Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENYAKIT PADA SAPI

Sapi adalah salah satu komoditi peternakan yang menjadi andalan sumber protein
hewani berupa daging maupun susu yang cukup familiar di masyarakat. Dalam pemeliharaan
ternak sapi, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang
peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya.
Sapi sehat biasanya ditandai dengan keadaan dalam tubuh ternak tersebut berfungsi dengan
baik. Kondisi dimana aliran cairan di dalam tubuhnya berfungsi baik dalam mendukung
penyusunan sel - sel penting di dalamnya. Dengan rutin memperhatikan keadaan sapi serta
lingkungan dan cepat tanggap niscaya sapi akan selalu sehat dan normal.
Beragam faktor dapat mempengaruhi kesehatan sapi. Namun diantara beragam faktor
tersebut, lingkungan dan penularan merupakan faktor yang paling banyak membuat ternak
sapi terserang penyakit. Mencegah lebih baik daripada mengobati , itulah yang harus
digaris bawahi. Untuk faktor lingkungan, layak diperhatikan keadaan kelembaban kandang,
kebersihan lantainya, posisi ventilasi dan aliran udara, apakah sinar matahari pagi masuk
dengan baik ke dalam kandang atau tidak. Pakan juga merupakan salah satu penyebab sapi
terserang

penyakit,

oleh

karenanya

prosentase

dan

keseimbangan

pakan

layak

dipertimbangkan dengan matang.


Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit pada sapi perah dan sapi potong serta cara
pengobatan dan pencegahannya.

1. PENYAKIT ANTHRAX
Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menular
pada manusia. Biasanya kategori penyakit seperti ini disebut zoonosis. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis yang masuk ke dalam tubuh melalui pakan
dan air minum. Selain melalui pakan dan air minum yang tidak bersih, bakteri antrax bisa
masuk ke dalam tubuh sapi lewat tanah yang tercemar bakteri dan masuk melalui
pernafasan atau luka pada sapi. Bakteri antrax adalah bakteri yang daya tahannya luar
biasa, disinfektan dan panas terkadang tidak mampu melawan bakteri ini. Penyebarannya
juga sangat cepat apabila sapi tersebut kurang makan dan kelelahan, apalagi saat musim
panas. Penyakit ini bisa menyerang semua sapi dari berbagai tingkatan umur dan bisa
menular kepada manusia.
Bila sapi sudah terkena antrax, sebaiknya manusia tidak mendekat dan harus
berhati - hati dalam penanganannya. Bakteri dapat menular pada manusia melalui luka,
pernafasan (jika menghirup bulu sapi yang terserang).

a. Ciri dan Gejala umum Antrax pada sapi adalah sebagai berikut :
1. Sapi demam, lemah dan mudah jatuh/ambruk.
2. Radang pada bagian limpa dan akhirnya sapi menjadi diare.
3. Banyak pendarahan di beberapa bagian tubuh, biasanya berwarna hitam (pada
lubang hidung dan mulut, pori - pori dan pada lubang anus sapi).
4. Nafas tersengah sengah.
5. Pembengkakan pada bagian bawah perut.
6. Bila sudah akut, sapi akan mati mendadak
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Antrax pada sapi :
1. Vaksinasi spora avirulen secara berkala tiap tahun pada sapi yang belum
terkena.

2. Pengecekan, pembersihan dan karantina jika pada suatu daerah sudah terkena
antrax.
3. Jangan memberi makan sapi dengan akarnya, biasanya hijauan. Berikan
rumputnya saja.
4. Jangan sering - sering kontak fisik dengan ternak jika tidak benar - benar
darurat.
5. Jika sapi sudah terkena, berikan antibiotik dengan spektrum luas seperti
Penisilin G, Oxytetracyclin, Streptomycin.
6. Hewan yang sudah mati jangan dibedah, jangan memegang langsung bagian
luka. Langsung kubur saja bila perlu bakar bangkainya.
2. PENYAKIT SURRA
Penyakit surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa
Trypanosoma evansi. Parasit ini hidup dalam darah induk semang dan memperoleh
glukosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah induk semangnya. Menurunnya
kondisi tubuh sapi akibat cekaman misalnya stress, kekurangan pakan, kelelahan,
kedinginan dan sebagainya merupakan faktor yang memicu kejadian penyakit ini.
Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan lalat penghisap darah seperti
Tabanidae, Stomoxys, Lyperosia, Charysops dan Hematobia serta jenis arthropoda yang
lain seperti kutu dan pinjal.
Penyakit surra sering menyerang sapi pada musim hujan dimana kondisi
kekebalan sapi sering turun dan melemah . Beberapa kasus bahkan dapat menewaskan
ternak terutama kerbau.

