Anda di halaman 1dari 15

Epistaksis Anterior Berulang

Pembimbing :

Dr. Matius SpTHT-KL

Disusun oleh :
Ahmad Marzuqi bin Abdullah (112015434)
Welhan Chau (112016337)
Identitas Pasien
Nama: Nn A Jenis kelamin: Perempuan
Usia : 17 tahun Agama: Muslim
Pekerjaan : Siswa Pendidikan: SMA
Alamat: Cengkareng Status menikah: Belum menikah
1.Anamnesis
Diambil secara : Autoanamnesis
Pada tanggal : 12 Juli 2017 Jam : 10:00 WIB
Keluhan utama : mimisan lebih dari 30 menit sejak 2 hari yang lalu
Keluhan tambahan : pusing
Riwayat penyakit sekarang:Keluhan mimisan tersebut terjadi hilang timbul sejak 1 tahun SMRS.
Darah yang keluar adalah sedikit. Mimisan terjadi tiba-tiba dan sering pada waktu malam. Pasien
mengambil keputusan untuk ke poli THT karena sejak 2 hari yang lalu, mimisannya terjadi lebih
dari 30 menit. Mimisannya biasanya akan berhenti sendiri setelah pasien melakukan tekanan
pada hidung. Pasien mengatakan sering pusing namun tidak ada rasa nyeri saat mimisan terjadi.
Pasien tidak mengeluh batuk pilek dan demam. Pasien juga tidak mengalami penurunan berat
badan. Pasien tidak mengkonsumsi obat pengencer darah.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat trauma pada wajah 1 tahun yang lalu, riwayat hipertensi(+)
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat hipertensi(+), diabetes mellitus(-), riwayat kelainan darah(-)
2.Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALISATA
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD :140/80 mmHg
N :88 x/min
S :36.2oC
RR :20x/min
Aktivitas :Normoaktif
Sikap :Kooperatif
Status gizi :Baik
Telinga
Kanan Kiri Kelainan pre, infram Fistula pre-auricular (-), Fistula pre-auricular (-),
retroaurikuler hematoma (-), abses (-), hematoma (-), abses (-),
Bentuk daun telinga Normotia, simetris kanan- Normotia, simetris kanan-
kiri, pseudokista (-), kiri, pseudokista(-), massa (-), sikatriks (-), massa (-), sikatriks (-),
edema (-), nyeri (-), edema (-), nyeri (-),
perikondritis (-) perikondritis (-)
hipertermi (-) hipertermi (-)

Region mastoid Massa (-), hiperemis (-), Massa (-), hiperemis (-),
Kelainan kongenital Mikrotia (-), makrotia (-), Mikrotia (-), makrotia (-),
oedem (-), nyeri (-), abses (-), oedem (-), nyeri (-), abses (-),
fistula (-), atresia (-), bats fistula (-), atresia (-), bats
Krepitasi (-), frakktur (-), Krepitasi (-), frakktur (-),
ear (-). ear (-).
Hipetermi (-) Hipetermi (-)

Liang telinga lapang, edema (-),atresia (-), Lapang, edema (-),atresia (-),
Radang, Tumor Kalor (-), rubor (-), dolor, Kalor (-), rubor (-), dolor,
furunkel (-), jar. Granulasi (-), furunkel (-), jar. Granulasi (-),
,massa(-) ,massa(-)
hiperemis (-), serumen (-), hiperemis (-), serumen (-),
sekret (-), laserasi (-), massa (- sekret (-), laserasi (-), massa (-
Nyeri tekan tragus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-) ), hifa (-), perdarahan aktif (-). ), hifa (-), perdarahan aktif (-).

Penarikan daun telinga Nyeri tarik auricula (-) Nyeri tarik auricula (-) Membrane timpani Intak, reflex cahaya arah jam Utuh, reflex cahaya arah jam
5, perforasi (-), bulging (-). 7, perforasi(-), buldging (-).

Dextra Sinistra
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tes Penala
Kesan: tidak terdapat gangguan pendengaran
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pada kedua telinga
Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Penala yang dipakai - -
Hidung
Rhinoskopi anterior
Dextra Sinistra Konka inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-),
Bentuk Normal. Saddle nose (-), hump Normal. Saddle nose (-), hump ,hipertrofi (-) hipertrofi(-)
nose (-), agenesis (-), hidung nose (-), agenesis (-), hidung
Meatus nasi inferior Lapang , sekret (-), massa(- Lapang , sekret (-), massa(-
bifida (-), atresia nares anterior bifida (-), atresia nares anterior
), edema (-), tampak ), edema (-)
(-), tidak ada deformitas. (-), tidak ada deformitas.

Tanda peradangan Kalor (-), rubor (-), dolor(-), Kalor (-), rubor (-), dolor(-),
pembuluh darah menonjol
fungsiolesa (-), massa(-), edema fungsiolesa (-), massa(-), edema (+)
(-) (-) Konka medius Edema (-), hipertrofi (-), Edema (-), hipertrofi (-),
hiperemis (+) hiperemis (-)
Daerah sinus frontalis dan Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-),
Meatus nasi medius Lapang , sekret (-), massa(- Lapang, sekret (-), massa(-
maxillaries krepitasi (-) krepitasi (-)
), edema (-) ), edema (-)
Vestibulum Tampak bulu hidung, laserasi (-), Tampak bulu hidung, laserasi (-
Septum nasi Deviasi (-), spina (-), Deviasi (-), spina (-),
sekret (-), furunkel (-), krusta (-), ), sekret (-), furunkel (-), krusta
tanda radang (-), abses (-) (-), tanda radang (-), abses (-) hematoma (-), abses (-), hematoma (-), abses (-),
perforasi (-) perforasi (-)
Cavum nasi Lapang, sekret (-), massa (-), Lapang, , sekret (-), massa (-),
krusta (-), benda asing (-), tumor krusta (-), benda asing (-), tumor Rhinoskopi Posterior
(-), polip (-) (-), polip (-)
Koana : tidak dilakukan
Pemeriksaan Transiluminasi Septum nasi posterior : tidak dilakukan
Sinus Frontalis kanan, Kiri : tidak dilakukan Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
Sinus Maxilla kanan, Kiri : tidak dilakukan Torus tubarius : tidak dilakukan
Post nasal drip : tidak dilakukan
Tenggorokan
Faring
- Dinding pharynx : Granula (-), perdarahan aktif (-), post nasal drip (-), massa (-),
hiperemis (-).
- Arcus : pergerakan simetris, eritema (-), edema (-), ulkus (-), laserasi (-)
- Tonsil : T1-T1, tenang, detritus (-), pseudomembran (-), abses (-), edema (-)
- Gigi : lengkap, caries dentis (-), tambalan (-)
- Uvula : Berada di tengah, massa (-), memanjang (-), edema (-)
- Lain-lain : KGB tidak membesar
Laring
- Tidak dilakukan
3.Resume
Pasien perempuan berusia 17 tahun datang ke poli THT RSUD Cengkareng dengan
keluhan mimisan berlangsung lebih dari 30 menit sejak 2 hari SMRS. Saat
mimisan, pasien merasa pusing namun tidak ada rasa nyeri. Darah yang keluar
adalah sedikit dan sering terjadi mimisan pada waktu malam. Pasien sudah sering
mimisan secara tiba-tiba sejak 1 tahun yang lalu. Mimisannya biasanya akan
berhenti sendiri setelah pasien melakukan tekanan pada hidung. Pasien tidak
mnegeluh demam dan batuk pilek. Pasien juga tidak mengalami penurunan berat
badan dan tidak mengkonsumsi obat pengencer darah. Pasien diketahui
mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarganya dan saat ini sedang
mengkonsumsi amlodipin secara rutin. Pasien mempunyai riwayat trauma pada
wajah akibat kecelakaan motor 1 tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai
kelainan perdarahan.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tekanan darah pasien adalah tinggi
yaitu 140/80 mmHg. Pada pemeriksaan fisik hidung, tampak pembuluh darah
yang menonjol pada miatus nasi inferior.
4.Diagnosis
Epistaksis anterior berulang ec hipertensi

5.Terapi
Medikamentosa Non-medikamentosa
Asam Traneksamat 3x1 Pada perdarahan ringan dapat dilakukan
kompresi hidung manual dengan cara menekan
Vitamin K 3x1 hidung dengan menggunakan jempol dan jari
Amoxicilin 3x1 telunjuk selama lebih kurang 10-15 menit. Hal ini
akan membantu menekan pembuluh darah pada
Tampon ( net cell) littles area.
Epistaksis
Merupakan perdarahan hidung, bukanlah merupakan suatu penyakit,
melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.
Dibagi menjadi :
- Epistaksis ringan biasanya berasal dari bagian anterior hidung, umumnya
mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri.
- Epistaksis berat berasal dari bagian posterior hidung yang dapat menimbulkan
syok dan anemia serta dapat menyebabkan terjadinya iskemia serebri,
insufisiensi koroner dan infark miokard yang kalau tidak cepat ditolong dapat
berakhir dengan kematian.
Etiologi

Lokal Sistemik

Idiopatik Peny. kardiovaskular


Infeksi setempat mukosa Kelainan darah
hidung Infeksi sistemik
Manipulasi akibat trauma Kelainan hormonal
Benda asing Kelainan kongenital
Neoplasma
Epidemiologi
Frekuensi epistaksis sulit untuk ditentukan karena sebagian besar kejadian
dapat ditangani sendiri, dan oleh karena itu, tidak dilaporkan. Namun, dari
beberapa sumber terakhir, kejadian seumur hidup dari epistaksis pada
populasi umum adalah sekitar 60%, dengan lebih sedikit dari 10% mencari
pertolongan medis.
Distribusi usia bervariasi, dengan puncak pada anak-anak (2-10 tahun) dan
orang yang lebih tua (50-80 tahun). Epistaksis tidak terjadi pada bayi yang
tidak terdapat koagulopati atau patologi hidung (misalnya, atresia choanal,
neoplasma). Trauma lokal tidak terjadi sampai kemudian di tahun-tahun
balita. Anak-anak dan remaja juga memiliki insiden lebih jarang.
Pertimbangkan penyalahgunaan kokain pada pasien remaja. Prevalensi
epistaksis cenderung lebih tinggi pada laki-laki (58%) daripada perempuan
(42%).
Komplikasi
Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah ke dalam
saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan
gagal ginjal. Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat
menimbulkan hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner
sampai infark miokard sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam
hal ini pemberian infus atau tranfusi darah harus dilakukan
secepatnya.
Pencegahan
Cari penyebab epistaksis
Hindari faktor yang dapat mencetuskan epistaksis
Prognosis
Dengan perawatan yang tepat, prognosis akan sangat baik. Ketika
perawatan suportif yang memadai disediakan dan masalah medis
yang mendasari dikendalikan, kebanyakan pasien tidak mungkin
untuk mengalami perdarahan ulang apapun. Kadang-kadang dapat
mengancam jiwa, terutama pada pasien lanjut usia dan pada pasien
dengan masalah medis yang mendasari kematian jarang terjadi dan
biasanya disebabkan oleh komplikasi dari hipovolemia, dengan
perdarahan berat atau kondisi penyakit yang mendasarinya. Oleh
karena itu sebagian kecil pasien mungkin memerlukan pengobatan
yang lebih agresif.

Anda mungkin juga menyukai