Anda di halaman 1dari 60

PT.

PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN

Mei 2015

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

1
ISI MATERI:
1. Teori Listrik Terapan.
2. Sistem Distribusi
3. Pola Sistem Distribusi
4. Sistem JTM
5. Konfigurasi sistim JTM
6. Gardu Distribusi
7. Sistem JTR
8. Sistem SP dan APP

2
1. TEORI LISTRIK TERAPAN

3
SUMBER LISTRIK dan BEBANNYA

Arus SEARAH Arus BOLAK BALIK

S S

~
Beban Beban
Sumber DC Sumber AC

I (arus) I (arus)

I = E / R (ampere) I = E / Z (ampere)

P = E x I ( watt ) P = V x I x Cos Q ( watt )

4
PERBEDAAN ARUS SEARAH DAN ARUS BOLAK BALIK
ARUS SEARAH ARUS BOLAK-BALIK
Tidak mempunyai frekuensi Mempunyai frekuensi
Tidak Ada perbedaan fasa Ada perbedaan fasa

Karakteristis terhadap waktu : - searah Karakteristis terhadap waktu : - Bolak-balik

Ada 1 macam hambatan : - Hambatan murni Ada 3 macam hambatan : - Hambatan murni (R)
- Hambatan induktansi (XL)

- Hambatan kapasitansi
(XC)
Hanya ada 1 macam daya : - Daya Aktif Ada 3 macam daya : - Daya Aktif (Watt)
(Watt) - Daya Reaktif (VAR)
- Daya Semu (VA)

Perhitungan secara aljabar Perhitungan secara vektoris


Tidak dapat ditransformasikan Dapat ditransformasikan
Dapat disimpan ( contoh : Accu ) Tidak dapat disimpan

5
Pengertian Arus bolak balik
Arus bolak balik mempunyai besaran dan arah atau sebagai Vektor
yang berputar dengan kecepatan sudut (Radial per detik), bila satu
putaran sama dengan jarak 360 derajat maka L ; 2 π dalam waktu T
Definisi Frekwensi
Frekwensi ialah jumlah perubahan gelombang per detik atau jumlah
sinusoida perdetik.
Pengertian Frekwensi
F = 50 Hz ; 1 detik menghasilkan 50 gelombang atau 1
gelombang membutuhkan waktu 1/50 detik.
F = f Hz ; 1 detik menghasilkan 1 gelombang atau 1 gelombang
membutuhkan waktu 1/f detik.

Jadi :

6
PENGERTIAN ARUS BOLAK BALIK.

Adalah Arus yang berubah-ubah ( variabel ) arah maupun nilainya terhadap waktu.

I +
Amplitudo
Frekuensi ( F ) = 1 / T

Harga sesaat

I Perubahan

I -
Waktu ( T )

Nilai sesaat : e = V sin wt I = I sin wt


Nilai maks : V = V I =I
Nilai efektif : Vef = V / √2 Ief = I / √2
7
i = Im Sin a = Im Sin wt
Nilai sesaat :
V = Vm Sin a = Vm Sin wt

Irata = 0,636 Im.


Nilai rata-rata :
Vrata = 0,636 Vm.

I efektif
Nilai = Im nilai
efektif adalah / √2yang
= 0,707
terukurIm.
Nilai efektif : pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Misalnya tegangan dirumah : 220 volt
V efektif
atau 380 volt. = Vm / √2 = 0,707 Vm.

8
LISTRIK ARUS BOLAK BALIK 3 FASA
Adalah lisrik arus bolak – balik yang terdiri dari 3 ( tiga ) keluaran
yang disebut dengan fasa, dengan bentuk sinusiode dimana
besar / nilai tegangannya sama, frekwensi sama tetapi masing –
masing berbeda 1/ 3 periode ( 120 ° )

0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360

VR VS VT
9
TEGANGAN DAN ARUS 3 FASA
Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo dapat
dibedakan berdasarkan hubungan antar belitannya
V & I pada hub BINTANG :
Tegangan setiap belitan disebut dengan tegangan fasa = Ef
Tegangan antar fasa disebut dengan tegangan line = El
El = Ef .  3
Arus yang keluar dari belitan disebut arus fasa If dan arus
yang keluar dari terminal disebut arus line Il .
Arus line besarnya sama dengan arus fasa : Il = If

V & I pada hub SEGITIGA :


Tegangan line besarnya sama degan tegangan fasa :
El= Ef
Arus line besarnya sama dengan arus fasa dikalikan 3
Il = If . 3

10
Ir
V & I pada hub BINTANG :
VL (V Line) = Vr-s = Vs-t = Vt-r
Vr-n
Vphasa = Vr-n = Vs-n = Vt-n,
Maka,
Vt-n Vs-n IL ( I Line ) = I phasa, sedangkan
It
VL = Vphasa . √ 3.
Is

Ir V & I pada hub SEGITIGA :


VL (V Line) = Vphasa
=Va = Vb = Vc
Vc Va
IL (I line) = Ir = Is = It
I phasa = Ia = Ib = Ic
It Vb Maka,
IL ( I Line ) = I phasa √ 3
Is 11
Rumus Daya 3F
Rumus Daya 3F
Pr
Qr == VrVr..IrIr..Cos Sin j r
Qs=Sr
Ps = Vs= ..Vr
Vs IsIs...Ir
Cos
Sin j s
Qt =Ss
Pt = ..Vs
= Vt
Vt ItIt...Cos
Is j t
Sin
St = Vt . It
PQ3F3F== PrQr++Ps Qs+ +PtQt
S 3F = Sr + Ss + St ( unt Cos j sama )
atau
atau (beban
(beban Seimbang)
Seimbang)
SPQ3F
3F
3F= √VL(P
== VL . .I I.3F
.Cos
Sin2 j+.√3
Q 3F 2)
==33Vp.
Vp.IpIp. .Cos
Sin j

12
BEBAN PADA ARUS BOLAK-BALIK
Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada
sistem arus bolak balik beban merupakan “ IMPEDANSI” ( Z )
yang biasa dibentuk dari unsur :
BEBAN RESISTIP ( R )
BEBAN INDUKTIP ( XL )
BEBAN KAPASITIP ( XC )

BEBANRESISTIP.
BEBAN INDUKTIP.
BEBAN KAPASITIP.
Energi
Energi listrik
listrik yang menjadi
diubah diserap diubah menjadicahaya.
energi panas, medan magnet
Energi listrik yang diserap menghasilkan energi reaktip
Daya
Daya yang
yang diserap
diserap berupa
berupa daya
daya semuseluruhnya
semu seluruhnyadiubah
diubah menjadi
Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah
daya
menjadi
aktip daya reaktip induktip
menjadi daya reaktip kapasitip
Ternasuk
Ternasuk bebanresistip
beban induktip murni
murni adalah
adalah reaktor
lampu pijar, dan
setrika listrik,
Ternasuk beban reaktip murni adalah kapasitor
kumparan
heater
Gelombang sinusioda arus mendahului 90 terhadap tegangan
Gelombang
Gelombang sinusioda
sinusioda arus
arus ketinggalan
berhimpit 90 tegangan
dengan terhadap atau sudut
, atau sudut fasanya sama dengan 90  sehingga cos  = 0
tegangan
fasanya sama , atau sudut
dengan fasanya
nol sama
sehingga dengan
faktor daya 90sama
 dengan satu
( sehingga
= 0 dan coscos  == 01 )
13
P. I .U
Gambar 4. Beban bersifat Resistif

P.I.U
Gambar 5 Beban bersifat Induktip
P
P.I.U P I
U
+ + Gambar 6 Beban bersifat Kapasitip
+

I P V U

I
+ +

-
+ +

-
-

14
IMPEDANSI BEBAN AC ( Z ).
R ( hambatan murni) : Lampu pijar, setrika listrik, heater
L ( hambatan induktif ) : Reaktor, kumparan ( Henry )
C ( hambatan kapasitif ) : Kapasitor ( Farad )

Sifat hambatan L ( XL ) dan C ( XC ) adalah,

saling bertentangan / meniadakan.

XL = 2π.f.L, dan XC = 1/ 2π.f.C.


XL dan XC merupakan bagian imajiner dari impedansi Z

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


15
Z = R - JXC Z = R + JXL

R
φ V

Z XL
-XC
Z

φ V
R

16
HUBUNGAN antara Z , R dan jX

Z = R + jXL Z = R - jXC

jXL jXL > jXC jXL


R

Z jXtC
jXtL Z
jXC

R
jXC > jXL
jXC

17
DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK
Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V
(sebagai referensi) , maka arus beban Ib yang mengalirpun
membentuk sudut yang sama searah dengan sudut dari Z sebesar
φ.
Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.
1. Daya aktip : P ( Watt )
2. Daya reaktip : Q ( VAR )
3. Daya
Hubungan darisemu : S ( VA
ke tiga macam ) tersebut kita kenal sebagai
daya
“segitiga daya”.

SEGITIGA DAYA
BEBAN INDUKTIP BEBAN KAPASITIP
P
φ S
Q
Q
S
φ
P 18
RUMUS-RUMUS DASAR : ARUS BOLAK BALIK 1 fasa

2 V
I Z cosθ Z
2
V Cosθ
√ P
Z cos θ
Z
P
I V cos θ V cos θ
P I
P V Z V
I cos θ I

√ P.Z
cos θ P
2
V cos θ
P
I.Z 2
I cos θ

19
Rumus & Hukum Dasar Arus Bolak Balik.

1. Hukum Ohm, V = I x Z.
I1
Z1

I I2
2. Hukum Kirchoff I , F Z2

I = I1 + I2 + I3 Z3
I3

E1 E2 E3
3. Hukum Kirchoff II ,
Z1 Z2 Z3
V=SE=S(IxZ)
VV

4. Segitiga Daya

20
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
2. SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

21
 Dalam penyaluran tenaga listrik ke Pelanggan terdapat
beberapa sistem Tenaga Listrik yaitu,
 Sistem Pembangkitan.
 Sistem Transmisi.
 Sistem Distribusi ,

 Hubungan ke Tiga sistem tersebut dapat dikelompokkan


seperti diagram dibawah ini :

A. JTR
KIT BEBAN Plg TR < 200 kVA

22
B. JTM JTR
KIT GD BEBAN Plg TR < 200 kVA

BEBAN Plg TM > 200 kVA

SUTET/SUTT JTM
JTR
C.
GI GD BEBAN Plg TR < 200 KVA
KIT

BEBAN Plg TM > 200 KVA

BEBAN Plg TT > 30 MVA

23
Sistem distribusi tenaga listrik
merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang
dimulai dari sisi tegangan menengah PMT incoming di Gardu Induk
sampai dengan Alat Penghitung dan Pembatas (APP) di instalasi
konsumen yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik dari
Gardu Induk sebagai pusat pusat beban ke pelanggan pelanggan
secara langsung atau melalui gardu-gardu distribusi (gardu trafo)
dengan mutu yang memadai sesuai stándar pelayanan yang berlaku.
dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri
karena unit distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling
berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik.
Dimana sistem adalah perangkat unsur-unsur yang saling
ketergantungan yang disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dengan menampilkan fungsi yang ditetapkan.

24
Dilihat dari tegangannya sistim distribusi pada saat ini dapat dibedakan
dalam 2 macam yaitu ,
 Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6
kV
 Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal 400 / 230 volt

25
3. POLA SISTEM DISTRIBUSI.

26
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas pelayanan merupakan salah satu unsur dari mutu pelayanan
yang nilainya akan tergantung kepada jenis sarana penyalurannya,
sarana peralatan pengaman yang dipilihnya.
Tingkat kontinuitas pelayanan dari peralatan penyalur tenaga listrik
disusun berdasarkan lamanya upaya untuk pemulihan suplai tenaga
listrik ke konsumen setelah mengalami pemutusan.
Pada SPLN 52-3 tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik tersusun
seperti berikut :
Kontinuitas tingkat 1
Pada tingkat ini memungkinkan jaringan berada pada kondisi padam
dalam waktu berjam-jam dalam rangka mencari dan memperbaiki
bagian bagian yang mengalami kerusakan karena gangguan.

27
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas tingkat 2
Kondisi jaringan padam dimungkinkan dalam waktu beberapa jam untuk
keperluan mengirim petugas kelapangan, melokalisir kerusakan dan
melakukan pengaturan switching untuk menghidupkan suplai beban
pada kondisi sementara dari arah atau saluran lain.
Kontinuitas tingkat 3.
Dimungkinkan padam dalam waktu beberapa menit untuk kegiatan
pengaturan switching dan pelaksanaan switching oleh petugas yang
stand by di gardu atau pelaksanaan deteksi dengan bantuan Pusat
Pengatur Jaringan Distribusi yang disingkat PPJD ( DCC ) / APD
( Area Pengatur Distribusi ).
Kontinuitas tingkat 4
Dimungkinkan padam dalam beberapa detik, pengaturan switching dan
pengamanan dilaksanakan secara otomatis.

28
3.1. KONTINUITAS PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI
Kontinuitas tingkat 5
Dimungkinkan tanpa adanya pemadaman dengan melengkapi instalasi
cadangan terpisah dan otomatisasi penuh.
Jaringan distribusi untuk luar kota (pedesaan) terdiri dari saluran udara
dengan susunan jaringan menggunakan konfigurasi radial yang
memenuhi kontinuitas tingkat 1 sedangkan untuk daerah dalam kota
terdiri dari saluran udara dengan susunan jaringan menggunakan
konfigurasi loop / gelang atau cincin atau yang lebih baik yaitu
konfigurasi spindle dengan bantuan PPJD (Pusat Pengatur
Jaringan Distribusi) dimana tingkat kontinuitas sistem ini akan menjadi
lebih baik lagi.
Tingkat keandalan suatu sistem merupakan kebalikan dari besarnya jam
pemadaman atau pemutusan pelayanan jadi tingkat keandalan yang
tinggi dapat diperoleh dengan memilih jaringan dengan tingkat
kontinuitas pelayanan yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena
gangguan yang rendah.
29
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Indeks-indeks yang dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja
(performance) sistem distribusi dalam memberi pelayanannya pada
konsumen sebagai tolok ukur kemajuan atau untuk menentukan
proyeksi yang akan dicapai adalah :
SAIFI : System Average Interuption Frequency Index
SAIDI : System Average Interuption Duration Index
CAIFI : Customer Average Interuption Frequency Index
CAIDI : Customer Average Interuption Duration Index
Untuk melihat unjuk kerja (performance) dari pengusahaan ketenaga
listrikan yang diusahakan PT PLN menggunakan SAIDI dan SAIFI.

30
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Sesuai dengan SE. 031.E / 471 / dir / 1993.
tanggal 01 September 1993 :
SAIDI sama dengan Jumlah Jam kali pelanggan padam dibagi
dengan jumlah pelanggan, sedangkan
SAIFI sama dengan Jumlah pelanggan Padam dibagi dengan
jumlah pelanggan.
Pelanggan padam dapat disebabkan,
Pemadaman karena Gangguan di system distribusi
Pemadaman karena Gangguan di Transmisi atau Gardu Induk
Pemadaman karena Gangguan system Pembangkitan
Pemadaman terencana.

31
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Pada SPLN No 68-2 1986 terdapat standar tingkat jaminan pada sistem
distribusi yang didasarkan menurut konfigurasi jaringan dengan
menjadikan nilai F dan D di PLN Distribusi DKI & Tangerang pada
tabel 2.1 sebagai dasar untuk menentukan tingkat jaminan. bagi
daerah lain dikalikan dengan faktor penyesuai f dan d terlihat pada
tabel 1
Tabel 1 Nilai F dan D di PLN DKI & Tangerang [1]

F D
Jenis Sistem
( kali / tahun) (jam / tahun)
SUTM Radial 27 177
SUTM dengan PBO 11 58
SKTM Spindle tanpa PPJD 1,7 6,25
SKTM Spindle dengan PPJD 1.7 4,77
SKTM Sistem Gugus 1,7 5

32
3.2. TINGKAT JAMINAN SISTEM DISTRIBUSI
Tabel 2 Faktor Penyesuai f dan d [1]

Daerah Faktor Penyesuai


Jawa dan 1,1
Sumatera 1,2
Dan Sulawesi 1,3
Maluku , NTB dan NTT 1,4
Papua 1,5

Untuk kelistrikan pedesaan dikalikan dengan faktor pengali yang


lebih tinggi untuk masing-masing daerah namun tidak melebihi 1,6
kali.dengan dasar menggunakan saluran udara.
Penggunaan saluran kabel tanah pada sistim distribusi tegangan
menengah hanya khusus untuk mensuplai konsumen-konsumen
yang memerlukan keandalan tinggi seperti pabrik kertas, pabrik
tenun, pemintalan dan daerah daerah yang sangat membutuhkan
nilai estetika yang tinggi.
33
3.3.TINGKAT MUTU DAN EFISIENSI SISTEM
DISTRIBUSI
Ada 2 ( dua ) hal yang menyatan yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu :
tegangan dan frekwensi.
1) Tegangan pelayanan ditentukan oleh :
Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah  5 %
dari tegangan nominal 20 kV, sedangkan pada konsumen TR
maksimum + 5 % dan minimum – 10 % dari tegangan nominal
230 /400 Volt.
Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan.
Kedip akibat pembebanan, sekecil mungkin.
Hilang tegangan sejenak akibat manuver, secepat mungkin.

2) Batas toleransi frekuensi adalah  1 % dari frekuensi standar 50


Hz.

34
4. SISTIM JTM
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di
suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai
jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi
penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus
dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama
sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai
tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV,
Konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan
ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal
antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila
jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi
jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau
Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam
hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama.
35
4. SISTIM JTM
Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas
pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat
pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan
isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di
Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari
transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik
tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga
peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator
distribusi 20 kV - 231/400V

36
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :

4.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai
konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia.
Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang
yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus
diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan
ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi
penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan
bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.

37
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :

4.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah
juga bila penghantar yang digunakan adalah penghantar
berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap
tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk
mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat
sentuhan tanaman.

38
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :

4.2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)


Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran
tenaga listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar
berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan
Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar
berisolasi penuh yang dipilin.
Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung
mekanis.
Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan
beban kerja tiang beton penopangnnya.

39
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
4.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
mahal untuk penyaluran daya yang sama.
Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per
Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan.
Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung
adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau
bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)
sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai
upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian.

40
4. SISTIM JTM
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai serikut :
4.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil
resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal / meningkatkan
keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar, termasuk dalam
kelompok SKTM adalah :
1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable.
2. SKTM laut – Submarine MV Cable
Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk
penyaluran daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan
sesuai keamanan ketenagalistrikan.

41
5. KONFIGURASI SISTIM JTM.
Beragam jenis konfigurasi sistem yang bisa dipilih untuk membangun
suatu sistem distribusi, namun pemilihan konfigurasi lain dari yang
sudah dispesifikasi perlu pengkajian yang lebih mendalam untuk
menghindari timbulnya dampak yang tidak di inginkan baik dalam
investasi maupun dalam pengusahaan.

42
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Sedikitnya ada 6 jenis konfigurasi sistem distribusi primer yang sesuai
dengan spesifikasi PLN[x] adalah
• Simpul ( Spot Network )
• Spindle dengan Pengatur Distribusi
• Spindle tanpa Pengatur Distribusi
• Gugus ( Cluster )
• Lingkar / Ring ( Loop )
• Radial
Pemilihan jenis konfigurasi untuk sistem distribusi tegangan menengah
tergantung kepada beberapa faktor antara lain faktor kawasan,
kapasitas beban dan peruntukan.
Untuk tujuan meningkatkan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
modifikasi konfigurasi jaringan dilapangan sering dilakukan dengan
harapan dapat melancarkan tugas operasi sistem dengan
mempertahankan kontinuitas suplai pada konsumen.

43
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Bentuk-bentuk dari konfigurasi sistem distribusi tegangan menengah
ini dapat dilihat pada Gambar 21 sampai dengan gambar nomor
9.7.6 seperti berikut :

Trf

PMT Grd 1
Trf

Grd 9

Gambar 21 Konfigurasi Sistem Radial

44
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah
Pada gambar 9.7.2 diperlihatkan modifikasi dari konfigurasi sistem
radial dengan memasangkan suatu peralatan hubung Pemutus Balik
Otomatis (PBO) yang sering disebut recloser atau Load Break Switch
( LBS ) Umumnya dipasang ditengah jaringan atau dibeberapa tempat
yang diperlukan baik dengan sistem operasi lokal atau dengan sistem
operasi remote atau diperlukan operasi yang otomatis.
Dengan adanya peralatan hubung yang perasinya didukung teknologi
informasi, pengoperasian sistem atau dalam kegiatan manuver beban
menjadi lebih cepat sehingga lamanya padam dapat dikurangi lebih
banyak .

PSO
Trf PMT Grd 1 ( PBO )

Grd 9

Gambar 22 Konfigurasi Radial dengan PBO


45
5.1. Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah

Namun demikian keberadaan PBO memerlukan penelitian secara


seksama terlebih dahulu.
Kemampuan PBO untuk melakukan trip dan close beberapa kali
sering tidak di kehendaki oleh peralatan listrik yang berbasis
elektronika atau microprosesor dan perusahaan garmen dan
sejenisnya yang cukup peka dengan kondisi stabilitas dan
Trfkontinuitas. Grd 1 Grd 9
Trf PMT
Feeder A
Feeder A
Trf
Feeder
PMTPMTA Grd a Grd b Grd z LBS
GI PSO
Trf PMT
Feeder B
Grd 1 ( PBO ) LBS
PMT
GI
LBS
PMT
TRAFO Grd 9
DISTRIBUSI
Gambar 23 Konfigurasi
NETWORK
Gambar 24 Konfigurasi Sistem
Sistem Lingkar
Gugus ( Loop )
(Cluster)
PROTECCTOR
Gambar 25 Konfigurasi Sistem Spindle dengan PPJD/APD
Gambar 26 Konfigurasi Sistem Simpul (Spot Net Word)
46
6. GARDU DISTRIBUSI
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal
adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari:
• Instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM)
•Transformator Distribusi (TD) dan
• Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk
memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan
Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR
220/380V). .

47
GARDU DISTRIBUSI
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
Jenis pemasangannya :
 Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantola)
 Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios.
Jenis Konstruksinya :
 Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
 Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
 Gardu Kios
Jenis Penggunaannya :
 Gardu Pelanggan Umum
 Gardu Pelanggan Khusus
 Gardu Pelanggan campuran
48
GARDU DISTRIBUSI
Khusus pengertian Gardu Hubung adalah,
Gardu yang ditujukan untuk memudahkan manuver pembebanan dari
satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi / tidak
dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit).
Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo
Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang
diletakkan dalam satu kesatuan.

49
 
6.1. Gardu Tiang
Menggunakan Tiang : beton, besi, kayu
 
6.1.1 Gardu Portal
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah
T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out
(FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan
elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan
Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.

50
6.1.2. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1.
Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected
Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah
terpasang lengkap dalam tangki transformator.
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang
dihubung langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar
pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai
pengaman jurusan.
Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra
(BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.

Gardu Tipe Cantol.

51
6.1.3 Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan
switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang,
dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton
(masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
6.1.4 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi
baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi
rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular
dan Kios Bertingkat.
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun Gardu Beton..

52
6.1.4 Gardu Kios
Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang
terpasang terbatas.
Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Teg Rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu
sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di
angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah
ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.

Gardu Kios. Gardu Kios Bertingkat.

53
7. PENGHANTAR JTR.
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari
suatu sistem tenaga listrik.
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pemanfaat /pelanggan listrik.
Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung
berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni,
maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas teknis
pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap
pengguna dan akrab terhadap lingkungan.

54
PENGHANTAR JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Penghantar Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) terdiri dari 3 macam
yaitu :
SUTR, penghantar terbuka dari aluminium campuran hal ini
sesuai dengan SPLN 41-8-1981 tentang penghantar
aluminium campuran.
Bagi JTR yang memerlukan kabel antara gardu dan tiang
pertama digunakan kabel dengan kemampuan hantar arus 1
tingkat lebih tinggi diatas kemampuan hantar arus penghantar
terbuka.
SKUTR, Penghantar berisolasi dipilin sesuai dengan SPLN
42-10-1986 tentang kabel pilin udara dengan penghantar fasa
aluminium dan penghantar netral alumium campuran.
SKTR, Penghantar berisolasi yang kontruksinya ditanam
didalam tanah.

55
8. SLTR / SLTM dan APP

56
8.1. SLTR / SLTM.
Sambungan Tenaga Listrik adalah penghantar di bawah ataupun di
atas tanah termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi milik
PLN yang menghubungkan jaringan tenaga listrik milik PLN dengan
instalasi listrik pelanggan untuk menyalurkan tenaga listrik.
Dapat juga dikatakan sebagai sambungan pelanggan yang merupakan
titik akhir dari pelayanan listrik kepada pelanggan, dengan tingkat
mutu pelayanan yang dapat di lihat dari mutu tegangan dan tingkat
kehandalan dari sisi pelayanan tersebut (sesuai SPLN No. 1:1995).

57
8.1. SLTR / SLTM.
Berdasarkan jenis tegangannya pada sistem distribusi terbagi atas :

2) Sambungan
1) SambunganTenaga
TenagaListrik
ListrikTegangan
TeganganMenengah
Rendah (SLTR)
(SLTM).
Sambungan
adalah sambungan
tenaga listriklistrik
tegangan
dengan
menengah
tegangandilayani
pelayanan
dengan
sebesar
tegangan
220/380 Volt
20 Kv
dandan
dengan
dengan daya
pengukuran
sebesar-besarnya
pada sisi197
20 kV.
kVA, terdiri
dari :
• Pelanggan tegangan rendah Fasa 1 dan dilayani dengan
tegangan 220 V.
• Pelanggan tegangan rendah Fasa 3 dan dilayani dengan
tegangan 220/380 Volt. 
Terdapat 2 jenis konstruksi sambungan listrik tegangan rendah, baik
untuk fasa 1 ataupun fasa 3 sebagai berikut :
a. Konstruksi melalui saluran udara
b. Konstruksi melalui kabel bawah tanah

58
8.2. APP
Alat Pengukur dan Pembatas (APP) merupakan titik transaksi energi
listrik antara PLN dan pelanggan, sehingga APP memiliki peranan
penting dalam pemasukan pendapatan PLN.
APP pada pelanggan Tegangan Rendah terdiri dari

1 phase pengukuran tidak


APP 3 langsung.
langsung.
 APP
APPyang
yangdipasang
dipasangpada
padapelanggan
pelanggan33
1phase.
phase.
 Pembatasan
Pembatasandaya
dayadengan
denganmenggunakan
menggunakanPemutus
MCB. tenaga :
MCB 3 phase,energy
Pengukuran MCCBdengan
atau Pengaman
kWHmeterLebur (NHF)
(NHF).
1phase.
 Memakai
Pengukuran
alatenergy aktif dengan berupa
bantu pengukuran kWHmeter
Trafo3 Arus
phase.
(CT) dan
 Time Switch.energy reaktif dengan kVARH meter 3 phase.
Pengukuran
Pengukuran energy aktif dengan kWHmeter 3 phase.
Pengukuran energy reaktif dengan kVARH meter 3 phase.

59
60

Anda mungkin juga menyukai