Anda di halaman 1dari 22

AKREDITASI

RUMAH SAKIT
Ervina Tri Dewi Saragih (15330142)
Melva Novriana Saragih (15330143)
Ayutri Wulan Widia Sapitri (15330147)
Brilliany Chairunnisa (15330149)
Pengertian

 Akreditasi adalah pengakuan terhadap


sesuatu bahwa sesuatu tersebut telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
 Akreditasi rumah sakit & sarana kesehatan
lainnya adalah pengakuan kepada rumah
sakit dan sarana kesehatan lainnya yang
telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Dasar Hukum
 UU RI No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menegaskan bahwa peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perlu diperhatikan
 Permenkes RI No.159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit, pasal 28 mengatur tentang
akreditasi rumah sakit
 SK Menkes RI No.436/93 menyatakan berlakunya
standard pelayanan rumah sakit dan standard
pelayanan medis di Indonesia
 SK Dirjen Yanmed No.HK.00.06.2.2.718 tahun 2003
tentang Komisi Akreditas Rumah Sakit dan Sarana
Kesehatan Lainnya (KARS)
Tujuan
 Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan
sarana kesehatan lain
 Tujuan Khusus
 Memberikan jaminan, kepuasan & perlindungan
kepada masyarakat
 Memberikan pengakuan kepada RS dan SARKES
lain yang telah menerapkan standard yang
ditetapkan
 Menciptakan lingkungan internal RS dan SARKES
lain yang kondusif untuk pengobatan dan
penyembuhan (termasuk peningkatan status
kesehatan dan pencegahan penyakit), sesuai
dengan standar struktur, proses dan hasil
Manfaat Bagi Masyarakat

 Klien memperoleh pelayanan yang


bermutu sesuai dengan standard yang
berlaku
 Hak-hak klien diperhatikan dan dipenuhi
oleh RS/SARKES lain
 Status akreditasi dapat dijadikan acuan
bagi masyarakat dalam memilih RS/SARKES
Manfaat Bagi Petugas
Rumah Sakit/SARKES Lain
 Memberikan rasa aman dalam melaksanakan
kegiatannya karena sarana, prasarana dan
peralatan RS dan SARKES lain memenuhi standard.
 Meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar
berbagai unit di RS dan SARKES lain.
 Sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan.
 Mendorong petugas RS/SARKES lain untuk
membudayakan “tulis yang dikerjakan, kerjakan
yang ditulis”.
Manfaat Bagi
Rumah Sakit/SARKES Lain
 Sebagai forum komunikasi antara RS/SARKES lain
dengan KARS yang akan memberi saran perbaikan
(rekomendasi) untuk peningkatan mutu pelayanan.
 Pelaksanaan self assessment secara
berkesinambungan akan mendorong pelaksanaan
dan peningkatan budaya mutu
 Sebagai alat negosiasi dengan pihak ketiga
 Sebagai alat pemasaran
 Meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat
 Hasil self assessment dapat digunakan sebagai
masukan dalam proses penyusunan program dan
anggaran RS/SARKES lain
Pelaksanaan Akreditasi1
 Tahap I Akreditasi Dasar  akreditasi 5 pelayanan,
yaitu (1) administrasi manajemen, (2) pelayanan
medik, (3) gawat darurat, (4) keperawatan, dan
(5) rekam medik

 Tahap II Akreditasi Tingkat Lanjut  akreditasi 12


pelayanan, yaitu 5 terdahulu plus (6)Kamar operasi,
(7) Laboratorium, (8) Radiologi, (9) Farmasi, (10) K3,
(11) Pengendalian infeksi, & (12) Perinatal risiko tinggi

 Tahap III Akredirasi Lengkap  12 terdahulu plus sisa


kegiatan pelayanan lainnya, seperti pelayanan
anestesi, rehabilitasi medik, dll.
Pelaksanaan Akreditasi2
 Pelaksanaan akreditasi dilakukan secara bertahap,
dimulai dengan akreditasi rumah sakit yang lalu
diikuti akreditasi SARKES lain
 Akreditasi dilakukan setiap 3 tahun, dengan aspek
yang dinilai bertahap dimulai dengan struktur,
struktur-proses, dan terakhir struktur-proses-outcome.
 RS dan SARKES lain dapat memilih untuk mengikuti
Akreditasi 5, 12 atau 20 Pelayanan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan yang dimiliki
 Akreditasi Dasar wajib diikuti semua rumah sakit
(Standar Pelayanan Minimal RS Kabupaten/Kota)
Pelaksanaan Akreditasi3
 RS yang telah memperoleh Akreditasi Dasar untuk
akreditasi berikutnya dapat tetap memilih
akreditasi 5 pelayanan atau yang lebih tinggi
 Untuk proses penilaian akreditasi disusun Instrumen
Akreditasi berdasarkan Standar Pelayanan RS dan
SARKES Lain  disempurnakan secara berkala
dengan memperhatikan unsur input, proses dan
outcome. Instrumen akreditasi RS Khusus & RS Jiwa
= instrumen akreditasi RS Umum ditambah dengan
penjelasan tambahan
 Penetapan status akreditasi dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pelayanan Medik
Status Akreditasi1
 Tidak Terakreditasi  Satu atau lebih kegiatan
pelayanan memperoleh skor <60% atau rata-rata
skor semua pelayanan ≤65%
 Akreditasi Bersyarat
 Skor semua pelayanan >60%, rata-rata skor
semua kegiatan >65% tetapi <75%
 Berlaku 1 tahun, harus diperbaiki & disurvei ulang
dalam waktu 1 tahun  survei ulang difokuskan
pada pelayanan yang memperoleh skor <75%
 Bila memenuhi standard, akan diberi akreditasi
penuh untuk 2 tahun sehingga totalnya 3 tahun
 Bila tetap tidak memenuhi standard, status
akreditasi bersyarat gugur
Status Akreditasi2
 Akreditasi Penuh
 Skor semua pelayanan >60%, rata-rata skor
semua pelayanan ≥75%
 Berlaku untuk 3 tahun, 3 bulan sebelum habis
masa berlakunya RS harus mengajukan kembali

 Akreditasi Istimewa
 Diberikan kepada RS/SARKES lain yang
menunjukkan pemenuhan standar secara
istimewa selama 3 periode berturut-turut,
 Berlaku untuk 5 tahun
Komisi Akreditasi
Rumah Sakit & SARKES Lain1
 Tugas Pokok: Membantu Direktur Jenderal YANMED
dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
program akreditasi RS dan SARKES lain.
 Fungsi
1. Menyusun standar pelayanan RS dan SARKES lain
2. Menyusun instrumen akreditasi
3. Melaksanakan survei untuk akreditasi
4. Menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang
akreditasi RS dan SARKES lain
5. Memilih dan melatih surveyor
6. Mengangkat dan memberhentikan surveyor
7. Memberikan bimbingan manajemen
8. Mengajukan saran dan rekomendasi tentang penetapan
status akreditasi
Komisi Akreditasi
Rumah Sakit & SARKES Lain2
 Keanggotaan  perorangan dari unsur (1)Organisasi
Profesi Kesehatan, (2)Perhimpunan RS seluruh
Indonesia, (3)Administrator rumah sakit, (4)DEPKES
 Hubungan dengan Badan Akreditasi lain
 KEPPRES No.13 Tahun 1997 menetapkan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga
pemerintah non departemen yang bertugas
menyelenggarakan pengembangan dan
pembinaan di bidang standarisasi  metrologi
teknik, standar pengujian dan mutu.
 Berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
Komisi Akreditasi
Rumah Sakit & SARKES Lain3
 Hubungan dengan Badan Akreditasi lain
 Dalam melaksanakan tugasnya BSN dibantu
Komisi Akreditasi Nasional (KAN) yang bertugas
menetapkan dan memberikan pertimbangan
dan saran kepada BSN dalam menetapkan
sistem akreditasi dan sertifikasi.
 Pembentuan KARS tidak mengacu pada Keppres
No.13 Tahun 1997 tersebut.
 Dalam lingkungan DEPDIKNAS juga ada lembaga
serupa, yaitu Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Tinggi (BAN).
Survei Akreditasi
 Fase Persiapan
 RS melakukan self assessment (SA)
 Bila memerlukan bimbingan dan arahan, dapat
memintanya ke KARS dan/atau DINKES Propinsi
 Fase Pelaksanaan
 Dilakukan oleh 3-5 orang surveyor, 70% surveyor
daerah 30% surveyor pusat, selama 3-4 hari
 Digunakan metode observasi, wawancara dan
telaah dokumen
 Fase Pasca-akreditasi – Monitoring dan Evaluasi
 Dilakukan oleh KARS terus menerus selama tiga
tahun setelah dilaksanakannya survei akreditasi
Self Assessment1
 Merupakan bagian dari siklus pembinaan akreditasi
RS/SARKES lain, dilakukan sendiri oleh RS/SARKES lain.
 Tujuan  (1)RS/SARKES lain memahami standar dan
parameter penilaian akreditasi, (2)RS/SARKES lain
mengetahui kemajuan pemenuhan standar, dan (3)
RS/SARKES lain mengetahui kesiapan untuk disurvei.
 Cara pelaksanaan
 Pembentukan tim/panitia akreditasi
 Pembentukan POKJA sesuai dengan bidang
pelayanan yang akan diakreditasi
 Pelaksanaan SA oleh POKJA menggunakan
instrumen yang telah ditetapkan KARS
Self Assessment2
 Isi Laporan Hasil Self Assessment
 Profil RS/SARKES lain yang memuat data tentang
pelayanan yang disediakan
 Skor dari parameter setiap kegiatan pelayanan
yang disertai catatan
 Rangkuman catatan yang dibuat untuk setiap
kegiatan pelayanan
Bimbingan Akreditasi
 Tujuan
 Menghilangkan perbedaan persepsi tentang
standar dan parameter akreditasi
 Memberi wawasan lebih luas ttg akreditasi
 Memberi arahan dlm mempersiapkan akreditasi

 Pelaksanaan
 Diberikan atas permintaan RS/SARKES lain
 Diselenggarakan dgn biaya dari RS/SARKES lain
 Disediakan dalam bentuk paket bimbingan
 Dilakukan oleh surveyor senior sesuai bidang
 Dilaksanakan paling cepat 3 bulan pra-survei
 KARS menetapkan pembimbing
Pembinaan Pasca-akreditasi1
 Tujuan
 Memantau pelaksanaan dan tindak lanjut
rekomendasi oleh RS/SARKES lain
 Memberi arahan agar RS/SARKES lain dapat
melaksanakan rekomendasi
 Melakukan evaluasi penerapan standar oleh
RS/SARKES lain.
 Meningkatkan interaksi antara RS/SARKES lain,
Dinas Kesehatan dan KARS
Pembinaan Pasca-akreditasi2
 Pelaksanaan
 Dilaksanakan paling cepat 12 bulan setelah
survei akreditasi.
 Kunjungan dilakukan oleh seorang staf dan/atau
sebuah tim dari DINKES Propinsi.
 Dalam melakukan pembinaan DINKES Propinsi
dapat melibatkan DINKES Kabupaten/Kota dan
organisasi profesi sesuai kebutuhan.
 Pembinaan dapat dilaksanakan melalui media
cetak dan elektronik.
 Pembinaan dilakukan dengan mengacu pada
rekomendasi yang diberikan oleh surveyor.
 Biaya pembinaan ditanggung bersama oleh
RS/SARKES lain dan Dinas Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai