Anda di halaman 1dari 7

5 Penyakit pada Ternak Ruminansia

1. Penyakit Pink Eye.
            Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun
kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan
kekeruhan mata.
            Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan
kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan, penurunan
berat badan dan biaya pengobatan yang mahal.
 
Etiologi          
            Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang
paling sering ditemukan adalah akibat bakteri Maraxella bovis.
 
Cara Penularan
            Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak
penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme atau bisa juga lewat
iritasi debu atau sumber-sumber  lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.
 
Gejala Klinis
            Mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih dan kelopaknya, bengkak pada
kelopak mata dan cenderum menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari.
Selanjutnya selaput bening mata/kornea menjadi keruh dan pembuluh darah tampak
menyilanginya. Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata. Borok
dapat pecah dan mengakibatkan kebutaan. Mata akan sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu,
tergantung kepada penyebabnya dan keganasan penyakitnya.
 
Pengobatan
            Suntikan antibiotik, seperti tetracyclin atau tylosin dan penggunaan salep mata dapat
membantu kesembuhan penyakit. Menempatkan  ternak pada tempat yang teduh atau
menempelkan kain di mata dapat mengurangi rasa sakit mata akibat silaunya matahari.
 
Pencegahan
            Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak sehat merupakan cara terbaik untuk
pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia vaksin untuk penyakit ini.

2. Bloat (Kembung Perut/Timpani Ruminal)


            Kembung sering dijumpai pada ruminansia, baik pada sapi, kambing maupun domba.
Pada dasarnya kembung disebabkan karena ketidak-mampuan ternak menghilangkan gas
yang dihasilkan oleh rumen. Keadaan tersebut bisa menyebabkan kematian kalau tidak segera
ditangani. Kematian disebabkan oleh tertekannya diafragma dan paru-paru oleh rumen yang
mebesar akibat gas yang berlebihan.
 
Etiologi          
            Kembung bisa disebabkan oleh sejenis tanaman untuk pakan ternak. Tanaman yang
sering menyebabkan kembung adalah leguminosa (kacang-kacangan), seperti kacang
tanah, Centrocoma danalfafa. Tanaman yang masih berumur muda dan biji-bijian yang
diberikan dalam bentuk halus juga bisa menimbulkan kembung.  
            Selain faktor pakan, faktor individu ternak juga menentukan kepekaan terhadap
kejadian kembung. Ternak yang dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik,
mungkin juga kekurangan darah dan kelemahan umum cenderung mudah menderita
kembung.
 
Gejala Klinis
            Ternak sebentar-sebentar berbaring dan kemudian berdiri, tampak sempoyongan dan
berjalan ke sana kemari tanpa tujuan, kelihatan bingung. Terlihat sulit bernapas, sisi tubuh
sebelah kiri menggembung/menonjol ke atas dan ke luar, serta bersuara drum apabila ditepuk.
Gerakan rumen biasanya tetap berlangsung sampai bagian dalam dari mulut dan daerah
sekitar mata berubah menjadi kebiruan. Perubahan ini menunjukkan adanya kekurangan
oksigen dan mendekati kematian.
 
Pengobatan   
            Pengobatan secara cepat sangat diperlukan. Paksa ternak untuk berdiri, posisikan kaki
depan lebih tinggi daripada kaki belakang. Mulut dibuka, sepotong kayu dimasukkan
melintang dan pada kedua ujungnya diikiatkan tali. Kemudian tali tersebut diikatkan ke
belakang tanduk agar tidak lepas. Metode ini sering dikenal dengan sebutan broom stick
therapy. Tindakan ini merangsang pengeluaran air liur dan membantu mengurangi kembung
perut. Selanjutnya pemberian obat atau bahan lain bisa dilakukan. Minyak goreng, minyak
kayu putih atau minyak atsiri yang dicampur air hangat bisa diberikan. Obat-obatan kimia
dengan merek dagang”” tympasol”” untuk kembung berat bisa diberikan secara per oral.
Tympasol berisi zat-zat aktif, antara lain : 4 – chloro - m – cresol, 4 – chloro – m- xylenon,
formaldehid Thymal, Timol, Dimethyl polysiloksan. Obat lain dengan merek dagang
“Antibloat” berisi dimethicone bisa juga dipakai secara per oral. Obat dengan merek dagang
”Castor Oil”  yang berisi minyak castor digunakan untuk kembung ringan.
 
Pencegahan
            Pada umumnya ternak yang terkena kembung akan kehilangan napsu makan dan
minum, sehingga pengobatan juga akan sulit. Langkah yang paling bijaksana adalah dengan
jalan mewaspadai ternak terkena kembung melalui pengawasan gejala-gejala kembung dan
menejemen pemeliharaan yang lebih baik.