a. Ciri Dan Gejala Umum Penyakit Surra pada sapi adalah sebagai berikut:
1. Gerakan sapi menjadi tidak aturan (sempoyongan, jalan berputar putar/mubeng)
jika sudah parah sering kejang kejang.
2. Selaput lendir menguning.
3. Tidak ada nafsu makan dan bulu rontok.
4. Demam dan cepat lelah
b. Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Surra pada sapi :

1. Penyemprotan insektisida di kandang ternak (biasanya sejenis asuntol) untuk


mencegah datangnya serangga penghisap darah.
2. Hindarkan kandang sapi dari tempat yang rawan menjadi sarang serangga (parit
dan tempat lembab).
3. Sisa - sisa pakan ternak jangan sampai membusuk di kandang.
4. Bila sapi luka, jangan sampai dibiarkan infeksi dan menjadi makanan bagi lalat
5. Karantina sapi yang sakit dan berikan obat berupa atocyl maupun artosol,
namun dalam penggunaannya hendaknya melalui konsultasi dengan dokter
hewan setempat.
3. PENYAKIT KUKU BUSUK
Penyakit kuku busuk berkembang di bagian kuku sapi. Sering disebut sebagai
penyakit Foot Rot (Pembusukan kaki/kuku). Kuman fusiformis masuk ke dalam celah
kuku sapi dan berkembang disana, bahkan daya tahan kuman tersebut semakin lama jika
berada di dalam kuku sapi. Penyebab masuknya kuman ini adalah dimana kuku sapi
terluka akibat hantaman benda keras di tempat yang kotor dan akhirnya kuman masuk
dan berkembang pesat. Jika dibiarkan, kuman ini akan berkembang menjadi penyakit
yang melumpuhkan sel - sel di telapak kaki sapi hingga sapi tidak dapat berjalan.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Kuku Busuk pada sapi :


1. Celah kuku dan tumit terlihat membengkak.
2. Keluar cairan kuning dan berbau busuk pada bagian kuku.
3. Mengelupasnya selaput pada bagian kuku diakibatkan matinya jaringan sel pada
bagian tersebut.
4. Sapi terlihat pincang saat bergerak dan kesakitan
b. Pencegahan dan Pengobatan Kuku Busuk pada Sapi :
1. Jaga kebersihan kandang sehingga bakteri dan kuman sulit berkembang.
2. Sering periksa kebersihan kuku sapi.
3. Jika sudah terserang, segera rendam kaki yang terserang dengan larutan
formalin sebanyak 10%.
4. Untuk pengobatan dengan suntik, usahakan kaki sapi tetap kering dan
disuntikkan larutan sulfat beserta antibiotik sesuai saran dokter hewan

4. PENYAKIT KEMBUNG PERUT (BLOAT)


Penyakit kembung perut disebabkan oleh macetnya saluran gas dalam tubuh sapi,
akibatnya pencernaan tidak lancar dan bagian perut rumen membesar. Ini dapat dilihat
dari bagian perut sapi sebelah kiri, apabila sapi kembung pasti akan terlihat membesar.
Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut,
bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan
jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena
kembung

yang

terjadi,

mendesak dan

mengakibatkan

perut

sapi

membesar

kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi
karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami
kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi
mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat.
Penyebab utama sapi terserang kembung adalah rumput - rumputan yang basah,
kurang berserat. Oleh karenanya seleksi hijauan mutlak diperlukan dan berikan
presentase hijauan jenis leguiminose maksimal lima puluh persen.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Kembung Perut / Bloat pada sapi:
1. Perut bagian kiri membesar karena gas tidak dapat keluar.
2. Pernafasan terganggu karena organ pernafasan ditekan oleh membesarnya
rumen.
3. Gerakan kurang lincah dan sering terjatuh.
4. Dalam kondisi parah, hewan bisa lumpuh dan mati
b. Pencegahan dan Pengobatan Kembung Perut pada sapi :
1. Jangan biasa memberikan pakan rumput yang masih basah, terutama di pagi
hari.

2.
3.
4.
5.

Kurangi prosentase pemberian leguminose hijauan.


Jerami kering berikan di pagi hari sebelum memakan hijauan jenis lain.
Usahakan ternak banyak bergerak sehingga mengurangi gas pada lambung.
Cara pengobatan yang biasa diberikan adalah anti bloat yang mengandung
dimethicone dan minyak nabati yang berasal dari kacang tanah. Minyak nabati

bisa disuntikkan pada sapi yang terkena bloat.


6. Konsultasikan pada dokter hewan untuk penggunaan obat yang tepat
5. PENYAKIT DEMAM
Demam ini umum disebut demam 3 hari. Istilah kedokterannya adalah BOVINE
EPHEMERAL FEVER (BEF). Penyebab demam BEF ini adalah gigitan lalat Cullicoides
sp dan nyamuk Culex Sp. Penyakit ini tergolong mudah diatasi dan tidak menular
terutama bagi manusia.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Demam (BEF) pada sapi adalah :
1. Sapi terlihat lemah dan lesu.
2. Sapi demam tinggi dan terkesan pincang.
3. Susah bergerak dan berdiri.
4. Sesak dan gemetaran.
5. Timbul cairan pada bagian hidung dan mata ternak.
6. Nafsu makan menurun.
7. Pada sapi perah, produksi susu akan menurun
b. Pencegahan dan Pengobatan Demam pada sapi :
1. Lingkungan yang bersih.
2. Penggunaan insektisida pada kandang.
3. Berikan obat penurun panas dan usahakan sapi banyak minum air.
4. Obat tradisional bagi BEF adalah pemberian gula merah dan garam dapur dan
diminumkan pada sapi.
5. Tetap konsultasi pada dokter hewan untuk lebih baiknya.
6. Daging boleh dipotong dan dikonsumsi

6. PENYAKIT INGUSAN (MALIGNANT CATHARRAL FEVER)


Penyakit ini ditularkan melalui virus Gamma Herpesvirinae dan penularan virus
dari ternak jenis domba. Biasanya menyerang sapi yang sering digembalakan bercampur
dengan ternak lain seperti domba dan kambing. Biasanya domba yang sudah terserang
tidak menunjukkan gejala apapun, tetapi meninggalkan virus tersebut melalui bekas
pakan yang telah dikunyah dan dimuntahkan kembali. Sapi yang memakan bekas
makanan tersebut akan dapat terkena penyakit ingusan.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Ingusan pada sapi biasanya adalah :
1. Timbul cairan pada bagian hidung dan mata ternak, lama kelamaan akan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

berubah dari encer menjadi lebih kental.


Ternak mulai terlihat meneteskan air liur.
Bagian moncong kering dan terkadang keluar nanah.
Ternak terdengar sulit bernafas dan gemetar.
Bagian mata terlihat keruh dan cenderung memutih.
Jika sudah parah kulit ternak seperti terkelupas.
Sapi berjalan sempoyongan dan lemah, jaringan tubuh rusak dan sapi terlihat

kurus
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ingusan pada sapi :
1. Usaha yang bisa kita lakukan adalah dengan pencegahan infeksi dengan
antibiotik sehingga gejala tidak meluas.
2. Penyakit ini belum ada obat yang mampu menghilangkan secara keseluruhan,
namun dapat hilang sendiri jika penanganan kita cepat dan sapi dipelihara
dengan baik.
3. Usahakan penanganan secara langsung setelah terlihat gejala ringan, biasanya 4
hari setelah terserang sapi akan semakin memburuk.
4. Konsultasikan pada dokter hewan terkait pemakaian obat. Ingat, obati secara
langsung setelah terlihat gejala ingusan, jangan terlambat.

5. Ternak yang mati tetap dapat dipotong dan dikonsumsi, namun bagian yang
terinfeksi harus dibuang.

7. PENYAKIT KUDIS (SCABIES)


Penyakit Kudis (Scabies) merupakan penyakit zoonoisis dan dapat menular pada
manusia. Biasanya disebabkan oleh alat dan kandang yang kotor. Kotoran tersebut
terkadang mengandung tungau sarcoptes scabei. Ternak sapi yang sehat biasanya tertular
jika sudah terjadi kontak langsung dengan sapi yang terkena skabies. Biasanya sapi yang
terserang skabies terkesan seperti ternak yang gatal - gatal.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Scabies pada sapi adalah :


1. Sapi sering menggigit bagian tubuhnya.
2. Terkadang menggosok - gosokkan badannya pada kandang (seperti menggaruk garuk).
3. Bulu rontok dan nanah mulau muncul pada bagian tubuh.
4. Karena ini adalah penyakit kulit sapi, akan timbul kerak berwarna abu - abu
pada bagian tubuh sapi dan kulit terkesan kaku.
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Skabies pada sapi :
1. Usahakan kandang sapi kering dan selalu bersih.
2. Hewan yang terdiagnosa skabies harus dipisahkan dan dikarantina.
3. Pengobatan yang aman biasanya dengan pemberian minyak kelapa dicampur
dengan kapur barus kemudian gosokkan pada kulit yang terkena.
4. Serbuk belerang, dicampur dengan kunyit dan minyak kelapa yang sudah
dipanaskan, gosokkan pada kulit sapi. Bisa juga digosok dengan air tembakau.
5. Sapi yang mati setelah terkena skabies tetap dapat dikonsumsi, hanya saja buang
bagian yang terkena tungau. Sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter
hewan.

8. PENYAKIT CACINGAN (HELMINTHIASIS)


Penyakit cacingan merupakan penyakit yang paling sering menyerang ternak sapi
yang dipelihara secara tradisional dan tergolong penyakit yang mudah ditangani
tergantung dengan banyak/sedikit-nya cacing dalam tubuh, jenis cacing yang menyerang
(cacing hati, cacing pita, cacing gilig/nematoda)dan penanganan. Jenis cacing yang
menyerang sapi sebenarnya sangat banyak jenisnya. Namun yang paling sering
menyerang adalah jenis cacing hati dan cacing pita, biasanya disebabkan oleh kondisi
pakan yang tidak bersih / mengandung larva cacing. Biasanya pada rumput hijauan.
Proses pengobatan biasanya dilakukan dengan melumpuhkan cacing sehingga cacing
yang mati tersebut akan ikut keluar melalui kotoran sapi.

a. Ciri dan Gejala Umum Penyakit Cacingan pada sapi adalah:


1. Sapi tidak nafsu makan.
2. Sapi terlihat kurus dari hari ke hari.
3. Susah buang air besar / tidak teratur.
4. Diare berkepanjangan dan mencret.
5. Gerakan melemah dan mata sayu.
6. Nafas terengah engah.
7. Hidung dan mulut mulai kering.
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Cacingan pada sapi:
1. Sisa pakan di kandang jangan dibiarkan terlalu lama, segera buang atau olah
menjadi pupuk tanaman.
2. Berikan obat cacing secara rutin dan berkala (biasanya dua bulan sekali).
3. Obat yang biasanya digunakan oleh dokter hewan adalah dalam jenis
benzimidazol, Imidathiazol dan Avermectin (konsultasi dengan dokter hewan
sebelum menggunakan).
4. Pengobatan tradisional dengan pemberian daun / buah nanas. Terutama untuk
melumpuhkan cacing nematoda. Untuk cacing lainnya, bisa diberikan bawang
putih karena sangat efektif dan tidak terdapat efek samping.

