Pengelolaan Limbah B3 Di Fasyankes

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 70

1

PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
(B3) DI FASYANKES

2
Salah satu jenis limbah yang banyak
dibicarakan karena memerlukan
pengelolaan khusus adalah limbah
yang tergolong
Bahan Berbahaya dan Beracun
(disingkat B3)

Ada 14 ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan limbah


B3
meliputi Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup

3
LIMBAH B3 MENURUT PP.18 / 1999
jo PP No. 85 /1999

Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan


yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat dan
konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan atau merusakkan
lingkungan hidup dan atau dapat membahaya-
kan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsung-
an manusia serta mahluk hidup lain.
4
BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah


bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta mahkluk hidup lainnya
(PP 74/2001)
5
Peraturan Per-UU-an PENGELOLAAN LIMBAH B3

UU No 23 Peraturan Pemerintah Kep Ka Bapedal


Th 1997 Kep Men LH

Pasal PP 19/1994
01 PP 12/1995 Cari dan Pelajari !!
17 PP 18/1999
20 + 21 PP 85/1999
35 + 36 PP 74/2001
43
49
UMUM KHUSUS
-Ijin Pengelolaan -Pengumpulan
-Ijin Penyimpanan dan Pelumas Bekas
Pengumpulan -Program Kendali B3
-Pengolahan -Pengawasan oleh
-Penimbunan Daerah
-Simbol dan Label
-Dokumen Limbah B3
6
Penentuan Limbah B3

Penentuan Limbah B3 tergantung pada


aplikasi serangkaian kriteria tertentu, yaitu :
- Daftar spesifik bahan kimia dan
turunannya
- Kriteria ditetapkan melalui pengujian
Toxicity
Chracteristics Leaching Procedure (TCLP)

Gabungan kedua metode tersebut diatas.

7
Menentukan Limbah B3
Ya
Identifikasi Cocok dgn
Limbah B3
Jenis limbah Daftar Limbah B3
Tidak
Ya
Periksa
Limbah B3
Kharakteristik
Tidak

Lakukan uji
Toksikologi

LD50
Tidak Ya

Bukan Limbah B3 Limbah B3

8
Identifikasi Bahaya

9
SUMBER LIMBAH :
- Kegiatan Domestik
- Kegiatan Industri dan Jasa
- Sisa Pemakaian
- Barang Off-spec
- Kadaluwarsa
- Tumpahan/bocoran, dll

Limbah Limbah
Limbah B3
Radioaktif Non B3

Limbah Limbah
Industri Domestik

10
Prinsip Pengelolaan B3

Jangan memproduksi
limbah B3
Minimisasi Limbah B3
Reduction, Recovery,
Reuse dan Recycling
Pembuangan secara
aman (tidak
membahayakan
kesehatan masyarakat
dan lingkungan hidup)

11
Komponen Dalam Sistem Pengelolaan Limbah
B3
Perolehan Kembali
Penghasil Limbah
Penggunaan Kembali

Penyimpanan
On Site
Penyimpanan
Sementara
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengangkutan

Pengangkutan

Pengolahan

Pembuangan
Akhir 12
Penanganan Limbah B3 terdiri dari :

1. Penandaan Limbah B3

2. Kemasan Limbah B3

3. Penyimpanan Limbah B3

4. Pengumpulan Limbah B3

5. Pengangkutan Limbah B3

13
Label & Symbols
Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3
dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga
pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik guna
mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari B3
Label
Tulisan yang menunjukkan antara
lain karakteristik dan jenis bahan
kimia berbahaya & beracun.
Symbol
Gambar yang menyatakan karakteristik
bahan kimia berbahaya & beracun.

14
Klasifikasi Bahan Kimia
PPRI 74/2001
US DOT
NFPA 704 M
HMIS/HMIG

15
Klasifikasi
PPRI 74/2001
mudah meledak (explosive); LPG, Mg
pengoksidasi (oxidizing);
sangat mudah sekali menyala ( extremely
flammable );
sangat mudah menyala ( highly flammable );
mudah menyala (flammable); Mg
amat sangat beracun (extremely toxic );
sangat beracun ( highly toxic);
beracun (moderately Toxic ); Battery
berbahaya (harmful ); Chloroform
korosif (corrosive); Iodine
bersifat iritasi (iritant);
berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment); Solar, Oli bekas, CFC
karsinogenik (carcinognenic ); Cromium, Asbestos,
teratogenik (teratogenic); Smoke detektor
16
mutagenik (mutagenic).
Klasifikasi
US - DOT

17
Klasifikasi
NFPA 704 M HMIS/HMIG

18
Hazard Labels
NFPA 704 M HMIS/HMIG

19
Penandaan Wadah
(Container Labelling)

Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA)

Flammability
(merah)
Reactivity
4 (kuning)

2 3
Health Hazard
Oxy
(biru) Other Hazards
(putih)

20
Penandaan Wadah
(Container Labelling)

Menggunakan sistem kode warna dan angka (NFPA)

Dalam Kode tersebut digunakan angka 0 - 4


untuk menjelaskan tingkat bahayanya.

Health Hazards (bahaya thd kesehatan)


Flammability (Potensi menimbulkan kebakaran)
Reactivity ( Sifat reaktifitas bahan)
Others (bahaya lain) spt Radiasi, Korosi, dll

21
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 1 :
Bahan-bahan
mudah meledak
(Explosives)

Contoh :
Amunisi,
Amonium Picrate.

22
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 2 : Gas-gas

Gas yang mudah terbakar


(Flammable Gas)
Contoh : Gas Alam

Gas bertekanan yang tidak


mudah terbakar (Non
Flammable Compressed Gas)
Contoh : Nitrogen

23
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 3 :
Flammable Liquids
(Cairan mudah menyala)

Bahan kimia cair yang


mudah terbakar
Contoh : Acetonitrile,
Acetone, CS2, LPG.

24
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 4 :
Bahan kimia padat yang
mudah menyala
(Flammable Solid)

Bahan kimia padat yang


mudah menyala
(Flammable Solid)

Contoh : Benlate dan


Benomyl Composition.

25
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 5 :
Oxidizing Agents &
Organic Peroxide
(Cairan mudah
menyala)

Contoh :
Calcium Hypochlorite,
H2O2, Acetyl
Peroxide.

26
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 6 :
Bahan Beracun
(Toxic/Poison)

Bahan kimia
beracun (Toxic
Substances)

Contoh :
Lannate 25 WP,
Methomyl Comp,
Chloroform,
CCl4,
Dimethyl
Sulphate. 27
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 7 :
Bahan Radioaktif
(Radioactive Materials)

Bahan Radioaktif
adalah bahan kimia
yang mempunyai
kemampuan
memancarkan sinar
radioaktif dgn aktivitas
jenis lebih besar dari
0.002 microcurie/gram

28
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 8 :
Bahan Korosif
(Corrosive Substances)

Yaitu bahan kimia yang


dapat mengakibatkan
kerusakan apabila
kontak dengan jaringan
hidup atau bahan
lainnya.

Contoh : Asam asetat,


HCl, H2SO4, HNO3,
NaOH, KOH, NH4OH.
29
Identifikasi dan Pelabelan Wadah / Kemasan
Bahan Kimia Berbahaya

Kelas 9 :
Bh Kimia Lainnya
(Miscellaneous),
yaitu yg bersifat
membahayakan
lingkungan :

Misalnya :
Marine Pollutant,
Environmentally
hazardous
substance.
30
Penandaan Wadah
(Container Labelling)

Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung

Botol baja/tabung gas untuk gas-gas yang menyebabkan


tercekik/kekurangan zat asam berwarna abu-abu.
Contoh : Nitrogen, Karbondioksida, Gas Mulia (Argon,
Helium)

Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas-gas mudah


terbakar dan atau meledak dicat berwarna merah kecuali
untuk botol baja gas minyak cair/elpiji dicat warna biru
dengan tanda warna merah pd bag sekeliling valvenya.
Contoh : Hidrogen, Asetilen, Metana, dll.
31
Penandaan Wadah
(Container Labelling)

Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung

Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas beracun


dicat warna kuning tua.
Contoh : Arsine, Pestisida, Asam klorida, dll

Botol baja/tabung gas bertekanan untuk gas yang


menyengat dicat warna kuning muda.
Contoh : Amoniak, Boron Trichlorida, Metil Chlorida, dll.

Botol baja/tabung gas bertekanan untuk zat asam dan


gas-gas pengoksida dicat warna biru muda.
32
Penandaan Wadah
(Container Labelling)

Menggunakan sistem pewarnaan pada tabung

Botol baja/tabung gas untuk gas-gas campuran dicat warna


gabungan dr masing-2 kelompok gas yg dicampurkan.
Contoh : campuran 10% CO dan 90% Argon digunakan
warna untuk gas mudah terbakar dengan gas beracun.

Botol baja/tabung gas bertekanan kelompok gas untuk


keperluan rumah sakit dicat warna putih.
Contoh : Oksigen, Steril gas, dll

Pada bag badan botol diberi tulisan sablon hitam nama gas.
33
Kemasan Limbah B3

Prinsip-prinsip kemasan B3 :

Limbah B3 atau bahan lain yg tidak selaras tidak boleh


disimpan dalam kemasan yg sama ;

Jika kemasan rusak atau karat, terdapat kerusakan fisik,


bocor, isinya harus dikeluarkan dan dikemas kembali;

Untuk mencegah risiko selama penyimpanan, kemasan


hrs dirancang dgn memperhitungkan peningkatan
perluasan, formasi gas atau tekanan

34
Prinsip-prinsip kemasan B3 :

Kemasan yang memuat limbah B3 harus ditandai dan


disimpan secara konsisten menurut peraturan
BAPEDAL untuk pengemasan;

Kemasan yang memuat limbah B3 harus diinspeksi


minimum 1 X / minggu, dimaksudkan untuk mnegaskan
bahwa kemasan tidak rusak dan tidak bocor;

Kemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus


dicatat sebagai bagian normal dari aktivitas
pengolahan limbah B3

35
Pra Kemasan B3 :

Setiap produsen/pengumpul limbah B3 harus


mengetahui sifat-sifat bahaya dari seluruh limbah
yang dihasilkan atau dikumpulkan;

Sifat kemasan dan bahan yang dipakai harus


sesuai dengan sifat limbah yang dikemas :
- Dalam kondisi baik
- Tidak rusak
- Bebas karat
- Tidak bocor

36
Persyaratan Kemasan B3 :

Bentuk, ukuran, dan bahan yang dipergunakan untuk


kemasan harus sesuai dengan sifat limbah dalam hal
keamanan, kemudahan penggunaannya;

Kemasan dapat terbuat dari :


- Plastik : HDPE, PP, PCV, Teflon
- Logam : Baja karbon, SS304, SS316 dan SS440
- Bahan lainnya yg tak bereaksi dgn limbah yg termuat

37
Handling / Penyimpanan B3 dlm
Tangki
Harus ijin ke BAPEDAL (Kep 01/Bapedal/09/1995)
dengan rincian :
- Sifat limbah B3 yg akan disimpan
- Rancangan sistem tangkai
dgn peralatan tambahan yang akan dipasang
- Evaluasi kemungkinan karat
- Masa hidup operasional yang
diprakirakan
- Rencana penghentian dan
pasca penggunaan

38
Handling
Ruang Penyimpanan
Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalam tempat
yang cukup dingin.
Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
Ruangan terlindung dari genangan air, dan hujan.
Sistem deteksi alarm (asap/panas) harus tersedia.
Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampur dengan
bahan yang bersifat oksidator.
Tabung silinder bertekanan harus disimpan dalam
keadaan berdiri dan diikat dengan kuat. Keran silinder
harus ditutup (diberi cup) .
Tersedianya lembar data keselamatan bahan
(CSDS/MSDS).
Tersedianya alat pemadam api (mudah dijangkau).
Adanya tanda larangan untuk merokok.
Gunakanlah system FIFO.
39
Pengumpulan Limbah B3

Syarat lokasi pengumpulan limbah B3 :

Paling tidak berukuran 1 Ha;


Lokasi bebas banjir;
Berjarak cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem ttt
- 150 m dari jalan utama, 50 m dari jalan lain
- 300 m dari fasilitas umum (perumahan, hotel, restoran)
- 300 m dari perairan, garis pasang-surut tertinggi,
sungai, daerah pasang surut, empang, danau, dll.
- 300 m dari areal yang dilindungi spt cagar alam, hutan
lindung, dsb.

40
Limbah Medis
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua
sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan
non klinis baik padat maupun cair (Depkes RI, 1992).

Limbah non medis : sampah makanan, kertas,


maupun alat lain yang tidak kontak langsung dengan
penderita

Sumber limbah medis :


Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
41
Klasifikasi Limbah
Limbah medis dapat
Medis
diklasifikasikan
berdasarkan potensi bahaya yg terkandung
didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya
(cair dan padat)

Klasifikasi limbah medis utama :


Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang mengandung logam berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi
42
Klasifikasi Limbah
Medis
Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak
membutuhkan penanganan khusus, contoh : limbah
domestik, limbah kemasan non infectious.

Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut


tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah.

Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia,


contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain
termasuk janin.

Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi


contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak
43
diperlukan lagi.
Klasifikasi Limbah
Medis
Limbah genotoksik : limbah yang mengandung
bahan dengan sifat genotoksik contoh limbah yang
mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai
dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik
(benzen, antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen,
semustin) zat yang mungkin bersifat karsinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).

Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan


kimia contoh reagen di laboratorium, film untuk
rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah
tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan
limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat
(toksik, korosif (pH12), mudah terbakar, reaktif
(mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan
goncangan), genotoksik
44
Klasifikasi Limbah
Medis
Limbah alat yang mengandung logam berat :
Baterai, pecahan termometer, tensimeter

Limbah radioaktif : bahan yang


terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset
radio nukleida.

Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas


anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair

45
Klasifikasi Limbah
Medis
Limbah berpotensi menularkan penyakit
(infectious): mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan
kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang
berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang
yang sedang diinokulasi dengan penyakit menular
atau sedang menderita penyakit menular
46
Klasifikasi Limbah
Medis
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah
:
Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal
azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-
garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam
picric, garam-garam picrat, polynitroaromatic.
Water reactive: logam-logam alkali dan alkali
tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron
trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B,
Ca, K, Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P,
S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride,
phosphorus pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl
chloride.
Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
phosphor (merah dan putih).
47
Limbah Medis dan
Masalah yang
Ditimbulkan
Menurut hasil survei pada tahun 2003
dari 107 rumah sakit di Jakarta, hanya
10 rumah sakit yang memiliki
insinerator (tungku pembakar). (Suara
Pembaharuan, 20 Oktober 2003).
Tentu saja hal ini sangat
memprihatinkan, apalagi jumlah dan
jenis penyakit semakin bertambah
setiap tahunnya, demikian pula
dengan limbah yang dihasilkan.
48
Limbah Medis dan
Masalah yang
Ditimbulkan
Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah
medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya
beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu
karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini
selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan
pihak TPA karena harus bekerja ekstra untuk
memisahkan sampah medis dari sampah rumah
tangga. (Pikiran Rakyat, 7 April 2005)

Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial).


Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat
suntik. Karena berhubungan langsung dengan
penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau
bibit penyakit. Bila pengelolaan pembuangannya tidak
benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada
pasien lain, pengunjung RS dan puskesmas, petugas
kesehatan, maupun masyarakat umum. 49
Limbah Medis dan
Masalah yang
Ditimbulkan
Data P2M-PL menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8
juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta
imunisasi anak sekolah (BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar 300 juta per
tahun.

Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena


pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi
lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat
berbahaya dan harus dipindahkan atau ditentukan
lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu
hasil insinerasi yang tak terurai dan materi tetap ada
menjadi sangat berbahaya karena dapat
menghasilkan dioksin. 50
Pengelolaan Limbah
Medis

51
Pengelolaan Limbah
Medis
Point penting dalam pengelolaan limbah medis
adalah sterilisasi, kemudian pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali
(reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle),
dan pengolahan (treatment).
Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
Adapun tahap pengolahan limbah medis antara
lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
52
Pemisahan dan
Penyimpanan Limbah
Medis
Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya
diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

Limbah infectious dan patologis dipisahkan


tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus
disterilisasi terlebih dahulu .
Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam
kategori limbah umum.
53
Pengangkutan Limbah
Medis
Limbah medis diangkut dengan kontainer
tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif
sebaiknya dipisahkan dengan limbah
kimia yang bersifat reaktif, mudah
terbakar, korosif.
Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk mencegah
adanya limbah yang tercecer akibat
pengangkutan dan mengurangi resiko
kecelakaan saat pengiriman limbah.

54
Penanganan Limbah
Medis
Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah
daur ulang.
Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan
terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.
Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat
dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh
: limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik
(Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang
dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis
Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan
dibakar (insinerasi)
Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam
landfill, maupun didaur ulang.
55
Sterilisasi limbah
dengan rotoclave

Rotoclave
(http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)

56
Penanganan Limbah
Suntik
Penggunaan disposable syringe
Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum suntik,
yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat pembuangan
jarum khusus (needle pit), syringe
safety box, dan insinerator SICIM.

57
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
Pengurangan sampah yang efektif
Lokasi jauh dari area penduduk
Adanya sistem pemisahan sampah
Desain yang bagus
Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
Perawatan yang teratur/periodik
Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
58
Insinerator Maxpell
Teknologi Ramah Lingkungan pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang
kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang
sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan
suhu yang tinggi. Asap hasil pembakaran
direaksikan dengan molekul air sehingga asap
yang keluar menjadi hidrokarbon yang akan
terbakar habis pada secondary chamber.
Dengan demikian asap akan bersih dan ramah
lingkungan.

59
Insinerator Maxpell
Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa
tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam
sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi
maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah
dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:
Tidak membutuhkan tempat luas;
Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;
Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa
tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong
hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang
menganggu;
Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali
secara konstan;
Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
Perawatan yang mudah dan murah;
Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan
bangunan

60
Skema Pengolahan Limbah Medis
dengan Insinerator Maxpell

61
Limbah infeksius dan
benda tajam
Limbah yang sangat infeksius seperti
kulturdan stok agens infeksius dari lab
harus disterilisasi melalui pengolahan
termal basah (autoclaving), atau desinfeksi.
Limbah benda tajam harus diinsinerasi,
atau encapsulation (pembungkusan), residu
yang dihasilkan dipendam.
Darah harus didesinfeksi sebelum dibuang
ke selokan, darah juga dapat diinsenerasi
atau ke instalasi pengolahan limbah cair yg
adekuat.
62
Limbah sediaan
farmasi berjumlah
kecil
Dalam jumlah yg sedikit dapat dgn landfill asalkan
tercampur merata dgn limbah umum yg banyak,
namun obat-oatan sitotoksik dan narkotik tidak
boleh dipendam biarpun sedikit.
Encapsulation, sejumlah kecil dapat dikapsulkan
bersama dgn limbah benda tajam.
Pemendaman yang aman diwil RS, mencegah
pemulungan dan menerapkan program minimal.
Pembuangan ke selokan yg mengalir, misal vitamin,
obat batuk sirup, cairan infus, tetes mata.
Insinerasi bersama limbah infeksius atau limbah
umum, asalkan tidak mencapai 1 % dari
keseluruhan.
63
Limbah sediaan
farmasi berjumlah
besar
Insinerasi adalah cara terbaik tetapi pada suhu > 1200
C.
Encapsulation. Limbah padat, cair dan semi cair dapat
dipadatkan dgn campuran semen dalam drum sebelum
pemendaman di sanitary landfill.
Tidak boleh dibuang bersama limbah umum RS dan
tidak boleh diencerkan dan dibuang ke selokan.
Cairan infus yg relatif tidak berbahaya dapat dibuang
ke landfill atau sal pembuangan.
Ampul harus digerus diatas permukaan keras yg
impermiabel, pekerja harus gunakan APD, lalu
dikumpulkan bersama limbah benda yg lain.
Ampul tidak boleh diinsinerasi karena dapat meledak
shgga merusak insinerator atau mencederai pekerja,
64
Limbah sitotoksik
Sangat berbahaya dan jgn pernah dibuang
ke landfill atau ke sal pembuangan limbah
cair.
Dikembalikan ke pemasok awal. Obat yg
kemasannya aman tetapi kadaluarsa.
Insinerasi pada suhu tinggi sampai
1200C.
Degradasi kimia. Mengubah senyawa
sitotoksik menjadi senyawa nontoksik,
antar lain oksidasi kalium permanganat
atau asam sulfat.
65
Limbah kimia
Limbah kimia umum yg tak dapat di daur
ulang misal gula, asam amino dan
beberapa jenis garam dapat dibuang
bersama limbah perkotaan.
Limbah kimia berbahaya jumlah kecil dapat
ditangani melalui insinerasi, encapsulation
atau dibuang ke landfill.
Limbah kimia berbahaya jumlah besar tidak
boleh dipendam karena dapat
mengkontaminasi air, dan encapsulation
karena dapat meledak, harus ditangani oleh
perusahaan khusus yang diberi wewenang.
66
Jenis zat Jenis Akibat keracunan
beracun bahan dan gangguan
Logam / Pb (TEL, PbCO3) - Syaraf, ginjal, dan darah
metaloid Hg - Syaraf, ginjal
Cd - Hati, ginjal, darah
Cr - Kanker
As - Iritasi, kanker
P - Metabaolisme karbohidrat,
lemak, protein

Bahan Hidrokarbonalifatik Pusing dan koma


pelarut (bensin, kerosin)
Hidrokarbon terhalogena Hati dan ginjal
si (CC4, CHCl3)
Alkohol Syaraf pusat, leukeumia

67
68
PENUTUP
Sebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis harus
dipisahkan terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran
antara limbah medis dan nonmedis.
Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang
diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan
insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat
membahayakan sehingga perlu dilakukan pengelolaan
lanjutan.
Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam
kantong plastik yang berbeda beda berdasarkan
karakteristik limbahnya.
Insinerator khusus adalah untuk limbah berbahaya dan
cytostatic.
Daur ulang adalah untuk limbah kimia dan limbah cytostatic.
Instalasi pengolah limbah

69
70

Anda mungkin juga menyukai