3. Penyakit Scabies
Skabies biasa disebut kudis atau bulug/budug. Scabies juga merupakan
penyakit zoonoisis dan dapat menular pada manusia. Biasanya disebabkan oleh alat dan
kandang yang kotor. Kotoran tersebut terkadang mengandung tungau sarcoptes scabei.
Ternak yang sehat biasanya tertular jika sudah terjadi kontak langsung dengan ternak/sapi
yang terkena skabies. Biasanya hewan yang terserang skabies terkesan seperti hewan yang
gatal - gatal.

Ciri dan Gejala Scabies pada sapi umumnya adalah :


1. Sapi sering menggigit bagian tubuhnya
2. Terkadang menggosok - gosokkan badannya pada kandang (seperti menggaruk -
garuk)
3. Bulu rontok dan nanah mulau muncul pada bagian tubuh
4. Karena ini adalah penyakit kulit sapi, akan timbul kerak berwarna abu - abu pada
bagian tubuh sapi dan kulit terkesan kaku
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Skabies Pada Sapi :
 Kandang usahakan berjauhan dengan rumah tinggal
 Aliran udara dan sanitasi kandang usahakan bagus
 Usahakan kandang sapi kering dan selalu bersih
 Hewan yang terdiagnosa skabies harus dipisahkan dan dikarantina
 Pengobatan yang aman biasanya dengan pemberian minyak kelapa dicampur dengan
kapur barus kemudian gosokkan pada kulit yang terkena.
 Serbuk belerang, dicampur dengan kunyit dan minyak kelapa yang sudah dipanaskan,
gosokkan pada kulit sapi. Bisa juga digosok dengan air tembakau.
 Sapi yang mati setelah terkena skabies tetap dapat dikonsumsi, hanya saja buang
bagian yang terkena tungau. Sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter hewan.

4. Penyakit Ngorok
Biasa disebut SEPTICHAEMIA EPIZOOTIC (SE) dalam istilah kedokteran.
Disebabkan oleh kuman yang bernama Pastuerella multocida serotipe 6B dan Pastuerella
multocida serotipe 6E. Biasanya menjangkit pada sapi yang kelelahan / letih. Cenderung
menyerang sapi pekerja maupun sapi potong yang stress akibat terlalu banyak aktifitas dan
kandang yang lembab atau kurang bersih. Pakan yang buruk kualitasnya juga merupakan
sarana penularan kuman ini. Penularan antar ternak biasanya melalui air liur, urine, makanan
dan tanah yang terkontaminasi. Kondisi lingkungan yang dingin juga merupakan sarana
untuk kuman tersebut berkembang.
Ciri dan Gejala Ngorok pada Sapi adalah :

1. Sapi sulit bernafas dan gemetar


2. Keluar air liur terus menerus
3. Suhu tubuh naik sampai 40 derajat celcius
4. Busung bagian kepala sampai leher bawah
5. Radang paru - paru, terlihat pada bagian dada karena sapi kurus
6. Selaput lendir me-merah
Pencegahan dan Pengobatan Sapi Ngorok :
 Karantina dan pemeriksaan sapi yang baru datang
 Vaksinasi rutin ternak dengan oil adjuvant tiap tahun
 Kandang selalu bersih dan diberi disinfektan
 Pengobatan yang umum dipakai adalah antibiotik Oxytetracyclin dan Streptomycin,
pemakaiannya wajib konsultasi pada yang berpengalaman
 Karena yang terserang adalah bagian paru - paru, maka jika akan dipotong dan
dikonsumsi kita buang bagian paru - paru nya
 Bangkai dan bagian yang terkontaminasi hendaknya dikubur atau dibakar

5. Penyakit Kuku Busuk


Seperti namanya, penyakit kutu busuk berkembang di bagian kuku sapi. Sering
disebut sebagai penyakit Foot Rot (Pembusukan kaki/kuku). Kuman fusiformis masuk ke
dalam celah kuku sapi dan berkembang disana, bahkan daya tahan kuman tersebut semakin
lama jika berada di dalam kuku sapi. Penyebab masuknya kuman ini adalah dimana kuku sapi
terluka akibat hantaman benda keras di tempat yang kotor dan akhirnya kuman masuk dan
berkembang pesat. Jika dibiarkan, kuman ini akan berkembang menjadi penyakit yang
melumpuhkan sel - sel di telapak kaki sapi hingga sapi tidak dapat berjalan.
Ciri dan Gejala Kuku Busuk pada Sapi :
1. Celah kuku dan tumit terlihat membengkak
2. Keluar cairan kuning dan berbau busuk pada bagian kuku
3. Mengelupasnya selaput pada bagian kuku diakibatkan matinya jaringan sel pada
bagian tersebut
4. Sapi terlihat pincang saat bergerak dan kesakitan
Pencegahan dan Pengobatan Kuku Busuk pada Sapi :
 Jaga kebersihan kandang sehingga bakteri dan kuman sulit berkembang disana
 Sering periksa kebersihan kuku sapi
 Jika sudah terserang, segera rendam kaki yang terserang dengan larutan formalin
sebanyak 10%
 Untuk pengobatan dengan suntik, usahakan kaki sapi tetap kering dan disuntikkan
larutan sulfat beserta antibiotik sesuai saran dokter hewan
5 Penyakit pada Unggas

1. Berak Kapur  (Pullorum)


Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Berak kapur sering ditemukan
pada anak ayam umur 1-10 hari.
 
Gejala yang timbul adalah :
-     napsu makan menurun
-     kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur
-     bulu dubur melekat satu dengan yang lain
-     jengger berwarna keabuan
-     badan anak ayam menjadi menunduk
-     sayap terkulai
-     mata menutup
 
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak nyata benar. Ayam dewasa yang
terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran
encer dan berwarna kuning.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai dari mesin
penetasan hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang dengan formaldehyde
sebanyak 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya,
sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon,
coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas  di dada ayam. Penulis lain menyebutkan
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfonamide.

2. Chronic Respiratory Disease (CRD) (ngorok atau Air Sac atau Sinusitis)


Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam
pada usia 4-9 minggu. Penuluaran terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat
makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
 
Seorang penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
-          batuk-batuk
-          napas berbunti atau ngorok
-          keluar cairan dari lubang hidung
-          nafsu makan turun
-          produksi telur turun
-          ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya
 
Sedangkan penulis lain mengatakan gejala yang timbul pada CRD adalah:
 ayam kehilangan napsu makan secara tiba-tiba dan terlihat lesu
 warna bulu pucat, kusam dan di beberapa lokasi terjadi perlengketan terutama di
sekitar anus
 terjadi inkoordinasi saraf
 tinja cair dan berwarna putih
 
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara
yang paling sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui  dan
melakukan sanitasi kandang.
Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas
dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada
air minum.

3. INFEKSI PROTOZOA (Berak Darah/ Koksidiosis)


Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus
Eimeria. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung
seperti kontak dengan droplet dari unggas yang terinfeksi. Pada saat unggas memakan
koksidia, organisme ini akan menginvasi usus dan mengakibatkan kerusakan dan kemudian
mulai berkembang biak. Beberapa minggu setelah terjadinya infeksi, koksidia akan berubah
menjadi oocyst. Oocyst masih belum cukup matur, meskipun  oocyst  terdapat pada droplet,
oocyst ini tidak dapat menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang  (sporulasi) menjadi
bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah yang dapat menyebabkan infeksi pada
unggas. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan. Di
dalam peternakan, penyakit ini sangat mudah ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar,
peralatan, tempat pakan, serangga atau rodent.
 
Gejala yang timbul pada penyakit ini adalah sbb:
 kotoran lembek cenderung cair dan berwarna coklat kehitaman kerena mengandung
darah
 pertumbuhan terhambat
 napsu makan menurun
 pada pembedahan ayam yang mengalami kematian akibat penyakit ini akan
ditemukan pada usus besarnya akan bengkak berisi darah.
 
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada usia 4 hari.
Biasanya kami akan memberikan vaksinasi ini dengan melakukan penyemprotan pada pakan.
Selain itu harus dilakukan sanitasi yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan yang sudah
mengandung koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).
4. Penyakit Collisepticaemia

Penyebab : Echericia colli


Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi
Tanda-tanda klinis :
 Ayam mengalami lemah
 ayam diare
 Berat badan ayam turun
 Ayam kadang-kadang mengalami Lumpuh
 sesak napas (kadang-kadang)

Pengobatan : antibiotik
Pencegahan : kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

5. Penyakit Fowl Cholera (Kolera Unggas/Diare Hijau)

Penyebab : Pasteurella Multocida


Penularan : leleran dan kotoran unggas terinfeksi
Tanda-tanda klinis :
 banyak unggas yang lelah dan lemah
 bulu berdiri
 nafsu makan ayam menurun
 jengger dan pial berwarna kebiruan
 wajah dan pial ayam bengkak
 persendian ayam bengkak
 nafas cepat dan sukar
 Ayam mengalami batuk dan bersin
 Adanya leleran bening atau kuning dari mata dan paruh
 Terjadi diare cair kuning/hijau pada ayam serta kloaka menjadi kotor.

Pengobatan : antibiotik
Pencegahan : kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

Anda mungkin juga menyukai