DR.DANIEL LANTANG,M.KES
Pengertian Ilmu Mikrobiologi
Kedudukan Ilmu Mikrobiologi dalam Biologi
Sejarah Perkembangan Ilmu Mikrobiologi
Ruang Lingkup Ilmu Mikrobiologi
Peranan Ilmu Mikrobiologi
Di alam
Ilmu Pertanian
Peternakan
Kedokteran
Dll.
Tipe sel Prokariotik
Uniselluler
Heterotrof, Fototrof, Sapropit
Menguntungkan dan merugikan
Sapropit, suplemen, flora normal
Menyebabkan penyakit
o Hewan
o Tumbuhan
o Manusia
Ukuran bakteri : bervariasi, pada umumnya 0.7 –
1.5 µm (penampang), sedangkan panjangnya 1 –
6 µm.
Bentuk Morpologi Bakteri pada awalnya hanya
dibedakan atas 2 yaitu Basil dan Kokus, namun
setelah adanya bentuk mutasi, makadigolongkan
ke dalam 3 bentuk yaitu Kokus, Basil, dan
Lengkung.
Bakteri Bentuk Kokus
Ada tiga mcam bentuk spiral:
Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral
misalnya Spirillum.
Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya
Vibrio cholera penyebab penyakit kolera.
Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang besifat
lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya dapat memanjang dan
mengerut.
Anatomi bakteri(Struktur sel bakteri)
Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah
luar dinding sel terdapat selubung atau kapsul. Di
dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam
(endomembran) dan organel bermembran seperti
kloroplas dan mitkondria. Struktur tubuh bakteri dari
lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela,
dinding sel, membrane sel, mesosom, lembaran
fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom, dan
endospora.
Flagela.
Falgella terdapat salah satu ujung, pada kedua ujung atau pada
perukaan sel. Fungsinya untuk bergerak. Berdasar letak dan jumlahnya,
tipe flagella dapat dibedakan menjadi montrik, amfitrik, lofotrik, dan
peritrik.
Flagela terbuat dari protein yang disebut flagelin. Flagella berbetuk
seperti pembuka sumbat botol. Fungsinya adalah untuk bergerak.
Flagella berputar seperti baling-baling untuk menggerakkan bakteri.
Flagela melekat pada membrane sel.
Flagellum Structure Flagela :
Struktur granuler tepat dibawah
membran sel di dalam sitoplasma
Fungsinya untuk motilitas
Batang Gram Positif yang Tidak Membentuk Spora.
Corynebakteria
Ciri-cirinya:
Selnya terjadi pembengkakan pada salah satu ujungnya.
Dgn pewarnaan anilin tampak granula di dalam sel.
Pada agar darah koloni tampak warna kelabu.
Ketiga biovar C. diphtheriae secara khas mempunyai gambaran sebagai
berikut: gravis, mitis, intermedius. Varian ini diklasifikasikan
berdasarkan ciri khas pertumbuhan seperti morfologi koloni, reaksi
biokimia, dan sebagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi. Sangat
sedikit referensi laboratorium yang memberikan ciri khas boivar;
insiden difteri telah sangat menurun dan hubungan berbagai penyakit
dengan biovar tidak penting untuk klinik atau pengaturan kesehatan
masyarakat terhadap suatu kasus atau wabah
Sifat-sifat Pertumbuhan
C. diphtheriae dan korinebakteria lain tumbuh secara
aerob pada sebagian besar perbenihan laboratorium.
Propionibacterium, bersifat anaerob. Pada perbenihan
serum Loeffler, korinebakteria tumbuh jauh lebih mudah
daripada kuman patogen pernapasan lainnya, dan pada
sediaan mikroskopik, morfologi organisme tampak khas.
Kuman ini membentuk asam, tetapi tidak membentuk gas
pada beberapa karbohidrat, seperti diperlihatkan pada
Tabel di bawah ini
Contoh Reaksi Metabolisme
C. diphtheriae + + - -
C. xerosis + + + -
C. pseudodiphtheriticum2 - - - +
2. Shigella 3. Salmonella
Shigella bersifat tak bergerak dan Salmonella adalah batang
biasanya tidak meragikan laktosa bergerak yang secara khas
tetapi meragikan karbohidrat lain, meragikan glukosa dan manosa
menghasilkan asam tetapi tidak tanpa membentuk gas tetapi
membentuk gas. Shigella tidak tidak meragikan laktosa atau
menghasilkan H2S. Keempat spesies sukrosa. Sebagian besar
Shigella berhubungan erat dengan E. Salmonella menghasilkan H2S.
coli. Berbagai Shigela mempunyai Jika termakan, bakteri ini sering
antigen yang sama satu sama lain bersifat patogen bagi manusia
demikian juga dengan kuman enterik atau hewan.
lainnya.
Kelompok Klebsiella-Enterobacter-Serratia
Spesies Klebsiella menunjukkan pertumbuhan mukoid, simpai
polisakarida yang besar, tidak ada pergerakan, dan biasanya
memberi tes positif untuk lisin dekarbosilase dan sitrat.
Kebanyakan spesies Enterobacter menghasilkan tes positif
untuk pergerakan, asam sitrat, dan orinitin dekarboksilase dan
membentuk gas dari glukosa. Enterobacter aerogenes
mempunyai simpati yang kecil. Serratia menghasilkan Dnase,
lipase, dan gelatinase. Klebsiella, Enterobacter, dan Serratia
biasanya memberi reaksi Voges-Proskauer positif.
. Kelompok Proteus-Morganella-Providencia
Anggota kelompok ini mendeaminasi fenilalanin, dapat bergerak,
tumbuh pada perbenihan kalium sianida (KCN), dan meragikan xilosa.
Spesies Proteus bergerak sangat aktif dengan memakai flagel peritrik,
yang mengakibatkan swarming (pertumbuhan menyebar pada
permukaan, membentuk pola menyerupai lingkaran tahun pada pohon)
pada perbenihan padat kecuali kalau ini dihambat oleh zat kimia,
misalnya feniletil alcohol atau perbenihan CLED (Cystine-lactose-
electrolyte-deficiebnt). Spesies Proteus dan Morganella Morganii
bersifat urease-positif, sementaera spesies Providencia biasanya urease-
negatif. Kelompok Proteus-Providencia meragikan laktosa secara amat
lambat atau tidak sama sekali. Proteus mirabilis lebih peka terhadap
obat antimikroba, termasuk penisilin, disbanding anggota lain dari
kelompok itu.
6. Citrobacter
Bakteri ini secara khas bersifat sitrat-
positif dan berbeda dari Salmonella
karena tidak menyebabkan dekarboksilasi
lisin. Bakteri ini sangat lambat meragikan
laktosa.
Identifikasi Cepat Dan Presumtif Kuman
Enterik Gram-Negatif
Biakan
Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara
aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir
utuh, mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
• Sifat-sifat Pertumbuhan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini
tidak meragikan laktosa, kecuali Shigella sonnei.
Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa
membedakan bakteri-bakteri shigela pada pembenihan
diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari
karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri
ini dapat juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan
manitol dan yang tidak.
Nama Sekarang Golongan Manitol Ornitin
dan Jenis Dekarboksilase
S. dysenteriae A – –
S. flexnery B + –
S. boydii C + –
S. Sonnei D + +
Patogen & Patologi
Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan; invasi
ke aliran darah sangat jarang. Shigella sangat menular; untuk
menimbulkan infeksi diperlukan dosis kurang dari 103 organisme
(sedangkan untuk Salmonella dan Vibrio adalah 105 – 108). Proses
patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa; mikroabses pada
dinding usus besar dan ileum terminal yang mengakibatkan nekrosis
selaput mukosa, ulserasi superficial, perdarahan, dan pembentukan
”pseudomembran” pada daerah ulkus. Pseudomembran ini terdiri atas
fibrin, leukosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik, dan bakteri. Bila
proses mulai membaik, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk
jaringan parut.
Endotoksin
Pada waku terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan lipopolisakaridanya yang
toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding usus.
Eksotoksin Shigella dysenteriae
S. dysenteriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang
dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin
merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan
mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini menimbulkan diare,
sebagaimana halnya enterotoksin E. coli yang tak tahan panas, mungkin dengan
mekanisme yang serupa. Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat absorpsi
gula dan asam amino pada usus kecil. Sebagai “neurotoksin” zat ini ikut berperan
dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat fatal infeksi S dysenteriae, serta
menimbulkan reaksi susunan saraf pusat (meningismus, koma). Penderita dengan
infeksi Shigella flexneri atau Shigella sonnei membentuk antitoksin yang
menetralkan eksotoksin S. dysenteriae in vitro. Aktivitas yang bersifat toksik ini
berbeda dengan sifat invasive shigela pada disentri. Keduanya dapat bekerja
berurutan, toksin menyebabkan diare awal yang encer dan tidak berdarah, dan
invasi usus besar mengakibatkan disentri lebih lanjut dengan tinja yang disertai
darah dan nanah.
Eksotoksin Shigella dysenteriae
S. dysenteriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan
panas yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf
pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik
(merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan.
Sebagai enterotoksin, zat ini menimbulkan diare, sebagaimana halnya
enterotoksin E. coli yang tak tahan panas, mungkin dengan mekanisme
yang serupa. Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat absorpsi
gula dan asam amino pada usus kecil. Sebagai “neurotoksin” zat ini
ikut berperan dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat fatal
infeksi S dysenteriae, serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat
(meningismus, koma)
Penderita dengan infeksi Shigella flexneri atau Shigella sonnei
membentuk antitoksin yang menetralkan eksotoksin S.
dysenteriae in vitro. Aktivitas yang bersifat toksik ini berbeda
dengan sifat invasive shigela pada disentri. Keduanya dapat
bekerja berurutan, toksin menyebabkan diare awal yang encer
dan tidak berdarah, dan invasi usus besar mengakibatkan disentri
lebih lanjut dengan tinja yang disertai darah dan nanah.
Gambaran Klinik
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), secara
mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer.
Diare tersebut disebabkan oleh kerja eksotoksin dalam
usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, jumlah
tinja meningkat karena infeksi meliputi ileum dan kolon;
tinja ini berkurang encernya tetapi sering mengandung
lendir dan darah. Tiap geraan usus disertai dengan
”mengedan” dan tenesmus (spasme rectum), yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah
Demam dan diare ini sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada
lebih dari setengah kasus orang dewasa. Namun, pada anak-anak
dan orang tua, kehilangan cairan dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, bahkan kematian. Penyakit
yang disebabkan oleh S dysenteriae ini dapat sangat parah.
Setelah sembuh, kebanyakan orang mengeluarkan bakteri
disentri dalam waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya
tetap menjadi pembawa yang kronis dan dapat mengalami
serangan penyakit berulang-ulang. Setelah sembuh dari infeksi,
kebanyakan orang akan memiliki antibodi terhadap Shigella
dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap
reinfeksi.
Tes Diagnostik Laboratorium
tinja.
Setelah masa inkubasi 10-14 hari, timbul demam, lemah, sakit
dan limpa serta hati membesar. Meski jarang, pada beberapa kasus
Bahan
Staphylococcus
Morfologi Dan Identifikasi
Ciri-ciri Organisme
Staphylococcus merupakan sel berbentuk bulat dengan
garis tengah sekitar 1 m dan tersusun dalam kelompok-
kelompok tidak beraturan. Pada biakan cair tampak juga
kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad dan
berbentuk rantai. Kokus muda bersifat Gram positif kuat,
sedangkan pada biakan yang lebih tua, banyak sel menjadi
Gram negatif.
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak membentuk
spora. Oleh pengaruh obat-obat seperti penisilin,
Staphylococcus dilisiskan.
Biakan
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan
dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh
paling cepat pada suhu 37C, tetapi membentuk pigmen paling
baik pada suhu kamar ( 20-25C). Koloni pada perbenihan
padat berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau.
S. aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kunimg
emas tua. Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh S. aureus
dan kadang-kadang oleh spesies lainnya.
Biakan
Sifat-sifat Pertumbuhan
Pada mukosa dan kulit, flora normal dapat mencegah kolonisasi bakteri
patogen melalui bacterial interference.
Kulit dan selaput lendir selalu mengandung berbagai macam
mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dalam 2 golongan
yaitu:
1) Mikroorganisme yang menetap terdiri dari yang jenisnya relatif
tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah tertentu pada
umur tertentu, bila terganggu dari tempatnya
mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera.
2) Mikroorganisme yang menetap sementara yang terdiri dari
mikroorganisme yang tidak patogen atau potensial patogen
yang mendiami kulit atau selaput lendir selama beberapa jam,
hari atau minggu, mikroorganisme ini berasal dari lingkungan
sekitarnya, tidak menyebabkan penyakit, dan secara normal
tidak tumbuh pada permukaan badan
Flora Normal Pada Kulit
Adapun flora normal yang terdapat pada kulit masih berbeda-beda, atau
terbagi dalam berbagai daerah anatomik yang dibatasi oleh sekresi,
kebiasaan memakai pakaian, atau yang dekat dengan selaput lendir
(mulut, hidung, dan daerah perineum).
Mikroorganisme yang menetap pada kulit sebagian besar adalah kuman
dipteroid aerob dan anaerob (misalnya Corynebacterium dan
Propionibacterium), Staphylococcus hemolitik aerob dan anaerob
(Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang Staphylococcus aureus,
Peptococcus). Kuman-kuman gram positif, aerob membentuk spora
dan terdapat banyak di udara, air, dan tanah, Streptococcus -
hemolitik (S. viridans dan Enterococcus yaitu Streptococcus faecalis)
juga kuman coliform gram negatif dan Acinetobacter
Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan-lipatan kulit, mikobakteria tahan
asam yang tidak patogen banyak terdapat pada daerah-daerah yang banyak
mengandung sekresi sebasea (genitalia, telinga luar).
Mengingat kuman dipengaruhi oleh berbagai foktor lingkungan.
Kondisi lingklungan flora normal harus selalu dipertahankan. Keringat yang
berlebihan atau mencuci dan mandi, tidak dapat menghilangkan atau secara
bermakna mengubah flora penetap normal. Jumlah mikroorganisme superfisial
dapat dikurangi dengan menggosok setiap hari dengan sabun yang mengandung
heksaklorofen, atau disinfektan lainnya, tetapi flora dengan cepat diganti
kembali dengan kelenjar sebasea dan kelenjar keringat meskipun kontak
dengan daerah-daerah kulit lainnya atau dengan lingkungan sekitarnya telah
ditiadakan seluruhnya. Pemakaian baju yang terlalu ketat menutupi kulit
cenderung mengakibatkan suatu peningkatan yang lebih besar dalam populasi
jasad renik total dan dapat pula menimbulkan pergantian kualitatif dalam flora.
Mikroorganisme Found on or in the Skin in Orde of Relative Abundance
Mikroorganisme Abundance