Anda di halaman 1dari 94

MANAJEMEN LIMBAH

K3 RUMAH SAKIT
OLEH Hasri Dinirianti
1. Pengertian limbah dan manajemen
pengelolaan limbah RS
2. Kebijakan pengelolaan limbah RS
3. Dasar Hukum Pengelolaan limbah RS
4. Perencanaan pengelolaan limbah RS
5. Pelaksanaan pengelolaan limbah RS
6. Monitoring dan evaluasi pengelolaan limbah RS
7. Dokumentasi dan Pelaporan pengelolaan
limbah RS
Pengertian manajemen limbah RS

Pengertian limbah RS
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas.

Pengertian manajemen limbah RS


Manajemen limbah RS adalah suatu metode yang
sistematis untuk mengidentifikasi, menganalisis,
mengendalikan, monitoring dan evaluasi serta
mengkomunikasikan kegiatan penanganan limbah di
rumah sakit.
Kedudukan Manajemen Limbah K3 RS
Sistem manajemen K3 Limbah merupakan bagian dari
sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) yang meliputi :
- Tahap kebijakan,
- Tahap perencanaan
- Tahap pelaksanaan dan penerapan
- Tahap monitoring dan evaluasi
- Tahap peninjauan ulang dan peningkatan terus menerus,

Sistem manajemen K3 Limbah dilaksanakan dalam


rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan penanganan limbah RS guna terciptanya tempat
kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif
TANTANGAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

MANAJEMEN LIMBAH

PECEMARAN LINGKUNGAN
TANTANGAN K3 HIDUP

SIFAT VOLUNTARY/MANDATORY INTERNAL

KEPENTINGAN MANDATORY INTERNAL DAN EKSTERNAL (

PERATURAN
PERUNDNAGAN TIDAK ADA SANGSI ADA SANGSI (PIDANA)
PENDEKATAN SISTEM MANAJEMEN K3 LIMBAH RS

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT


(TARGET) (HAISL) (TUJUAN)

UPAYAPENGE
-LOLAAN :
SISTEM/TEKNO
TEMPAT LOGI.DESAIN
KERJA ERGONOMIS PENURUNAN
ANGKA KASUS TERCIPTANYA
SDM PENING
BAHAN LINGKUNGAN
DROFESIONAL
1.. KESAKITAN KATAN
DAN SIAKP KERJA YANG
ALAT/TEKNO PRODUK
KERJA 2. KECELAKAAN AMAN, SEHAT,
LOGI TIVITAS
KERJA NYAMAN DAN
MEKANISME KERJA
SDM KERJA ERGONOMIS
3. PENCEMARAN/
MEKANISME DIKLAT KONTAMINASI
BIAYA ALAT
PENDUKUNG K3
MONEV
DLL
Perjanjian dan prinsip
Internasional tentang limbah
Mengurangi limbah berbahaya.
Mengurangi perpindahan trans boundary limbah
berbahaya.
Pengolahan & Pembuangan limbah diusahakan sedekat
mungkin dengan tempat limbah tersebut dihasilkan .
Penghasil limbah bertanggung jawab secara legal &
finansial untuk penanganan limbah yang aman, ramah
lingkungan.
Limbah harus selalu diasumsikan berbahaya hingga limbah
tersebut dinyatakan aman.
Penghasil limbah bertanggung jawab membuang limbah
secara aman

BACK
BACK
Kebijakan Penanganan limbah
Kebijakan lama :
Penanganan limbah secara tradisional atau disebut
pula dengan pengelolaan secara end of pipe
treatment.
Kebijakan baru :
Penanganan limbah secara terpadu, yaitu melalui
upaya minimisasi limbah.
Minimisasi limbah (waste minimization) adalah
upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas,
dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses
produksi, dengan jalan reduksi pada sumbernya dan
atau pemanfaatan limbah (3 R)
Implementasi
Kebijakan pengelolaan limbah RS

Kebijakan pengelolaan limbah rumah sakit :

Rumusan komitmen
Untuk secara terus menerus melakukan upaya perbaikan
penanganan limbah
Berupaya untuk mentaati semua peraturan yang berkaitan
dengan penanganan limbah RS.

Di rumuskan :
- Secara formal berbentuk tulisan yang ditandatangani oleh
pimpinan rumah sakit.
- Didokumentasikan
- Disosialisasikan
kebijakan ini bersifat terbuka.
BACK
Dasar hukum pengelolaan limbah RS

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja


Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Jo No. 85 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Keputusan Menkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Keputusan Menkes No. 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

BACK
PERENCANAAN
PENGELOLAAN LIMBAH RS
4.1. Identifikasi aspek-aspek penanganan limbah
RS
Identifikasi jenis dan karakteristik limbah RS
Identifikasi sumber-sumber limbah RS
Identifikasi fasilitas pengolahan limbah RS
Identifikasi jenis bahaya limbah RS
Identifikasi faktor risiko limbah RS
4.2. Perencanaan pelaksanaan penanganan limbah
PENGELOLAAN K3 LIMBAH
SUMBER LIMBAH

JENIS KARAKTERISTIK
(PADAT,CAIR LIMBAH
(FISIK, KIMIA
DAN GAS) DAN BIOLOGI)

FASILITAS
PENGOLAH LIMBAH

JENIS BAHAYA

FAKTOR BAHAYA
SUMBER DAN KARAKTERISTIK LIMBAH RS

GAS
(PP 41/1999)
SESUAI BAKU
MUTU EMISI
PENANGKAP DEBU
(INCINERATOR DLL)

DEBU/PARTIKEL AIR LIMBAH

BAHAN PROSES PRODUK


BAKU PELAYANAN JASA
YANKES

IPAL AIR LIMBAH (PP


NO. 82/2001)
LIMBAH DEBU LIMBAH PADAT
SLUDGE

SESUDAH
DIOLAH
LIMBAH B3 (PP 18/1999 JO. PP 85/1999)
Identifikasi jenis dan karakteristik limbah RS

a. Limbah Padat (medis dan non medis)


Jenis limbah padat menurut sumbernya
diuraikan sbb :
Kantor/administrasi
Ruang Tindakan persalinan (VK) dan ruang perawatan
Obstetric
Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan
Unit laboratorium, ruang mayat, pathologi dan autopsi
Unit isolasi
Unit perawatan
Unit pelayanan
Unit gizi/dapur
Halaman
Penggolongan Kategori
Limbah Padat medis :
Limbah Benda Tajam
Limbah Infeksius
Limbah Jaringan Tubuh
Limbah Citotoksik
Limbah Farmasi
Limbah Kimia
Limbah Radioaktif
Limbah Plastik
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 (Jo PP
No. 85 Tahun 1999) mengklasifikasikan pengertian
limbah padat (sampah) berbahaya :
mudah meledak,
mudah terbakar,
bersifat reaktif,
beracun,
menyebabkan infeksi,
bersifat korosif
atau limbah lain yang apabila diuji dengan metode
toksikologi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah
B3.
Limbah Fasilitas Pelayanan esehatan

Semua limbah (padat & cair) yang berasal dari fasilitas


kesehatan, sarana penelitian, dan laboratorium
Klasifikasi limbah (rule of thumb):
Umum / domestik (non-risk): 80%
Infeksius: 15%
Pathologik: 1%
Tajam: 1%
Kimia / farmasi: 3%
Radioaktif rendah, sitotoksik,
logam berat, eksplosif, & alkali: <1%
Penanganan limbah dengan metode minimasi dan
segregasi dapat menekan jumlah limbah medis menjadi
hanya 3~5%
Sifat bahaya limbah medis ditentukan oleh mutu-nya,
bukan jumlah !!!
Mengenai Pembentukan Limbah
Jumlah limbah yang dihasilkan dari rumaH sakit berbeda
antara setiap negara dan bahkan di dalam suatu negara itu
sendiri .

Faktor yang mempengaruhi: Wilayah Kg/bed/hari

Manajemen limbah Amerika Utara 7 10


Jenis fasilitas pelayanan Amerika Latin 3
kesehatan Eropa Barat 36
Spesialisasi rumah sakit Eropa Timur 1,4 2
Rasio produk daur ulang Mediterrania Timur 1,3 3
Jumlah kunjungan Asia Timur (high income) 2,5 4

Dan lainnya Asia Timur (low income) 1,8 2,2


Identifikasi jenis dan karakteristik limbah RS

b. Limbah Cair
Jenis :
Limbah cair infeksius
Limbah cair non infeksius

Karakteristik limbah cair :


Karakteristik fisik : padatan total, Kekeruhan, suhu, bau, warna, dll.
Karakteristik kimia
organik : karbonhidrat, protein, minyak lemak, detergen, phenol dan
(BOD,COD)
anorganik : pH, Chlorida, alkalinitas, nitrogen, phosphat, logam berat
gas : CH4, H2S
Karakteristik biologi
organisme pathogen
organisme yang berperan dalam pengolahan limbah
Identifikasi jenis dan karakteristik limbah RS

c. Limbah Gas
Sumber :
Mesin incinerator, - Boiler, Genset, Dapur, Mesin anestesi

Karakteristik :
Debu (partikulat)
Gas-gas buang cemaran

Debu (partikulat)
Carbon Monoksida (CO)
Sulfur Diokida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Timbal (Pb)
Hidrokarbon (HC)
Dioksin ( khusus incinerator)
Gas gas anastesi (Halotan, eter, ketalar dll)
H2S (pembusukan sampah)
Kurva suhu pembentukan Dioksin
Pada Mesin Incinerator
(Penelitian EPA-ICCR 1997 oleh Dr. Brian Gullet)
Identifikasi sumber-sumber limbah RS

a. Limbah Cair dan limbah padat


Pelayanan medis.
Penunjang medis.
Perkantoran dan fasilitas umum.
Perkantoran/keadministrasian.
Asrama Pegawai.
Rumah dinas.

b. Limbah gas
Mesin generator set
Mesin incinerator
Instalasi Pengolahan air limbah
Mesin anastesi
Boiler
Dapur
Open dumping sampah
SUMBER AIR LIMBAH YANG HARUS
DITREATMENT DAN DIKAJI ASPEK K3NYA
IRD/
UGD
LOUNDRY/ TEMPAT CUCI
DAPUR/ CUCIAN
MAKAKAN

KAMAR MANDI/ WC KAMAR OPERASI &


RUANG PERAWATAN & KANTOR LAB
Identifikasi fasilitas pengolahan
limbah RS
a. Fasilitas pengolahan limbah padat :
TPS sampah, Tong sampah, Kontainer dirungan
Mesin incinerator
Autoclave /Microwave
Alat penghancur Jarum
b. Fasilitas pengolahan limbah cair :
Septik tank
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
c. Fasilitas pengolahan gas :
Cerobong asap disertai filter
Exhause fan, ceiling fan dll.
INCINERATOR BILIK GANDA UNTUK
LIMBAH B3 RUMAH SAKIT
Skema Proses Pembakaran Limbah Medis Bilik Tunggal.
ALAT PENGHANCUR JARUM
SKALA KECIL
ALAT PENGHANCUR JARUM

Keuntungan Produk:
Instrumen sederhana &
fundamental untuk
memusnahkan jarum suntik

Menghilangkan resiko infeksi

Instrumen berguna sekali

Wadah residu internal


Identifikasi jenis bahaya limbah RS
a. Jenis bahaya limbah Padat :
Sampah tajam (jarum suntik, ampul bekas, pisau scapel)
Leachate (airlindi) dan gas pembusukan.
mikro organisme Patogen
Vektor penyakit serangga (Kucing, kecoa , tikus, nyamuk, lalat)
House keeping yang buruk (bau/gas pembusukan)
Residu sisa pembakaran incinerator
b. Jenis bahaya limbah cair
Bahan kimia
Mikroorganisme
Disain IPAL dan peralatannya yang tidak ergonomis
Gas gas beracun air limbah
Operasional peralatan mekanikal dan elektrikal
House keeping yang buruk
c. Jenis bahaya limbah Gas
Gas gas beracun
Operasional peralatan mekanikal dan elektrikal
Partikulat
ANGKA KASUS
( Jarum Suntik Terkontaminasi )

Kasus Injeksi disebabkan oleh jarum terkontaminasi (Estimasi WHO, 2000):


21 juta terinfeksi virus hepatitis B (HBV) 32% dari semua infeksi baru;
2 juta terinfeksi virus hepatitis C (HCV) 40% dari semua infeksi baru;
260.000 terinfeksi HIV 5% dari semua infeksi baru.

Indikasi resiko akibat suatu luka tusukan jarum:


30% menjadi terinfeksi virus hepatitis B;
1.8% menjadi terinfeksi virus hepatitis C;
0.3% menjadi terinfeksi HIV.

Taksiran WHO pada 22 negara berkembang (2002):


fasilitas kesehatan yang tidak menggunakan pembuangan limbah yang tepat
mencapai 64%
POTENSI BAHAYA PENANGANAN SAMPAH
MEDIS
Jenis bahaya residu (Limbah B3)
incinerator
BAHAYA DAN RESIKO
SUMBER BAHAYA
PENANGANAN AIR LIMBAH
TANDA PADA SUMBER BAHAYA LISTRIK
Identifikasi faktor risiko limbah RS
a. Jenis bahaya limbah Padat :
Cedera pada petugas (tertusuk, tersayat, terjepit)
Menimbulkan pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara).
Penularan penyakit (akumulatif)
Bahaya kebakaran
Gangguan estetika
b. Jenis bahaya limbah cair
Mencemaran air tanah, air sungai
Cedera pada petugas pemelihara IPAL
Keracunan
Bahaya Fisik (panas, bising, pencahayaan, getaran)
Gangguan estetika (kontak alergi)
c. Jenis bahaya limbah Gas
Keracunan gas
Ketidaknyamanan (panas, pencahayaan, getaran)
Iritasi (mata, kulit dll)
Perencanaan pelaksanaan
penanganan limbah

Perencanaan pelaksanaan penanganan


limbah RS meliputi perencanaan SDM,
organisasi, pembiayaan, jadwal kegiatan
dan mekanisme kerja
PELAKSANAAN
PENGELOLAAN LIMBAH RS
Pendekatan penanganan limbah di rumah
sakit :
- Upaya minimisasi limbah
- Upaya teknis untuk mengurangi volume dan

konsentrasi limbah
- Pengoperasian serta pemeliharaan
peralatan yang aman masalah K3.
PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR RUMAH SAKIT
PENANGANAN LIMBAH CAIR
RS :
a. Pengolahan Pendahuluan
- Bak penangkap lemak
- Bak screen (saringan kasar).
- Grit chamber.
- Equalisasi.
b. Pengolahan Primer
Pada tahap ini menyangkut proses pengendapan dengan tujuan menghilangkan
zat padat tercampur. Pengolahan ini dapat digunakan langkah pre sedimentasi
dan bak/tangki sedimentasi.
c. Pengolahan Sekunder
Tahap ini umumnya mencakup proses biologis dengan tujuan untuk
mendegradasi bahan-bahan organik melalui proses biodegradasi aerob dan
anaerob.
d. Pengolahan Tersier
Pengolahan ini baru diperlukan jika pada pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat-zat tertentu yang masih berbahaya bagi lingkungan. Jenis
pengolahan ini antara lain : Sand filter, carbon filter, desinfeksi dan pengolahan
Lumpur. Desinfeksi bertujuan untuk membunuh mikroba pathogen pada limbah
cair yang akan dibuang ke lingkungan
PRINSIP PENGELOLAAN
AIR LIMBAH RUMAH SAKIT.
Aktivitas: Identifikasi, observasi,
pengukuran, analisis
Tahapan:
Identifikasi Proses dalam Rumah Sakit
Analisis Neraca Air
Identifikasi Alternatif Reduksi Air Limbah
Identifikasi Alternatif Pengolahan Air Limbah
Analisis Biaya dan Rencana Tindakan
Limbah cair non- Dapur : m3/hari
Tandon Air infeksius dan non- Laundry : m3/hari
350 m3/hari toksik : m3/hari
Lain-lain : m3/hari
Limbah Padat Jalan
Hijau
Limbah cair infeksius dan toksik :
Sumpit
M3/HARI

Ruang Rawat Intensif : m3/hari Ruang Perawatan : m3/hari Limbah Cair

Instalasi Hemodialisis : m3/hari Poli lt 1 & 2: m3/hari

Kantin Lt 3: m3/hari
Ruang Endoscopy : m /hari
3
IPAL Sungai
Toilet Lt 1 & 2: m /hari
3

Ruang Rehabilitasi Medik : m /hari


3

Manajemen : 39,9 m3/hari


Klinik Gigi dan Mulut : m3/hari
Masjid : m3/hari
Ruang Radiologi: m3/hari

Instalasi Laboratorium : NERACA AIR


m3/hari
Klinik Rawat Jalan : m3/hari
LIMBAH

Gudang Farmasi: m3/hari

Instalasi CSSD: m3/hari

Ruang Operasi: m3/hari


PRINSIP PENGOLAHAN
AIR LIMBAH.

1. PEMISAHAN PADATAN YANG ADA


DALAM AIR, DENGAN CARA :
1. PENYARINGAN
2. PENGENDAPAN.
2. BOD atau COD terlarut diolah dengan
bantuan Mikroorganisme :
1. Secara Aerobik
2. Secara Anaerobik.
PENGENDAPAN
PENURUNAN ZAT PENCEMAR :
Penurunan kandungan BOD (20 - 40) %
zat Padat Tersuspensi (20 65) %
PRINSIP PENGOLAHAN
SECARA PROSES AEROBIK

Polutan
Organik
(BOD/COD) + Bakteri/
Mikroba
+
O2 Bakteri
baru +
PRODUK
OKSIDASI
LAIN
PENGOLAHAN SECARA AEROBIK
SUMBER BISING IPAL :

MESIN BLOWER
POTENSI KASUS K3 :
DI IPAL RUMAH SAKIT
PRINSIP PENGOLAHAN
SECARA AN-AEROBIC

Polutan BIOGAS
Organik DAN
(BOD/COD) + Bakteri/ Bakteri PRODUK
Mikroba baru + OKSIDASI
LAIN
PROSES AN-AEROBIK
KELEBIHAN PROSES
AN-AEROBIK
MAMPU MENGOLAH KANDUNGAN BOD TINGGI
TAHAN KEJUTAN BEBAN BOD DAN DEBIT.
RELATIF TAHAN TERHADAP TOKSISITAS.
KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK RENDAH
MENGHASILKAN ENERGI DALAM BENTUK BIO-
GAS.
PRODUKS LUMPUR AKTIF RENDAH
PENANGANAN LIMBAH
PADAT DAN LIMBAH B3
INDUSTRI/RUMAH
SAKIT
msl
h

Permasalahan Pengelolaan Limbah


B3 di Indonesia

Industri Penghasil Limbah PPL-B3 Hanya :


B3 Banyak & Tersebar Luas Satu Pusat Landfill
Satu Pusat Pengol Lb B3 Cair

-biaya transportasi ke lokasi PPL-B3 jadi mahal,


-tingginya resiko selama di perjalannan,
-bahan pengemas harus dibuat lebih kuat
-biaya pengolahan yang bisa mahal.
-mendekatkan resiko pencemaran dari daerah yg jarang
penduduknya (luar Jawa) ke yg lebih padat.
-tingginya biaya pengelolaan membuat pengusaha keberatan
untuk mengelola limbah B3nya dengan benar.
-Perdagangan limbah B3 dr Neg maju ke Neg berkembang masih berjalan
-Penegakkan Hukum Lingk.masih kurang
-Teknlg pengolh Lbh B3 relatif masih mahal,
-Belum ada badan usaha yg bersedia menangani lbh B3 dari sektor domestik 7 ind
kecil.
sif
ik
as
i

Pengklasifikasian Limbah
B3

LIMBAH :
Bahan Berbahaya & Beracun Sisa Pada
Kemasan, Tumpahan, Sisa Proses

Evaluasi/ Tdk Tdk


Mudah Mudah Tdk Tdk Tdk Tdk Tes Tdk
analisis Penyebab
Reaktif Beracun Korosif
Toksikologi
Bukan
karakteristik Meledak Terbakar Iritasi
limbah
Limbah
B3

Y Y Y Y Y Y Y
a a a a a a a

Masuk Dalam
Daftar 1,2, atau 3
Limbah B3
nt

BAGAN MEKANISME PEMANTAUAN PENCEMARAN LIMBAH


INDUSTRI OLEH PEMDA

INDUSTRI LABORATORIUM KONSULTAN PEMERINTAH DAERAH

PENGKAJIAN HASIL
EFLUENT ANALISIS EFLUEN
ANALISIS EFLUEN

PEMERIKSAAN DATA
PENDUKUNG VERIFIKASI IPAL TIDAK MEMENUHI MEMENUHI
VERIFIKASI BERSAMA PEMDA BAKU MUTU BAKU MUTU

LAPORAN
VERIFIKASI
PENGHARGAAN
KEPADA INDUSTRI

LAPORAN PENGKAJIAN
VERIFIKASI LAPORAN
INDUSTRI

TINDAKAN
ADMINISTRATIF
PETUNJUK
DESAIN /REDESAIN
PERBAIKAN
IPAL
PEMBANGUNAN
IPAL
PENEGAKAN
EFLUENT ANALISIS EFLUEN HUKUM
LINGKUNGAN
PENANGANAN, PENAMPUNGAN,
DAN PENGANGKUTAN
LIMBAH RUMAH SAKIT
PENANGANAN LIMBAH
PADAT RS :
a. Pemilahan dan Penampungan limbah padat medis dan non
medis
Pemisahan dan Pengurangan
Reduksi keseluruhan volume limbah, hendaknya merupakan
proses yang kontinyu. Pemilahan dan reduksi volume limbah
medis dan yang sejenisnya merupakan persyaratan keamanan
yang penting untuk petugas pembuang sampah, petugas
emergency dan masyarakat.
Penampungan
Sarana penampungan untuk limbah harus memadai,
diletakkan pada tempat yang sesuai, aman dan higienis. Faktor-
faktor tersebut perlu mendapat perhatian dalam pengembangan
seluruh strategi pembuangan limbah untuk rumah sakit.
Standarisasi Kantong dan Kontainer
Pembuangan Limbah

Keseragaman standar kantong dan kontainer limbah mempunyai


keuntungan sebagai berikut :
Meningkatkan keamanan (k3) secara umum
Pengurangan biaya produksi dan kontainer.

Kode standar untuk sampah non medis (basah dan kering) :


kantong plastik warna hitam
kode standar untuk sampah medis di rumah sakit meliputi::

Sampah Infeksius :Kantong berwarna kuning dengan simbol biokazard.


Sampah Citotoksik :Kantong berwarna ungu dengan simbol limbah
citotoksik (berbentuk cell dalam telophase)
Sampah radioaktif :Kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif
yang telah dikenal secara internasional.
Kode standar diatas mengacu pada SK menkes Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
Pemilahan limbah padat
TEMPAT PENAMPUNGAN LIMBAH PADAT MEDIS DI NEGARA MAJU
ALAT ANGKUT LIMBAH PADAT MEDIS
NEGARA MAJU
Kontainer Plastik Untuk Limbah Benda Tajam Untuk berbagai Ukuran.

Bag-Holder Dengan Kantong Limbah


Yang Ditandai Dengan Simbul
Internasional Untuk Limbah Infeksius.

Kontainer Beroda Untuk Penampungan Kantong Plastik Yang Berisi


Limbah Layanan Kesehatan.
BEBERAPA RS DI NEGARA BERKEMBANG MENGGUNAKAN GEROBAG
SEBAGAI ALAT ANGKUT SAMPAH MEDIS
Contoh Rute Formulir Pengantaran (Di Inggris).

Contoh Formulir Pengantaran Limbah Layanan kesehatan .


Penanganan Akhir Limbah Padat Non Medis

Penanganan akhir limbah padat non medis


merupakan kegiatan pengangkutan limbah
padat non medis dari ruangan ke
pengumpulan lokal atau tempat
penampungan sementara (TPS), kemudian
dibawa ke lokasi pembuangan akhir (TPA)
Dinas Kebersihan setempat. Pengangkutan
biasanya dengan kereta trolly atau gerobak
yang tertutup.
Metode Pengolahan Limbah Padat Medis

1). Insinerasi
Proses insinerasi adalah metode pengolahan limbah padat medis dengan
pembakaran suhu tinggi, mencapai lebih dari 1000oC. Untuk mendapatkan hasil
pembakaran yang sempurna diperlukan 2 tahap pembakaran dalam 2 ruang
yang berbeda.
2). Autoclaving
Proses autoclaving adalah proses pemanasan dengan suhu rendah
menggunakan uap yang proses pemanasannya bergerak dari luar ke dalam.
3). Microwave
Proses microwave adalah memanfaatkan gelombang sangat pendek dalam
spektrum elektromegnetik. Pemanasan yang terjadi adalah suhu rendah dan
transmisinya berlangsung dari dalam ke keluar.
4). Desinfeksi dengan bahan kimia
Desinfeksi dengan bahan kimia adalah suatu cara untuk membunuh mikro-
organisme yang terdapat pada limbah infeksius dengan bahan kimia seperti
hypochlorik atau permangonate.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 LAYANAN KESEHATAN DENGAN
CARA PEMBAKARAN (INSINERASI)
PENANGANAN LIMBAH GAS :
Prinsipnya :
Pendekatan teknis untuk menyalurkan, mendispersi dan
mengurangi konsentrasi gas memenuhi baku mutu kualitas
udara yang berlaku.
Cara penanganan limbah gas tersebut adalah :
Pemilihan jenis mesin penghasil emisi gas yang mampu
menciptakan proses pembakaran bahan bakar secara
sempurna
Membuat cerobong (stack) dengan ketinggian tertentu
Melengkapi cerobong dengan filter
Membuat penyemprot air bertekanan (pressure water spray)
pada cerobong untuk menangkap debu/partikulat emisi
Melengkapi bangunan dengan ventilasi buatan, exhause fan
dan ceiling exhause fan yang memadai
Cara pengendalian resiko yang
ditimbulkan oleh limbah rumah sakit

a. Pengendalian terhadap fasilitas, alat dan sarana


Merubah disain
Mengganti fasilitas Pengolahan Limbah yang ada
Menambah pengaman/pelindung fasilitas
Menyediakan fasilitas yang memenuhi persyaratan
teknis.
Menentukan lokasi yang layak
Penerapan prinsip 3R (reuse, recycling and Recovery).
PENAGANAN LIMBAH DGN Microwave

Limbah dikumpulkan
ke dalam wadah
penampung anti-bocor
(MEDITAINER)

Disinfeksi /
Sterilisasi

Limbah steril:
Pembuangan akhir
sebagai limbah domestik
Contoh penggunaan kembali :
Residu incinerator di reuse menjadi
batu/pembatas taman/kanstein

CARA :
Residu/abu di
campur dengan
semen dan air,
diaduk (adonan)
dan dicetak sesuai
keinginan

Keterangan :
Cara yang sama
digunakan untuk
lumpur IPAL
Cara pengendalian resiko yang
ditimbulkan oleh limbah rumah sakit

b. pengendalian terhadap mekanisme kerja


Membuat atau merevisi pedoman, juknis, petunjuk
penggunaan alat dan SOP.
Kebijakan / komitmen pimpinan .

c. pengendalian terhadap tenaga


Petugas yang menangani limbah, harus
menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari :
topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang,
pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan
khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
Melakukan pelatihan cara bekerja yang sehat dan
selamat
Contoh :
Pengendalian terhadap Fasilitas Limbah ( Blower
Incinerator)
Peran serta masyarakat rumah sakit dalam
mengendalian limbah RS

Bentuk peranserta yang diharapkan dapat menunjang


pelaksanaan penanganan limbah RS, terutama pada
operator penanganan limbah adalah sebagai berikut :
Pentaatan pada prosedur (SOP) penanganan limbah RS
Penataatan terhadap penggunaan alat pelindung kerja
Kemauan untuk memahami faktor resiko akibat penanganan
limbah

Sedang bentuk peran serta pasien, pengunjung dan


karyawan Rumah sakit seperti :
Mentaati peraturan yang berlaku di Rumah sakit antara lain tidak
membuang sampah sembarangan.
Penataatan terhadap penggunaan alat pelindung kerja pada
karyawan.
Mentaati rambu-rambu K 3 yang ada
Monitoring dan evaluasi (Monev) pengelolaan
limbah RS

Monitoring dilakukan untuk mengendalikan implementasi perencanaan


melalui daftar pengamatan dan butir-butir yang tertuang dalam
perencanaan.

Aspek yang monitoring :


Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penanganan limbah
meliputi aspek :
Kesesuaian pelaksanaan dengan prosedur tetap yang ada
Pencapaian indikator dan sasaran yang ditetapkan
Sumber daya manusia
Jumlah dan kualitasnya
Waktu pelaksanaan kegiatan
Pembiayaan
Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian faktor
resiko meliputi aspek :
Jumlah kasus (accident)
Pola sebaran kasus
LANGKAH INSPEKSI K3 RS
DALAM PENANGANAN LIMBAH
1. Mengumpulkan data dasar ( denah, tenaga
kerja, proses, produk utama/sampng, keadaan
kesehatan operator, shit, jam istirahat, keadaan
keselamatan dll)
2. Membuat situasi tempat kerja
3. Pemeriksaan lingkungan kerja ( konstruksi,
gudang bahan, ruang kerja operator, proses
kerja, faktor lingkungan)
4. Pemeriksan fasilitas K3 (pakaian kerja, alat
pelindung, poster K3, fasilitas cuci tangan, dll)
5. Pemeriksan fasilitas kesejahteraan (MCK,
tempat istirahat, ruang ganti pakaian dll)
BENTUK REKOMENDASI ATAS
HASIL MONEV :
PENGENDALIAN MELALUI PERATURAN (LEGISLATIVE CONTROL)
:
Pedoman, SOP, Instruksi Direktur tentang penanganan limbah RS dll
PENGENDALIAN ADMINISTRATIF/ORGANISASI (ADMINISTRATIVE
CONTROL):
Pengaturan jam kerja, istirahat dan lembur operator limbah
Persyaratan operator limbah : batas umur, jenis kelamin, kesehatan dll
PENGENDALIAN TEKNIS (ENGINEERING CONTROL):
Substitusi bahan dan alat yang dipakai dalam fasilitas limbah
Isolasi : bahan, alat, proses kerja, operator dengan alat pelindung
Perbaikan sistem ventilasi bangunan limbah
PENGENDALIAN JALUR KESEHATAN:
Pemeriksaan kesehatan : awal, berkala dan khusus operator limbah
Pendidikan K3 : kebersihan, personal hygiene, disiplin pemakaian alat
pelindung pada operator limbah dll
Hubungan Tata Kerja Manajemen limbah
Rumah Sakit

Sistem hubungan antar unit dalam kegiatan penanganan limbah RS


adalah meliputi kewenangan dan tanggung jawab pengawasan dan
pelaksanaan.
Ruangan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
pengawasan internal kegiatan penanganan limbah.
Unit kerja penanganan limbah bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan pengawasan di sumber,
penyaluran/transportasi dan pengolahan serta pengawasan mutu
limbah
Prosedur tetap pengelolaan limbah :
Protap penanganan limbah cair
Protap Penanganan Limbah Padat
Protap penanganan limbah gas
Pola Pengorganisasian Kegiatan
Penanganan limbah Rumah Sakit

a. Fungsi-fungsi dalam organisasi limbah


Fungsi Pengawasan sumber daya (input)
Fungsi pengawasan sistem pengolahan
Fungsi Pengawasan mutu lingkungan
Fungsi Pengawasan pentaatan regulasi
Fungsi Pengawasan K3

b. Struktur organisasi berbasis fungsi


Struktur organisasi kegiatan kesehatan lingkungan seyogyanya
menempatkan kegiatan pengawasan sebagai basis utama,
ditambahkan dengan fungsi-fungsi teknis limbah dan administrasi
berbasis surveilans
Dokumentasi dan Pelaporan pengelolaan
Limbah RS

Seluruh hasil kegiatan penanganan limbah


RS harus dicatat secara lengkap
selanjutnya dilakukan dokumentasi.
Kegiatan yang telah didokumentasikan
selanjutnya dilakukan penyusunan laporan
kepada manajemen RS untuk mendapatkan
rekomendasi dan arahan kebijakan lebih
lanjut.
Referensi :
Undang-Undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintan No 85 tahun 1999 tentang pengganti
Peraturan Pemerintan No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Kepmen LH No Kep 058/ MenLH/IX/1995 tentang Baku
Mutu Limbah cair Rumah sakit.
Keputusan MenKes No. 1204/Menkes/Kep/XI/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Pedoman Sanitasi rumah sakit Di Indonesia, Depkes,
Tahun 2002.
Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Sarana Pelayanan
Kesehatan, Depkes, Tahun 2002.
Pedoman Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan,
Depkes , tahun 1997.
Kesehatan Lingkungan, Haryoto Kusnoputranto dan Dewi
Susana, FKM-UI, Tahun 2002.
Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, Yayasan
Pelangi, 1998

Anda mungkin juga menyukai