Anda di halaman 1dari 16

AKREDITASI RUMAH SAKIT

1.1.Pengertian Akreditasi
Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen
baik dari dalam atau luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan asesmen
terhadap rumah sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Rumah sakit
yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah
memenuhi standar pelayanan dan manajemen yang ditetapkan. Akreditasi menurut
Wikipedia adalah suatu bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk
suatu lembaga. Sedangkan menurut Depkes RI, akreditasi RS adalah pengakuan
oleh pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
Akreditasi rumah sakit di Indonesia telah dilaksanakan sejak Tahun 1995, yang
dimulai hanya 5 pelayanan, pada Tahun 1998 berkembang menjadi 12 pelayanan,
dan pada Tahun 2002 menjadi 16 pelayanan. Namun rumah sakit dapat memilih
akreditasi untuk 5, 12, atau 16 pelayanan, sehingga standar mutu rumah sakit dapat
berbeda tergantung berapa pelayanan akreditasi yang diikuti (KARS, 2013).

1.2. Dasar Hukum Akreditasi Rumah Sakit


a. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Permenkes 1144/Menkes/PER/VIII//2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Kesehatan
d. Permenkes No 12 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit

1.3.Tujuan Akreditasi
Pada dasarnya tujuan utama akreditasi rumah sakit adalah agar kualitas
pelayanan yang diberikan terintegrasi dan rnenjadi budaya sistem pelayanan di
rumah sakit. Secara khusus tujuan kegiatan akreditasi adalah agar:
a. Memperoleh gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah
memenuhi berbagai standar yang ditentukan sehingga mutu pelayanan
rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan.
b. Menigkatkan mutu pelayanan rumah sakit
c. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
d. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi
e. Mendukung program pemerintah bidang kesehatan
f. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah
mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
1.4.Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Komite ini merupakan badan Independen yang dibentuk berdasarkan SK
Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI No. YM.02.02.3.5.2626 tanggal 8 April
1998. Maka semua hasil penilaian akreditasi RS disampaikan ke Dirjen
Pelayanan Medik untuk pengeluaran sertifikat status akreditasi yang dicapai.
Dengan masa bakti 5 (lima) tahun untuk pelaksana akreditasi yang disebut
sebagai surveior, kegiatan meliputi standarisasi, akreditasi dan komunikasi-
edukasi. Dengan dernikian maka tugas pokok dan fungsi KARS adalah:
- Menyusun standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan
sarana kesehatan lainnya.
- Menyusun instrumen penilaian untuk akreditasi rumah sakit
- Melaksanakan survei akreditasi
- Menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang akreditasi
- Memilih dan melatih tenaga surveior akreditasi
- Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveior
- Memberikan bimbingan manajemen di RS
- Mengajukan saran dan rekomendasi tentang penetapan status
akreditasi RS.
Surveior adalah seseorang yang diberi tugas oleh KARS untuk rnelakukan
survei akreditasi dan bimbingan akreditasi rumah sakit. Merupakan tenaga
yang andal yang diperoleh rnelalui rekrutrnen dari tenaga yang ada di daerah
atau dari pelamar dan memenuhi persyaratan yang ditentukan KARS serta
wajib mengikuti pelatihan surveior.
Terbagi menjadi Surveior Administrasi, Surveior Medis dan Surveior
Keperawatan dengan tugas pokok dan fungsi (1) mermbimbing dan
rnemberikan asistensi pada manajemen rumah sakit agar dapat mencapai
standar pelayanan yang ditetapkan serta (2) mengukur tingkat kepatuhan rumah
sakit dalam menerapkan standar dan parameter akreditasi dengan cara melihat
dan mencatat keadaan sebenarnya pada saat survei dilakukan.
Dalam pelaksanaannya, Surveior Administrasi :memberikan birnbingan dan
penilaian dalam kegiatan pelayanan Administrasi & Manajemen. Rekam
Medis, Farmasi dan K-3; Suweior Medis daiam pelayanan Medis. Gawat
Darurat. Laboratorium, Radiologi dan Kamar Operasi sedangkan Surveior
Keperawatan bertanggung jawab dalam pelayanan Keperawatan, Perinatal
Risiko Tinggi dan Pengendalian Infeksi. Untuk menjaga konsistensi penilaian
rnaka ada Program Jaga Mutu Surveior dengan rnembentuk Tim Etik dan
Kredensial yang melakukan evaluasi sikap, perilaku dan kemarnpuan surveior
setiap tahun sehingga yang tidak rnemenuhi persyaratan maka SK
pengangkatan tidak diperpanjang. Di samping itu dilakukan pertemuan
surveior setahun dua kali sebagai cara untuk menjaga mutu dalam mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam perumahsakitan.

