Anda di halaman 1dari 38

Fitnah, Nikmat, dan Siksa Kubur

Di antara syarat beriman kepada hari akhir adalah beriman


kepada semua kejadian yang terjadi setelah kematian
sampai sebelum hari kiamat, atau yang biasa kita kenal
dengan alam barzakh. Kejadian di alam barzakh yang
dimaksud di sini adalah fitnah kubur, nikmat kubur bagi
lulus darinya dan siksa kubur bagi yang gagal darinya. Dan
ketiga hal ini telah ditunjukkan dalam nash-nash Al-Qur`an
dan hadits yang mencapai taraf mutawatir.
• Adapun fitnah kubur, maka yang dimaksud dengannya
adalah pertanyaan munkar dan nakir kepada mayit
setelah dia dikuburkan. Dia ditanya tentang Rabbnya,
agamanya, dan nabinya. Adapun orang yang beriman
maka Allah Ta’ala akan mengokohkannya dengan
jawaban yang benar, sehingga dia akan berkata:
Rabbku adalah Allah, agamaku Islam, dan nabiku
Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Adapun orang
kafir dan musyrik maka Allah Ta’ala akan menyesatkan
mereka sehingga mereka hanya bisa berkata: Saya
tidak tahu, dan orang munafik serta yang ragu dengan
agamanya akan berkata: Saya tidak tahu, saya
mendengar orang lain bilang demikian maka akupun
mengikutinya.
• Inilah yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam
firman-Nya:
‫يثبت هللا الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي اآلخرة‬
‫ويضل هللا الظالمين ويفعل هللا ما يشاء‬
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.
Ibrahim: 27)
• Dari Al-Barra` bin Azib radhiallahu anhu dari
Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang ayat
di atas:
ُ‫ّللا‬
َ ‫ي‬ َ ‫ب ا ْلقَ ْب ِر فَيُقَا ُل لَهُ َم ْن َربُّ َك فَيَقُو ُل َر ِب‬
ِ ‫عذَا‬
َ ‫نَ َزلَتْ فِي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
‫سلَ َم‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫َونَ ِب ِيي ُم َح َم ٌد‬
“(Ayat ini) turun berkenaan dengan adzab
kubur. Ia ditanya, “Siapa Rabbmu?” Ia
menjawab, “Rabbku Allah, nabiku
Muhammad shallallahu alaihi wasallam.” (HR.
Muslim
• Dari Asma` bintu Abi Bakar radhiallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫يب ِم ْن ِفتْنَ ِة‬َ ‫ور ُك ْم ِمثْ َل أ َ ْو قَ ِر‬ِ ُ‫ون فِي قُب‬ َ ُ‫ي أَنَ ُك ْم ت ُ ْفتَن‬ َ َ‫ي ِإل‬ َ ‫وح‬ ِ ُ ‫ فَأ‬.‫ار‬ُ َ‫امي َحتَى ا ْل َجنَةُ َوالن‬ ِ َ‫ش ْي ٍء لَ ْم أَك ُْن أ ُ ِريتُهُ ِإ ََّل َرأ َ ْيتُهُ فِي َمق‬
َ ‫َما ِم ْن‬
َ‫ت َوا ْل ُهدَى فَأ َ َج ْبنا‬ َ ْ َ
ِ ‫ّللا َجا َءنا بِالبَيِنا‬ ِ َ ‫سو ُل‬ ُ َ ْ َ ْ
ُ ‫الر ُج ِل؟ فأ َما ال ُم ْؤ ِمنُ أ ْو ال ُموقِنُ فيَقو ُل ُه َو ُم َح َم ٌد َر‬َ َ َ ْ َ
َ ‫ يُقا ُل َما ِعل ُمكَ بِ َهذا‬.‫سيحِ ال َد َجا ِل‬ ِ ‫ا ْل َم‬
‫اس‬َ َ‫س ِم ْعتُ الن‬ َ ‫اب فَ َيقُو ُل ََّل أَد ِْري‬ ُ َ ‫ق أ َ ْو ا ْل ُم ْرت‬
ُ ‫ َوأ َ َما ا ْل ُمنَا ِف‬.‫ع ِل ْمنَا ِإ ْن ُك ْنتَ لَ ُمو ِقنًا ِب ِه‬ َ ‫ فَيُقَا ُل نَ ْم‬.‫َوات َ َب ْعنَا ُه َو ُم َح َم ٌد ث َ ََلثًا‬
َ ‫صا ِل ًحا قَ ْد‬
َ
ُ‫ش ْيئ ًا فقُ ْلتُه‬
َ ‫ون‬ َ ُ‫يَقُول‬
“Tidak ada sesuatu yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku sudah melihatnya dari
tempatku ini hingga surga dan neraka, lalu diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena
fitnah dalam kubur kalian seperti -atau hampir berupa- fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Akan ditanyakan
kepada seseorang (didalam kuburnya); “Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?” Adapun
orang beriman atau orang yang yakin, maka dia akan menjawab: ‘Dia adalah Muhammad
Rasulullah telah datang kepada kami membawa penjelasan dan petunjuk. Maka kami sambut dan
kami ikuti. Dia adalah Muhammad, ‘ diucapkannya tiga kali. Maka kepada orang itu dikatakan:
‘Tidurlah dengan tenang, sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang yang yakin’.
Adapun orang Munafiq atau orang yang ragu, maka dia menjawab, “Aku tidak tahu siapa dia, aku
mendengar manusia membicarakan sesuatu maka akupun mengatakannya.” (HR. Al-Bukhari no.
84)
Fitnah dan pertanyaan ini, semua makhluk akan mengalaminya kecuali beberapa makhluk yang
Allah Ta’ala kecualikan seperti para nabi dan para syuhada`. dari Al Miqdam bin Ma’dikarib dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
• dari Al Miqdam bin Ma’dikarib dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ُ‫صا ٍل يَ ْغ ِف ُر لَهُ فِي أ َ َو ِل د ُْفعَ ٍة ِم ْن د َِم ِه َويُ َرى َم ْقعَ َده‬ َ ‫ستُّ ِخ‬ ِ َ ‫ِللش َِهي ِد ِع ْن َد‬
ِ ‫ّللا‬
َ‫ب ا ْلقَ ْب ِر َويَأ ْ َم ُن ِم ْن ا ْلفَ َزع ْاْل َ ْكبَ ِر َويُ َحلَى ُحلَة‬
ِ ‫ع َذا‬
َ ‫ار ِم ْن‬ ُ ‫ِم ْن ا ْل َجنَ ِة َويُ َج‬
ِ
‫سانًا ِم ْن أَقَ ِار ِب ِه‬
َ ‫ين ِإ ْن‬ َ ‫شفَ ُع فِي‬
َ ‫س ْب ِع‬ َ ُ‫ين َوي‬ِ ‫ور ا ْل ِع‬ ِ ‫ج ِم ْن ا ْل ُح‬ ُ ‫ان َويُ َز َو‬ ِْ
ِ ‫اْلي َم‬
“Orang yang mati syahid mendapatkan enam hal di sisi
Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali
darahnya mengalir, diperlihatkan kedudukannya di
surga, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan dari
ketakutan yang besar, dihiasi dengan perhiasan iman,
dikawinkan dengan bidadari dan dapat memberikan
syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya.” (HR. At-
Tirmizi no. 1586 dan Ibnu Majah
• Dari Salman Al-Farisi radhiallahu anhu dia
berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ام ِه َو ِإ ْن َماتَ َج َرى‬ ِ َ‫ش ْه ٍر َوقِي‬ ُ ‫ِربَا‬
َ ‫ط يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة َخ ْي ٌر ِم ْن ِصيَ ِام‬
‫ان‬َ َ ‫علَ ْي ِه ِر ْزقُهُ َوأ َ ِم َن ا ْلفَت‬
َ ‫ي‬َ ‫ان يَ ْع َملُهُ َوأ ُ ْج ِر‬
َ ‫ع َملُهُ الَ ِذي َك‬َ
“Ribath (berjaga-jaga di perbatasan) sehari
semalam lebih baik daripada puasa dan shalat
malam sebulan penuh, jika dia meninggal maka
amalannya senantiasa mengalir sebagaimana
yang pernah dia amalkan, mengalir pula rizkinya
dan terbebas dari fitnah.” (HR. Muslim no. 3537)
• Termasuk di dalamnya fitnah kubur.
Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiallahu
anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫ي فِتْنَةَ ا ْلقَ ْب ِر‬
َ ِ‫َم ْن َماتَ يَ ْو َم ا ْل ُج ُمعَ ِة أ َ ْو لَ ْيلَةَ ا ْل ُج ُمعَ ِة ُوق‬
“Barangsiapa meninggal di hari jum’at atau
malam jum’at maka akan dihindarkan dari
fitnah kubur.” (HR. At-Tirmizi no. 994 dan
Ahmad no. 6753 dengan sanad yang shahih)
• Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
َ َ‫َم ْن قَتَلَهُ َب ْطنُهُ فَلَ ْن يُ َعذ‬
‫ب ِفي قَ ْب ِر ِه‬
“Barangsiapa meninggal karena sakit perut, maka ia tidak akan disiksa di
dalam kuburnya.” (HR. At-Tirmizi no. 984 dan Ahmad no. 17592)
Adapun azab kubur, maka dia diperuntukkan bagi orang-orang yang zhalim
dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang kafir, serta orang-
orang fasik yang tidak menjawab pertanyaan munkar dan nakir. Allah
Ta’ala berfirman tentang Fir’aun dan para pengikutnya:
‫النار يعرضون عليها غدوا وعشيا ويوم تقوم الساعة أدخلوا آل فرعون أشد العذاب‬
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada
hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah
Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
• Dari Zaid bin Tsabit radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau
bersabda:
ُ‫س َم ُع ِم ْنه‬ ْ َ ‫ب ا ْلقَب ِْر الَذِي أ‬
ِ ‫ع َذا‬
َ ‫س ِمعَ ُك ْم ِم ْن‬ْ ُ‫ّللا أ َ ْن ي‬
َ َ ُ‫ فَلَ ْو ََّل أ َ ْن ََّل تَدَافَنُوا لَ َدع َْوت‬.‫ور َها‬ِ ُ‫إِ َن َه ِذ ِه ْاْل ُ َمةَ ت ُ ْبتَلَى فِي قُب‬
ِ َ ‫ب النَ ِار فَقَا َل تَعَ َوذُوا ِب‬
‫اَّلل ِم ْن‬ ِ ‫ع َذا‬ ِ َ ‫ب النَ ِار قَالُوا نَعُوذُ ِب‬
َ ‫اَّلل ِم ْن‬ ِ ‫ع َذا‬ ِ َ ‫علَ ْينَا ِب َوجْ ِه ِه فَقَا َل تَعَ َوذُوا ِب‬
َ ‫اَّلل ِم ْن‬ َ ‫ث ُ َم أ َ ْقبَ َل‬
ُ‫اَّلل ِم ْن ا ْل ِفت َ ِن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن قَالُوا نَعُوذ‬ِ َ ‫ب ا ْلقَب ِْر قَا َل ت َ َع َوذُوا ِب‬
ِ ‫ع َذا‬ ِ َ ‫ب ا ْلقَب ِْر قَالُوا نَعُوذُ ِب‬
َ ‫اَّلل ِم ْن‬ ِ ‫ع َذا‬َ
ِ َ ِ‫اَّلل ِم ْن فِتْنَ ِة ال َد َجا ِل قَالُوا نَعُوذُ ب‬
‫اَّلل ِم ْن فِتْنَ ِة ال َد َجا ِل‬ ِ َ ِ‫اَّلل ِم ْن ا ْل ِفت َ ِن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َط َن قَا َل تَعَ َوذُوا ب‬
ِ َ ِ‫ب‬
“Sesungguhnya ummat ini diuji dikuburnya. Andai kalian tidak saling
menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar memperdengarkan adzab
kubur pada kalian seperti yang aku dengar.” Setelah itu beliau menghadapkan
wajah ke arah kami lalu bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab
neraka.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab neraka.”
beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab kubur.” mereka
berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau bersabda:
“Berlindunglah diri kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang
teresmbunyi.” Mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari fitnah-fitnah
yang nampak dan yang tersembunyi.” Beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada
Allah dari fitnahnya Dajjal.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah
dari fitnahnya Dajjal.” (HR. Muslim no. 5112)
• Sementara nikmat kubur, maka dia dikhususkan bagi kaum
mukminin yang jujur dalam keimanannya. Dari Al-Barra` bin Azib
radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda
tentang mayit yang telah menjawab pertanyaan munkar dan nakir:
ْ ‫شوهُ ِم ْن ا ْل َجنَ ِة َو‬
‫افت َ ُحوا لَهُ بَابًا ِإلَى‬ ُ ‫ع ْبدِي فَأ َ ْف ِر‬
َ ‫َق‬َ ‫صد‬َ ‫اء أ َ ْن قَ ْد‬ ِ ‫س َم‬َ ‫فَيُنَادِي ُمنَا ٍد ِم ْن ال‬
َ َ‫سو ُه ِم ْن ا ْل َجنَ ِة قَا َل فَيَأ ْ ِتي ِه ِم ْن َر ْو ِح َها َو ِطي ِب َها قَا َل َويُ ْفت َ ُح لَهُ ِفي َها َم َد ب‬
‫ص ِر ِه‬ ُ ‫ا ْل َجنَ ِة َوأ َ ْل ِب‬
“Kemudian ada suara dari langit yang menyeru, “Benarlah apa yang
dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di
surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya
pakaian surga.” beliau melanjutkan: “Kemudian didatangkan
kepadanya wewangian surga, lalu kuburnya diluaskan sejauh mata
memandang.” (HR. At-Tirmizi no. 4127, Ibnu Majah no. 3784, dan
Ahmad no. 1615)
• Al-Barra' bin Azib ra berkata,"Kami keluar bersama
Rasulullah SAW menghantar jenazah seorang Ansar, maka
kami berhenti di muka kubur dan ketika akan dimakamkan
di liang lahat, Rasulullah SAW duduk menghadap kiblat dan
kami duduk mengelilingi nabi dan tiba-tiba di atas kepala
kami terdapat burung dan burung tersebut memainkan
ranting yang ada dikakinya dengan membolak-balikkan di
tanah, maka mulailah si burung sekali-sekala menoleh ke
langit dan ke bumi dan mulailah ia mengangkat
pandangannya kemudian menundukkannya, hal ini
berlangsung 3 kali."