9. PENYAKIT NGOROK (SEPTICHAEMA EPIZOOTICA)


Penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan sapi yang berusia
muda (umur 6-24 bulan). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri PastureIla multocida. Bakteri
ini biasanya menyerang sapi yang baru mengalami perjalanan jauh. Penularan penyakit
terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.

a. Ciri dan Gejala umum Penyakit Ngorok pada sapi adalah sebagai berikut:
1. Membengkaknya kulit kepala dan selaput lendir lidah disertai warna merah dan
2.
3.
4.
5.

kebiruan.
Membengkaknya leher, anus, dan vulva; paru-paru meradang.
Selaput lendir usus dan perut masam serta berwarna merah tua.
Sapi mengalami demam dan sulit bernapas sehingga terdengar mengorok.
Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.

b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ngorok pada sapi:


1. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan memberikan vaksinasi anti-SE,
setiap 6 bulan sekali.
2. Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan antibiotika atau sulfa.
10. PENYAKIT DIARE
Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. Diare pada ternak khususnya sapi bukan
merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah
penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Pada dasarnya
diare adalah sebuah gejala klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau
patologis di dalam tubuh terutama saluran pencernaan. Penyebab penyakit diare pada
sapi adalah perubahan fisiologis misalnya perubahan lingkungan ternak, meliputi
perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan.
a. Ciri dan Gejala umum Penyakit Diare pada sapi :

1. Feses lembek sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau busuk, kadang


disertai lendir, bercak darah/segmen cacing yang keluar dari lubang anus .
2. Tubuh terlihat kurus, pucat, lemah dan lesu.
3. Dari mata dan hidung keluar eksudat / lendir .
4. Bulu kasar, kaku dan rontok.
5. Punggung melengkung.
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Diare pada sapi:
1. Tidak melakukan perubahan yang mendadak dalam hal pakan, perpindahan
lokasi kandang dan sebagainya agar ternak tidak stres.
2. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang.
3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang maka diberikan cairan elektrolit
terutama air, bikarbonat, sodium dan potassium atau larutan garam agar tidak
terjadi dehidrasi yang lebih lanjut.
11. PENYAKIT BRUCELLOSIS
Brucellosis adalah infeksi kronis (menahun), terutama pada sapi dan kerbau yang
menyerang organ reproduksi dan menyebabkan keguguran. Penyakit Brucellosis juga
adalah jenis penyakit menular. Penularan pada antar ternak terjadi melalui saluran
pencernaan, saluran kelamin, saluran selaput lender, kulit yang luka, kotoran dan air seni
hewan yang terinfeksi dan reruntuhan cairan sisa-sisa abortus dari hewan terinfeksi.

a. Ciri dan Gejala umum Penyakit Brucellosis pada sapi :


1. Keguguran pada bulan ke 5-8 kebuntingan.
2. Mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius dan berwarna keruh.
3. Pada sapi jantan memperlihatkan gejala epididimis dan orchitis (infeksi pada
epididimis dan testis).
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Brucellosis pada sapi:

1. Tindakan sanitasi, antara lain : sisa abortus dihapus hamakan, fetus dan placenta
dibakar, hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami
keluron, anak-anak hewan yang lahir dari induk menderita brucellosis sebaiknya
diberi susu dari induk yang bebas brucellosis, hewan penderita pada sapi perah
dilaksanakan pemotongan bersyarat, dan peralatannya harus dicuci dan dihapus
hamakan, ternak pengganti jangan segera di masukkan.
2. Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat bebas brucellosis dapat
dimasukkan bila setelah diuji serologis negatif. Sedangkan yang mempunyai
sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji serologis dalam selang waktu 60
sampai 120 hari setelah dimasukkan dalam kelompok ternak.
3. Pengawasan lalu lintas ternak dilakukan secara seksama.
4. Belum ada obat efektif untuk Brucellosis

12. PENYAKIT RADANG PAHA


Radang paha atau Black Leg adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh
infeksi bakteri CL. Chauvoei pada sapi yang berakibat kepincangan dan radang yang
hebat pada bagian paha. Kejadian penyakit radang paha di Indonesia pertama kali
dilaporkan di Subang pada tahun 1907. Daerah endemik radang paha di
Yogjakarta, Surakarta dan Madiun. Penularan penyakit terjadi melalui spora yang
termakan oleh hewan dan biasanya menyerang sapi muda umur 8-18 bulan.

a. Ciri dan Gejala umum Penyakit Radang Paha pada sapi :


1. Pada pangkal kaki belakang yang terserang dengan gejala awal pincang diikuti
terbentuknya peradangan di bagian atas kaki yang meluas secara cepat.

