Anda di halaman 1dari 41

GROUND PENETRATION RADAR

PERTEMUAN KE 10 DAN 11
Apa itu Ground Penetration Radar ?

Adalah metode geofisika non destructive technics yang


mempelajari kondisi bawah permukaan yang mendasarkan sifat
elektromagnetik dengan gelombang radio berfrekuensi antara
1-1000 MHz. Georadar berasal daridua kata yaitu geo yang
berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and
ranging.

GPR or Ground Penetrating/Probing Radar (Radio Detection and


Ranging), bukanlah teknologi baru. Pertama diaplikasikan di
Austria tahun 1929, teknologi ini mulai berkembang
sampai1950 oleh U.S. Air Force radars.
Radar Bands

1. Ka Band: Frequency 40,000-26,000 MHz;


Wavelength (0.8-1.1 cm)
2. K Band: 26,500-18,500 MHz; (1.1-1.7 cm) =
Weather Radar
3. X Band: 12,500-8,000 MHz; (2.4-3.8 cm)
4. C Band: 8,000-4,000 MHz; (3.8-7.5 cm)
5. L Band: 2,000-1,000 MHz; (15.0-30.0 cm)
6. P Band: 1,000- 300 MHz; (30.0-100.0 cm)
Semua ini merupakan bagian dari spektrum
Prinsip kerja Ground Penetration Radar ?
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver
sebagai pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar
ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi
dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode konfigurasi antena
transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik.
Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu
antena. sedangkan moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.

Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu


sesuai dengan karaketristik antena tersebut (10 MHz – 4 GHz). Receiver diset
untuk melakukan scan yang secara normal mancapi 32-512 scan per detik.
Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor (real-time) sebagai fungsi
waktu two-way traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan gelombang EM
menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut
radargram.
Prinsip kerja Ground Penetration Radar ?
Signal yang dipantulkan oleh ketidakkontinyuan secara horizontal, dicatat setelah
travel time tertentu, yang bergantung pada survei material. Metoda ini tidak hanya
seperti seismic refleksi, tetapi juga mungkin untuk software untuk mengolah data
seismic yang diadopsi untuk menginterpretasikan pengukuran ground radar.
Seperti pada seismic, kedalaman dari reflector dapat diperoleh jika kecepatan
diketahui.

Pengukuran radar merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi benda kecil
dekat permukaan bumi ( 0.1 hingga 3 meter ) dengan resolusi yang tinggi. Survei
dilakukan pada tanah yang kering dan hampir homogen pada resitivitas elektrik
yang tinggi ( kontanta dielektrik rendah ).

Semakin konduktif objek yang dikenai, maka semakin jelas sinyal yang ditangkap.
Contoh : kabel listrik adalah tembaga yang berkonduktivitas sangat baik, sehingga
akan memberikan pola yang jelas. Sinyal terang menggambarkan tegangan positif,
sementara warna gelap menggambarkan tegangan negatif. Warna abu-abu
menggambarkan tegangan mendekati nol.
Prinsip kerja Ground Penetration Radar ?
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan tipe antena yang
digunakan, sinyal yang ditransmisikan, dan metode pengolahan
sinyal yaitu :
1. Jenis objek yang akan dideteksi.
2. Kedalaman objek.
3. Karakteristik elektrik medium tanah atau properti elektrik.
(konstanta dielektrik)
Light and Radar
Light and Radar
Light Vs. Radar
Tipe sistim radar
• Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang
terhubung ke sumber pulsa (generator pulsa) dengan adanya pengaturan
timing circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang
terhubung ke LNA (low noise amplifier) dan ADC (alternative distribution
channels) yang kemudian terhubung ke unit pengolahan (data processing)
serta display sebagai tampilan outputnya.
Berdasarkan blok diagram tersebut masing – masing blok mempunyai fungsi
yang cukup penting dan saling ketergantungan. Hal ini dikarenakan GPR
merupakan suatu sistem mulai dari penghasilan pulsa pada pulse generator
lalu melewati blok-blok yang ada kemudian sampai pada blok display dimana
kita dapat melihat bentuk dan kedalaman objek yang dideteksi. Namun dalam
hal ini antena memegang peranan yang sangat penting karena menentukan
unjuk kerja dari sistem GPR itu sendiri.
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu
citra dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau
dipermukaan tanah.

Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus


memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:
1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi.
4. Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.
Rangkaian pemancar akan menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk
prf (pulse repetition frequency), energi, dan durasi tertentu. Pulsa akan
dipancarkan oleh antena ke dalam tanah. Pulsa ini akan mengalami
atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah.

Jika tanah bersifat homogen, maka sinyal yang dipantulkan akan sangat
kecil. Jika pulsa menabrak suatu inhomogenitas di dalam tanah, maka
akan ada sinyal yang dipantulkan ke antena penerima. Sinyal ini
kemudian diproses oleh rangkaian penerima.

Kedalaman objek dapat diketahui dengan mengukur selang waktu


antara pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini,
pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena.
Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi
gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman objek
yang dinyatakan dalam h.
Ketebalan beberapa medium di dalam tanah dinyatakan dalam d ,
Jika konstanta dieletrik medium semakin besar maka kecepatan gelombang
elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin kecil.

Pulse Repetition Frequency(prf) merupakan nilai yang menyatakan seberapa


seringnya pulsa radar diradiasikan ke dalam tanah. Penentuan prf dilandasi
dengan kedalaman maksimum yang ingin dicapai. Semakin dalam objek, maka
prf juga semakin kecil karena waktu tunggu semakin lama.

Pada medium konduktor kedalaman penetrasi (skin depth) , sangat


dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan saat pengambilan data. Semakin
tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin dangkal kedalaman
penetrasinya tetapi memiliki resolusi yang tinggi. Dan sebaliknya apabila
frekuensi yang digunakan merupakan frekuensi rendah maka kedalaman
penetrasinya akan semakin dalam tetapi memiliki resolusi yang rendah bila
dibanding saat kita menggunakan frekuensi tinggi.
Amplitudo gelombang radar mengalami peluruhan (atenuasi) karena:
a. Geometrical spreading (penyebaran geometris),
b. Hamburan energi karena ketidak homogenan medium,
c. Pantulan energi pada bidang batas medium,
d. Penyerapan energi

Skin depth

Skin depth adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (ca.37%) dari
nilai awal. Skin depth (d ) dirumuskan pada peramaan berikut :

dimana :
Δ = skin depth (meter)
ρ = resistivitas (Ω.m)
f = frekuensi (Hz)
μr = permeabilitas relatif (H/m)
μ0 = permeabilitas magnet di udara /ruang vakum = 4π × 10 -7 (H/m)
Perumusan GPR
Rumus yang digunakan adalah Maxwell yang merupakan kombinasi
antara geolistrik dan geomagnet:
Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang
timbul pada medium tersebut dapat dinyatakan dengan :

Keterangan:
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa ( 8, 85 × 10 -12 C 2/Nm 2 )
ρ = tahanan jenis ( Ω.m )
B = medan magnet ( tesla )
E = medan listrik (N/C)
μ = permeabilitas magnetik
J = rapat arus (A/m2
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi
terhadap waktu dan posisi (homogen isotropi). Maka persamaan Maxwell dapat
ditulis sebagai berikut :

Pada material dielektrik murni suseptibilitas magnetik (μ) dan permitivitas listrik
(є) adalah konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan gelombang.
Tidak sama halnya jika berhadapan dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air
material tersebut. Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan
gelombang dan atenuasi gelombang elektromagnet.
Metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat menyebabkan
gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan disebut
koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang
elektromagnet dan lebih mendasar lagi yang merupakan perbedaan dari konstanta
dielektrik relatif dari media yang berdekatan.

Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :


Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet
pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet
pada lapisan 2 , dan V1 < V2
є1 dan є2 = konstanta dielektrik relatif lapisan
1 dan lapisan 2

Dalam semua kasus, besarnya R terletak antara -1 dan 1. bagian dari energi yang
ditransmisikan sama dengan 1-R. Persamaan diatas daplikasikan untuk keadaan
normal pada permukaan bidang datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang
sehubungan dengan amplitudo sinyal.
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien
refleksi dan impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :

Keterangan :
r(t) = koefisien refleksi
A(t) = amplitudo rekaman georadar
F(t) = impulse radar
n(t) = noise radar

Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman
georadar berupa variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan
menyebabkan energi hilang. Jika kemudian ditemukan benda yang memiliki
dimensi yang sama dengan panjang gelombang dari sinyal gelombang
elektromagnet maka benda ini menyebabkan penyebaran energi secara acak.
Absorbsi ( mengubah energi elektromagnet menjadi energi panas ) dapat
menyebabkan energi hilang.

Penyebab yang paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks
dari sifat lstrik dan dielektrika media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi (α)
tergantung dari konduktifitas (σ), permeabilitas magnetik (μ), dan permitivity (є) dari
media yang dilalui oleh sinyal dan frekuensi dari sinyal itu sendiri (2πf).
Aplikasi?

Aplikasi :
GPR baik digunakan untuk deteksi target untuk karakteristik stratigrafi bawah
permukaan, hidrogeologi, arkeologi, assesment pencemaran limbah dan
geoteknik.
Keuntungan GPR
High-resolution data in certain cases.
1. Tidak bising
2. Memerlukan 1 atau 2 orang untuk mengoperasikannya
3. Murah dan cepat
4. Mudah mengkover dengan jangkauan yang luas dan dibantu
dengan truk .
Kerugian
1. Harga alat mahal.
2. Penetrasi kedalaman terbatas.
3. Hanya dapat digunakan untuk spesiifik sedimen-bedrock terrains.
4. Dibutuhkan tenaga yang berpengalaman.
5. Memerlukan software dan komputer yang canggih
6. Information about dielectric properties must be known in order to
convert to wave return times to depths.
Pola pengaturan antena

Secara keseluruhan, alat GPR berbobot tidak lebih dari


lima kilogram, sehingga sangat leluasa bergerak. Alat ini
bekerja dengan dua antena. Satu berfungsi sebagai
transmiter, yaitu bertugas memancarkan gelombang
radar. Lainnya sebagai receiver, bertugas menerima
gelombang radar yang dipantulkan bahan di
sekelilingnya kemudian diolah grafiknya ke dalam
komputer.
Sistem antena impuls GPR harus dapat mengirimkan medan elektromagnetik
melalui interface antena tanah secara efektif. Tetapi, ketika antena di letakan
dekat dengan tanah, interaksi antena-tanah akan berpengaruh besar terhadap
impedansi input antena, bergantung jenis tanah dan elevasi antenanya
[Turner,1993].

Karena property elektrik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dalam
survey GPR biasanya sangat sulit untuk menjaga kestabilan impedansi input
karena jenis tanah yang benar-benar berbeda untuk setiap tempat dan kondisi
cuaca yang berbeda.
Pola pengaturan antena

Late time ringing merupakan osilasi yang mengikuti pulsa yang dikirimkan yang
akan mengaburkan pulsa yang dikirim. Pengendaliannya adalah menggunakan
antena dipole dan diletakkan di atas tanah

Cross-coupling merupakan sinyal yang dikirimkan secara langsung oleh antena


pengirim ke penerima. Jarak pemisah antar antena pengirim dan penerima
dipisahkan dengan jarak

Dimana
K = Konstanta propagasi (εr )
Depth = Kedalaman penetrasi antenna
antena
Antena GPR beroperasi dekat dengan permukaan tanah dan harus dapat
mengirimkan medan elektromagnetik melalui interface antena tanah secara
efektif. Tetapi, ketika antena di letakan dekat dengan tanah, interaksi antena-
tanah akan berpengaruh besar terhadap impedansi input antena, bergantung
jenis tanah dan elevasi antenanya [Turner,1993].

Karena karakter elektrik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dalam
survey GPR biasanya sangat sulit untuk menjaga kestabilan impedansi input
karena jenis tanah yang benar-benar berbeda untuk setiap tempat dan
kondisi cuaca yang berbeda. Ini mengakibatkan sulitnya mempertahankan
kondisi match, antara antena dan feed line untuk memperkecil mismatch loss.
Pemilihan jenis antena GPR yang dipakai didasarkan juga pada objek apa yang
akan dideteksi.
Apabila target objek mempunyai objek yang panjang maka sebaiknya
menggunakan antena yang dengan footprint yang lebih panjang.

Footprint antena adalah pengumpulan nilai tertinggi dari bentuk


gelombang yang dipancarkan oleh antena pada bidang horizontal di dalam
tanah atau permukaan tanah di bawah antena. Ukuran footprint antena
menentukan resolusi cakupan melintang dari sistem GPR. Secara umum,
unjuk kerja optimal GPR dimana footprint antenna harus dapat
diperbandingkan dengan penampang melintang horizontal dari target.
Late time ringing

Late time ringing merupakan osilasi yang mengikuti pulsa yang


dikirimkan. Late time ringing disebabkan oleh refleksi internal terhadap
benda–benda (clutter) disekitar target yang mengakibatkan efek
masking terhadap objek yang dideteksi.Osilasi ini dapat mengaburkan
sinyal yang dipantulkan oleh objek sehingga menyulitkan untuk
dilakukan proses deteksi.

Ada berbagai cara untuk mengurangi late time ringing khususnya dari
penggunaan antena dipole yaitu dengan penggunaan lumped resistor.
Hal ini sesuai dengan metode Wu King. Namun, penggunaan metode ini
sesuai untuk antena dipole yang dibuat pada PCB (Printed Circuit Board).
Untuk antena wire dipole, hal ini bisa diatasi dengan meletakkan antena
tepat di atas permukaan. tanah karena sifat lossy dielektrik tanah
tersebut mampu meredam sifat ringging dari antena wire dipole,
sehingga sinyal tersebut dapat dianalisa dengan akurat.
Menentukan kedalaman GPR
D = (5.9t)/sqrt of (Er)
D = depth of target (in)
t = wave travel time (nanosec)
5.9 = a constant incorporating speed of light and unit conversions
Er = dielectric constant of subsurface material
Konstanta Dielectrik
Berapa kedalaman pipa yang terdeteksi Air 1
dengan 46 ns dalam pasir kering (Er = 4) Pure water 81
Jawab:
Fresh water (ice) 4
D = (5.9 x 46) / sqrt (4) Granite (dry) 5
D = 135.7 in Clay (saturated) 8-12
Sand (dry) 4-6
Sand (saturated) 30
Conductive = High Dielectric Constant
= Reflective
Non-conductive = Low Dielectric
Constant = Non-Reflective
Akuisisi data GPR

Ada tiga jenis pengukuran :


1. Pengukuran refleksi Continuous Reflection Profiling (CRP).
2. Pengukuran velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk
mementukan kecepatan versus kedalaman,
3. Transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
1. Radar Reflection Profiling

Cara ini dilakukan dengan membawa antenna radar bergerak


bersamaan diatas permukaan tanah.
Apabila GPR ini dibawa berjalan (menurut garis lurus), gambar
yang dihasilkan akan membentuk pola-pola tertentu,
bergantung kepada objek yang ditumbuk oleh impuls
elektromagnetik itu dan waktu tempuh sinyal.

T R T R

reflector reflector
2. Wide Agle Reflection and Refraction (WARR) atau
Common Mid Point
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan menaruh transmitter
pada posisi yang tetap dan receiver dibawa pada area
penyelidikan. WARR sounding diterapkan pada kasus dimana
bidang reflector relatif datar atau memiliki kemiringan yang
rendah, karena asumsi ini tidak selalu benar pada kebanyakan
kasus maka digunakan CMP sounding untuk mengatasi
kelemahan tersebut. Pada CMP sounding kedua antenna
bergerak menjauhi satu sama lainnya dengan titik tengah pada
posisi yang tetap.

T R R R R
T T T R R R
3. Transillumination atau Radar Tomography
Metoda ini dilakukan dengan cara menempatkan
transmitter dan receiver pada posisi yang berlawanan.
Sebagai contoh jika transmitter diletakan pada satu satu sisi,
maka receiver diletakan pada sisi yang lain dan saling
berhadapan. Umumya metoda ini digunakan pada kasus
non-destructive testing (NDT) dengan menggunakan
frekuensi antenna yang tinggi sekitar 900 MHz.

T R

R
Spektrum Gelombang Elektromagnetik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai