Anda di halaman 1dari 28

A l l a n P.

T i t o n g
M a r i a S . B. B e i
Anita K. Lakapu
Filomena Ramos
Mario H. Cantona
Yo h a n e s P. L e m a
Lidya A. Tjandring
Brucella spp

Pokok Bahasan:
Karakteristik etiologi
Patogenesis
Gejala klinis
Teknik diagnostik laboratorik
Karakteristik Etiologi
Merupakan bakteri fakultatif intraseluler dan bersifat
aerob
Secara morfologi bakteri Brucella bersifat Gram
negatif, dan tidak berspora
Bentuk kokobasilus (short rods) dengan panjang 0,6 -
1,5 m dan tidak berkapsul
Bakteri ini tidak berflagella sehingga tidak bergerak
(non motil)
Dalam media biakan :
Berbentuk seperti setetes madu bulat halus permukaannya cembung
,licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1 - 2 mm .
Pada Pewarnaan Gram bakteri terlihat terpisah, berpasangan dan
membentuk rantai

Brucella dalam media biakan


Species Biovar/ Natural Host Human
Serovar Pathogen

B. abortus 1-6, 9 cattle, bison, yes


buffalo
B. melitensis 1-3 goats, sheep yes
B. suis 1, 2, 3 swine yes
2 European hares yes
4* reindeer, caribou yes
5 rodents yes
B. canis none dogs, other canids yes
B. ovis none sheep no

B. neotomae none rodents no


B. maris marine mammals yes?
B. pinnipediae,
B. cetaceae(?)
Pathogenesis
Jalur Transmisi Awal :
Pada Hewan: melalui oral, kulit yang luka, inhalasi, dan secara kongenital
(fenomena laten) seperti dari induk ke fetus atau melalui air
susu induk
Pada Manusia Infeksi Langsung dan tidak langsung
Oral susu dan keju yang tidak dipasteurisasi
Inhalasi udara
Penanganan fetus atau kontak dengan sekresi vagina, ekskreta, dan
karkas yang terinfeksi lalu mikroorganisme , serta melalui kulit yang
luka/abrasi
(pekerja di RPH, pedagang, dan dokter hewan)
Patogenesis Umum

bagian pertama yang akan diinfeksi adalah permukaan


mukosal
macrofag akan memulai proses attachment untuk
memfagositosis. Dilanjutkan dengan berbagai proses
tubuh untuk survival.
Brucella kemudian bergerak ke regional limfa nodus dan
berkembang dan memulai infeksi di daerah sekitarnya.
Dari regional limfa nodus, brucella menyebar ke sistem
reticuloendotelial dan saluran reproduksi.
Pada saluran reproduksi dari induk bunting, lokalisasi
brucella lebih mungkin terjadi
Meskipun mekanisme spesifik yang menjelaskan
abortus belum dapat dipastikan, namun dapat
disimpulkan abortus dapat terjadi akibat :
a. Gangguan pada sirkulasi fetus akibat radang
pada placenta (placentitis)
b. Efek endotoxic yang secara langsung
menyebabkan infeksi pada fetus
c. Stres pada fetus (foetal stress) yang disebabkan
reaksi inflamatory pada jaringan.
Brucella dapat pula menginfeksi saluran reproduksi
dari hewan jantan meskipun mekanisme spesifiknya
belum jelas.
Pada pejantan, epididimitis dan orchitis sering tampak
dan menyebabkan penurunan fertilitas.
Dalam saluran reproduksi, brucella dapat menetap,
dan dalam beberapa kasus bahkan seumur hidup.
Kemungkinan infeksi bergantung pada beberapa
faktor seperti jenis kelamin, spesies, dan status
kehamilan
a. B. bortus
Menyebabkan Hygromonas pada sapi.
Menyebabkan poll evil dan Fistula bahu.
Pada betina
Menyebabkan aborsi
Biasanya terjadi pada usia kebuntingan 9 bulan atau lebih
Tidak ada tanda yang diperlihatkan
Dapat menyebabkan komplikasi yakni retensi plasenta
Pada Jantan
Menyebabkan epididymitis dan orchitis
Lesi dapat terjadi secara unilateral dan bilateral
b. B. melitensis
Menyebabkan aborsi pada kambing
Terdapat nodul pada ambing dan susu yang dihasilkan
menggumpal dan pucat
c. B. canis
Aborsi pada anjing yang terjadi sekitar 50 hri usia kebuntingan
Terjadi pembengkakan pada skrotum karena akumulasi cairan di
tunika
Menyebabkan terjadinya meningoencephalitis, osteomyelitis,
discopondylitis, anterior uveilitis
d. B. ovis

Jarang menyebabkan aborsi pada domba


Infeksi terjadi pada epididimis dengan lesi testicular yang tak
biasa
e. B. Suis
Pada babi sering berkembangnya artritis dan spondylitis lumbar
Fistula bahu Poll evil

Pembekakan pada testis Pembekakan epidydimis


Brucella Abortus Brucellosis Pada
Sapi
Gejala Klinis
Keluron menular yang dapat diikuti dengan kemajiran
temporer atau permanen dan menurunnya produksi
susu.
Keluron yang disebabkan oleh brucella biasanya akan
terjadi pada umur kebuntingan antara 5 sampai 8
bulan (trimester ketiga).
Sapi terlihat sehat walaupun mengeluarkan cairan
vaginal yang bersifat infeksius
Cairan janin yang keluar waktu terjadinya keluron
berwarna keruh dan dapat merupakan sumber
penularan penyakit.
Pada kelenjar susu tidak menunjukkan gejala klinis
meskipun di dalam susunya didapatkan bakteri
brucella
Hewan jantan memperlihatkan gejala epididimitis
dan orchitis.
Ditemukan kebengkakan pada persendian lutut
(karpal dan tarsal)
Patogenesis Brucella abortus
necrosi fibrinosus
infeksi brucella abortus :Necrotic neutrophilic
placentitis dengan infiltrasi perivascular
Tropoblas merupakan target utama dari infeksi selular
untuk pembelahan diri dari B.abotus dalam placenta.
Erythritol
abortus brgantung pada tingkat kerusakan dan
persebaran lesi pada carancula.
kejadian abortus tidak secara langsung bergantung
pada tingkat perlukaan (lesi) dari fetus namun lebih
cenderung diakibatkan oleh berkurang atau hilangnya
oksigen dan nutrisi dari dari fetus karena lesi pada
sistem carancula sebagai penyokong hidup fetus.
Pada limpa, infamasi sepertinya tidak bergantung
secara langsung dari keparahan infeksi namun ada
hubunganya dengan efektifitas respon imun
Gambar 1. Pedet abortus dan abnormalitas plasenta
brucellosis
(Sumber : Ida Tjahajati & Husniyati, Berbagai Penyakit pada
Sapi)
Diagnostik test
Pemeriksaan bakteriologik

membuat preparat sentuh dari organ tempat infeksi


bakteri kemudian diwarnai dengan pewarnaan Koster
atau Ziel Nielsen
sampel - fetus yang diabortuskan (paru-paru,
lambung,dll), membran fetus, sekresi vagina (swabs),
susu, semen dan arthritis atau cairan hygroma
organisme infeksius brucella akan berwarna merah
pada latar belakang biru pada preparat yang dilihat
dibawah mikroskop
Pewarnaan menggunakan modified Ziehl Nielsen untuk isolat
isolasi bakteri pada agar TSA

bakteri muncul pada hari ke 3


transparan, bening dan tembus pandang
permukaan cembung
uji serologi
uji konvensional : RBPT dan CFT, MRT
Uji ikatan primer : ELISA
RBPT
pengambilan darah melalui vena jugularis
serum darah diambil menggunakan mikropipet sebanyak 1
tetes atau 0,25 l ditambahkan serum kontrol postif dan
disimpan di cawan haemaglutinasi
tambahkan antigen rose bengal sebanyak 1 tetes
homogenkan dengan alat aglutinator selama 4 menit,
amati (terjadi aglutinasi)
Hasil negatif ditandai dengan tidak adanya gumpalan
antara antigen dan serum sehinggabewarna pink homogen
sedangkan Hasil positif ditandai dengan adanya gumpalan
dari mulai gumpalan halus sampai kasar dan terdapat
cairan jernih disekitarnya. (Bbalitvet).
CFT
bakteri B. abortus dilarutkan dalam phenol 0,5 %,
larutan BBS (Barbital buffered saline), larutan alsever.
bahan lain yang diperlukan : campuran glukosa, nacl,
sodium sitrat ,asam sitrit eritrost domba dan
hemolisin serum kelinci
Cawan mikro berdasar cembung
contoh : serum + campuran komponen direaksikan
pada suhu bervariasi hemolisis
MRT
susu segar sebanyak 1 ml
diambil menggunakan pipet dan ditempatkan pada
tabung reaksi kecil
1 tetes antigen berwarna biru ditambahkan pada
tabung reaksi dan homogenkan menggunakan
pengaduk vortex
diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 C
Lanjutan..
UJI H2S
untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme
dalam membebaskan H2S oleh aktivitas enzimatis
khusus, seperti sisteinase (Mac Faddin, 1976).
Indikator reaksi H2S adalah kertas Pb asetat 10%.
Reaksi (+) ditandai dengan menghitamnya kertas Pb
asetat 10% setelah 3 hari masa inkubasi.
cat : B. abortus bereaksi (+) di kertas Pb asetat

Anda mungkin juga menyukai