• Maka Baginda bersabda,"Berlindunglah kamu sekalian dari
siksa kubur," Baginda mengulang ucapannya dua atau tiga
kali kemudian Baginda bersabda,"Ya Allah, aku berlindung
kepadaMu dari siksa kubur," Baginda mengulanginya tiga
kali kemudian bersabda," Sesungguhnya seorang hamba
yang beriman jika telah terputus dari dunia dan masuk ke
alam akhirat, turun malaikat dari langit, wajahnya putih
seolah-olah wajah mereka laksana matahari, bersama
mereka kain kafan dari kain kafan syurga,
wangiannya (al-Hanuth-wangian yang dicalit pada badan
dan kain kafan orang yang meninggal) dari wangian
syurga, sampai mereka duduk disisinya dengan bilangan
sepanjang mata memandang.

• Kemudian datang Malaikat Maut alaihissalaam (Izrail)
duduk diposisi kepalanya, dan ia berkata,"Wahai jiwa
yang bersih, keluarlah kamu kepada ampunan Allah
dan redhaNya." Maka keluarlah roh tersebut
sebagaimana mengalirnya titisan air dari tempat
takungannya kemudian malaikat mengambilnya."

• Dalam riwayat lain disebutkan,"Apabila roh seseorang


telah keluar, seluruh malaikat yang berada di antara
langit dan bumi memanjatkan doa keselamatan
baginya,
• begitu pula semua malaikat yang berada dilangit, kemudian
dibukakan pula pintu-pintu langit. Dan tidak ada satu pun
malaikat yang menjaga pintu tersebut kecuali berdoa kepada
Allah sampailah roh itu sampai kepada mereka. Apabila telah
sampai, maka roh itu digenggamnya dan tidak dilepaskannya.
Kemudian mereka mengenakan kain kafan yang bertabur wangi-
wangian, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

• Ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami dan malaikat-malaikat
Kami itu tidak melalaikan kewajipannya
• (Al-An'am : 61)

• Kemudian keluar dari roh itu bau minyak misk yang sangat harum, lalu
para malaikat beserta roh tersebut naik ke atas dan setiap kali roh itu
melewati para malaikat yang lain, maka mereka selalu bertanya,"Roh
siapakah ini yang begitu agung?" Maka malaikat lainnya menjawab,"Ini
adalah roh Fulan bin Fulan" Kemudian, Roh itu dipanggil dengan nama
yang indah, yang dulu mereka pergunakan semasa hidup di
dunia.Kemudian, terus sampai ke atas batas akhir langit dunia, maka para
malaikat meminta kepada penjaga langit agar membukakan pintu, maka
pintu langit kedua pun terbuka dan dalam setiap langit para ahli langit
mengerubungi roh itu, terus demikian sampai langit ketujuh. Maka, Allah
berfirman," Catatkanlah amal hambaKu ini di Illiyyin!" FirmanNya
lagi," Tahukah kamu apakah Illiyyin itu? Iaitu kitab yang tertulis, yang
disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)"

• Kemudian, dikatakan kepadanya,"Wahai para
malaikat, kembalikanlah roh tersebut ke bumi,
maka sesungguhnya Aku telah berjanji kepada
mereka sesungguhnya Akulah yang
menciptakan mereka dan Kamilah yang
mengembalikan mereka serta mengeluarkan
mereka pada waktu kedua kali." (Bangunnya
jasad saat Kiamat berlaku)

• Lalu Rasulullah SAW meneruskan,"Maka kembalikanlah roh
tersebut ke bumi dan dimasukkan roh tersebut ke dalam jasadnya
kembali. Sesungguhnya ia mampu mendengar derap langkah
sepatu para saudaranya yang menghantar, maka datanglah dua
malaikat yang berwajah garang dan duduk disampingnya lalu
bertanya,"Siapakah Tuhanmu?" Maka orang itu
menjawab,"Tuhanku Allah" maka keduanya bertanya lagi,"Apa
agamamu?" maka ia menjawab,"Agamaku Islam" maka keduanya
bertanya,"Siapakah lelaki yang diutuskan kepadamu sekalian?" ia
menjawab,"Beliau adalah Rasulullah SAW" Kemudian keduanya
bertanya kembali,"Apa ilmu yang kamu miliki?" Maka ia
menjawab,"Aku telah membaca Al-Quran, maka aku mengimani
apa yang ada di dalamnya, dan aku membenarkannya." Maka Nabi
melanjutkan pertanyaan; siapa Tuhanmu, apa agamamu, siapa
nabimu. Itu semua adalah ujian akhir yang diberikan kepada orang
yang beriman.
• Maka demikian itu sesuai dengan firman Allah
SWT;

• Allah meneguhkan iman orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan Dia
melakukan apa yang Dia kehendaki
• (Ibrahim : 27)

• Maka ia (roh tadi) berkata,"Tuhanku Allah,
agamaku Islam, Nabiku Muhammad
SAW." Maka tiba-tiba ada suara yang
menyeru dari langit,"Sesungguhnya
hambaKu itu benar, maka masukkanlah ia ke
dalam syurga dan pakaikanlah ia pakaian
syurga dan bukakanlah untuknya pintu-pintu
syurga."

• Maka didatangkan roh tersebut beserta amal-amal
kebajikannya, dilapangkan kuburannya itu seluas mata yang
memandang. Nabi melanjutkan; maka didatangkan amal
kebajikannya, pada riwayat yang lain; amal kebajikannya
menyerupai lelaki yang berwajah lawa, berpakaian indah
dan wangi mengharumkan. Maka berkata amal
itu,"Bergembiralah dengan segala kemudahan yang ada,
bergembiralah dengan redha dari Allah SWT dan syurga
yang penuh dengan kenikmatan yang telah disiapkan
untuk orang-orang yang tinggal di dalamnya. Inilah hari
yang telah dijanjikan.

• Maka orang itu bertanya,"Kamu
bergembiralah dengan semua kebaikan yang
Allah berikan padamu, tetapi siapakah kamu
yang sebenarnya?" Maka ia menjawab,"Aku
adalah amal solehmu, maka demi Allah, aku
tidak mengetahui kecuali engkau cepat
bergegas melakukan ketaatan kepada Allah
dan engkau menghindari serta enggan
melakukan kemaksiatan kepada
• Allah SWT, maka Allah membalas dengan sesuatu yang
lebih baik."Kemudian dibukakan baginya satu pintu syurga
dan satu pintu neraka, maka seseorang mengatakan,"Inilah
rumahmu; jika kamu bermaksiat kepada Allah, Allah akan
menggantikannya dengan yang ini (neraka)" Apabila
hamba tersebut melihat kenikmatan yang ada di dalam
syurga, ia berkata,"Tuhan, percepatkanlah datangnya Hari
Kiamat agar aku dapat kembali ke keluargaku dan
hartaku." Maka, Malaikat berkata kepadanya,"Tinggallah
kamu di dalamnya."


• Sumber : 101 Wasiat Rasul Kepada Wanita

• Nikmat dan adzab kubur ini adalah hal yang
haq. Dalil-dalil yang mutawatir dari Nabi
Muhammad SAW, dan dari para sahabat telah
menunjukkan kebenarannya secara pasti dan
kita wajib mengimaninya karena merupakan
tuntutan keimanan kita kepada hari kiamat
yang merupakan rukun iman keenam dimana
tidak sah iman seseorang kecuali harus
beriman kepada semua rukun iman yang
enam. Ahlus Sunnah mengimani tentang
adanya adzab dan nikmat kubur. Keduanya
adalah benar berdasarkan Al Qur;an dan As
Sunnah serta Ijma’ Salafus Shalih
• Diantara dalil dari Al Qur’an tentang adanya adzab
kubur ( siksa ) kubur adalah friman Allah Ta’ala : “ nanti
mereka akan Kami siksa dua kali, lalu mereka akan
dikembalikan kepada adzab yang besar. “ ( Q.S. At
Taubah : 101) Menurut penjelasan Iman Hasan Al
Bashri dan Qatadah ra. Bahwa yang dimaksud dengan “
nanti mereka akan Kami siksa dua kali “ yaitu adzab di
dunia dan adzab kubur. ( Tafsir Ibnu Katsir II / 423 :
Cetakan darrussalam ) Firman Allah Ta’ala : “ Dan pasti
akan Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa
yang dekat ( di dunia ) sebelum adzab yang lebih besar
( di Akhirat ). Q.S. As Sajadah 21 )
• Menurut pendapat al Bara’ bin ‘Azib ra,
Mujahid dan Abu Ubaidah bahwa yang
dimaksud dengan adzab yang dekat adalah
adzab Kubur “ ( Tafsir Ibnu Katsir III / 509:
Cetakan darrussalam ) Firman Allah Ta’ala
: Kepada mereka diperlihatkan Neraka pada
pagi dan petang dan pada hari terjadinya
kiamat, ( lalu kepada Malaikat diperintahkan )
“ masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam
adzab yang sangat keras” ( Q.S. Al Mukminun
: 46 )
• Al Hafizh Ibnu Katshir mengatakan : Ayat ini
merupakan prinsip terbesar yang dijadikan
oleh Ahlus Sunnah tentang adanya Adzab
kubur. Tafsir ibnu Katsir ( IV/ 85- 86 ). Cet.
Daarus Salaam.
• Sedangkan dalil dari As Sunnah adalah hadist Nabi Muhammad SAW, dari
sahabat Ibnu Abbas ra, ia berkata : Rasulullah SAW, berjalan melewati
salah satu kebun di kota Madianah, lalu Beliau SAW mendengar suara dua
orang yang sedang disiksa di dalam kubur, lalu Beliau SAW, bersabda : “
keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa karena perbuatan dosa
besar. Salah seorang dari keduanya tidak menjaga kebersihan dirinya dari
air kencing dan yang lainnya senantiasa namimah ( mengadu domba
). H.R. Al Bukhari ( no.216 dan no. 218 ) dengan lafadz “ Rasulullah
SAW, melewati dua kuburan. “ Lihat Fathul Baari ( I/ 317 ) dan muslim ( no.
292 ) Rasulullah SAW menganjurkan ummatnya untuk senantiasa berdo’a
memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari adzab kubur di setiap
akhir tasyahud sebelum salam ketika shalat. Ya Allah aku berlindung
kepada-Mu dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan
mati, serta dari kejahatan fitnah al Masih ad Dajjal.” H.R. Muslim ( no. 588
( 128) ) dari sahabat Abu Hurairah ra.
Bantahan terhadap pengingkaran
adzab kubur
• Keimanan seorang hamba kepada Allah Ta’ala,
malaikat-malaikat-Nya, dan hari akhir
mengharuskannya beriman kepada alam kubur,
kenikmatannya, dan apa saja yang terjadi di dalamnya.
Sebab, itu semua termasuk perkara-perkara ghaib. Jika
seseorang mempercayai sebagian sesuatu, maka
menurut akal ia harus mengimani sebagian satunya.
• Alam kubur, kenikmatannya, pertanyaan dua malaikat
bukan merupakan sesuatu yang mustahil menurut akal.
Bahkan akal yang sehat mengakuinya member
kesaksian terhadapnya.
• Mereka mengatakan : Kita melihat orang yang sudah mati
yang disiksa dalam kubur, namun ketika dibongkar kembali
jasadnya tetap tidak berubah, demikian juga kadang-
kadang orang yang mati karena dimangsa binatang buas
dan tidak dikubur, bagaimana siksa kubur berlaku atasnya ?
• Jawabannya : Bahwa apa yang mereka saksikan adalah
hanya secara dhahir-nya saja, karena yang dapat merasakan
adanya siksa adalah sebagian ruh, dan tidak mesti siksa itu
nampak pada gerakan atau perubahan badan. Atau bisa
saja ketika kita membongkar kembali kuburan maka Allah
Taalaa mengembalikan tubuhnya seperti sedia kala sebagai
ujian bagi keimanan karena Allah Taalaa Berkuasa atas
segalagalanya.
• Dan ini pun kadang bisa kita rasakan dalam
kehidupan kita, yaitu ketika seorang yang tidur
bermimpi baik, mendapatkan kenikmatan yang
sangat besar, dia bisa merasakannya, tapi kita
tidak bisa mengetahuinya, begitu juga ketika
bermimpi yang tidak baik, dia bisa merasa
kesakitan seolah benar terjadi, Kenikmatan dan
siksa di alam mimpi tersebut betul-betul terjadi
pada ruhani. Dan ruhani terpengaruh dengannya
tanpa ia rasakan dan bisa dilihat oleh kita, serta
tidak ada seorang pun yang memungkirinya.
• Bagaimana terhadap siksa alam kubur, dan
kenikmatannya yang pada dasarnya sama persis
dengan mimpi tersebut ? padahal kita melihatnya tidak
ada perubahan pada jasadnya. Jadi kalau untuk dunia
ini saja bisa terjadi apalagi berkaitan dengan orang
yang mati yang sudah berada didunia lain. Ini tidak
mustahil secara akal sehat.
• Secara akal sehat ini, perkara ini sangat mungkin terjadi
walaupun golongan Mutazilahmengingkarinya karena
mereka hanya mengandalkan akal mereka dalam
menerima atau menolak suatu perkara dari syariat.
• Mereka menolaknya karena dalilnya adalah hadits-
hadits yang ahad (perawinya adalah satu orang ),
dimana hadits ahad kebenarannya bersifat dzanni
(tidak pasti) sehingga untuk perkara ini tidak bisa
dijadikan hujah. Atau barangkali perawi haditsnya
secara dhahirnya terlihat baik dan shaleh (tsiqot)
namun dia pendusta atau munafik didalam
batinnya.Mereka mencontohkan dengan riwayat ketika
Umar bin Khattab radhiallahu anhu menolak haditsnya
Abu Musa Al Asyari radhiallahu anhu tentang izin
bertamu tiga kali ketika tidak dijawab kita harus pergi.
Mereka mengatakan inilah Umar bin Khattab
radhiallahu anhu tidak menerima riwayat sahabat yang
mulia, ini menunjukkan bahwa riwayat satu orang
(ahad) diragukan kebenarannya.
• Jawaban : riwayat Umar bin Khattab r.a ini tidak
menunjukkan kalau Beliau menolak hadits ahad,
namun Beliau ingin lebih memastikan berita
tersebut, sehingga tidak menggampangkan setiap
orang mengatakan tentang Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam tanpa ilmu yang benar, jadi ketika
Beliau merasa bahwa hadits tersebut shahih
karena adanya penguat-penguat maka beliau
menerimanya, begitu pula dengan riwayat-
riwayat yang lain. Keterangan singkat tentang
hadist ahad : Hadist ahad bukanlah Hadits dhaif (
hadits yang lemah dari segi periwayatannya,
sehingga kekuatannya dari segi tsubut masih
diragukan.)
• Hadits ahad punya pengertian yang jauh berbeda dengan hadits
dhaif. Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang
perawi. Dan keberadaan hanya satu orang perawi dalam sebuah
thabaqat tidak berpengaruh apa-apa terhadap kekuatan sebuah
periwayatan. Yang penting perawi yang sendirian itu tsiqah serta
tidak punya cacat atau luka (majruh). Sehingga sebuah hadits ahad
bisa saja tetap berstatus shahih, bila perawinya memenuhi syarat
keshahihan suatu hadits. Sebab lawan dari hadits ahad bukanlah
hadits shahih, melainkan hadits mutawatir. Sedangkan lawan dari
hadits shahih adalah hadits dhaif.
• Seandainya kita menolak hadits ahad hanya karena bersifat dzanni,
maka berapa banyak perkara syariat yang kita tolak karena
kebanyakannya berasal dari hadits-hadits ahad, padahal Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam biasa mengutus para sahabat sendiri-
sendiri untuk menyebarkan Islam, seandainya hadits ahad tidak
diterima, tentunya dakwah mereka akan ditolak orang-orang, tidak
berbeda apakah itu dalam perkara akidah maupun furu’ (cabang).
• Apalagi hadits-hadits mengenai siksa kubur
bukanlah hadits ahad sebagaimana kata ulama,
yaitu merupakan hadits mutawatir. Lihat Al
Azharul Mutanatsirah Lil Ahadits Mutawatirah
oleh Imam Suyuthi, dan An Nadzam Al Mutanatsir
Fil Hadits Mutawatir oleh Imam Al Kattabi.
• Jadi menolak siksa kubur sebenarnya merupakan
pemahaman dan keyakinan Mutazilah bukan
keyakinan Ahlu Sunah Wal Jamaah.
• Apalagi hadits-hadits mengenai siksa kubur
bukanlah hadits ahad sebagaimana kata ulama,
yaitu merupakan hadits mutawatir. Lihat Al
Azharul Mutanatsirah Lil Ahadits Mutawatirah
oleh Imam Suyuthi, dan An Nadzam Al Mutanatsir
Fil Hadits Mutawatir oleh Imam Al Kattabi.
• Jadi menolak siksa kubur sebenarnya merupakan
pemahaman dan keyakinan Mutazilah bukan
keyakinan Ahlu Sunah Wal Jamaah.

Anda mungkin juga menyukai