Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MESIN LISTRIK ARUS SEARAH

BESARAN LISTRIK

Oleh

I Nyoman Oksa Winanta (1404405068)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016
1. Arus
Pengertian : Banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan
listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Simbol : I
Satuan : Ampere (A)
Alat ukur : Amperemeter
V
Rumus : I = R

Dimana :
I = arus (A)
V = tegangan (V)
R = hambatan (Ω)

2. Tegangan
Pengertian : Perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik.
Besaran ini mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk
menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik.
Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat
dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
Simbol : V
Satuan : Volt (V)
Alat ukur : Voltmeter
Rumus : V = I x R

3. Resistansi
Pengertian : Kemampuan suatu benda untuk menahan atau menghambat aliran arus
listrik.
Simbol : R
Satuan : Ohm (Ω)
Alat ukur : Ohmmeter
V
Rumus : R = I
Rumus dasar tegangan antara 2 titik adalah :

Va – Vb = ∫E .dI
Dimana :
Va = potensial di titik a
Vb = potensial di titik b
E = medan listrik
I = arus listrik

Berdasarkan penerapannya, beda potensial pada arus listrik searah ( DC ) dan arus
bolak – balik (AC) berbeda.

Pada arus searah


V= √(P x R)
Dimana :
V = tegangan (V)
P = daya (watt)
R = hambatan (Ω)

Pada arus bolak-balik


V=IxR
Dimana :
V = tegangan (V)
I = arus (Ampere)
R = hambatan (Ω)

4. Muatan Listrik
Pengertian : Muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya mengalami
gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik.
Muatan listrik total suatu atom atau materi ini bisa positif, jika atomnya
kekurangan elektron. Sementara atom yang kelebihan elektron akan
bermuatan negatif. Besarnya muatan tergantung dari kelebihan atau
kekurangan elektron ini, oleh karena itu muatan materi atau atom
merupakan kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral,
jumlah proton akan sama dengan jumlah elektron yang mengelilinginya
(membentuk muatan total yang netral atau tak bermuatan).
Simbol : Q
Satuan : Coulomb
Alat ukur : Eletrometer
Rumus : Q = I x t
Dimana :
Q = muatan listrik (Coulomb)
I = arus listrik (Ampere)
t = waktu (detik)

5. Kapasitansi
Pengertian : Kapasitansi adalah ukuran jumlah muatan listrik yang disimpan (atau
dipisahkan) untuk sebuah potensial listrik yang telah ditentukan.
Bentuk paling umum dari piranti penyimpanan muatan adalah sebuah
kapasitor dua lempeng/pelat/keping. Jika muatan di
lempeng/pelat/keping adalah +Q dan –Q, dan V adalah tegangan
listrik antar lempeng/pelat/keping.
Simbol : C
Satuan : Farad (F)
Alat ukur : Kapasitansimeter
Q
Rumus : C = V

Dimana :
C = kapasitansi (farad)
Q = muatan (Coulomb)
V = voltase (Volt)

6. Kuat Medan Listrik


Pengertian : Ruang di sekitar benda bermuatan listrik dimana benda-benda
bermuatan listrik lainnya dalam ruang ini akan merasakan atau
mengalami gaya listrik.
Simbol : E
Satuan : N/C
Q
Rumus : E =k r2

Dimana :
E = kuat medan listrik (N/C)
Q = muatan sumber (C)
r = jarak muatan uji dengan muatan sumber (m)

7. Fluks Listrik
Pengertian : Fluks Listrik ɸ yang kita ketahui secara singkatnya adalah medan
listrik yang melalui sebuah permukaan tertutup. Sedangkan Muatan
yang terjadi diluar permukaan tertutup tidak berpengaruh pada fluks
listrik.
Simbol : ɸ
Satuan : Nm2/C
Rumus : ɸE = E.A
Dimana :
Φ = fluks listrik (Nm2/C)
E = medan listrik
A = luasan (m2 )

8. Induktansi
Pengertian : Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen
yang menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat
perubahan arus yang melewati rangkaian (self inductance) atau akibat
perubahan arus yang melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan
secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance). Pada
kedua keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan
magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.
Simbol : L
Satuan : Henry
Alat ukur : Induktansimeter
𝚫I
Rumus : ε = - L 𝚫t

Dimana :
ε = induksi magnetik (Henry)
I = arus sesaat (A)
- = ggl yang dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus
L = konstanta kesebandingan

9. Energi
Pengertian : Energi listrik adalah energi yang berasal dari muatan listrik yang
menimbulkan medan listrik statis atau bergeraknya elektron pada
konduktor (pengantar listrik) atau ion (positif atau negatif ) pada zat
cair atau gas.
Simbol : E
Satuan : Watthour
Alat ukur : Whmeter
Rumus : W = Q x V
Q=Ixt
W=VxIxt
W=Pxt
Dimana :
P = daya listrik (Watt)
W = energi (Wh)
t = waktu (hour)
Q = muatan listrik (Coulomb)
V = beda potensial (Volt)

10. Daya
Pengertian : Besaran listrik yang menyatakan besarnya energi yang digunakan
untuk mengaktifkan komponen atau peralatan listrik (elektronik).
Simbol : P
Satuan : Watt
Rumus : P = V x I
Atau
P = I2 x R
𝑉2
P= 𝑅

Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (A)
R = hambatan (Ω)

Hubungan Horsepower dengan Watt


Hampir semua peralatan listrik menggunakan Watt sebagai satuan konsumsi daya
listrik. Tapi ada juga peralatan tertentu yang menggunakan satuan Horsepower
(hp). Dalam Konversinya, 1 hp = 746 watt.
Pada tabel Konversi satuan daya :
1 hp = 745,7 watt = 0,746 kW.
1 hp (Inggris) = 1,014 PK (Belanda)
Untuk single phase 220 V :
1 hp = 745,7 watt : 220 V = 3,39 Ampere.
Untuk 3 phase 380 V :
1 hp = 745,7 watt : (380×1,73) = 1,13 Amp.
Dengan catatan semua perhitungan dengan menganggap Cos phi nya = 1 (satu).

Macam-Macam Daya
Dalam sistem kelistrikan AC atau Arus Bolak-Balik, terdapat 3 (tiga) jenis daya
yang dikenal, khususnya untuk beban-beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu:

a. Daya Aktif (P)


Daya aktif atau nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan
menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya dan alat ukurnya disebut
kWhmeter.
Line to netral (1 fasa)
P = V x I x Cos Ø
Line to line (3 fasa)
P = √3 x V x I x Cos Ø
Dimana :
P = daya Nyata (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)
Cos Ø = faktor daya

b. Daya Semu (S)


Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau
distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang
melalui penghantar.
Line to netral (1 fasa)
S=VxI
Line to line (3 fasa)
S = √3 x V x I
Dimana :
S = daya semu (VA)
V = tegangan (Volt)
I = arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)

c. Daya Reaktif (Q)


Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar
dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya
mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus dan
tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya. Alat ukurnya disebut VAR meter.
Line to netral (1 fasa)
Q = V x I x Sin Ø
Line to line (3 fasa)
Q =√3 x V x I x Sin Ø
Dimana :
Q = daya reaktif (VAR)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Sin Ø = faktor daya

Dari penjelasan ketiga macam daya diatas tersebut, dikenal juga dengan Segitiga
Daya. Dimana Pengertian umum dari Segitiga Daya adalah suatu hubungan antara
daya nyata, daya semu, dan daya reaktif, yang dapat dilihat hubungannya pada
gambar berikut :

Dimana :
P = S x Cos Ø (Watt)
S = √(P2 + Q2) (VA)
Q = S x Sin Ø (VAR)

Rumus hukum ohm


Hukum ohm adalah hukum yang menghubungkan antara kuat arus listrik, beda
potensial, dan hambatan. Rumus hukum ohm:

V V
I = Ratau R = I atau V = I . R

Daya listrik sebenarnya ada 2 jenis, yaitu daya listrik semu dan daya listrik nyata.
Perbedaannya yakni :

Rumus Daya Listrik Semu:


Daya = Tegangan x Arus
P = V x I (dengan satuan VA)
Rumus Daya Listrik Nyata:
Daya = Tegangan x Arus x Koefisien Rata-rata
P = V x I x Cos Ø (dengan satuan watt)

Hubungan Daya dan Cos ϕ


Cos ϕ adalah perbandingan antara daya aktif (P) dan daya nyata (S) dan
dikenal dengan faktor daya listrik (PF : Power Factor). Nilai Cos ϕ yang digunakan
PLN adalah sebesar 0,8.
Daya nyata (S) dengan satuan VA digunakan untuk perhitungan besarnya
daya listrik terpasang dari PLN di rumah pelanggan. Hal ini karena PLN hanya
memasang MCB sebagai pembatas daya listrik pada kWh-meter. Contohnya pada
suatu rumah dipasang MCB 6A dengan tegangan 220V maka daya terpasang
pelanggan tersebut adalah 6A x 220V = 1320VA atau dibulatkan 1300VA. Daya
listrik terpasang PLN yang lainnya (yang paling umum) adalah 450VA, 900VA,
2200VA, 3500VA, 4400VA.
Daya aktif (P) dengan satuan Watt digunakan untuk mengetahui berapa daya
listrik yang bisa digunakan untuk peralatan listrik oleh konsumen. Dari rumus daya
aktif diatas maka dari besarnya daya terpasang 1300VA tersebut bisa dihitung daya
aktifnya. Dengan Cos ϕ sebesar 0.8 maka dengan daya terpasang 1300VA, daya
aktifnya (P) sebesar 6A x 220V x 0.8 = 1056 Watt. Setiap peralatan listrik di rumah
sebenarnya hanya mencantumkan nilai daya listrik dalam Watt, yang merupakan
daya aktif. contohnya mesin jetpump 150Watt, lampu TL 20Watt, AC 300Watt dan
lain-lain. Bila semua peralatan listrik tersebut dipakai, maka total maksimum daya
yang mampu disediakan hanya 1056Watt (bila rumah tersebut berlangganan listrik
1300VA).
Dalam nilai 1300VA (S) dan 1056Watt (P), terdapat daya reaktif (Q).
Perhitungan secara trigometri, dengan faktor daya sebesar 0.8 akan menghasilkan
nilai Q = 792VAR. Daya reaktif ini digunakan untuk pembangkitan medan magnet
pada peralatan listrik yang bersifat induksi seperti mesin air, kipas angin, ballast
lampu, AC dll. Contoh, pada mesin air tertulis dayanya 150Watt, maka daya 150
Watt tersebut akan dikonversikan oleh motor listrik atau dinamo mesin air menjadi
tenaga. Untuk menghasilkan daya kerja 150Watt tersebut, mesin air akan menyerap
daya nyata sebesar 150Watt/0.8 = 187,5VA. Daya reaktif sebesar 112.5VAR
digunakan untuk pembangkitan medan magnet pada motor listrik.
Untuk pelanggan perumahan, hanya penggunaan daya aktif dalam satuan
watt yang dihitung oleh PLN. Karena itu alat pengukurnya disebut kWh-meter
(kiloWatt Hour meter). Besarnya daya reaktif tidak dihitung karena faktor daya
untuk listrik perumahan masih ditoleransi dalam angka 0.8. Berbeda dengan listrik
industry dimana terpasang kVARh-meter (Kilo-VAR hour meter) untuk
menghitung besarnya pemakaian daya reaktif, dimana jika penggunaannya
melebihi batas maka akan kena pinalti oleh PLN.
Misalkan kita mempunyai peralatan listrik dengan total daya 1200Watt,
maka besarnya daya listrik PLN tidak akan cukup dengan 1300VA (rating MCB
6A). Dengan faktor daya 0.8 maka akan didapat daya nyata sebesar 1200/0.8 =
1500VA. Sehingga daya listrik PLN yang terdekat adalah 2200VA (sesuai dengan
rating MCB-nya yaitu 10A). Dari angka 2200VA maka selanjutnya kita bisa
menentukan besarnya kapasitas instalasi listrik, terutama kabel listrik, minimal
adalah 10A atau 2200VA.
Jadi satuan Watt lebih digunakan untuk menghitung besarnya penggunaan
daya listrik pada peralatan dan satuan VA digunakan untuk menghitung kapasitas
terpasang instalasi listrik, mulai dari MCB dan penghantarnya.

Menghitung Pemakaian Arus


Jika diketahui daya listrik 3 phase sebesar 10500 watt, maka utk menghitung berapa
besar arus dari daya tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut :
P = I x V x √3
P
I = Vx
√3
10500
I = 380 x 1,732

I = 15,953 A
Maka dengan demikian dapat menggunakan MCB 3 phasa sebesar 16 ampere.
Hubungan Watt, Volt, dan Ampere
Hubungannya P (watt) = I (ampere) x V (volt) x cos Phi dimana cos Phi adalah
power factor dari motor listrik, harganya sekitar 0,8 ~ 0,9.
Untuk motor listrik 1000 watt membutuhkan arus sekitar 5 ~ 5,6 Ampere pada
tegangan 220 V (1 fasa). Bila menggunakan MCB sebenarnya cukup 6 A, tapi
mungkin akan sering trip atau jatuh karena saat start motor listrik menarik arus 1,5
~ 2 kali dari keadaan jalan dan berbeban penuh. Lebih baik menggunakan MCB 10
A. Jika motornya 1000w maka arus nominalnya = 1000/220 = 4,6a. Jika pasang
mcb harus 2,5 kali dari arus nominal maka 2,5 x 4,6 = 11,36 ampere. Jadi gunakan
mcb yang 10 ampere itu menurut PUIL (persyaratan umum instalasi listrik).

Memperbaiki Cos Phi dengan Kapasitor


Kapasitor pada sistem daya listrik menimbulkan daya reaktif untuk memperbaiki
tegangan dan faktor daya, karenanya menambah kapasitor sistem akan mengurangi
kerugian. Dalam kapasitor seri daya reaktif sebanding dengan kuadrat arus beban,
sedang pada kapasitor paralel sebanding dengan kuadrat tegangan. Pemasangan
peralatan kapasitor seri dan paralel pada jaringan distribusi mengakibatkan losses
akibat aliran daya reaktif pada saluran dapat dikurangi sehingga kebutuhan arus
menurun dan tegangan mengalami kenaikan sehingga kapasitas sistem bertambah.
Kapasitor seri tidak digunakan secara luas dalam saluran distribusi, karena adanya
berbagai permasalahan resonansi distribusi dalam transformator.

Rumus mencari nilai kapasitor :

Qc
C=
−V 2 x𝛚
Dimana :
C = kapasitor
Qc = daya reaktif (Var)
V = Volt (V)
Ω = 2πf
Tabel Besaran Listrik
11. Torsi
Pengertian : Gaya yang digunakan untuk menggerakkan sesuatu dengan arah dan
jarak tertentu
Simbol : t
Satuan : Nm
Rumus : t = F x l
Dimana :
t = torsi (Nm)
F = gaya (N)
l = jarak (m)
Hubungan torsi dengan daya :
P=wxt
Dimana :
w = kecepatan sudut (Rad/s)
Kecepatan sudut dalam motor listrik :
2𝑥𝑝𝑥𝑛
w=
60

Dimana :
n = kecepatan putar motor (rpm)

Anda mungkin juga menyukai