2. Jaringan yang terserang jika diraba berkrepitasi yang disebabkan penumpukan


gas di bawah kulit.
3. Timbul demam yang tinggi dan pernafasan meningkat, hewan terdengar
mendengkur dengan gigi gemertak.
4. Kematian terjadi mendadak antara 1-2 hari setelah timbul gejala serta dapat
terjadi pendarahan pada hidung dan dubur.
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Radang Paha pada sapi:
1. Pengendalian dan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi masal di daerah
tertular setiap tahun untuk umur 6 bulan sampai 3 tahun.
2. Pengobatan hewan sakit dapat dilakukan dengan suntikan penisilin dosis besar.
3. Hewan yang mati karena radang paha dilarang dipotong untuk dikonsumsi
dagingnya.
4. Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan disucihamakan dengan
desinfektan.
13. PENYAKIT BOTULISME
Botulisme atau Lamziekti adalah penyakit pada ternak sapi yang disebabkan oleh
toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium Botulinum yang memperbanyak diri
dalam jaringan yang membusuk. Bakteri ini membentuk spora dan tahan hidup bertahuntahun dalam tanah dan bersifat anaerobik. Sapi yang terinfeksi mengalami kelumpuhan
total otot gerak. Bakteri Cl. Botulinum terdapat dimana-mana di Indonesia dan terjadinya
infeksi tergantung oleh faktor predisposisi seperti tidak sengaja termakan atau terminum.
Penularan penyakit terjadi melalui toksin dalam pakan atau air yang tercemar oleh
bakteri. Kejadian botulisme sering terjadi pada sapi yang kekurangan fosfor karena
hewan yang kekurangan fosfor cenderung mengunyah tulang yang dijumpai di
pengembalaan. Apabila tulang tersebut berasal dari hewan pembawa kuman maka akan
terjadi intoksikasi.
a. Ciri dan Gejala umum Penyakit Botulisme pada sapi :
1. Terjadinya kelumpuhan total secara perlahan.
2. Toksin menyerang sistem syaraf dan menyebabkan sapi sempoyongan, kesulitan
menelan, ngiler dan mata terbelalak.
3. Kelumpuhan terjadi pada lidah, bibir, tenggorokan, kaki dan disusul kelemahan
umum.
b. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Botulisme pada sapi :
1. Pencegahan dilakukan dengan pemusnahan karkas dan vaksinasi dengan toksoid
tipe C dan D.
2. Hewan yang mati karena botulisme dilarang dipotong untuk dikonsumsi
dagingnya. Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan disucihamakan
dengan desinfektan.

BAB II
PENYAKIT PADA AYAM

1. Penyakit Snot
Penyakit snot atau coryza di sebabkan oleh bakteri haemophillus
gallinarum. penyakit snot dapat menyerang ayam semua umur dan
terutama menyerang anak ayam, biasanya penyakit ini muncul akibat
perubahn musim dan banyak di temukan di daerah tropis. perubahan
musim

biasanya

akan

mempengaruhi

angka

kesehatan

ayam

morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%. moralitas atau


angka kematian yang di timbulkan oleh penyakit mencapai 30%.
a. Cara Penularan
Bakteri haemophillus gallinarum hanya dapat bertahan diluar tidak lebih dari
12 jam. Dan dapat menular melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit juga,
dapat melelui udara, debu, wadah pakan, dan petugas kandang.
b. Gejala Klinis
1. Pengeluaran cairan air mata ( mata berbusa ).
2. Ayam terlihat mengatuk dengan sayap turun dan mengantung.
3. Keluar lendir dari hidung, kental berwarna kuning dan berbau khas.
4. Pembengkaan di daerah sinus infra orbintal.
5. Ada kerak di dalam hidung.
6. Ayam ngorok dan susah bernafas.
7. Pertumbuhan melamban ( kecentet ).
8. Perubahan patologi.

9. Pada kasus ini patut di jumpai konjungtivitis dan peradangan pada kelopak mata
( periorbital fascia ). Pada kasus kronis di jumpai sinusitis yang bersifat serosa
sampai kaseosa.

c. Diagnosis
Bakteri haemophillus gallinarum dapat diisolasi dari swab sinus ayam yang
menderita penyakit akut. Isolasi laboraturium dapat di lakukan dengan menggunakan
plat agar darah yang telah di gores staphylococcus sp dan di inkubasi dalam suasa
anaerob.
- Diferential Diagnosa
Diagnosa bagi penyakit coryza adalah mikoplamosis atau chronic
respiratori disease (cdr) dan infectious laryngotracheitis (ilt).
d. Pengobatan
Pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian preparat
sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathazole. Pemberian sulfonamida dapat di
kombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati coryza dan dapat di berikan lewat
air minum atau di suntikan secara intramuskular. Perhatikan penarikan waktu pada
ayam petelur karena obat tersebut dapat mengkontaminasi telur dan kualitas dari
kerabang telur.
2. Penyakit Ngorok Atau Chronic Respiratory Disease ( CDR )
Penyakit ini biasa juga di sebut dengan chronic respiratory disease ( CDR ) atau
mikoplamosis atau sinusitis atau air sac.penyakit cronic respiratory disease di sebabkan
oleh bakteri microplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam usia 4-9 minggu.
Penularan terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, makan dan minum, telur
tetas atau doc yang terinfeksi. Selain itu juga disebabkan oleh litter yang kering juga
kadar amonia yang terlalu tinggi.
a. Cara Penularan
1. Secara vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui telur.
2. Secara horizontal disebabkan dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat.
Penularan-penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat
peralatan, wadah pakan, hewan liar maupun petugas kandang.
b. Gejala klinis

Ngorok basah, adanya leleran hidung lengket dan terdapat eksudat berbuih
pada mata, ayam suka mengeleng gelengkan kepala. Pada kasus kronis
mengakibatkan kekurusan dan kekurangan cairan bernanah dari hidung.
c. Pengobatan
Pengobatan CDR pada ayam yang sakit dapat di berikan baytrit 10%
peroral, mycomas dengan dosis 0,5 ml/l air minun. Tetracolin secara oral atau
bacytracyn yang di berikan pada air minum.
3. Penyakit infectious laryngotracheitis (ILT)
Infectius laryngotracheitis atau (ILT) merupakan penyakit kontagius pada saluran
pernafasan yang di ricikan dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan
bernafas, konjungtifitas, adanya iflamasi yang mengelilingi membran mata. Penyakit ini
di sebabkan oleh herpes virus. Yang mampu hidup 8-10 hari pada leleran, lebih dari 70
hari di dalam karkas, kemudian dapat hidup lebih dari 80 hari pada eksudat ( tracea atau
saluran pernafasan ) dalam kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu
dalam flok, dan lebih lama di banding penyakit respirasi viral yang lainnya.
Penyakit ini tidak dapat di obati namun dapat di cegah, tetapi dapat menimbulkan carier
bagi yang sudah terinfeksi.
a. Penularan
Virus ifectius laryngotraheitis atau (ilt) di tularkan melalui pernafasan dan
dapat melalui udara secara kontak langung melalui burung yang satu kandang. Virus
masuk dan menginfeksi burung melalui mata, hidung atau mulut. Mulut dan darah
yang mengandung virus dapat keluar melalui batuk dan menyebabkan virus. Masa
inkubasinya antara 6-12 hari. Kejadian outbreak dapat di karenakan lalu lintas
unggas. Pekerja dan alat kandang, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan
terjadinya penyebaran.
b. Gejala klinis
1. Dyspnoe.
2. Rinitis.
3. Kandang-kandang

mengalami

pneumonia

atau

bronkhopneumonia

moralitas mencapai 50%.


c. Diagnosa
Pada penyakit yang akut di cirikan gelaja klinis dan penemuan darah,
makus, eksudat kaseosa pada trachea. Secara mikroskopik di tandai dengan
desqumative dan nekrotic tracheitis.
Diagnosa mungkin dapat diperkuat dengan ditemukannya inclusion body
intramuclear pada epitel trachea, isolasi dan identifikasi virus secara spesifik dengan

chicken embryo dan kultur jaringan atau dengan inokulasi pada sinus intraorbital
untuk mengetahui imunitasnya. Spesimen dapat pula diinokulasi pada membran
chorioallantois pada telur ayam berembrio Pemeriksaan mikroskopiknya pada lesi
membran chorioallantois terdapat inclusion body intranuclear. Dapat dibedakan
dengan Fowlpox pada lesi trachea dan inclusion bodynya berupa inclusion body
intracytoplasmic. Diagnosa dapat pula dilakukan dengan PCR.
- Diferensial diagnosa
1. Infectious Bronchitis
2. Newcastle Disease
3. Mycoplasmosis
4. Avian coryza
d. Pencegahan
1. Meminimalisir kotoran dan debu.
2. Penggunaan mild expectorants.
3. Vaksinasi baik secara eye drop, spray maupun lewat air minum.
4. Penyakit Berak Kapur atau Pullorum
Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama
berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini
menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain
ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa
burung liar. Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan
bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun
Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui.
Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi
terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering
mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat
mencapai 85%.

a. Cara penularan
1. Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
2. Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis
sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak
langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian
dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
b. Gejala klinis
1. napsu makan menurun.
2. feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur.

3. Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih.


4. kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering.
5. jengger berwarna keabuan.
6. mata menutup dan nafsu makan turun.
7. badan anak ayam menjadi lemas.
8. sayap menggantung dan kusam.
9. lumpuh karena artritis
10. suka bergerombol
c. Perubahan patologi
Pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan
kadang kadang sering diikuti omfalitis. Pada kasus kronis dijumpai abses pada organ
dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa) yang ditandai adanya
bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.
d. Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati,
usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam
karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara
cepat (rapid whole blood plate aglutination test).
e. Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obatobatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat
menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang
dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
f. Pencegahan
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki
sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang dengan
formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari
kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
5. Penyakit Gumoro
Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan
thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang
parah, antibody ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan
tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam yang terkena akan
menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di
sekitar

anus

kotor

dan

lengket

serta

diakhiri

dengan

kematian

ayam.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus. Di dalam

tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan berkembang
menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada
ayam, tetapi infeski sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan
cepat karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja.
Penyakit Gumoro yang menyerang anak ayam pada usia 2 sampai 14 minggu
dapat diindikasikan dengan gejala awal sbb:
a. Gejala klinis
1. Napsu makan berkurang.
2. Ayam tampak lesu dan mengantuk.
3. Bulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang
mengotori bulu pantat.
4. Peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki
duburnya sendiri.
5. Jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.
Selain itu, beberapa pendapat pakar lainnya bahwa gumoro dapat dibagi 2
yaitu gumoro klinik dan sub klinik. Gumoro klinik menyerang anak ayam berumur
3-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam tersebut hanya
bersifat sementara antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik menyerang anak ayam
berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan tubuh ayam
dapat hilang secara permanen, sehingga ayam dengan mudah terserang infeksi
sekunder.
Gumoro menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang
sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak menular
dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Upaya penanggulangan gumoro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan kandang
6. Penyakit Telelo atau Newcastle Disease (ND)
Penyakit Telelo atau Newcastle Disease (ND) biasa juga disebut dengan istilah
penyakit Samper Ayam ataupun Pes Cekak. Dimana penyakit ini merupakan suatu
infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
- Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic
Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian
yang luar biasa bahkan hingga 100%.

Tipe yang lebih ringan disebut degan Mesogenic. Kematian pada anak ayam
mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini

ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.


Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan
kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan
kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya
terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus

ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.


Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara.
Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan
yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai
carrier dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi
pemaparan.

a. Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai
berikut:
1. Excessive mucous di trakea.
2. Gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok
3.
4.
5.
6.
7.

waktu bernapas.
Ayam tampak lesu.
Napsu makan menurun.
Produksi telur menurun.
Mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah.
Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh
gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-

kejang dan leher terpuntir.


b. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Ayam yang tertular harus dikarantina atau bila sudah pada stadium berbahaya
maka harus dimusnahkan.
2. Vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Vaksinasi pertama,
dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk
berikutnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di intramuskuler
otot dada.
3. Untuk memudahkan mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang
pakar menyarankan agar memberikan vaksin ini dilakukan dengan pola 444.
maksudnya vaksin ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4

bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Akan tetapi pola pemberian ini
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan efektivitas terbaik dari hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai