KOLONIAL
1890-1915
Claudia Levina 22414097
Chevin Villen 22414115
Cynthia Tandiono 22414142
Eric Lim 22414146
Ellen Calista 22414147
Perkembangan Arsitektur
1890-1915
Perubahan gaya arsitektur pada jaman transisi atau
peralihan (antara th. 1890 sampai 1915), dari gaya
arsitektur “Indische Empire” (abad 18 dan 19)
menuju arsitektur “Kolonial Modern” (setelah th.
1915) sering terlupakan
Arsitektur Belanda
Kebangkitan arsitektur Belanda sebenarnya
dimulai dari seorang arsitek Neo-Gothik, PJH.
Cuypers (1827-1921) yang kemudian disusul oleh
para arsitek dari aliran Niuwe Kunst (Art Nouveau ).
Gerakan Nieuw Kunst yang dirintis oleh Berlage di
Belanda ini kemudian melahirkan dua aliran
arsitektur modern yaitu The Amsterdam School dan
aliran De Stijl (Handinoto ,1996:151-163) .
Ciri Arsiektur Belanda
Penggunaan Gevel (Gable) pada tampak
depan bengunan
Penggunaan tower pada bangunan
Penggunaan dormer pada bangunan
Art Deco
Tahun 1908 adalah sejarah dimulainya lagam Art Deco. Perjalanan Art Deco
berlangsung setelah berakhirnya Perang Dunia 1 dan sebelum Perang Dunia 2
berakhir
Aliran ini berkembang bersamaan dengan Art Nouveau, walau memiliki dasar
yang berbeda. Ciri- ciri gaya Art Deco adalah:
Denah dan bentukan Hotel Majapahit yang simetris menunjukkan bahwa bangunan ini masih banyak terpengaruh oleh
masa sebelumnya, yaitu Indische Empire Style , dan penggunaan teras yang mengelilingi denah.Tapi disisi lain, bangunan
ini sudah mengalami beberapa perubahan sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan iklim tropis lembab Surabaya. Hal
ini dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti menurut Handinoto(1996)
Kesimetrisan Hotel Majapahit tidak hanya terlihat dari bentuk denahnya tetapi juga terlihat dari tampak depan hotel ini.
Hotel Majapahit memiliki keseimbangan simetris yang memiliki karakter formal.. Skala bangunan yang terasa adalah
normal sesuai dengan fungsinya sebagai. Pada bangunan Hotel Majapahit ini dirasakan adanya irama statis yang
diperoleh dari adanya pengulangan dimensi dan bentuk dari elemen-elemen bangunannya.
Di bagian interior dan dindingnya, Hotel Majapahit memiliki banyak unsur dekoratif seperti kaca patri yang bermotif,
lantai tegel hitam putih, lantai parket kayu pada tangga yang tersebar di seluruh area hotel. Dengan adanya ciri-ciri
tersebut maka disimpulakan hotel menganut langgam art deco. Ciri gaya arsitektur lain seperti lengkungan arch lancip di
lorong hotel yang bergaya gotic, Dimding bata tebal karena pengaruh Indisce Empire Style . Selain budaya iklim juga ikut
mempengaruhi seperti yang pertama adanya serambi agar hujan dan radiasi matahari tidak masuk secara langsung. Yang
kedua, penggunaan atap perisai serta atap pelana agar air hujan mudah turun dan radiasi matahari tidak masuk 100%.
Atap ini berbeda dengan ciri gaya Art Deco yang beratap datar.
Daftar Pustaka
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-
7850-3401100084-bab1.pdf
http://sunardi_blora-fib12.web.unair.ac.id/artikel
_detail-107765-Sejarah-Hotel%20Majapahit%20.html
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php
?DepartmentID=ARS
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur
Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Yogyakarta:
Andi Yoyakarta