Hepatitis B
Hepatitis B
Di Indonesia :
jumlah penderita Hepatitis B dan C saat ini diperkirakan mencapai 30 juta
orang, sekitar 15 juta orang dari penderita Hepatitis B dan C berpotensi
mengalami chronic liver disease.
hasil Riskesdas Biomedis tahun 2007
– prevalensi HBsAg positif sebesar 9.4%, Indonesia termasuk negara
dengan tingkat endemisitas tinggi (>8%).
– proporsi penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok
penyakit menular, penyakit hati (termasuk Hepatitis kronik) menduduki
urutan ke 2.
– pada golongan umur 15 - 44 tahun,di pedesaan penyakit hati menduduki
urutan pertama sebagai penyebab kematian, sedang di daerah perkotaan
menduduki urutan ke 3.
Epidemiologi
Riskesdas 2007 :
prevalensi Nasional Hepatitis klinis sebesar 0,6% (rentang 0,2% – 1,9%)
Tercatat 13 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional dan
tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur.
Penderita Hepatitis C sebagaian besar dialami oleh kelompok umur 30-
39 tahun yaitu sekitar 29,6% dan kelompok umur 20-29 tahun yaitu
sekitar 27,0%.
Selain itu terdeteksi pula bahwa Hepatitis C juga diderita oleh kelompok
umur sangat muda (0-9 tahun) yaitu sekitar 0,2 % dan pada kelompok
usia lanjut ( 70 tahun ke atas) yaitu sekitar 5,4%
Epidemiologi
konsentrasi virus
Volume Inoculume
lama “exposure”
cara masuk VHB kedalam tubuh
kesetaraan individu yang bersangkutan
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
konsentrasi virus
– indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah
Hbe Ag (France, dkk,1981, Dienstag, 1984).
– Bila Hbe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 –
20% individu
– Bila Hbe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 – 2,5%
(Seef dkk, 1978).
– dalam penularan perinatal:
bila Hbe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 –
100% bayi yang dilahirkan.
Bila Hbe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 –
25% dari bayi yang dilahirkan (Okada, dkk,1976, Stevens
dkk, 1976).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
Volume inokulum
– setelah tranfusi dengan darah yang VHBs Ag Positif
kemungkinan untuk timbulnya infeksi sampai 75%.
– Sedangkan risiko untuk mendapat infeksi VHB setelah
suntikan dengan jarum yang tercemar oleh darahyang HBs
Ag Positif adalah kurang dari 15%
– Makin besar volume inoculume, masa tunas dari penyakit
makin pendek dan gejala klinik makin berat.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
lama “exposure”
– penularan infeksi VHB perinatal melalui tusukan jarum
yang tercemar oleh darah yang HBs Ag dan Hbbe positif
hanya menimbulkan infeksi pada 10 – 20%. Sedangkan
penularan melalui hubungan seksual pada suami istri
terjadi pada 23 – 42% dari kasus, (dkk 1977).
– Hal ini dapat diterangkan karena penularan melalui
hubungan seksual pada suami istri terjadi berulang kali
dan dalam waktu yang lebih lama (Diestag, 1984).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• Saat lahir :
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah
lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula
status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
1 bulan :
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
6 bulan :
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal,
interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Imunisasi hepatitis B