Judul :
BRUCELLOSIS
Oleh:
1. Aditia Dwi Cahyono
2. Retno Tegarsih
3. Singgoh Pratiknyo Sundawa
B94144302
B94144340
B94144343
PENDAHULUAN
Hewan reservoir
B. melitensis
B. abortus
B. suis
Babi
B. canis
Anjing
(Sumber : Lisgaris dan Salata (2005))
Daerah penyebaran
brucellosis
Mediteranian, Asia, dan
Amerika Latin
Seluruh dunia, kecuali
Jepang, Israel, dan
beberapa Negara Eropa
bebas
Amerika Selatan, Asia
Tenggara, dan Amerika
Serikat Barat bagian
Tengah
Kosmopolitan
TEKNIK DIAGNOSA
3. Diagnosa
Isolasi dan
kultur
molekuler
bakteri
2. Diagnosa
serologis
RBT, AGPT
SAT, FPA
1.Pengujian
CFT Bakteriolgis
ELISA
PCR
diinokulasikan pada media padat. Sampel swab vagina diambil dari hewan yang
mengalami aborsi atau yang baru melahirkan kemudian langsung ditanam pada
media padat. Jika yang diambil adalah sampel susu maka harus didapat secara
aseptis dengan membersihkan dan mendesinfeksi ambing. Sampel susu diambil
dari setiap kuartir sebanyak 10 sampai 20 ml. Susu disentrifuse untuk
menghindari resiko kontaminasi scara aerosol dari kandang kemudian lemak susu
diambil kemudian ditanam pada media padat selektif. Sampel dari produk susu
seperti keju sama dengan pengambilan sampel dari jaringan. Semua sampel harus
didinginkan secepatnya, disimpan dalam refrigerator setelah diambil dan
dipindahkan ke laboratorium. Sampel susu dan jaringan harus dalam keadaan
beku apabila ingin diamati pada jangka waktu yang lama.
Teknik isolasi bakteri pada media kultur
Media kutur yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi brucella adalah
dengan menggunakan media kultur Trypton Soya Broth (TSB) dan Trypton Soya
Agar (TSA). Selanjutnya ialah penambahan Brucella Supplement (OXIODTM)
yang mengandung polymyxin B, bacitracin, cycloheximide, nalidixic acid,
nystatin, dan vancomycin dengan dosis pemakaian Brucella Supplement
(OXIODTM) yaitu 1 vial untuk 500 ml media dengan mengencerkan suplement
menggunakan 5 ml ethanol dan 5 ml aquadest. Selanjutnya media diinkubasi pada
suhu 37C selama 15 menit. Penambahan suplement pada media TSB dapat
dilakukan pada suhu kamar atau sekitar 20C namun pada media TSA sebaiknya
dilakukan pada suhu 40 sampai 50C.
Langkah isolasi yang pertama adalah menggunakan media TSB yang sudah
dicampur dengan supplement. Selanjutnya ditambahkan sampel yang diperoleh
contohnya swab vagina. Kemudian media diinkubasi ke dalam inkubator 5% CO 2
pada suhu 37C selama 3 sampai 11 hari hingga media terlihat keruh. Pada saat
media TSB berubah menjadi keruh, kultur yang tumbuh dipindahkan ke media
TSA. Setelah dipindahkan, media diinkubasi kembali dalam inkubator 5% CO 2
pada suhu 37C selama 3 hari. Cawan yang dicurigai sebagai koloni Brucella
diambil dan digoreskan lagi pada media TSA serta diinkubasi ke dalam inkubator
5% CO2 pada suhu 37C selama 3 hari. Hasil positif Brucella ditandai dengan
adanya koloni seperti tetesan madu (OIE 2009).
Teknik Diagnosa Bakteriologis
Isolat bakteri dikultur pada media selektif Brucella agar base (BAB).
Teknik diagnosa bakteriologis dapat dilakukan secara langsung dengan pewarnaan
Stamp atau pewarnaan Koster. Selain itu juga dapat dilakukan uji morfologi
mikroorganisme dengan pewarnaan Gram. Pewarnaan untuk identifikasi bakteri
dari genus Brucella adalah metode modified Ziehl Nielsen. Pewarnaan modified
Ziehl Nielsen adalah teknik resmi dan rekomendasi Techniques for the
Brucellosis Laboratory, Institut National de la Recherche Agronomique (INRAFrance). Pewarnaan tersebut adalah acuan World Health Organizations (WHO)
dan Office des Epizooties (OIE) untuk identifikasi brucellosis di manusia dan
hewan, serta referensi utama untuk diagnosis brucellosis sapi di Balai Besar
Veteriner (BBVet) Wates. Koloni yang tumbuh diidentifikasi dengan uji biokimia
atau menurut prosedur standar uji bakteriologis (Alton et al.1998; OIE 2000;
Quinn et al. 2002). Menurut Sulaiman 2003, B. abortus strain virulen pada
Brucella agar media akan memiliki karakteristik berwarna putih madu,
Prosedur
Teknik persiapan suspensi sel darah merah
Darah sapi diambil dari vena jugularis dengan venoject dan ditampung
dalam labu Erlenmeyer berisi antikoagulan (larutan Alsevers) dan silikon. Darah
dicuci sebanyak 3 kali dengan larutan CFT buffer dan disentrifus dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Pencucian terakhir, cairan atas atau
supernatan dibuang dan endapan sel darah yang diperoleh kemudian dibuat
suspensi 3% dengan larutan CFT buffer (32,3 kali volume endapan sel dan
ditambahkan hemolisin yang telah diencerkan sama banyak). Inkubasi selama 30
menit pada suhu 37C. Sel darah sapi tersebut siap digunakan untuk CFT (BBVet,
2002).
Teknik titrasi komplemen
Komplemen adalah glikoprotein serum yang berinteraksi terhadap efektor
imunitas dan peradangan yang memfasilitasi aktifitas fagosit dan melisiskan sel
tertentu. Dalam bahasan ini komplemen berarti antibodi terhadap brucella. Bahan
yang digunakan adalah suspensi sel darah merah sapi 3% yang diencerkan dengan
komplemen dengan perbandingan 1:40 dalam larutan pengencer dingin (dari stok
komplemen diencerkan dengan 7 ml akuades untuk mendapatkan pengenceran
1:10, selanjutnya dibuat pengenceran 1:40). Sel darah merah (eritrosit) yang telah
disensitisasi ditambahkan keseluruh lubang (BBVet, 2002). Bila terjadi hemolisis
pada tabung dengan pengenceran terendah berarti mempunyai nilai 1 unit dan
tabung selanjutnya adalah full unit dan ini yang digunakan dalam uji diagnostik.
Selanjutnya cawan-cawan mikro diputar pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit
atau didiamkan pada suhu 4C selama 12 jam lalu hasil reaksinya dibaca dengan
kriteria negatif [-] terjadi hemolisis sempurna jika cairan dalam lubang cawan
berwarna merah dan tidak ada endapan eritrosit didasar cawan. Jika positif [+]
terjadinya hemolisis hampir sempurna, cairan dalam cawan berwama merah, ada
endapan eritrosit didasar cawan.
Tahap pengujian
Sampel serum diinaktifkan selama 30 menit pada suhu 56C untuk
menghindari terjadinya antikomplemen. Sebanyak 50 l serum sampel
dimasukkan pada lubang plat mikrotiter mulai deret lubang A1-10. Lubang A11
sebagai kontrol serum positif dan lubang A12 kontrol negatif. sebanyak 25 l
pelarut CFT buffer ditambahkan pada semua lubang plat A1 sampai A12.
Pengenceran secara seri dengan mengambil 25 l dari lubang A dipindahkan ke
lubang B dan kocok beberapa kali dan seterusnya ke lubang C sampai lubang H
dan terakhir 25 l dibuang. Tambahkan 25 l antigen (1:100) pada deret lubang CH, setelah itu ditambahkan 25 l komplemen pada semua lubang plat. Sebanyak
25 l pelarut CFT buffer dimasukkan pada lubang A dan B. Plat ditutup dengan
selotip, dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37C. Selotip (tutup) dibuka
dan ditambah 25 l sel yang disensitisasi pada semua lubang kemudian
dihomogenkan dengan mikroshaker selama 45 menit, dan reaksinya dibaca.
Interpretasi hasil
Apabila CFT negatif maka campuran pada lubang plat mikrotiter terlihat
berwarna merah muda dan homogeni karena terjadi hemolisis sempurna dari sel
darah sapi. Apabila positif antibodi Brucella maka lubang pada plat terbentuk
endapan merah dengan cairan sekitarnya berwarna jernih, menyerupai kancing.
Apabila terjadi 50% hemolisis disamping ada endapan eritrosit, cairan juga
berwarna kemerah-merahan sebagai akibat dari eritrosit mengalami hemolisis
tidak sempurna (BBVet 2002). Pembacaan positif dimulai dari pengenceran
tertinggi. Kontrol serum positif harus selalu digunakan pada setiap uji begitu juga
kontrol serum negatif harus selalu digunakan pada plat (BBVet 2002).
Serum Aglutination Test (SAT)
Uji serologi lainnya yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa
brucellosis adalah uji SAT (serum Aglutination Test). Pada uji SAT bertujuan
untuk mengetahui adanya IgG dan IgM pada sapi dan juga untuk mengetahui
kandungan antibodi brucella dalam satuan IU (Internasional Unit). Karena reaksi
ini belum mampu membedakan reaksi positif yang disebabkan oleh infeksi alam
dengan reaksi positif akibat post vaksinasi dengan stain 19, disamping itu tes ini
juga belum mampu mendeteksi adanya infeksi dini, maka jika reaksi dengan tes
ini positif perlu dilanjutkan dengan uji CFT (Tono dan Suarjana, 2008).
Enzim Liked Imunosorbed asay (ELISA)
Teknik serologi diagnosa Brucella dapat menggunakan ELISA. ELISA
adalah salah satu metode yang mudah dilakukan, cepat, sensitif, akurat, dan dapat
digunakan untuk menguji sampel dalam jumlah banyak. Prinsip metode ELISA
adalah pada konjugasi antara antigen, antibodi, dan enzim, dengan menambahkan
substrat pewarna. Hasil menggunakan uji ELISA lebih spesifik dibandingkan
dengan CFT. ELISA mampu mendeteksi antibodi dalam jumlah kecil dan
khususnya Ig G dalam serum. Kemampuan ini diperoleh karena adanya antibodi
monoclonal yang digunakan dalam kit diagnosa. ELISA mampu mendeteksi
antibodi pada seluruh kasus infeksi B. abortus dan pada ternak yang mendapatkan
vaksin serta mengkonfirmasi pada daerah yang tidak di vaksin (Tittarelli, 2008).
Perkembangan ilmu pengetahuan terkini telah menemukan penggunaan
complement (cELISA) yang dapat membedakan antibodi vaksin atau infeksi
alami (Dajer et al. 1999).
Agar Gel Precipitation Test (AGPT)
Agar gel dibuat dengan melarutkan 0.4 g agarose dan 1.2 g PEG 6.000
selanjutnya Na azide 0.1% ditambahkan kedalam 25 ml PBS pH 7.4 dan 25 ml
aquadest pH 7.4. Larutan ini dipanaskan dalam penangas air sampai larut dan
warna larutan menjadi bening. Kemudian larutan dipipet sebanyak 3.75 ml,
dicetak pada gelas objek dan ditunggu sampai mengeras. Kemudian dibuat sumursumur dengan puncher. Pada sumur tengah dimasukkan 25 l antigen dan 25 l
IgY purifikasi pada sekelilingnya. Gelas objek diletakkan di atas kertas saring
basah agar terjaga kelembabannya. Reaksi dibaca setelah 18 sampai 48 jam, reaksi
positif ditunjukkan dengan adanya garis presipitasi diantara sumur antigen dan
serum.
hidup dan berpotensi menimbulkan aborsi bila diberikan pada ternak bunting.
Selain itu pencegahan juga dapat dilakukan dengan pengawasan lalu lintas hewan
dari daerah ke daerah yang bebas penyakit brucellosis. Sampai saat ini belum ada
pengobatan yang baik untuk mengatasi brucellosis. Pengobatan brucellosis pada
saat ini hanya untuk mencegah terjadinya komplikasi dan relapsis. Pengobatan
dilakukan dengan pemberian antibotik seperti doksisiklin, streptomisin dan
rifampisin setiap hari selama minimal 6 minggu (WHO 1986). Pada orang dewasa
dan anak di atas usia 8 tahun, antibiotika yang diberikan adalah doksisiklin dan
rifampisin selama 6-8 minggu, sedangkan untuk anak di bawah 8 tahun sebaiknya
diberikan rifampisin dan trimethropin-sulfamethoxazole (TMP-SMX) selama 6
minggu. Penderita brucellosis dengan spondilitis direkomendasikan antibiotika
doksisiklin dan rifampisin dikombinasikan dengan aminoglikosida (gentamisin)
selama 2-3 minggu kemudian diikuti dengan rifampisin dan doksisiklin selama 6
minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Alton GG, Jones LM, Angus RD, Verger JM. 1998. Techniques for the
Brucellosis. INRA. Paris, French. p37-38.
Ancora M, de Santis P, Giannatale ED, Alessiani A. 2005. Molecular typing of
brucella field strain isolated in Italy. Veterinaria Italiana Journal 41(1):
51-55.
Applied
biosystems.
2010.
Manual
Procedure.
http://www.appliedbiosystems.com/28 Agustus 2012.
[BBVet] Balai Besar Veteriner Regional VI Denpasar 2002. Instruksi Kerja
Metode Pengujian Diagnosa Brucellosis pada Sapi dan Kerbau.
Denpasar (ID).
Dajer A, Martines EL, Zapata D, Villegas S, Guierres E, Pena G, Guria F, Nielsen
K, Gall D. 1999. Evaluation of a fluorescence-polarization assay for the
diagnosis of bovine brucellosis in Mexico. Prev Vet Med.
Dewi AK. 2009. Kajian Brusellosis pada Sapi dan Kambing Potong yang
Dilalulintaskan di Penyeberangan Merak Banten [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Direktur Kesehatan Hewan. 2002. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat
Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen
Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Enright FM. 1990. The pathogenesis and pathobiology of brucella infection in
domestic animals. In: Animal Brucellosis. Nielson K, Duncan JR (editor).
Florida: CRC Press. 301-320.
Kazemi B, Namin SAY, Dowlatshahi M, Bandepour M, Kaflzadeh F, Gachkar L,
Mahmoudinejad M, Samarghandi A, Mardani M. 2008. Detection of
Brucella by peripheral blood PCR and comparison with culture and
serological methods in suspected cases. Iranian Journal of Public Health
37(4): 96-102.
Khosravi AD, Abassi E, Alavi SM. 2006. Isolation of B. melitensis, B. abortus
from brucellosis patiens by conventional culture method and polymerase