIKSAAN PENUNJANG

MRI atau CT Scan, dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan
otak.

MagneticResonanceVenography(MRV)danMagneticResonance
Angiography(MRA) secara fokus berfokus pada pembuluh darah vena dan
arteri di daerah kepala dan leher.
EEG dilakukan jika ditemukan gangguan fungsi dari aktivitas otak
Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada infeksi (meningitis),perdarahan
otak, dan menentukan tingkat leukosit, glukosa, protein pada LCS. (Di
indikasikan pada sakit kepala yang progresif, rekurens, dan onsetnya cepat)
Pemeriksaan laboratorium
Kelainan-kelainan struktural, metabolik dan penyebab
lain yang dapat meniru gejala migraine.
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit penyerta yang
dapat menyebabkan komplikasi.
Menentukan dasar pengobatan dan untuk
menyingkirkan kontraindikasi obat-obatan yang
diberikan.
Mengukur tingkat obat dalam darah untuk menentukan
komplians penyerapan atau overdosis obat.
EEG

Elektroensefalogram (EEG) : tes yang dilakukan


untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk
mendeteksi adanya kelainan dari otak.
menggunakan sensor khusus : elektroda yang
dipasang dikepala dan dihubungkan melalui kabel
menuju komputer.
EEG akan merekam aktivitas elektrik dari otak, yang
direpresentasikan dalam bentuk garis gelombang.
Indikasi : Epilepsi, Demensia, Abnormalitas sistem
saraf , Abnormalitas pada otak atau tulang belakang
Penentuan diagnosis ditentukan oleh pola dari
gelombang elektrik otak. Terdapat beberapa tipe
gelombang elektrik otak yang dapat dihasilkan
dari tes EEG, di antaranya adalah:
Gelombangalpha gelombang
alpha memiliki frekuensi sebesar 8
sampai 12 siklus per detik.
Gelombang ini hanya terjadi ketika
dalam keadaan sadar sepenuhnya
ataupun dengan saat mata tertutup
Gelombangbeta gelombang beta
memiliki frekuensi sebesar 13
sampai 30 siklus, dan terjadi ketika
dalam keadaan sadar.
Gelombangdelta gelombang
delta terjadi ketika tidur.
Gelombang ini juta umum
ditemukan pada anak kecil.
Gelombangtheta Seperti
gelombang delta, gelombang theta
terjadi dalam fase tidur, dan
memiliki 4 sampai 7 siklus per detik
Lumbal punksi

upaya pengeluaran cairan serebrospinal denganmemasukkan


jarum ke dalam ruang subarakhnoid.
Test ini dilakukan untukpemeriksaan cairan
serebrospinal,mengukur dan mengurangi tekanancairan
serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada
cairanserebrospinal, mendeteksi adanya blok subarakhnoid
spinal.
Indikasi : kejang atau twitching, paresis atau paralisis, ubun-
ubun besar menonjol, kaku kuduk dengan kesadaran
menurun, tuberkulosis milier, leukemia, mastoiditis kronik
yangdicurigai meningitis, sepsis, demam yang tidak diketahui,
Kontraindikasi : infeksi lokal di sekitar daerah tempat pungsi
lumbal, gangguan pembekuan darah yang belum diobati
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh; dahi ditarik kearah
lutut dan lutut ditarik ke arah dahi.
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L3 dan L4 atau L4 dan L5 dengan
menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis
antara kedua Spina Iskhiadika Anterior Superior (SIAS) kiri dan kanan.
3. Lakukan tindakan antisepsis di kulit sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan povidon iodin diikuti dengan larutan alkohol 70% dan tutup
dengan duk steril.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari taman yang telah
memakai sarung tangan steril untuk menandai titik pungsi.
5. Tusukkan jarum spinal/stylet pada tempat yang ditentukan. Masukkan jarum
perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut
jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran
cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke
kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
http://www.healthline.com/symptom/photop
hobia
Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Penerbit
Gadjah Mada University Press,
Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit
FKUI,
Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta,
http://neurohealth.info/diagnostic-testing/
Penatalaksanaan
Migren
Tujuan :
menghilangkan gejala nyeri
mencegah progresivitas gejala

NON FARMAKOLOGI
Hindari dr faktor pencetus :
Kurang atau kebanyakan tidur
Kelelahan
Stres dan kecemasan
Terlambat makan
Perubahan hormonal
Makanan {MSG, Nitrit (pengawet), aspartame (pemanis
buatan)}
Cahaya terang
jika trdapat bahaya nyeri kepala > di rujuk
cth nyeri kepala yg mendadak, baru pertama kali
dirasakan dan hebat.
nyeri kepala yang progresif
nyeri kepala yang bertambah hebat,bila batuk
atau mengejan.
nyeri yg disertai : panas, kejang,kelumpuhan
otak,penurunan kesadaran.
Terapi Abortive Analgesik Non
Spesifik

TerapiAbortiveberhasilapabila:
- Bebas nyeri sesudah 2 jam
pengobatan
- Perbaikan nyeri dari skala nyeri kepala
2(sedang)
atau 3(berat) menjadi skala nyeri
kepala 1(ringan) atau skala 0(tidak ada
nyeri kepala)
- sesudah 2 jam (nyeri kepala berkurang
40-80%
- Tidak ada nyeri kepala
Kosensus Nasional III Nyeri kepala 2010 rekuren/berulang dan tidak ada
pemakaian obat lagi dalam
waktu/pada 24 jam sesudah
pengobatan berhasil
Terapi Abortif - Analgesik
Spesifik

Triptan
Konsesus Nasional III.Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala,2010.
Penatalaksanaan Migren
1. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari
stimuli sensoris berlebihan.
2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang
dengan dikompres dingin.
Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan
tingkat keparahan migren, baik pada pasien yang
menggunakan obat-obat preventif atau tidak
Menghindari pemicu (co: makanan atau aroma tertentu)
pola tidur dan pola makan yang reguler cukup
membantu
Olahraga teratur, olahraga aerobik secara teratur dapat
mengurangi tekanan dan dapat mencegah migren
Mengurangi efek estrogen
Permenkes No 5 2014
Berhenti merokok, merokok dapat memicu sakit kepala
atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah (dimasukkan
di konseling)
Penggunaan headache diary untuk mencatat frekuensi sakit
kepala
Pendekatan terapi untuk migren melibatkan pengobatan
akut (abortif) dan preventif (profilaksis)

3.Pengelolaanabortif
-Analgesikspesifik analgesik yang hanya bekerja sebagai
analgesik nyeri kepala. Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat
atau respon buruk terhadap OINS. Contoh:
ergotamin,dihydroergotamindangolongantriptanyang
merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1
Permenkes No 5 2014
ErgotamindanDHE diberikan pada migren sedang sampai
berat apabila analgesik non spesifik kurang terlihat hasilnya
atau memberi efek samping. Kombinasi ergotamin dengan
kafein bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamin.
dosis maks: 5mg/hari
Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotobia, dan
fonobia. Obat ini diberikan pada migren berat atau yang tidak
memberikan respon terhadap analgesik non spesifik. Dosis
awal 50 mg dengan dosis maks 200mg/hari
-Analgesiknonspesifik: analgesik yang dapat diberikan pada
nyeri lain selain nyeri kepala, dapat menolong pada migren
intensitas nyeri ringan sampai sedang
(paracetamol,aspirin,ibuprofen)
Permenkes No 5 2014
Regimen analgesik

Regimen analgesik
Aspirin600-900mg+metoclopramide
Asetaminofen1000mg
Ibuprofen200-400mg
*respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau
hilang dalam 2 jam)
Domperidon atau metoklopropamid sebagai antiemetic dapat
diberikan saat serangan nyeri kepala atau bahkan lebih awal
yaitu pada saat fase prodromal

Permenkes No 5 2014
d.Pengobatanpreventif/profilaksis(harus selalu diminum
tanpa melihat adanya serangan atau tidak)
pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu
episodik,subakut,kronis.
-Beta blocker
Propanolol 40-240 mg/hari
Atenolol 50-100mg/hari
-Anti depressan
Amitriptiline25-100mg/hari
Fluoxetine 80mg/hari
-Anti konvulsan
Topiramate200 mg/hari
Permenkes No 5 2014
Pada kasus
Tidak melakukan aktivitas berat
Tidak konsumsi keju
Istirahat di tempat yang intensitas cahaya rendah
Edukasi dan konseling

- Ergotamine 5mg/hari
- Paracetamol 500mg/hari
- Untuk profilaksis: Propanolol 40-240 mg/hari
Pencegahan, Komplikasi,
Prognosis
Pencegahan
Hindari faktor pencetus
Stress
Perubahan Hormonal
Obat-obat vasodilator
Makanan (anggur, keju, coklat)
Cahaya Berkedip
Komplikasi
Status migrain
Serangan migrain min >72 jam tetapi <5x serangan
Migrain infark
Aura tak hilang dalam 1 jam
Pemeriksaan neuroimmaging kelainan infark pada otak
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai