PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
Mei 2015
1
ISI MATERI:
1. Teori Listrik Terapan.
2. Sistem Distribusi
3. Pola Sistem Distribusi
4. Sistem JTM
5. Konfigurasi sistim JTM
6. Gardu Distribusi
7. Sistem JTR
8. Sistem SP dan APP
2
1. TEORI LISTRIK TERAPAN
3
SUMBER LISTRIK dan BEBANNYA
S S
Beban Beban
Sumber DC
I (arus)
~ Sumber AC
I (arus)
I = E / R (ampere) I = E / Z (ampere)
4
PERBEDAAN ARUS SEARAH DAN ARUS BOLAK BALIK
ARUS SEARAH ARUS BOLAK-BALIK
Tidak mempunyai frekuensi Mempunyai frekuensi
Tidak Ada perbedaan fasa Ada perbedaan fasa
Ada 1 macam hambatan : - Hambatan murni Ada 3 macam hambatan : - Hambatan murni (R)
- Hambatan induktansi (XL)
- Hambatan kapasitansi
(XC)
Hanya ada 1 macam daya : - Daya Aktif (Watt) Ada 3 macam daya : - Daya Aktif (Watt)
- Daya Reaktif (VAR)
- Daya Semu (VA)
5
Pengertian Arus bolak balik
Arus bolak balik mempunyai besaran dan arah atau sebagai Vektor
yang berputar dengan kecepatan sudut (Radial per detik), bila satu
putaran sama dengan jarak 360 derajat maka L ; 2 dalam waktu T
Definisi Frekwensi
Frekwensi ialah jumlah perubahan gelombang per detik atau jumlah
sinusoida perdetik.
Pengertian Frekwensi
F = 50 Hz ; 1 detik menghasilkan 50 gelombang atau 1
gelombang membutuhkan waktu 1/50 detik.
F = f Hz ; 1 detik menghasilkan 1 gelombang atau 1 gelombang
membutuhkan waktu 1/f detik.
Jadi :
6
PENGERTIAN ARUS BOLAK BALIK.
Adalah Arus yang berubah-ubah ( variabel ) arah maupun nilainya terhadap waktu.
I +
Amplitudo
Frekuensi ( F ) = 1 / T
Harga sesaat
I Perubahan
I -
Waktu ( T )
I efektif
Nilai / 2yang
= Im nilai
efektif adalah = 0,707
terukurIm.
Nilai efektif : pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Misalnya tegangan dirumah : 220 volt
380 volt.= Vm / 2 = 0,707 Vm.
V efektif
atau
8
LISTRIK ARUS BOLAK BALIK 3 FASA
Adalah lisrik arus bolak balik yang terdiri dari 3 ( tiga ) keluaran
yang disebut dengan fasa, dengan bentuk sinusiode dimana
besar / nilai tegangannya sama, frekwensi sama tetapi masing
masing berbeda 1/ 3 periode ( 120 )
VR VS VT
9
TEGANGAN DAN ARUS 3 FASA
Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo dapat
dibedakan berdasarkan hubungan antar belitannya
V & I pada hub BINTANG :
Tegangan setiap belitan disebut dengan tegangan fasa = Ef
Tegangan antar fasa disebut dengan tegangan line = El
El = Ef . 3
Arus yang keluar dari belitan disebut arus fasa If dan arus
yang keluar dari terminal disebut arus line Il .
Arus line besarnya sama dengan arus fasa : Il = If
10
Ir
V & I pada hub BINTANG :
VL (V Line) = Vr-s = Vs-t = Vt-r
Vr-n
Vphasa = Vr-n = Vs-n = Vt-n,
Maka,
Vt-n Vs-n IL ( I Line ) = I phasa, sedangkan
It
VL = Vphasa . 3.
Is
Pt
Qt == Vt Sin j t
Vt..ItIt..Cos
St = Vt . It
atau
atau(beban
(bebanSeimbang)
Seimbang)
S
PQ3F 3F
3F==VL= . I..I Cos
VL .(P
Sin3F 2 + Q 3F 2)
jj.3
.3
Sinjj
Cos
12
BEBAN PADA ARUS BOLAK-BALIK
Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada
sistem arus bolak balik beban merupakan IMPEDANSI ( Z )
yang biasa dibentuk dari unsur :
BEBAN RESISTIP ( R )
BEBAN INDUKTIP ( XL )
BEBAN KAPASITIP ( XC )
BEBAN
BEBANKAPASITIP.
INDUKTIP.
RESISTIP.
Energi
Energi listrik
Energilistrik yang
listrik
diubahdiserap
yang diserap
menjadimenghasilkan
diubah energi
menjadi
energi panas, reaktip
medan
cahaya. magnet
DayaDaya
Daya yang
yangyangdiserap
diserap
diserap berupa
berupa
berupa daya semu
daya
daya semu
semu seluruhnya
seluruhnya
seluruhnya diubah
diubah
diubah menjadi
menjadi
menjadi
daya daya
aktip dayareaktip
reaktipkapasitip
induktip
Ternasuk
Ternasuk
Ternasuk beban
beban
beban reaktip
induktip
resistip murni adalah
murni adalahkapasitor
lampureaktor
pijar, dan
setrika listrik,
kumparansinusioda arus mendahului 90 terhadap
heater
Gelombang
tegangan
Gelombang
Gelombang , atau sudut fasanya
sinusioda
sinusioda arus
arus sama dengan
ketinggalan
berhimpit dengan9090 sehingga
terhadap
tegangan ataucos
sudut
jfasanya
=tegangan
0 sama , atau sudut
dengan fasanya
nol sama
sehingga dengan
faktor daya
90sama dengan satu
( jsehingga
= 0 dan cos cos jj == 01 )
13
P. I .U
Gambar 4. Beban bersifat Resistif
P.I.U
Gambar 5 Beban bersifat Induktip
P
P.I.U P I
U
+ + Gambar 6 Beban bersifat Kapasitip
+
I P V U
I
+ +
-
+ +
-
-
14
IMPEDANSI BEBAN AC ( Z ).
R
V
Z XL
-XC
Z
V
R
16
HUBUNGAN antara Z , R dan jX
Z = R + jXL Z = R - jXC
Z jXtC
jXtL Z
jXC
R
jXC > jXL
jXC
17
DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK
Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V
(sebagai referensi) , maka arus beban Ib yang mengalirpun membentuk
sudut yang sama searah dengan sudut dari Z sebesar .
Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.
1. Daya aktip : P ( Watt )
2. Daya reaktip : Q ( VAR )
3. Daya semu : S ( VA )
Hubungan dari ke tiga macam daya tersebut kita kenal sebagai
segitiga daya.
SEGITIGA DAYA
BEBAN INDUKTIP BEBAN KAPASITIP
P
S
Q
Q
S
P 18
RUMUS-RUMUS DASAR : ARUS BOLAK BALIK 1 fasa
2 V
I Z cos
Z
2
V Cos P
Z cos
Z
P
I V cos V cos
P I
P V Z V
I cos I
P.Z
cos P
2
V cos
P
I.Z 2
I cos
19
Rumus & Hukum Dasar Arus Bolak Balik.
1. Hukum Ohm, V = I x Z.
I1
Z1
I I2
2. Hukum Kirchoff I , F Z2
I = I1 + I2 + I3 Z3
I3
E1 E2 E3
3. Hukum Kirchoff II ,
Z1 Z2 Z3
V=SE=S(IxZ)
V
V
4. Segitiga Daya
20
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
2. SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
21
Dalam penyaluran tenaga listrik ke Pelanggan terdapat
beberapa sistem Tenaga Listrik yaitu,
Sistem Pembangkitan.
Sistem Transmisi.
Sistem Distribusi ,
A. JTR
KIT BEBAN Plg TR < 200 kVA
22
B. JTM JTR
KIT GD BEBAN Plg TR < 200 kVA
SUTET/SUTT JTM
JTR
C.
GI GD BEBAN Plg TR < 200 KVA
KIT
23
Sistem distribusi tenaga listrik
merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang
dimulai dari sisi tegangan menengah PMT incoming di Gardu Induk
sampai dengan Alat Penghitung dan Pembatas (APP) di instalasi
konsumen yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik dari
Gardu Induk sebagai pusat pusat beban ke pelanggan pelanggan
secara langsung atau melalui gardu-gardu distribusi (gardu trafo)
dengan mutu yang memadai sesuai stndar pelayanan yang berlaku.
dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri
karena unit distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling
berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik.
Dimana sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling
ketergantungan yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menampilkan fungsi yang ditetapkan.
24
Dilihat dari tegangannya sistim distribusi pada saat ini dapat dibedakan
dalam 2 macam yaitu ,
Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV
Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal 400 / 230 volt
25
3. POLA SISTEM DISTRIBUSI.
26
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan
yang nilainya akan tergantung kepada jenis sarana penyalurannya,
sarana peralatan pengaman yang dipilihnya.
Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyalur tenaga listrik
disusun berdasarkan lamanya upaya untuk pemulihan suplai tenaga
listrik ke konsumen setelah mengalami pemutusan.
Pada SPLN 52-3 tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun
seperti berikut :
Kontinuitas tingkat 1
Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam
dalam waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki
bagian bagian yang mengalami kerusakan karena gangguan.
27
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas tingkat 2
Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam
untuk keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan
dan melakukan pengaturan switching untuk menghidupkan suplai
beban pada kondisi sementara dari arah atau saluran lain.
Kontinuitas tingkat 3.
Dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan
pengaturan switching dan pelaksanaan switching oleh petugas yang
stand by di gardu atau pelaksanaan deteksi dengan bantuan Pusat
Pengatur Jaringan Distribusi yang disingkat PPJD ( DCC ) / APD (
Area Pengatur Distribusi ).
Kontinuitas tingkat 4
Dimungkinkan padam dalam beberapa detik, pengaturan switching
dan pengamanan dilaksanakan secara otomatis.
28
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas tingkat 5
Dimungkinkan tanpa adanya pemadaman dengan melengkapi
instalasi cadangan terpisah dan otomatisasi penuh.
Jaringan distribusi untuk luar kota (pedesaan) terdiri dari saluran udara
dengan susunan jaringan menggunakan konfigurasi radial yang
memenuhi kontinuitas tingkat 1 sedangkan untuk daerah dalam kota
terdiri dari saluran udara dengan susunan jaringan menggunakan
konfigurasi loop / gelang atau cincin atau yang lebih baik yaitu
konfigurasi spindle dengan bantuan PPJD (Pusat Pengatur Jaringan
Distribusi) dimana tingkat kontinuitas sistem ini akan menjadi lebih baik
lagi.
Tingkat keandalan suatu sistem merupakan kebalikan dari besarnya jam
pemadaman atau pemutusan pelayanan jadi tingkat keandalan yang
tinggi dapat diperoleh dengan memilih jaringan dengan tingkat
kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena
gangguan yang rendah.
29
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Indeks-indeks yang dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja
(performance) sistem distribusi dalam memberi pelayanannya pada
konsumen sebagai tolok ukur kemajuan atau untuk menentukan
proyeksi yang akan dicapai adalah :
SAIFI : System Average Interuption Frequency Index
SAIDI : System Average Interuption Duration Index
CAIFI : Customer Average Interuption Frequency Index
CAIDI : Customer Average Interuption Duration Index
Untuk melihat unjuk kerja (performance) dari pengusahaan ketenaga
listrikan yang diusahakan PT PLN menggunakan SAIDI dan SAIFI.
30
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Sesuai dengan SE. 031.E / 471 / dir / 1993.
tanggal 01 September 1993 :
SAIDI sama dengan Jumlah Jam kali pelanggan padam dibagi
dengan jumlah pelanggan, sedangkan
SAIFI sama dengan Jumlah pelanggan Padam dibagi dengan
jumlah pelanggan.
Pelanggan padam dapat disebabkan,
Pemadaman karena Gangguan di system distribusi
Pemadaman karena Gangguan di Transmisi atau Gardu Induk
Pemadaman karena Gangguan system Pembangkitan
Pemadaman terencana.
31
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Pada SPLN No 68-2 1986 terdapat standar tingkat jaminan pada sistem
distribusi yang didasarkan menurut konfigurasi jaringan dengan
menjadikan nilai F dan D di PLN Distribusi DKI & Tangerang pada tabel
2.1 sebagai dasar untuk menentukan tingkat jaminan. bagi daerah lain
dikalikan dengan faktor penyesuai f dan d terlihat pada tabel 1
Tabel 1 Nilai F dan D di PLN DKI & Tangerang [1]
F D
Jenis Sistem
( kali / tahun) (jam / tahun)
SUTM Radial 27 177
SUTM dengan PBO 11 58
SKTM Spindle tanpa PPJD 1,7 6,25
SKTM Spindle dengan PPJD 1.7 4,77
SKTM Sistem Gugus 1,7 5
32
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Tabel 2 Faktor Penyesuai f dan d [1]
34
4. SISTIM JTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di
suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai
jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi
penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus
dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama
sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai
tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV,
Konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan
ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal
antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila
jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi
jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau
Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam
hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama.
35
4. SISTIM JTM
Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas
pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat
pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan
isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di
Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari
transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik
tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga
peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator
distribusi 20 kV - 231/400V
36
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
37
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
38
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
39
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
4.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
mahal untuk penyaluran daya yang sama.
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per
Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan.
Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung
adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau
bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)
sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai
upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian.
40
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
4.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil
resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan
keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar, termasuk dalam
kelompok SKTM adalah :
1. SKTM bawah tanah underground MV Cable.
2. SKTM laut Submarine MV Cable
Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk
penyaluran daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan
sesuai keamanan ketenagalistrikan.
41
5. KONFIGURASI SISTIM JTM.
Beragam jenis konfigurasi sistem yang bisa dipilih untuk membangun
suatu sistem distribusi, namun pemilihan konfigurasi lain dari yang
sudah dispesifikasi perlu pengkajian yang lebih mendalam untuk
menghindari timbulnya dampak yang tidak di inginkan baik dalam
investasi maupun dalam pengusahaan.
42
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Sedikitnya ada 6 jenis konfigurasi sistem distribusi primer yang sesuai
dengan spesifikasi PLN[x] adalah
Simpul ( Spot Network )
Spindle dengan Pengatur Distribusi
Spindle tanpa Pengatur Distribusi
Gugus ( Cluster )
Lingkar / Ring ( Loop )
Radial
Pemilihan jenis konfigurasi untuk sistem distribusi tegangan menengah
tergantung kepada beberapa faktor antara lain faktor kawasan,
kapasitas beban dan peruntukan.
Untuk tujuan meningkatkan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
modifikasi konfigurasi jaringan dilapangan sering dilakukan dengan
harapan dapat melancarkan tugas operasi sistem dengan
mempertahankan kontinuitas suplai pada konsumen.
43
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Bentuk-bentuk dari konfigurasi sistem distribusi tegangan menengah
ini dapat dilihat pada Gambar 21 sampai dengan gambar nomor
9.7.6 seperti berikut :
Trf
PMT Grd 1
Trf
Grd 9
44
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Pada gambar 9.7.2 diperlihatkan modifikasi dari konfigurasi sistem
radial dengan memasangkan suatu peralatan hubung Pemutus Balik
Otomatis (PBO) yang sering disebut recloser atau Load Break Switch
( LBS ) Umumnya dipasang ditengah jaringan atau dibeberapa tempat
yang diperlukan baik dengan sistem operasi lokal atau dengan sistem
operasi remote atau diperlukan operasi yang otomatis.
Dengan adanya peralatan hubung yang perasinya didukung teknologi
informasi, pengoperasian sistem atau dalam kegiatan manuver beban
menjadi lebih cepat sehingga lamanya padam dapat dikurangi lebih
banyak .
PSO
Trf PMT Grd 1 ( PBO )
Grd 9
47
GARDU DISTRIBUSI
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
Jenis pemasangannya :
Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantola)
Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios.
Jenis Konstruksinya :
Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
Gardu Kios
Jenis Penggunaannya :
Gardu Pelanggan Umum
Gardu Pelanggan Khusus
Gardu Pelanggan campuran
48
GARDU DISTRIBUSI
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah,
Gardu yang ditujukan untuk memudahkan manuver pembebanan dari
satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi / tidak
dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit).
Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo
Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang
diletakkan dalam satu kesatuan.
49
6.1. Gardu Tiang
Menggunakan Tiang : beton, besi, kayu
50
6.1.2. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya 100 kVA Fase 3 atau Fase 1.
Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected
Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang
lengkap dalam tangki transformator.
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang
dihubung langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar
pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai
pengaman jurusan.
Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra
(BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.
51
6.1.3 Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang,
dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton
(masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
6.1.4 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi
baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi
rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular
dan Kios Bertingkat.
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun Gardu Beton..
52
6.1.4 Gardu Kios
Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang
terpasang terbatas.
Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Teg Rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu
sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di
angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah
ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
53
7. PENGHANTAR JTR.
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari
suatu sistem tenaga listrik.
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pemanfaat /pelanggan listrik.
Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung
berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni,
maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis
pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap
pengguna dan akrab terhadap lingkungan.
54
PENGHANTAR JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Penghantar Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) terdiri dari 3 macam
yaitu :
SUTR, penghantar terbuka dari aluminium campuran hal ini
sesuai dengan SPLN 41-8-1981 tentang penghantar
aluminium campuran.
Bagi JTR yang memerlukan kabel antara gardu dan tiang
pertama digunakan kabel dengan kemampuan hantar arus 1
tingkat lebih tinggi diatas kemampuan hantar arus penghantar
terbuka.
SKUTR, Penghantar berisolasi dipilin sesuai dengan SPLN
42-10-1986 tentang kabel pilin udara dengan penghantar fasa
aluminium dan penghantar netral alumium campuran.
SKTR, Penghantar berisolasi yang kontruksinya ditanam
didalam tanah.
55
8. SLTR / SLTM dan APP
56
8.1. SLTR / SLTM.
Sambungan Tenaga Listrik adalah penghantar di bawah ataupun di
atas tanah termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi milik PLN
yang menghubungkan jaringan tenaga listrik milik PLN dengan instalasi
listrik pelanggan untuk menyalurkan tenaga listrik.
Dapat juga dikatakan sebagai sambungan pelanggan yang merupakan
titik akhir dari pelayanan listrik kepada pelanggan, dengan tingkat mutu
pelayanan yang dapat di lihat dari mutu tegangan dan tingkat
kehandalan dari sisi pelayanan tersebut (sesuai SPLN No. 1:1995).
57
8.1. SLTR / SLTM.
Berdasarkan jenis tegangannya pada sistem distribusi terbagi atas :
2)
1) Sambungan
SambunganTenaga
TenagaListrik
ListrikTegangan
TeganganMenengah
Rendah (SLTR)
(SLTM).
Sambungan
adalah sambungan
tenaga listrik dengan
tegangantegangan
menengah
pelayanan
dilayani sebesar
dengan
tegangan
220/380 Volt
20 Kv
dandan
dengan
dengan daya
pengukuran
sebesar-besarnya
pada sisi197
20 kV.
kVA, terdiri
dari :
Pelanggan tegangan rendah Fasa 1 dan dilayani dengan
tegangan 220 V.
Pelanggan tegangan rendah Fasa 3 dan dilayani dengan
tegangan 220/380 Volt.
Terdapat 2 jenis konstruksi sambungan listrik tegangan rendah, baik
untuk fasa 1 ataupun fasa 3 sebagai berikut :
a. Konstruksi melalui saluran udara
b. Konstruksi melalui kabel bawah tanah
58
8.2. APP
Alat Pengukur dan Pembatas (APP) merupakan titik transaksi energi
listrik antara PLN dan pelanggan, sehingga APP memiliki peranan
penting dalam pemasukan pendapatan PLN.
APP pada pelanggan Tegangan Rendah terdiri dari
59
60