1.5. Jenis-Jenis Survei Akreditasi Rumah Sakit


Survei dilaksanakan sesuai dengan menilai semua standar nasional akreditasi
rumah sakit edisi 1 di seluruh rumah sakit. Bentuk survei meliputi survei awal,
survei ulang, survei verifikasi dan survei terfokus. Definisi setiap survei adalah
sebagai berikut:
a. Survei Awal—Survei langsung penuh pertama pada rumah sakit
b. Survei Ulang—Survei rumah sakit setelah siklus akreditasi tiga tahun
Survei
Survei Remedial—Evaluasi langsung yang dijadwalkan paling lambat 6
bulan setelah survei awal untuk mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang
mendapatkan nilai “tidak terpenuhi” (“not met”) atau “terpenuhi sebagian”
(“partially met”) yang mengakibatkan rumah sakit gagal untuk memenuhi
persyaratan kelulusan akreditasi.
c. Survei Verifikasi
Survei verifikasi 1 dilaksanakan satu tahun setelah tanggal survei
yang sudah dilaksanakan. Surveior mempunyai tugas melakukan verifikasi
Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) yang sudah dilaksanakan dan yang
belum dilaksanakan.
Survei verifikasi 2 dilaksanakan dua tahun setelah tanggal survei
yang sudah dilaksanakan. Surveior mempunyai tugas melakukan verifikasi
PPS yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan serta persiapan
akreditasi selanjutnya. Tanggal penetapan tanggal survei verifikasi dapat
dirubah, bila tanggal tersebut adalah hari minggu atau hari libur nasional.
Bila rumah sakit menunda atau tidak melaksanakan survei verifikasi, maka
sertifikat akreditasi ditarik kembali.

d. Survei Terfokus
Survei terfokus adalah survei langsung yang terbatas dalam lingkup, konten,
dan lamanya, dan dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang suatu
masalah, standar, atau elemen penilaian secara spesifik. KARS melakukan
jenis survei terfokus dengan contoh : Bila KARS menemukan adanya
ketidakpatuhan yang serius terhadap standar, masalah perawatan atau
keselamatan pasien yang serius, masalah regulasi atau sanksi, atau masalah
serius lainnya dalam suatu rumah sakit yang terakreditasi atau program
bersertifikat, yang mungkin menempatkan rumah sakit pada status Berisiko
Untuk Penolakan Akreditasi.
Survei terfokus dilaksanakan bila:
- Berdasarkan laporan dari rumah sakit atau dari informasi lain yang
akurat, ada kejadian sentinel di rumah sakit
- Berdasarkan laporan dari rumah sakit atau informasi dari Kementerian
Kesehatan, ada peningkatan kelas dan atau penambahan pelayanan dan
atau penambahan bangunan lebih dari 25%.
- Berdasarkan banding (appeal) yang perlu ditindaklanjuti.
- Adanya pengaduan terkait dengn mutu pelayanan rumah sakit.

1.6.Persyaratan Kelayakan Umum Survei Akreditasi


Setiap rumah sakit dapat mengajukan survei akreditasi kepada Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) bila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:
- Rumah sakit berlokasi di wilayah Indonesia
- Rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus untuk semua kelas rumah
sakit
- Izin operasional rumah sakit masih berlaku
- Bila izin rumah sakit sudah habis masa berlakunya, pengajuan
permohonan survei bisa dilakukan, bila Dinas Kesehatan meminta syarat
perpanjangan izin operasional harus sudah terakreditasi. Untuk itu rumah
sakit mengirimkan surat/ persyaratan dari Dinas Kesehatan tersebut ke
KARS dan survei dapat dilaksanakan. Hasil survei yang diberikan berupa
surat keterangan hasil akreditasi yang dapat dipergunakan untuk mengurus
izin operasional. Bila izin operasional sudah terbit, rumah sakit
mengirimkan dokumen izin tersebut ke survei@kars.or.id dan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit akan memberikan sertifikat akreditasi kepada
rumah sakit tersebut.
- Direktur/Kepala rumah Sakit adalah tenaga medis (dokter atau dokter gigi)
- Rumah sakit beroperasi penuh (full operation) dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat secara paripurna
selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
- Rumah sakit mempunyai izin Instalasi Pengelolaaan Limbah Cair (IPLC)
yang masih berlaku.
- Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun yang masih berlaku atau kerjasama dengan pihak ketiga yang
mempunyai izin sebagai pengolah limbah bahan beracun dan berbahaya
yang masih berlaku dan atau izin sebagai transporter yang masih berlaku.
- Semua tenaga medis pemberi asuhan di rumah sakit telah mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
- Rumah sakit melaksanakan atau bersedia melaksanakan kewajiban dalam
meningkatkan mutu asuhan dan keselamatan pasien.
Catatan:
Bila dalam kajian persyaratan yang disampaikan tidak memenuhi kriteria 1.
Sampai dengan 10. maka KARS dapat memutuskan bahwa tidak dilaksanakan
survei sampai dengan persyaratan dipenuhi.
1.7. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Standar akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari 2018 adalah
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 yang terdiri
dari 16 bab yaitu :
I. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
II. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
III. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
IV. Asesmen Pasien (AP)
V. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
VI. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
VII. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
VIII. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
IX. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
X. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
XI. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
XII. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
XIII. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)
XIV. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
XV. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan
HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian
resistensi antimikroba dan pelayanan geriatri)
XVI. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

Catatan :
- Rumah Sakit Pendidikan : 16 bab
- Rumah Sakit non Pendidikan : 15 bab
1.8. Jenis Surveior Akreditasi Rumah Sakit dan tugasnya
SURVEIOR
Manajemen Medis Keperawatan
Pelayanan Kefarmasian Akses ke Rumah Sakit Hak Pasien dan
dan Penggunaan Obat dan Kontuinitas keluarha
Peningkatan mutu dan Assesmen pasien Manajemen
keselamatan pasien. komunikasi dan
edukasi
Tata kelola rumah sakit Pelayanan asuhan Pencegahan dan
pasien pengendalian infeksi
Manajemen fasilitas dan Pelayanan anestesi dan Sasaran keselamatan
keselematan bedah pasien
Kompetensi dan menurunkan angka Manajemen Informasi
kewenangan staf kematian ibu dan bayi dan Rekam Medis
serta meningkatkan
angka kesehatan ibu dan
bayi, menurunkan
angka kesakitan
HIV/AIDS,
menurunkan angka
kesakitan tuberkulosis,
pengendalian resistensi
antimikroba dan
pelayanan geriatri
Integrasi Pendidikan
Kesehatan Dalam
Pelayana Rumah Sakit
(IPKP)

1.9. Metode Pelaksanaan Akreditasi


A. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilaksanakan disini adalah self assessment (kajian mandiri) yang
dilakukan oleh rumah sakit yang akan dinilai menggunakan instrumen survei
akreditasi rumah sakit. Kajian mandiri dilaksanakan oleh tim akreditasi rumah
sakit yang terdiri dari beberapa kelompok kerja, sesuai dengan pelayanan yang
akan dinilai. Misalnya bila rumah sakit memilih untuk akreditasi tingkat dasar
maka tim akreditasi rumah sakit terdiri dari 5.kelompok kerja.
Langkah-Langkah Persiapan Survei Akreditasi Rumah Sakit :
a. Pimpinan, pemilik dan ,seluruh pegawai sepakat melaksanakan
persiapan survei akreditasi rumah sakit dengan sosialisasi pada setiap
kesempatan dengan menjelaskan kaitan akreditasi dengan mutu
pelayanan di rumah sakit.
b. Tim akreditasi rumah sakit perlu dibentuk dengan surat keputusan
direktur
c. Ubah pola kerja menjadi kerja tim, saling terbuka dan menghargai
d. Sosialisasikan apa yang dimaksud dengan akreditasi dan makna yang
terkandung didalamnya, kepada seluruh jajaran rumah sakit mulai dari
manajer puncak hingga pelaksana di lapangan termasuk satpam,
tukang kebun, juru masak, dan lain-lain.
Tim Akreditas Rumah Sakit :
 Terdiri atas kelompok kerja yang sesuai dengan instrumen kajian
mandiri
 Mempunyai uraian tugas yang jelas berdasarkan SK Direktur Rumah
Sakit.
 Terbuka dan diperlukan koordinasi
 Buat rencana kerja dengan koordinasi antar kelompok kerja dan ketua
tim akreditasi.
 Sosialisasikan pada setiap kesempatan pentingnya akreditasi
 Kelompok kerja dalam tim akreditasi rumah sakit :
 Melakukan kajian mandiri dengan memberi skor yang sesuai
pada kegiatan pelayanan yang dinilai.
 Pelajari dan pahami setiap standar dan Definisi Operasional
(DO) dari setiap parameter, sistem skoring, data pelengkap
yang ada untuk setiap parameter sebagai cara pembuktian.
 Melakukan cek antar kelompok kerja secara proaktif.

B. Tahap Pelaksanaan Survey Akreditasi oleh KARS.


Pada tahap ini, survei dilaksanakan oleh KARS menggunakan instrumen
akreditasi rumah sakit. Pelaksanaan survei didampingi oleh staf Dinkes Provinsi
dari seksi rujukan bidang pelayanan kesehatan. Metode aktivitas telusur merupakan
proses survei oleh surveior KARS langsung di lokasi. Dalam metode aktivitas
telusur, surveior memilih pasien dari populasi pasien di rumah sakit dan melakukan
telusur terhadap asuhan yang diberikan kepada pasien oleh rumah sakit dan juga
akanmelakukan aktivitas telusur terhadap sistem dan proses penting dalam
pelayanan klinis dan manajerial. Dalam aktivitas ini surveior dapat menemukan
bukti masalah ketidakpatuhan terhadap standar dalam satu atau beberapa langkah
proses pelayanan dan asuhan pasien serta proses manajemen atau pada saat acara
pertemuan diantara proses-proses tersebut.
Dalam proses survei, surveior dapat melakukan:
- Wawancara kepada staf secara individual atau di dalam kelompok
- Mengamati perawatan pasien
- Wawancara kepada pasien dan keluarganya
- Meninjau rekam medis pasien
- Meninjau catatan personel/file pegawai
- Meninjau kebijakan dan prosedur dan dokumen lainnya.

Setelah rumah sakit menandatangani kontrak survei, rumah sakit harus


mempelajari Panduan Proses Survei Rumah Sakit (Hospital Survey Process Guide)
yang ditetapkan oleh KARS untuk mengetahui penjelasan rinci tentang proses yang
terjadi selama survei awal atau survei ulang, termasuk penjelasan rinci mengenai
seluruh aktivitas survei, dokumentasi yang dibutuhkan, dan sumber daya lainnya.
Sejak hari kedua survei, pada pagi hari surveior melakukan klarifikasi
kepada direktur rumah sakit dan pimpinan lainnya pada pertemuan kepemimpinan.
Pada pertemuan ini, surveior memberikan informasi mengenai temuan mereka.
Penting untuk dicatat bahwa informasi awal apapun bukanlah merupakan keputusan
akhir sampai pemeriksaan laporan survei di KARS selesai. Jika selama proses
survei surveior menemukan kondisi yang dapat berakibat ancaman serius bagi
keselamatan publik atau pasien, mereka akan melaporkan kepada KARS. Dalam
situasi demikian, KARS dapat memutuskan untuk menghentikan survei dan
mempertimbangkan untuk melaporkan kepada institusi terkait.
C. Tahap Paska Survei Akreditasi
Kegiatan pada paska survei akreditasi berupa pembinaan yang bertujuan
mendorong manajemen rumah sakit untuk, memantau pelaksanaan
rekomendasi hasil survei, memberikan arahan untuk dapat memenuhi
rekomendasi, melakukan evaluasi terhadap penerapan standar yang berdampak
pada peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit serta meningkatkan interaksi
antara rumah sakit, Dinkes Provinsi dan KARS.
Kegiatan pembinaan paska akreditasi dilakukan paling cepat 12 (dua belas)
bulan setelah dilakukan survei akreditasi oleh KARS. Hasil pembinaan dalam
bentuk laporan sebagai umpan balik terhadap upaya rumah sakit untuk
memenuhi rekomendasi hasil survei kepada pimpinan rumah sakit.

1.10. Instrumen Pelaksanaan Survey Akreditasi Rumah Sakit


Embrio instrumen survei akreditasi adalah format penilaian penampilan rumah
sakit yang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka hari Kesehatan Nasional yang
dikembangkan tahun 1984. Pengembangan dan penyempurnaan indikator penilaian
dilakukan berkala setiap 2 (dua) tahun sekali. Format penilaian penampilan rumah
sakit ini dikembangkan Direktorat Jendral Pelayanan Medik bersama Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Surabaya dan hingga tahun
1994 menjadi instrumen untuk survei akreditasi. lnstrumen survei akreditasi
mengalami perbaikan hingga tahun 2003 sebagai instrumen kajian mandiri yang
digunakan sampai saat ini.
Pelayanan yang dinilai dalam instrumen survei akreditasi mengacu pada SK
Menkes pada tahun 1993 tentang standar pelayanan rumah sakit. Pada tahun 1999
dilakukan revisi sehingga terdiri dari 20 kegiatan pelayanan. Standar pelayanan
rumah sakit tersebut di atas rneliputi Administrasi & manajemen. Pelayanan Medis,
Pelayanan Gawat Darurat. Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Pelayanan
Radiologi, Pelayanan Laboratoriurn, Kamar Operasi. Pelayanan Farmasi.
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3), Perinatal Risiko
Tinggi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Anestesi. Pelayanan Rehabilitasi Medik.
Pelayanan Gizi. Pelayanan Intensif. Sterilisasi Sentral, Pemeliharaan sarana.
Pengendalian Infeksi dan Perpustakaan.
Masing-masing kegiatan pelayanan mengandung 7 (tujuh) standar yaitu
Falsafah dan Tujuan, Administrasi dan Pengelolaan, Staf dan Pimpinan, Fasilitas
dan Peralatan, Kebijakan dan Prosedur, Pengembangan staf dan Program
pendidikan serta Evaluasi dan Pengendalian mutu. Setiap standar mempunyai
parameter dengan skor 0-5 dan dilengkapi dengan definisi operasional (DO). Cara
Pembuktian Dokumen (CP), Observasi (0) dan kepada siapa surveior melakukan
wawancara (W).
Dalam perkembangannya instrumen survei akreditasi pada tingkat lengkap
setelah melalui pembahasan menjadi 16 kegiatan pelayanan saja, karena ada
beberapa kegiatan pelayanan yang dapat digabungkan. Pelayanan perpustakaan
dimasukkan di pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan pemeliharaan
sarana dimasukkan juga ke pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan
anestesi dimasukkan dalam kamar operasi.

1.11. Cara Pelaksanaan Survei Akreditasi


Saat tahap persiapan survei akreditasi, rumah sakit melakukan kajian mandiri.
Pada tahap ini ada bimbingan dari Dinkes Provinsi tentang pelaksanaan kajian
mandiri tentang cara penilaian, skoring, memahami definisi operasional dan cara
pembuktian, sehingga diperoleh kesamaan persepsi di seluruh kelompok kerja
dalam tim akreditasi. Bila rumah sakit telah siap, maka hasil kajian mandiri dan
jadwal pelaksanaan survei akreditasi dikirimkan ke KARS. Oleh KARS rumah sakit
dijadwalkan untuk pelaksanaan survei akreditasi.
Tahap survei akreditasi menjadi penting karena tim dari KARS datang ke rumah
sakit dan bersama dengan kelompok kerja tim akreditasi rumah sakit melakukan
review bersama terhadap kajian mandiri yang sudah dilakukan. Hal ini
dilaksanakan untuk menemukan pencapaian nilai yang sesungguhnya dari keadaan
pelayanan yang ada di rumah sakit sesuai dengan skor dalam instrumen survei
akreditasi. Pada tahap ini review sebaiknya dihadiri Dinkes Provinsi, sehingga
pencapaian nilai dan rekomendasi untuk perbaikan diketahui dan bermanfaat dan
pelaksanaan tahap paska survei akreditasi.
Pencapaian skor kemudian disampaikan ke Dirjen Pelayanan Medik DepKes RI
sebagai rekomendasi untuk sertifikasi, sedangkan kepada rumah sakit dan Dinkes
Provinsi disampaikan gambaran umum pencapaian skor dan penekanan pada
rekomendasi untuk perbaikan dari kegiatan pelayanan yang ada. Hasil rekomendasi
ini kemudian menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pada tahap paska survei
akreditasi, sehingga tetap terjadi proses yang berkelanjutan, sehingga mutu
pelayanan rumah sakit tetap terjaga.

1.12. Laporan Kejadian pada Waktu Survei


Surveior wajib memberikan laporan khusus kepada Ketua Eksekutif KARS melalui
telpon atau email bila pada waktu survei ditemukan hal-hal sebagai berikut:
- Direktur/Kepala Rumah Sakit tidak hadir/meninggalkan rumah sakit sejak
hari pertama survei
- Izin operasional habis masa berlakunya
- Ada staf medis yang tidak mempunyai/habis masa berlakunya STR dan atau
SIP
- Izin Pengolahan limbah cair dan B-3 tidak ada/habis masa berlakunya/masih
dalam proses perpanjangan
- Rumah sakit memberikan informasi atau data palsu, misalnya Direktur
Rumah Sakit ternyata bukan tenaga medis, ada staf dari rumah sakit lain
(bukan pegawai/staf rumah sakit) yang terlibat/membantu
wawancara/presentasi pada
- waktu pelaksanaan survei), peminjaman peralatan medis dari rumah sakit
lain, dan pemalsuan data atau informasi lainnya.

1.13. Pemberian Skoring Survei Akreditasi Rumah Sakit


Setiap Elemen Penilaian diberi skor 0 atau 5 atau 10, sesuai ketentuan yang ada
Nilai setiap standar yang ada di bab merupakan penjumlahan dari nilai elemen
penilaian. Nilai dari standar dijumlahkan menjadi nilai untuk bab Elemen penilaian
yang tidak dapat diterapkan (TDD) tidak diberikan skor dan mengurangi jumlah
EP.
a. Skor 10 (terpenuhi lengkap), yaitu bila rumah sakit dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut minimal 80 %
b. Skor 5 (terpenuhi sebagian) yaitu bila rumah sakit dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut antara 20 – 79 %
c. Skor 0 (tidak terpenuhi) yaitu bila rumah sakit hanya dapat memenuhi
elemen penilaian tersebut kurang dari 20%

1.14. Penghentian Survei


Kegiatan survei diberhentikan (show-stop) bila Direktur/Kepala Rumah Sakit tidak
hadir/meninggalkan rumah sakit sejak hari pertama survei atas keputusan Ketua
Eksekutif KARS

1.15. Pembatalan Survei


KARS atau rumah sakit dapat membatalkan survei tanpa denda atau ganti rugi
jika terdapat peristiwa seperti bencana alam, perang, terorisme, atau kedaruratan
serupa lainnya, atau keadaan lain yang menyebabkan survei menjadi tidak mungkin
dilaksanakan. Pembatalan karena salah satu alasan yang disebutkan di atas harus
dikomunikasikan secepatnya secara tertulis.
Jika rumah sakit membatalkan survei dalam waktu 30 hari atau kurang sebelum
tanggal dimulainya survei karena alasan lain selain dari yang disebutkan di atas,
rumah sakit wajib membayar 50 persen dari biaya survei sebagai pengganti biaya
administrasi KARS dan pembatalan tiket pesawat. Apabila pihak KARS yang
membatalkan survei untuk alasan apapun atau alasan selain dari yang disebutkan di
atas, KARS tidak membebankan biaya apapun kepada rumah sakit.

1.16. Keputusan Akreditasi

Keputusan akreditasi KARS berdasarkan capaian rumah sakit terhadap


Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Ketua Eksekutif KARS
mempertimbangkan semua hasil dan informasi saat survei awal atau survei ulang
untuk pengambilan keputusan hasil akreditasi. Hasilnya dapat berupa rumah sakit
memenuhi kriteria untuk akreditasi keseluruhan atau sebagian, atau tidak
memenuhi kriteria dan tidakdapat memperoleh akreditasi.
Keputusan akreditasi final didasarkan pada kepatuhan rumah sakit terhadap
standar akreditasi. Rumah sakit tidak menerima nilai/skor sebagai bagian dari
keputusan akreditasi final. Ketika suatu rumah sakit berhasil memenuhi persyaratan
akreditasi KARS, rumah sakit tersebut akan menerima penghargaan Status
Akreditasi Sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Non Pendidikan
- Tidak Lulus Akreditasi
Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei, semua
mendapat nilai kurang dari 60 % Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi
dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior
dilaksanakan.
- Akreditasi Tingkat Dasar
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab
yang di survei hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12
bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
- Akreditasi tingkat madya
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15 bab
yang di survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab
lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20%
- Akreditasi tingkat utama
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab
yang di survei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab
lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
- Akreditasi tingkat paripurna
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 15 bab
yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 %

b. Rumah Sakit Pendidikan


- Tidak lulus akreditasi
Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survei mendapat
nilai kurang dari 60 % Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat
mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi dari surveior
dilaksanakan.
- Akreditasi tingkat dasar
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 bab
yang di survei hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah
Institusipendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan
12 bab lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
- Akreditasi tingkat madya
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab
yang di survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi
pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai minimal 80 % dan 8 bab
lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
- Akreditasi tingkat utama
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab
yang di survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi
pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai minimal 80 % dan 4 bab
lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20 %
- Akreditasi tingkat paripurna
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila dari 16
bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80 %.
Catatan :
Bila Rumah Sakit tidak mendapat status akreditasi paripurna dan ada bab nilainya
dibawah 80 % tetapi diatas 60 %, maka Rumah Sakit dapat mengajukan survei
remedial untuk bab tersebut.

1.17. Masa Berlaku Status Akreditasi


Status akreditasi berlaku selama tiga tahun kecuali ditarik oleh KARS. Status
akreditasi berlaku surut sejak hari pertama pelaksanaan survei rumah sakit atau saat
survei ulang. Pada akhir tiga tahun siklus akreditasi rumah sakit, rumah sakit harus
melaksanakan survei ulang untuk perpanjangan status akreditasi.
DAFTAR PUSTAKA
UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Komisi Akreditasi Rumah
Sakit Agustus 2017.
Poerwani, SK dan Sopacua, Evle. Jurnal Akreditasi Sebagai Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Buletin Penilaian Sistem Kesehatan Vol. 9
No 3. Juli 2006. 125-131
Permenkes No 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai