Anda di halaman 1dari 28

Keracunan pada unggas

Toksik merupakan racun yang berasal dari


proses biologik dan biasanya dikelompokkan
sebagai biotoksin, contohnya mikotoksin.
Toksikosis adalah suatu penyakit akibat
keracunan.
Pada peternakan ayam modern, keracunan
jarang terjadi kecuali mikotoksikosis.
Keracunan pada unggas dapat disebabkan
oleh:
- agen kemoterapeutik
- bahan toksik yang berhubungan dengan
pakan
- bahan toksi yang berhubungan dengan
kandang
- keracunan desinfektan dan fumigan
-insektisida, rodentisida
- keracunan gas beracun
- toksikan asal industri
Keracunan agen kemoterapeutik
Pemberian dosis yang tinggi, waktu yang lama
dan penggunaan kombinasi. Misalnya :

Sulfonamida
Sulfonamida sulit bercampur secara
homogen sehingga unggas dapat
mengkonsumsi bahan tersebut dalam dosis
tinggi.
Perubahan makroskopis:
perdarahan pada kulit, otot dan organ viceral,
jengger, daerah fasial, pada organ viceral juga
ditemukan fosi multifokal yang berwarna
kelabu.

Perubahan mikroskopis:
tampak nekrosis kaseus yang dikelilingi oleh
limfosit, heterofil dan giant cells pada hati,
limpa, paru dan ginjal. Pada sumsum tulang
femur tampak penurunan eritropoiesis yang
disertai trombositopenia dan agranulositosis.
Bahan toksik yang berhubungan
dengan pakan.
Kalsium
Kelebihan Ca akan diekresikan melalui ginjal,
sehingga menyebabkan iritasi pada ureter dan
ginjal dan dapat mengakibatkan nefrosis.
Mortalitas akibat hiperurisemia yang disertai oleh
timbunan asam urat pada organ viceral dapat
dihubungkan dengan kerusakan pada ginjal
karena kadar Ca yang tinggi dalam pakan.
- Terlihat timbunan Ca pada jaringan
parenkim paru. Nefrosis dan timbunan asam
urat pada organ viceral akibat obstruksi ginjal.
Ca yang tidak terabsorpsi akan tertinggal di
usus sehingga dapat meningkatkan kandungan
air dalam feses.

Kelebihan Natrium
Natrium (garam) dapat bersifat toksik pada
unggas dan menimbulkan kegagalan jantung
yang disertai edema dan asites.
- Kelebihan Na dosis tinggi depresi,
peningkatan konsumsi air dan diare, bulu kasar,
kotor dan basah, gangguan pertumbuhan dan
produksi telur.

- Perubahan makroskopis:
asites dan edema pulmonum, hidroperikardium
dan hipertropi jantung bagian kanan.

Pada anak unggas: dehidrasi, sianosis, hemoragik


miokardial, nefrosis dan enteritis.
- Perubahan makroskopis:
hemoragik miokardial, degenerasi dan
nekrosis tubuli dan atrofi glomeruli, infiltrasi
heterofil dan limfosit di mukosa usus.

Keracunan Copper (tembaga, Cu)


- Copper sulfat biasanya dilarut dengan air untuk
mengobati infeksi fungi, membersihkan alga atau
buih dalam saluran air minum. Kadang Cu
dicampur dengan pakan untuk mengobati
kandidiasis, dan menyemprot ke kandang untuk
mengendalikan Aspergillus sp.
- unggas mengalami keracunan tembaga
karena mengkonsumsi kristal copper sulfat.
Bila kadar Ca rendah dalam pakan maka
menyebabkan peningkatan kepekaan
terhadap keracunan Cu.

- gejala terlihat: depresi, kelemahan, konvulsi


yang diakhiri dengan koma dan anemia.

- perubahan makroskopis:
nekrosis proventrikulus dan ventrikulus,
disertai pengelupasan lapisan kutikula
ventrikulus.
Emfisema Subkutan
Disebabkan oleh lesi atau trauma di dalam
saluran pernafasan yang mengakibatkan
timbunan udara di bawah kulit.
Keadaan ini bisa terjadi karena penanganan
yang kasar saat ayam ditangkap, transportasi
dan akibat kaponisasi (kastrasi pada ayam
jantan)
Biasanya setelah operasi, sayatan pada kulit
dapat melekat kembali sebelum luka pada
muskulus peritonium sembuh sehingga dapat
terjadi penimbunan udara di bawah kulit.
Kondisi ini disebut wind puff (tiupan angin).

Emfisema bentuk bullae dapat ditemukan


pada kulit di bagian ventral sampai ujung
proksimal humerus. Keadaan ini berhubungan
dengan invasi humerus oleh kantong udara
selama periode awal kehidupan anak ayam.
Asites Sindrom
Sering ditemukan pada ayam pedaging yang
tumbuh cepat dengan lingkungan yang
terbatas.
Asites pada ayam dapat disebabkan oleh
beberapa faktor:
- peningkatan permeabilitas pembuluh darah
yang menyebabkan terbebasnya protein
cairan dari kapiler
- penurunan tekanan osmotik-koloidal plasma
- obstruksi pembuluh limfe.

Peningkatan tekanan darah akibat kerusakan


pada hati, kerusakan pada valvula jantung
atau miokardium, dan hipertensi pulmonum
gangguan keseimbangan cairan di
jaringan asites.
Gejala Klinis
Sianosis pada kulit di daerah kepala, jengger
mengerut, bulu kusam, kulit dibagian
abdomen berwarna merah kecoklatan,
abdomen membesar, sesak nafas, malas
bergerak.

Patologi makroskopis:
Rongga perut: akumulasi cairan berwarna
kuning atau coklat yang bercampur dengan
bekuan fibrin. Hati bengkak dan kongesti,
kadang juga mengeras dan tertutup fibrin.
Hidroperikardium, kadang juga ditemukan
perikarditis yang diikuti oleh perlengketan
antara perikardium dan jantung. Hipertrofi
dinding ventrikul bagian kanan. Paru terlihat
kongesti dan edema.

Patologi mikroskopis:
- Jantung tampak disorganisasi serabut
miokardium, edema, proliferasi jaringan ikat,
hemoragi fokal dan infiltrasi heterofil
- Hati: distensi sinusoid, fosi limfosit dan
heterofil, proliferasi fibroblas serosis.
Heat Stress
A. Prostasi (kehabisan Tenaga) akibat panas
Ayam tidak ada kelenjar keringat, maka cara
yang digunakan ayam untuk mendinginkan
tubuhnya yaitu dengan meningkatkan
frekuensi respirasi dengan cara membuka
mulut dan sayap terkulai. Jika temperatur
tubuh naik, maka ayam menjadi lemas dan
mati akibat gangguan respirasi, sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit.
Penanganan
- menyemprot kandang dengan air
- ventilasi yang baik
- suplai air minum yang cukup

B. Mati Lemas
- Akibat ayam terkumpul/menumpuk pada
sudut kandang. Ini biasanya terjadi karena
kandang baru, ketakutan, kedinginan.
- Jumlah ayam yang padat, ventilasi udara
kurang.
Perubahan patologi: kongesti pada trakea dan
paru, bulu pada bagian badan yang dientak-
entakkan tampak rusak.

C. Dehidrasi
Akibat kegagalan ayam mendapat air minum.
Perubahan patologi:
kulit daerah kaki kering, daerah tarsometatarso
kering dan berlipat-lipat. Paruh biru, otot dada
gelap dan kering, ginjal gelap, akumulasi garam
urat di ureter dan darah berwarna gelap.
Kanibalisme

Penyebabnya multifaktor
Beberapa faktornya:
1. Lingkungan
lingkungan yang kering biasanya
ditemukan kejadian mematuk bulu, kandang
yang padat, sinar yang terlalu terang atau
tidak merata dan manajemen pemeliharaan.
2. Nutrisi
- defisiensi beberapa jenis nutrisi, misal Ca,
protein, serat kasar dan NaCl dapat
meningkatkan kejadian mematuk bulu.
- pemberian pakan
3. Hormon
meliputi kadar estrogen dan progesteron
dalam darah, terutama pada yam petelur
selama periode awal produksi.
Bentuk kanibalisme pada ayam:
1. Mematuk kloaka
Kanibalisme yang paling berat. Biasanya
ditemukan pada ayam petelur muda yang
sedang produksi. Mematuk kloaka
menyebabkan kloaka dan oviduk tertarik
keluar mengakibatkan kematian.
Ayam ini terlihat anemik, pendarahan pada
bulu ekor sekitar kloaka dan pada kaki
belakang.
2. Mematuk/menarik bulu
Terjadi pada ayam yang dipelihara pada
kandang yang terbatas. Serta juga dapat
dipengaruhi oleh defisiensi nutrisi, khususnya
mineral.

3. Mematuk jari kaki


biasanya terjadi pada anak ayam. Akibat
kelaparan.
4. Mematuk kepala
biasanya akibat perkelahian antar ayam.
Gejala yang terlihat:
- daerah sekitar mata berwarna hitam dan
biru akibat pendarahan subkutan,
- balung bengkak dan berwarna hitam
- daerah cuping telinga berwarna hitam dan
nekrotik
Pencegahan :
dapat dilakukan dengan menyediakan pakan
dan minum yang cukup, kepadatan kandang,
ventilasi dan pencahayaan yang baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai